KADAR PROTEIN DAN MALONDIALDEHYDE (MDA)

advertisement
Kadar Protein dan Malondialdehyde (MDA) Darah Itik ...................................................... Vita
KADAR PROTEIN DAN MALONDIALDEHYDE (MDA) DARAH ITIK
CIHATEUP YANG DIBERI MINYAK BUAH MAKASAR (Brucea
javanica (L.) Merr.) DALAM KONDISI PEMELIHARAAN MINIM AIR
PROTEIN AND MALONDIALDEHYDE (MDA) CONTENT OF BLOOD
CIHATEUP DUCK WHICH ADMINISTERED MAKASAR FRUIT OIL
(Brucea javanica (L.) Merr.) IN MINIMUM WATER CONDITION
Vita*, Diding Latipudin**, Andi Mushawwir**
Universitas Padjadjaran
*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016
**Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak buah makasar
(MBM) terhadap kadar protein dan malondialdehyde (MDA) darah itik Cihateup yang
dipelihara dalam kondisi minim air serta untuk mengetahui konsentrasi pemberian minyak
buah makasar yang optimal bagi itik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga
Desember 2015 di Kandang Percobaan Laboratorium Produksi Ternak, Fakultas Peternakan
Universitas Padjajaran. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Fisiologi Ternak dan
Biokimia, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimental, menggunakan uji contras polinomial orthogonal, yaitu
P0 = Tanpa pemberian minyak buah makasar, P1 = Pemberian minyak buah makasar 100 µL,
P2 = Pemberian minyak buah makasar 150 µL dan P3 = Pemberian minyak buah makasar 200
µL. Empat puluh delapan ekor itik diberi minyak buah makasar pada sore hari sebelum diberi
pakan selama lima minggu. Frekuensi pemberian sebanyak tiga kali dalam seminggu yaitu
pada hari Selasa, Kamis dan Minggu. Sampel darah dikumpulkan menggunakan tabung
EDTA pada pagi hari pukul 06.30 WIB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
minyak buah makasar berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap penurunan kadar protein dan
malondialdehyde (MDA) darah. Pemberian minyak buah makasar yang optimum terdapat
pada konsentrasi sebanyak 100 µL.
Kata kunci : stres panas, MBM, protein , MDA, itik.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of makasar fruit oil (MFO) on the protein
content, and malondialdehyde (MDA) of blood Cihateup duck in minimum water condition
and to determine the optimal concentration makasar fruit oil to the duck. This research was
held from November to Desember 2015 at trial cage Lab of Animal Production Faculty of
Animal Husbandry, Padjadjaran University. The samples test was held in Lab of Animal
Physiology and Biochemistry Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University,
Sumedang, West Java. The research used the experimental methode with contras polinomial
orthogonal test, P0 = Without giving makasar fruit oil, P1 = Giving makasar fruit oil 100 µL,
Kadar Protein dan Malondialdehyde (MDA) Darah Itik ...................................................... Vita
P2 = Giving makasar fruit oil 150 µL, P3 = Giving makasar fruit oil 200 µL. Fourty eight of
Cihateup ducks have been given makasar fruit oil on the afternoon before had been fed during
five weeks. Makasar fruit oil was given three times a week, at Tuesday, Thursday and
Sunday. The blood sample collected using EDTA tube on the morning at 06.30 am. The
result of this study shows makasar fruit oil can be affected (P<0.05) to decrease the protein
and malondialdehyde (MDA) content of blood Cihateup duck. The optimum of administered
makasar fruit oil is concentration of 100 µL.
Key words : heat stress, MFO, protein, MDA, duck.
PENDAHULUAN
Thermoregulasi merupakan mekanisme makhluk hidup untuk mengatur suhu tubuhnya
agar tetap konstan. Proses thermoregulasi terjadi dengan cara mengatur keseimbangan antara
perolehan panas dengan pelepasan panas. Pada itik, proses thermoregulasi dilakukan dengan
cara berendam dalam kolam air.
