Aspek Hukum Dalam Etika Profesi Suatu Diskusi Disampaikan

advertisement
Aspek Hukum Dalam Etika Profesi
Suatu Diskusi
Disampaikan dalam perkuliahan Program Magister Psikologi
Unika Atmajaya Jakarta
Rabu, 19 Nopember 2008
Eddie I. Doloksaribu, SH.,MH.
Pengertian Etika
- Etika berasal dari Bahasa Yunani
“Ethikos” (berarti “moral”) dan kata
“Ethos” (berarti “karakter, watak
kesusilaan atau adat”).
 Etika : berkaitan dengan konsep
yang dimiliki oleh individu atau
kelompok (bisa kelompok profesi)
untuk menilai apakah suatu tindakan
yang telah dilakukan itu benar atau
tidak.












Tindakan manusia ditentukan bermacam-macam norma.
- Norma Dasar Utama Pedoman Perilaku adalah Bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa yang meliputi norma-norma
dasar:
Berperilaku adil;
Berperilaku jujur;
Berperilaku arif dan bijaksana;
Bertanggung jawab;
Menjunjung tinggi harga diri;
Berintegritas tinggi;
Berdisiplin tinggi;
Berperilaku rendah hati;
Bersikap mandiri;
Bersikap profesional.



Norma hukum : berasal dari hukum
dan perundang-undangan
Norma agama : berasal dari agama
Norma sopan santun : berasal dari
kehidupan sehari-hari




Apakah etika sama dengan etiket?
Etika (ethics) berarti (refleksi)moral
Etiket (etiquette) berarti sopan
santun
Keduanya menyangkut perilaku
manusia secara normatif (karenanya
sering dianggap sama), memberi
norma pada perilaku manusia (apa
yang boleh dan apa yang tidak
boleh).
Etika & Etiket
(Syamsuryadi )




Etiket : menyangkut cara yang tepat
untuk melakukan suatu perbuatan
dalam kalangan tertentu
Etika : tidak sebatas akan cara
melakukan, namun menyangkut juga
akan boleh atau tidaknya sebuah
perbuatan dilakukan.
Etiket : berlaku untuk pergaulan
(relasi antar sesama, adanya
manusia lain selain diri kita)
Etika : berlaku walaupun tidak ada
orang lain
Etika & Etiket




Etiket : bersifat relative
Etika : lebih absolute
Etiket : memandang manusia dari
sisi lahiriah semata
Etika : menilai lebih “dalam”
Etika & Moral
-Moral : memuat pandangan tentang
nilai, norma moral yang terdapat
pada kelompok manusia,
mengajarkan bagaiman seseorang
harus menjalani hidupnya
 Etika : ilmu tentang norma, nilai dan
ajaran moral, etika merefleksikan
ajaran moral itu sendiri.
Sistematika Etika
(menurut Magnis-Suseno et al., 1991:68)










Etika dibedakan menjadi 2 (dua), yakni:
Etika Umum
Membahas tentang prinsip-prinsip dasar dari moral,
seperti:
Pengertian etika;
Fungsi etika;
Masalah kebebasan;
Tanggung jawab
Etika Khusus
Menerapkan prinsip-prinsip dasar dari moral pada masingmasing bidang kehidupan manusia.
Pertanyaan dasar: bagaimana suatu bidang perlu ditata
agar menunjang pencapaian kebaikan manusia sebagai
manusia?







Etika khusus
Dibedakan menjadi:
Etika individual
Memuat kewajiban manusia terhadap diri sendiri
Etika sosial
Membicarakan kewajiban manusia sebagai
anggota umat manusia (sikap terhadap sesama)
Pembidangannya antara lain: etika keluarga;
etika politik; etika lingkungan hidup; kritik
ideologi-ideologi; dan etika profesi.
ETIKA PROFESI

Bagian dari Etika Sosial
yaitu filsafat atau pemikiran kritis
rasional tentang kewajiban dan
tanggung jawab manusia sebagai
anggota umat manusia.



Dr. Lintong O. Siahaan, S.H., M.H.
Etika Profesi: etika moral yang khusus diciptakan
untuk kebaikan jalannya profesi yang
bersangkutan, karena setiap profesi mempunyai
identitas, sifat/ciri dan standar Profesi tersendiri,
sesuai dengan kebutuhan Profesi masing-masing.
Pengertian Profesi (Magnis-Suseno et al.,
1991:70) adalah pekerjaan yang dilakukan
sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu
keahlian yang khusus.

