UPAYA MENINGKATKAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DI PAUD MASSIR PULPAS KOTA KARANG KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 Oleh : PURWIGATI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 ABSTRAK UPAYA MENINGKATKAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DI PAUD MASSIR PULPAS KOTA KARANG KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 Oleh PURWIGATI Masalah dalam penelitian ini adalah perkembangan kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak usia dini yang belum berkembang secara optimal. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini adalah bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui permainan kartu angka. Subjek penelitian adalah anak didik Paud Massir Pulpas pada kelompok A semester II, dengan jumlah 20 siswa. Data penelitian diperoleh melalui observasi yang dilakukan guru saat pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi. Penelitian dilakukan melalui tiga siklus, dengan setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil Penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pengenalan lambang bilangan melalui permainan kartu angka pada anak kelompok A Paud Massir Pulpas. Hal tersebut dapat dilihat dari siklus I dengan rata-rata hasil observasi (aktivitas siswa) 60% dan pada siklis II dengan ratarata hasil observasi (aktivitas siswa) 65% serta pada siklus III dengan rata-rata hasil observasi (aktivitas siswa) 80%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan kartu angka dapat meningkatkan kemampuan pengenalan lambang bilangan anak pada kelompok A semester II di Paud Massir Pulpas Tahun Pelajaran 2016/2017. Kata kunci: Anak Usia Dini, Lambang Bilangan, Kartu Angka. UPAYA MENINGKATKAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DI PAUD MASSIR PULPAS KOTA KARANG KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 OLEH PURWIGATI Skripsi Sebagian Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Guru – Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 RIWAYAT HIDUP Purwigati lahir di Kota Bandar Lampung, pada tanggal 10 Oktober 1970. Penulis adalah anak ke dua dari lima saudara dari pasangan Alm. Bapak Soedarno Bin Wahono dan Alm. Ibu Rohana Binti Ahmad Tamyis. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1978 di SD Negeri 5 Gedong Air Bandar Lampung, dan diselesaikan pada tahun 1984 , kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 7 Segala Mider Bandar Lampung hingga tahun 1987, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SPG Negeri I Pahoman Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 1990. Pada tahun 1990 penulis mengabdi sebagai Tenaga Pendidik di TK Tri Sakti Gedong Air Bandar Lampung sampai tahun 2006, kemudian pada tahun 2006 sampai dengan sekarang penulis mendirikan PAUD Massir Pulpas Bandar Lampung. Kemudian pada tahun 2011, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Konversi Pendidikan Guru – Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Pada tahun 2016, penulis melaksanakan Praktik Kegiatan Mengajar di Paud Massir Pulpas Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur Kota Bandar Lampung selama kurang lebih tiga bulan. MOTTO 1. Empat langkah untuk berprestasi adalah; (a) berencana secara pasti, (b) persiapkan segala sesuatu sambil berdo'a, (c) laksanakan secara positif, dan (d) yakinkan diri secara terus-menerus (William ward) 2. Jangan berpikir orang lain sama cerdasnya dengan anda, karena mungkin kecerdasannya melebihi anda (Terry Thomas, 2010), 3. Jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain, sukses pasti diraih selama semangat masih membara. 4. Jadikanlah kekecewaan masa lalu menjadi senjata sukses dimasa depan. PERSEMBAHAN Bismillahirrohmanirrohim Alhamdulillahirobbil ‘ Alamin, Teriring doa dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasih yang tulus kepada : Alm. Bapak Soedarno Bin Wahono, Alm. Ibu Rohana Binti Ahmad Tamyis, selama masa hidupnya yang telah membesarkan penulis dengan cinta kasih, dan kepada suami Ir. Masrodi yang memberikan kasih sayang yang tulus, yang tak pernah lelah berkorban, memberi semangat dukungan serta do’a untuk keberhasilan penulis. Anak-anak-Ku “ Mas Ayu Indah Purwati, S.ST, Setya Binawan Patria dan Nauval Haqq Hafi “ serta keluarga besar yang memotivasi, mendoakan, serta memberi semangat untuk penulis dalam menuju keberhasilan. Anak-anak di Paud Massir Pulpas Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Kota Bandar Lampung tahun pelajaran 2016/2017, dan seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan Paud Massir Pulpas, yang selalu memotivasi dan membuat saya semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Keluarga Besar Konversi Pendidikan Guru Anak Usia Dini Angkatan 2011 Almamater tercinta, FKIP Universitas Lampung. SANWACANA Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul "Upaya Meningkatkan Kemampuan Pengenalan Lambang Bilangan Melalui Permainan Kartu Angka di Paud Massir Pulpas Kota Karang Bandar Lampung “ Dalam Skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang Terhormat: 1. Dr. H. Muhammad Fuad., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 2. Dr. Riswanti Rini., M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan Dosen Pembimbing, yang telah membimbing, membantu serta memberikan saran guna kelancaran skripsi ini. 3. Ari Sofia, S.Psi., MA.Psi selaku Ketua Program Studi PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan Dosen Penguji Skripsi , yang telah banyak sekali memberikan masukan dan saran-saran yang bersifat membangun pada saat seminar maupun ujian komprehensip. 