Hal itu dikarenakan itik tidak memiliki kelenjar keringat
(glandula sebacea), kecuali pada bagian atas ekor, terdapat kelenjar minyak yang disebut
pygostyle atau preen gland (glandula uropygial). Minyak yang dihasilkan oleh kelenjar
disebarkan ke seluruh tubuh. Caranya, kelenjar tersebut dipatuk dengan paruh atau disebut
preening (menyisir bulu guna meminyaki bulu supaya tidak basah terkena air).
Pemeliharaan itik dengan kondisi minim air menyebabkan sulitnya ternak itik dalam
pengaturan panas tubuhnya sehingga menyebabkan stres panas. Munculnya stres panas pada
ternak itik dapat menjadi pemicu munculnya berbagai macam penyakit, laju pertumbuhan dan
produksi telur menurun dan berakhir dengan turunnya tingkat keuntungan.
Itik yang
mengalami stres panas akan mengurangi konsumsi pakan. Tujuannya untuk mengurangi
jumlah kalori yang dihasilkan, agar beban panas yang dihasilkan dari pencernaan pakan tidak
menambah beban pengeluaran panas tubuh.
Sebagai pengganti energi yang hilang,
metabolisme nutrien diaktifkan terutama glikogenolisis dan glukoneogenesis. Pemanfaatan
protein dalam jalur metabolisme untuk penyediaan energi dapat dikaji dengan mengukur
aktivitas protein darah.
Stres panas juga menyebabkan meningkatnya radikal bebas. Hal itu dikarenakan
terjadi pembentukan senyawa oksigen reaktif yang meningkatkan modifikasi lipid, DNA, dan
protein pada berbagai jaringan.
Modifikasi molekuler pada berbagai jaringan tersebut
mengakibatkan ketidakseimbangan antara antioksidan protektif (pertahanan antioksidan) dan
peningkatan produksi radikal bebas. Dampak negatif pada membran sel akan terjadi reaksi
rantai yang disebut peroksidasi lipid. Akibat akhir dari rantai reaksi ini adalah terputusnya
Kadar Protein dan Malondialdehyde (MDA) Darah Itik ...................................................... Vita
rantai asam lemak menjadi berbagai senyawa yang toksik terhadap sel, antara lain
malondialdehyde (MDA), etana, dan pentana.
Penanggulangan stres panas dan kerusakan oksidatif tersebut dapat dilakukan dengan
cara memberikan zat antioksidan. Antioksidan bisa diperoleh dari minyak buah makasar
(MBM). Buah Makasar mengandung golongan senyawa alkaloid, terpenoid, kuasinoid, dan
steroid. Oleh karena itu, untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak buah makasar pada
itik yang dipelihara dalam kondisi minim air dapat menggunakan parameter kadar protein dan
malondialdehyde (MDA) darah.
METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2015, bertempat di
Kandang Percobaan Laboratorium Produksi Ternak Unggas. Pengujian sampel dilakukan di
Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran,
Sumedang.
Produksi minyak esensial diperoleh secara ekstraksi sesuai dengan prosedur penelitian
Subeki et al (2006), yaitu sebanyak 80 kg tepung buah makasar direndam selama 1 minggu
dan setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Selanjutnya filtrat disaring dengan
menggunakan kain saring dan kemudian diuapkan dengan evaporator menjadi 1 L. Filtrat
pekat tersebut kemudian diekstrak dengan etil asetat (EtOAc) hingga diperoleh fraksi air dan
EtOAc. Fraksi EtOAc diuapkan hingga kering dan selanjutnya dimasukkan ke dalam silika
gel kolom khromatografi dan dielusi dengan CHCl3(3 L), MeOH-CHCl³ (3:97,3L), dan
MeOH-CHCl³ (1:4, 3 L), secara berurutan. Fraksi CHCl³
diuapkan hingga kering dan
kemudian dimasukkan ke dalam silika gel kolom kromatografi dan dielusi dengan clorofom
sehingga diperoleh 3 fraksi. Minyak esensial diperoleh dari fraksi 2 (1:2) lalu dievaporasi
untuk memperoleh minyak esensial murni.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental, menggunakan empat perlakuan
dan enam ulangan. Setiap ulangan terdiri dari dua ekor. Sehingga, pada penelitian ini
menggunakan 48 ekor itik. Adapun perlakuan penelitian yaitu sebagai berikut :
P0 = Tanpa pemberian minyak buah makasar
P1 = Pemberian minyak buah makasar 100 µL
P2 = Pemberian minyak buah makasar 150 µL
P3 = Pemberian minyak buah makasar 200 µL
Minyak buah makasar mulai diberikan pada itik umur 14 minggu dengan intensitas
pemberian sebanyak 3 kali dalam seminggu, yaitu pada hari selasa, kamis dan minggu.