(Dr. Lintong O. Siahaan, S.H., M.H.)
Profesi: pekerjaan tetap bidang
tertentu berdasarkan keahlian
khusus yang dilakukan secara
bertanggung jawab dengan tujuan
memperoleh penghasilan.



Perbedaan antara Profesi dengan Pekerjaan:
Adanya keahlian khusus
Profesi mensyaratkan adanya keahlian khusus. Persyaratan
adanya keahlian khusus yang membedakan antara
pengertian Profesi dan Pekerjaan. Meskipun demikian, pada
hekekatnya terjadi kesulitan mencari garis pemisah yang
tajam antara Profesi dan Pekerjaan. (Magnis-Suseno et al.,
1991:70)
Ketersediaan wadah atau organisasi
Pada Profesi, lazimnya terdapat wadah untuk memberikan
dukungan kepada penyandang Profesi yang bersangkutan.
Sementara, Pekerjaan lazimnya tidak terdapat wadah.
Wadah merupakan organisasi Profesi yang bersangkutan
yang umumnya dibentuk untuk mengemban tanggung
jawab menegakkan Etika Profesi dan senantiasa
meningkatkan standar kualifikasi profesi tersebut.
Profesi





Profesi dapat dibedakan menjadi:
Profesi pada umumnya
Pengertiannya sebagaimana
tercantum pada pengertian “Profesi”
Profesi yang Luhur (officium nobile)
Yaitu: Profesi yang pada hakekatnya
merupakan suatu pelayanan pada
manusia atau masyarakat.



Hal ini bukan berarti bahwa menjalankan Profesi
yang Luhur tidak boleh mendapatkan keuntungan
finansial. Namun, keuntungan finansial bukanlah
merupakan motivasi utama.
Motivasi utama Profesi yang Luhur adalah
kesediaan yang bersangkutan untuk melayani
sesama manusia.
Misal: seorang Advokat wajib tetap memberikan
bantuan hukum baik Kliennya walaupun sang
Klien tidak sanggup melunasi pembayaran jasa
hukum sebagaimana diperjanjikan. Lebih lanjut,
tujuan Advokat menjalankan Profesinya adalah
penegakkan hukum bukanlah kemenanngan sang
Klien.



Menjadi pertanyaan:
Apakah Psikologi merupakan
suatu Profesi?
Jika ya, apakah Psikologi
tergolong Profesi pada
umumnya? Atau Profesi yang
Luhur?


Untuk menegakkan Etika dan
memajukan standar kualifikasi
Profesi terdapat prinsip-prinsip yang
wajib dilaksanakan yang pada
umumnya dicantumkan dalam Kode
Etik Profesi.
Kode Etik Profesi : (Syamsuryadi)
Daftar kewajiban dalam menjalankan
tugas sebuah profesi yang disusun
oleh anggota profesi dan mengikat
semua anggota dalam menjalankan
profesinya.
Kode Etik (Dr. Lintong O. Siahaan,
S.H., M.H.): norma dan asas yang
diterima oleh suatu kelompok
tertentu sebagai landasan tingkah
laku.
 Prof. Dr. Valerine J.L. Kriekhoff, S.H.,
M.A.
Kode Etik: Pedoman bertingkah laku
yang berdimensi moral


Di Indonesia, Kode Etik suatu Profesi
biasanya disusun oleh wakil-wakil
yang duduk dalam organisasi atau
asosiasi Profesi. Timbul kesulitan
ketika pada satu Profesi terdapat
lebih dari satu organisasi atau
asosiasi. Kesulitan akan lebih besar
ketika prinsip-prinsip Profesi
diterjemahkan secara berbeda dalam
Kode Etik masing-masing organisasi
atau asosiasi Profesi.
Fungsi Kode Etik sangat penting
bagi suatu Profesi



Kode Etik dapat meningkatkan kewibawaan
Profesi pada umumnya dan organisasi Profesi
pada khususnya baik dihadapan para anggotanya
maupun dihadapan masyarakat;
Kode Etik memberikan parameter yang jelas
tentang sikap dan perbuatan yang dikehendaki
oleh Profesi dan organisasi Profesi yang
menjalankan Profesi tersebut;
Kode Etik memungkinkan para anggota Profesi
yang tergabung dalam organisasi tersebut untuk
mengatur dirinya sendiri, disamping peraturan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
Pada prinsipnya, ada 2 (dua) prinsip umum yang
wajib dijalankan oleh suatu Profesi, antara lain:


Prinsip agar menjalankan Profesinya secara
bertanggung jawab
Maksudnya adalah Profesional yang bersangkutan
bertanggung jawab baik terhadap Profesi yang
dijalankan (menjalankan Profesinya sebaik
mungkin) maupun terhadap hasilnya (hasil
berkualitas);
Prinsip untuk menghormati hak-hak orang lain,
termasuk dalam menjalankan Profesi wajib
menjaga kelestarian lingkungan hidup.