Kadar Protein dan Malondialdehyde (MDA) Darah Itik ...................................................... Vita
Pemberian minyak buah makasar dilakukan pada sore hari sebelum itik diberi pakan. Peubah
yang diamati meliputi kadar protein dan MDA darah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Kadar Protein Darah Itik
Cihateup
Rata - rata kadar protein darah itik Cihateup yang diberi minyak buah makasar pada
konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata kadar protein darah itik Cihateup
Ulangan
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
...................................................µL/mL.............................................
1
2
3
4
5
6
6,24
6,00
6,00
6,00
6,21
6,00
4,65
4,67
4,93
4,78
5,32
4,84
5,14
5,28
5,63
5,84
5,28
5,73
5,27
5,29
5,18
5,68
5,73
5,27
Rata – rata
6,07±0,12
4,86±0,24
5,48±0,29
5,41±0,24
Keterangan :
P0
= Tanpa pemberian minyak buah makasar
P1
= Pemberian minyak buah makasar 100 µL
P2
= Pemberian minyak buah makasar 150 µL
P3
= Pemberian minyak buah makasar 200 µL
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 1.) dapat diketahui bahwa rata – rata kadar protein darah
itik lebih tinggi pada P0 yaitu 6,07 (µL/mL) dibandingkan dengan P1 yaitu 4,86 (µL/mL), P2
yaitu 5,48 (µL/mL), dan P3 yaitu 5,41 (µL/mL). Perbedaan rata - rata kadar protein darah itik
Cihateup setelah dilakukan uji Contrast Orthogonal dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Signifikansi Kadar Protein Darah Itik Cihateup yang Diberi Minyak Buah
Makasar
Perlakuan
Rata – rata (µL/mL)
Signifikansi*
P1
4,86
a
P3
5,41
b
P2
5,48
b
P0
6,07
c
Keterangan : * Rata - rata yang diikuti notasi huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0,05), notasi huruf yang sama menunjukkan peubah yang tidak nyata (P>0,05)
Kadar Protein dan Malondialdehyde (MDA) Darah Itik ...................................................... Vita
Hasil dari uji contras orthogonal menunjukkan bahwa pemberian minyak buah
makasar memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kadar protein darah. Rata - rata
kadar protein darah itik pada P3 (200 µL) berbeda nyata dengan P1 (100 µL) tetapi tidak
berbeda nyata dengan P2 (150 µL). Kadar protein tertinggi adalah kelompok itik yang tidak
diberi minyak buah makasar yaitu 6,07 µL/mL, berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan
kelompok itik yang mendapatkan berbagai konsentrasi pemberian minyak buah makasar.
Itik merupakan salah satu jenis unggas air, sehingga proses pengeluaran panas
tubuhnya dilakukan dengan berendam dalam kolam air.
Pemeliharaan yang minim air
menyebabkan itik melakukan peningkatan aktivitas panting untuk mengurangi stres panas.
Tingkah laku tersebut membutuhkan energi atau kalori.
Grafik kadar protein darah itik Cihateup yang diberi minyak buah makasar pada
konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada Ilustrasi 1.