Sebagaimana telah dijelaskan diatas
bahwa motivasi utama Profesi yang
Luhur adalah pelayanan kepada
sesama manusia bukan keuntungan
finansial, sehingga umumnya Profesi
yang Luhur (officium nobile)
mengadopsi 2 (dua) prinsip yang
penting (Prof. Darji Darmodiharjo,
S.H.):
mendahulukan kepentingan orang
yang dibantu, apakah itu Klien atau
Pasien;
Mengabdi pada tuntutan luhur
Kode Etik sangat penting mengingat
mencakup prinsip-prinsip Profesi yang
wajib ditegakkan. Berdasarkan prinsipprinsip tersebut, para penyandang Profesi
mempertanggungjawabkan
profesionalisme Profesi mereka kepada
masyarakat. Hal ini juga berarti bahwa
masyarakat dapat menuntut
perlindungan hukum apabila ada
kerugian akibat kesalahan seorang
anggota Organisasi Profesi dalam
menjalankan Profesinya dengan
mempertimbangkan ketika ada prinsip(prinsip) Profesi yang dilanggar.
Tanggung jawab hukum


Berdasarkan Tanggung Jawab
Hukum, pelaksanaan tugas
(pengemban profesi) tidak dapat
melanggar atau bertentangan
dengan rambu-rambu hukum
Pelanggaran terhadap tanggung
jawab hukum: dapat diberikan
sanksi. (sanksi hukum yang sifatnya
tegas, konkret, dapat dipaksakan
oleh kekuasaan negara)
Bagaimana dengan Organisasi atau wadah Psikologi?
Berapa banyak Organisasi Psikologi?
Berdasarkan Rancangan UndangUndang tentang Psikologi, wadah
berhimpunnya Profesional Psikologi
pada awalnya didirikan pada tanggal
11 Juli 1959 dengan nama Ikatan
Sarjana Psikologi Indonesia yang
kemudian diubah menjadi Himpunan
Psikologi Indonesia (Himpsi) pada
Kongres Luar Biasa ISPSI tahun
1998 dan diaktekan oleh Notaris Ruri
Habsariwati, S.H., dengan Akte
Nomor 1 Tanggal 28 Oktober 2000



Hingga saat ini, belum ada UU
tentang Psikologi
Pengaturan secara khusus hanya
pada Kode Etik Psikologi Indonesia
Apa konsekwensinya?


Pengaturan (hanya) diatur dalam
Kode Etik dan UU yang bersifat
umum namun memiliki kaitan
dengan profesi psikologi. (Ilmuwan &
Psikolog)
Idealnya ada pengaturan dalam
tingkatan UU sehingga memberikan
perlindungan bagi profesi dan
penggunan jasa.
Kode Etik Psikologi Indonesia

Pasal 7
PELAKSANAAN KEGIATAN SESUAI BATAS
KEAHLIAN/KEWENANGAN
a) Ilmuwan Psikologi dan Psikolog hanya memberikan
jasa/praktek psikologi dalam hubungannya dengan
kompetensi yang bersifat obyektif sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dalam pengaturan terapan keahlian Ilmuwan
Psikologi dan Psikolog.
b) Ilmuwan Psikologi dan Psikolog dalam memberikan
jasa/praktek psikologi wajib menghormati hak-hak
lembaga/organisasi/institusi tempat melaksanakan
kegiatan sejauh tidak bertentangan dengan kompetensi
dan kewenangannya.