00,007
00,006
00,005
00,004
00,003
00,002
00,001
00,000
y = 7E-05x2 - 0.0159x + 6.0336
R² = 0.7456
0
50
100
150
200
250
Ilustrasi 1. Kadar Protein Darah Itik Cihateup yang Diberi Minyak Buah Makasar pada
Konsentrasi yang Berbeda
Berdasarkan Ilustrasi 1, tampak perubahan kadar protein akibat perbedaan konsentrasi
pemberian minyak buah makasar. Kadar protein terendah berada di sekitar pemberian 100 µL
– 150 µL. Pada saat terjadi stres panas, hypotalamus akan mensekresikan Corticotropin
Realising Faktor (CRF) ke hypofisa anterior.
Selanjutnya hipofisa anterior mensintesa
Adrenocorticotropin Hormone (ACTH) dan kemudian disekresikan ke seluruh pembuluh
darah. ACTH akan diteruskan ke korteks adrenal dan mengatur hormon glukokortikoid
(Mushawwir, 2014). Glukokortikoid dapat menambah produksi glukosa hati dengan cara
meningkatkan kecepatan glukoneogenesis (Lukman, 2008). Substrat utama pembentukan
glukoneogenesis adalah asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan propionat (Murray,
2003). Asam amino merupakan bagian dari protein yang sangat diperlukan tubuh. Pada
keadaan stres panas, sintesis asam amino akan meningkat sehingga metabolisme protein juga
meningkat, karena perlu segera menyediakan substrat untuk proses glukoneogenesis.
Kadar Protein dan Malondialdehyde (MDA) Darah Itik ...................................................... Vita
Katabolisme protein di dalam sel-sel pada saat stres (minim air atau keadaan panas)
mengalami peningkatan, karena perlu menyediakan sumber energi sebagai kompensasi
terjadinya pengaturan panas atau regulasi hormonal. Terkait dengan hasil penelitian ini, kadar
protein plasma darah yang tertinggi terdapat pada kelompok itik yang tidak diberikan minyak
buah makasar (P0).
Berdasarkan hasil ini, dapat dikemukakan bahwa tingginya kadar protein plasma darah
pada itik yang mengalami stres panas (tanpa diberi minyak buah makasar), merupakan
mekanisme fungsional darah. Secara biologis, darah bukan hanya berperan sebagai cairan
ekstraseluler tubuh, tetapi darah berperan dalam fungsi humoral (transport hormon), fungsi
nutrisi (sebagai transport nutrien), fungsi imunitas (mengekspresikan protein untuk
pertahanan tubuh).
Terkait fungsi - fungsi tersebut, itik yang mengalami stres panas meningkatkan
hormon - hormon protein yang disintesis oleh sel-sel hypofisis.
Hormon-hormon tersebut
dibawa ke jaringan target oleh darah. Kondisi ini sangat berperan meningkatkan total protein
darah. Peningkatan kadar protein serum dan plasma darah seiring dengan meningkatkatnya
sintesis hormon - hormon protein di pituitary (hypofisis) (Shinder dkk., 2007).
Hasil penelitian Mashaly dkk. (2004) menunjukkan peningkatan ekspresi proteinprotein (hormone dan sepheron) yang ditranspor melalui darah bagi ternak yang sedang
mengalami stres, sehingga menunjukkan peningkatan kadar protein darah.
Pemberian minyak buah makasar dapat menurunkan kadar protein darah karena buah
makasar mengandung asam lemak tidak jenuh yaitu asam linoleat. Asam lemak ini bisa
diaktifkan menjadi asetil KoA oleh tiokinase. Adanya tambahan dari asetil KoA ini
menyebabkan sintesis asam amino dari protein menurun. Sehingga kadar protein darah akan
menurun.
Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Kadar MDA Darah Itik
Cihateup
Hasil pengamatan kadar MDA darah itik Cihateup yang diberi minyak buah makasar
pada konsentrasi yang berbeda disajikan pada Tabel 3.
Kadar Protein dan Malondialdehyde (MDA) Darah Itik ...................................................... Vita
Tabel 3. Kadar MDA Darah Itik Cihateup yang Diberi Minyak Buah Makasar pada
Konsentrasi yang Berbeda
Ulangan
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
-1
-1
........................................nmol/M cm ....................................