Pasal 8
PERLAKUKAN TERHADAP PEMAKAI JASA ATAU KLIEN
Dalam memberikan jasa/praktek psikologi kepada pemakai jasa atau klien, baik yang
bersifat perorangan, kelompok, lembaga atau organisasi/institusi sesuai dengan
keahlian dan kewenangannya, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog berkewajiban untuk :
a) Mengutamakan dasar-dasar profesional.
b) Memberikan jasa/praktek kepada semua pihak yang membutuhkannya.
c) Melindungi klien atau pemakai jasa dari akibat yang merugikan sebagai dampak
jasa/praktek yang diterimanya.
d) Mengutamakan ketidak berpihakan dalam kepentingan pemakai jasa atau klien
dan pihak-pihak yang terkait dalam pemberian pelayanan tersebut.
e) Dalam hal pemakai jasa atau klien yang menghadapi kemungkinan akan terkena
dampak negatif yang tidak dapat dihindari akibat pemberian jasa/praktek psikologi
yang dilakukan oleh Ilmuwan Psikologi dan Psikolog maka pemakai jasa atau klien
tersebut harus diberitahukan tentang kemungkinan-kemungkinan tersebut.



Pasal 9
ASAS KESEDIAAN
Ilmuwan Psikologi dan Psikolog wajib menghormati dan
menghargai hak pemakai jasa atau klien untuk menolak
keterlibatannya dalam pemberian jasa/praktek psikologi,
mengingat asas sukarela yang mendasar pemakai jasa
dalam menerima atau melibatkan diri dalam proses
pemberian jasa/praktek psikologi.
Mensyaratkan Adanya kesepakatan
Bandingkan : PASAL 39 UU NO 29 TAHUN 2004 MENYATAKAN
BAHWA PRAKTEK KEDOKTERAN DISELENGGARAKAN ATAS
ADANYA KESEPAKATAN ANTARA DOKTER DAN PASIEN,
MENIMBULKAN ADANYA PERJANJIAN YANG LEBIH DILIHAT
ADANYA SUATU KONTRAK

Pasal 12
KERAHASIAAN DATA DAN HASIL PEMERIKSAAN
Ilmuwan Psikologi dan Psikolog wajib memegang teguh rahasia yang menyangkut
klien atau pemakai jasa psikologi dalam hubungan dengan pelaksanaan kegiatannya.
Dalam hal ini keterangan atau data mengenai klien yang diperoleh Ilmuwan Psikologi
dan Psikolog dalam rangka pemberian jasa/praktek psikologi hendaknya mematuhi
hal-hal sebagai berikut :
a) Dapat diberikan hanya kepada yang berwenang mengetahuinya dan hanya
memuat hal-hal yang langsung dan berkaitan dengan tujuan pemberian jasa/praktek
psikologi.
b) Dapat didiskusikan hanya dengan orang-orang atau pihak yang secara langsung
berwenang atas diri klien atau pemakai jasa psikologi.
c) Dapat dikomunikasikan dengan bijaksana secara lisan atau tertulis kepada pihak
ketiga hanya bila pemberitahuan ini diperlukan untuk kepentingan klien, profesi dan
akademisi. Dalam kondisi tersebut identitas orang atau klien yang bersangkutan
tetap dirahasiakan.



Pasal 170 ayat (1)
Dikecualikan menjadi saksi :
Mereka yang karena pekerjaan, harkat dan martabat atau jabatan
diwajibkan untuk menyimpan rahasia.
Pasal 322 KUH Pidana
”Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang ia
wajib menyimpan oleh karena jabatan atau pekerjaannya, baik
yang sekarang maupun yang dahul, dihukum dengan penjara
selam-lamanya sembilan bulan atau denda....”
Pasal 120 KUHAP
”...kecuali bila disebutkan karena harkat dan martabatnya,
pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan
rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang
diminta.”
Bandingkan :


Pasal 48 ayat (2) UU No 29 Tahun 2004
Kewajiban terhadap kewajiban
membuka rahasia dokter :
• Jika dilakukan untuk kepentingan
kesehatan pasien
• Jika dilakukan atas permintaan
aparat penegak hukum
• Jika dilakukan atas permintaan pasien
sendiri
• Jika dilakukan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan
lainnya

Pasal 14
PERNYATAAN
a) Dalam memberikan pernyataan dan keterangan/penjelasan
ilmiah kepada masyarakat umum melalui berbagai jalur media
lisan maupun tertulis, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog bersikap
bijaksana, jujur, teliti, hati-hati, lebih mendasarkan pada
kepentingan umum daripada pribadi atau golongan, dengan
berpedoman pada dasar ilmiah dan disesuaikan dengan
bidang keahlian/kewenangan selama tidak bertentangan
dengan kode etik psikologi. Pernyataan yang diberikan
Ilmuwan Psikologi dan Psikolog mencerminkan keilmuannya,
sehingga masyarakat dapat menerima dan memahami secara
benar.
b) Dalam melakukan publikasi keahliannya, Ilmuwan Psikologi dan
Psikolog bersikap bijaksana, wajar dan jujur dengan
memperhatikan kewenangan sesuai ketentuan yang berlaku untuk
menghindari kekeliruan penafsiran serta menyesatkan masyarakat
pengguna jasa psikologi.
Bandingkan :

Siapa yang Membunuh Ita?
02/XXVII 13 Oktober 1998
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1998/10/13/NAS/mbm.19981013.NAS95966.id.html : Akses 18 Nopember 2008
“…Bahkan, merujuk dari hasil autopsi itu, Psikolog Sarlito
Wirawan menuduh korban adalah pekerja seks…”
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1998/10/14/0001.html
:akses 18 Nopember 2008
“…
Pernyataan Sarlito, yang menurutnya baru asumsi itu,
memang jadi pembicaraan
umum. Asumsi Sarlito dianggap meloncat dan tak pantas
keluar dari seorang
psikolog andal sekaliber dia yang nota bene seorang
pengajar di perguruan
tinggi…”
RUU Psikologi

JASA PSIKOLOGI
Pasal 19
Profesional psikologi dalam
menyelenggarakan jasa psikologi
tidak diperbolehkan memberikan
janji keberhasilan atas setiap
tindakan jasa psikologi yang
dilakukan (inspanning verbintenis).

yaitu pihak Profesional psikologi
berupaya secara maksimal
menyembuhkan/memulihkan klien
(inspanningsverbintenis), HAL
TERPENTING ADALAH BAGAIMANA
UPAYA, CARA DAN PROSES YANG
DILAKUKAN JADI “HASIL”
BUKANLAHMENJADI FAKTOR
PENENTU Tidak
merupakan“resultaatsverbintenis”.
Potensi gugatan hukum :
Perbuatan melawan hukum (PMH)
Bagaimana dengan UU Perlindungan Konsumen?
Apakah Profesi Psikologi adalah Pelaku usaha?
Pasal 1 angka 3 dan 5
 Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan
atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan
usaha dalam berbagai bidang ekonomi.




Jasa adalah setiap layanan yang
berbentuk pekerjaan atau prestasi
yang disediakan bagi masyarakat
untuk dimanfaatkan oleh konsumen
Black Law Dictionary dinyatakan :
Business
(kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi) meliputi:
employment,occupation,
PROFESSION, or commercial activity

Jasa adalah setiap layanan yang
berbentuk pekerjaan atau prestasi
yang disediakan bagi masyarakat
untuk dimanfaatkan oleh konsumen
WTO / GATT menyatakan saat ini termasuk
dalam sector jasabisnis, seperti tampak berikut :
 SEKTOR KESEHATAN :
· HOSPITAL SERVICES
· OTHER HUMAN HEALTH SERVICES
· SOCIAL SERVICES
· OTHER
SEKTOR JASA BISNIS :
A. PROFESIONAL SERVICES:
B. MEDICAL AND DENTAL SERVICES
C. PHYSIOTHERAPIST
D.NURSE AND MIDWIFE

Kesimpulan :


Mentaati kode etik
Memahami prinsip hukum yang
mengatur hubungan antara penyedia
jasa profesi dengan pengguna jasa
tersebut.
Eddie Imanuel Doloksaribu, S.H., M.H.
email : [email protected]








Pendidikan : Program Pascasarjana Magister Hukum Unika Parahyangan
Bandung
Pekerjaan : - Dosen tetap FH Unika Atma Jaya Jakarta
- Dosen Program Pascasarjana Magister Hukum
Kesehatan Unika Soegiapranata Semarang.
- Advokat.
Lain-lain
:
Anggota Tim Pusat Koordinasi Monitoring dan Evaluasi Percepatan
pemberantasan Korupsi (KORMONEV), Kementrian Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara.
Anggota Tim Penyusunan naskah akademik Rancangan UU Kesehatan
Jiwa.
Anggota Tim Penyusun PERDA ACEH Tentang Kesehatan Jiwa.
Anggota Majelis Pengawas Notaris Jakarta Pusat.
Anggota Tim Advokasi dan Penanggulangan Bencana Fakultas
Kedokteran, Departemen Psikiatri, Universitas Indonesia.
Anggota Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN).
Download