1
3,26
2,03
1,45
1,32
2
2,64
2,04
2,42
1,89
3
2,13
1,56
2,04
1,03
4
2,15
2,01
1,93
1,04
5
2,63
1,84
2,15
2,01
6
1,34
1,74
1,91
1,06
Rata – rata
2,36±0,65
1,87±0,194
1,98±0,32
1,39±0,45
Keterangan :
P0
= Tanpa pemberian minyak buah makasar
P1
= Pemberian minyak buah makasar 100 µL
P2
= Pemberian minyak buah makasar 150 µL
P3
= Pemberian minyak buah makasar 200 µL
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 3.) dapat diketahui bahwa rata – rata kadar MDA darah
itik lebih tinggi pada P0 yaitu 2,36 (nmol/M-1cm-1) dibandingkan dengan P1 yaitu 1,87
(nmol/M-1cm-1), P2 yaitu 1,98 (nmol/M-1cm-1), dan P3 yaitu 1,39 (nmol/M-1cm-1). Perbedaan
rata - rata MDA darah itik Cihateup setelah dilakukan uji Contrast Orthogonal dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Signifikansi Kadar MDA Darah Itik Cihateup yang Diberi Minyak Buah
Makasar
Perlakuan
Rata – rata
(nmol/M-1cm-1)
Signifikansi*
P3
1,39
a
P1
1,87
ab
P2
1,98
b
P0
2,36
c
Keterangan : * Rata - rata yang diikuti notasi huruf yang berbeda menunjukkan peubah yang
nyata (P<0,05), notasi huruf yang sama menunjukkan peubah yang tidak nyata (P>0,05)
Hasil dari uji contras orthogonal menunjukkan bahwa pemberian minyak buah
makasar memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kadar MDA darah. Rata - rata
kadar MDA darah itik pada P3 (200 µL) berbeda nyata dengan P2 (150 µL) tetapi tidak
Kadar Protein dan Malondialdehyde (MDA) Darah Itik ...................................................... Vita
berbeda nyata dengan P1 (150 µL). Grafik kadar protein darah itik Cihateup yang diberi
minyak buah makasar pada konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada ilustrasi 2.
Kadar MDA
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0
50
100
150
200
250
Ilustrasi 2. Kadar MDA Darah Itik Cihateup yang Diberi Minyak Buah Makasar pada
Konsentrasi yang Berbeda.
Berdasarkan Ilustrasi 2, tampak penurunan kadar MDA darah setelah diberi minyak
buah makasar pada konsentrasi yang berbeda. Kadar MDA darah semakin menurun seiring
dengan pemberian minyak buah makasar yang meningkat. Itik yang dipelihara dalam kondisi
pemeliharaan minim air akan mengalami stres oksidatif.
Stres oksidatif, secara selular
diindikasikan dengan meningkatnya Reactive Oxygen Species (ROS), antara lain superoxides,
hydrogen peroxides, hydroxyl radicals. Produksi ROS yang berlebihan sebagai dampak heat
stress (stress panas) menyebabkan oxidative damage, yaitu gangguan dan penurunan sintesis
protein, lipid dan DNA, serta aktivitas ATPase menurun. Ini berarti bahwa oxidative damage
akan menyebabkan penurunan atau bahkan berhentinya produksi ternak. (Mushawwir, 2014).
ROS merupakan senyawa turunan oksigen yang lebih reaktif dibandingkan oksigen
pada kondisi dasar. ROS akan menimbulkan peroksidasi asam lemak dengan protein, asam
nukleat seluler, dan lemak, sehingga terjadi peroksidasi lipid (Bottje, 1995).
MDA
merupakan senyawa yang dapat menggambarkan aktivitas radikal bebas di dalam sel sehingga
dijadikan sebagai salah satu petunjuk terjadinya stres oksidatif akibat radikal bebas (Asni
dkk., 2009).
Dalam
rangka
mendapatkan
stabilitas
kimia,
radikal
bebas
tidak
dapat
mempertahankan bentuk asli dalam waktu lama dan segera berikatan dengan bahan
sekitarnya. Radikal bebas akan menyerang molekul stabil yang terdekat dan mengambil
elektron, zat yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan
Kadar Protein dan Malondialdehyde (MDA) Darah Itik ...................................................... Vita
memulai suatu reaksi berantai, yang akhirnya terjadi kerusakan sel tersebut (Mushawwir,
2014).
Pemberian minyak buah makasar dapat menurunkan kadar MDA darah karena
terdapat kandungan asam linoleat yang tinggi pada buah tersebut. Asam linoleat merupakan
asam lemak omega 6 yang memiliki rantai karbon sebanyak 18 dan mengandung dua ikatan
rangkap pada posisi 9 (C9-C10) dan 12 (C12-C13) dengan isomer geometris cis. Struktur
kimia asam linoleat dapat dilihat pada Ilustrasi 3.
Ilustrasi 3. Struktur Kimia Asam Linoleat
Bila dilihat dari struktur kimianya, asam linoleat memiliki gugus OH yang dapat
mengikat radikal bebas sehingga menjadi stabil dan tidak mengambil elektron - elektron yang
ada di sekitar membran sel. Asam linoleat juga dapat dirubah menjadi asam arakidonat yang
dapat membentuk leukotrien A4 dan leukotrien B4 untuk menjadi antioksidan. Leukotrien
A4 jika bereaksi dengan glutas akan menghasilkan asam glutamat, glysin, systin dan
leukotrien E4. Systin merupakan bahan dasar yang digunakan untuk pembentukan senyawa
antioksidan yaitu torin.
Systin dirubah menjadi sistin zulfinat.
Sistin zulfinat dirubah
menjadi hypotaurin yang akan diubah oleh enzim hypotaurin di hidrogenasi yang bersifat
sebagai antioksidan.
KESIMPULAN
Terdapat pengaruh pemberian minyak buah makasar terhadap kadar protein dan
malondialdehyde (MDA) darah Itik Cihateup. Pemberian minyak buah makasar sebanyak 100
µL merupakan dosis optimal untuk menurunkan kadar protein dan malondialdehyde (MDA)
darah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada projek Penelitian Unggulan Perguruan
Tinggi (PUPT) Strategi Three in One dalam produksi Itik Lokal Jawa Barat pada Kondisi
Kadar Protein dan Malondialdehyde (MDA) Darah Itik ...................................................... Vita
Minim Air dengan nomor kontrak 393/UN6.R/PL/2015 pada tanggal 16 Februari 2015 yang
didanai Dikti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Asni. 2009. Pengaruh Hipoksia Berkelanjutan Terhadap Kadar Malondialdehid,
Glutation Tereduksi, dan Aktivitas Katalase Ginjal Tikus, Maj Kedokt Indon, 59(12):
595-600.
Bottje, W., B. Enkvetchakul, & R. Moore. 1995. Effect of α-tocopherols on antioxidants, lipid
peroxidation, and the incidence of pulmonary hypertensio syndrome (ascites) in
broilers. Poult. Sci. 74: 1356-1369.
Lukman, A. 2008. Mekanisme Dan Regulasi Hormon Glukokortikoid Pada Manusia. Vol 1
No 1 Februari 2008, hlm. 25 -28
Mashaly, M. M., G. L. Hendricks, M. A. Kalama, A. E. Gehad, A. O. Abbas and P. H.
Patterson. 2004. Effect of heat stress on production parameters and immune responses
of commercial laying hens. Poult. Sci. 83(6):889-894.
Murray, 2003. Biokimia Harper. Edisi 25. Alih Bahasa Andry Hartono. Jakarta: Penerbit
EGC; 2003. P. 74 -116. physical activity and health, J. Clin Nutr. Biochem, 72.: 637S46S. Physiol Rev. 82. p: 47-95. Publishing Company, Inc. Wesport, Co. p. 1-15.
Mushawwir. 2014. Sistem Pertahanan Tubuh, Radikal Bebas dan Antioksidan. Fakultas
Peternakan, Universitas Padjajaran.
Shinder, D., M. Rusal, J. Tanny, S. Druyan, and S. Yahav. 2007. Thermoregulatory responses
of chicks (gallus domesticus) to low ambient temperatures at an early age. Poult. Sci.
86, 2200–2209.
Download