4. Seluruh staf pengajar PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan Ilmu Pengetahuan kapada penulis selama kuliah. 5. Teman-teman Konversi PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Angkatan 2011, yang banyak memberikan dorongan dan motivasi serta informasi pada penulis. xii DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK…………………………………………………………………… i JUDUL……………………………………………………………………….. ii PERSETUJUAN……………………………………………………………... iii PENGESAHAN……………………………………………………………… iv PERNYATAAN……………………………………………………………... v RIWAYAT HIDUP………………………………………………………….. vi PERSEMBAHAN……………………………………………………………. vii SANWACANA……………………………………………………………….viii MOTTO………………………………………………………………………. xi DAFTAR ISI…………………………………………………………………. xii DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xiv DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xv DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xvi I. PENDAHULUAN……………………………………………………… 1 A. Latar Belakang …………………………………………………….. 1 B. Identifikasi Masalah………………………………………………… 5 C. Pembatasan Masalah………………………………………………... 6 D. Rumusan Masalah…………………………………………………… 6 E. Tujuan Penelitian……………………………………………………. 6 F. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 7 II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………… 9 A. Lambang Bilangan…………………………………………………… 9 1. Pengertian Lambang Bilangan…………………………………… 9 2. Menggunakan Simbol/Lambang Bilangan ………………….. 9 3. Pengenalan Lambang Bilaangan ………………………………. 10 4. Tujuan Pengenalan Matematika Pada Anak Usia Dini ………… 10 B. PENGERTIAN PERMAINAN …………………………………….. 11 1. Beberapa Teori Permainan …………………………………….. 12 2. Macam-macam Permainan ..……………………………………. 13 3. Syarat-syarat Permainan Yang Baik ……………………………. 15 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permainan ………………… 15 5. Tujuan Permainan ………………………………………………. 17 6. Pengertian Angka ………...…………………………………….. 18 7. Pengertian Kartu Angka ……………………………………… 20 xiii C. PENELITIAN YANG RELEVAN …………………………………. 22 D. KERANGKA PIKIR ……………………………………………...... 23 III. METODE PENELITIAN …………………………….………………….. 26 A. Setting Penelitian ……………………………………………………. 26 1. Jenis Penelitian ………………………………………………..… 26 2. Waktu Penelitian ………………………………………………… 27 3. Tempat Penelitian ……………………………………………….. 28 B. Subyek Penelitian ……...……………………………………………. 28 C. Definisi Konseptual dan Operasional ……………………………….. 28 1. Definisi Konseptual ……………………………………………… 28 2. Definisi Operasional …………………………………………….. 28 D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ……………………………….. 29 1. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… 29 2. Alat Pengumpulan Data ………………………………………… 30 E. Analisis Data ………………………………………………………… 30 F. Prosedur Penelitian ………………………………………………….. 31 1. Perencanaan ……………………………………………………… 32 2. Tindakan …………………………………………………………. 33 3. Pengamatan / Observasi …………………………………………. 33 4. Refleksi ………………………………………………………….. 33 G. Indikator Keberhasilan ……………………………………………… 34 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………………. 35 A. Hasil Penelitian ……………………………………………………… 35 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………… 35 2. Siklus I …………………………………………………………… 35 3. Siklus II ………………………………………………………….. 40 4. Siklus III …………………………………………………………. 46 B. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………… 52 1. Menyebutkan Lambang Bilangan 1 – 10 Secara Berurutan …….. 53 2. Menunjukkan lambang bilangan 1 – 10 secara berurutan ………. 54 3. Mengurutkan Lambang Bilaangan 1 – 10 ………………………. 55 4. Menghubungkan Lambang Bilangan Dengan Benda-Benda Atau Simbol …………………………………………………………… 57 V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………….. 59 A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 59 B. Saran ………………………………………………………………… 60 1. Bagi Guru …………………………………………………….….. 60 2. Bagi Siswa ……………………………………………………….. 60 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 61 LAMPIRAN …………………………………………………………………. 63 xiv DAFTAR TABEL Tabel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Halaman Kondisi Data Tenaga Pendidik PAUD Massir Pulpas ……………. 3 Tingkat kemampuan mengenal lambang bilangan ………………... 4 Kisi-kisi Penilaian Pengenalan Lambang Bilangan ……………….. 30 Distribusi pencapaian prestasi pada siklus I ……………………….. 39 Deskripsi Peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan pada siklus I ………………………………………………. 39 Distribusi pencapaian prestasi pada siklus II ………………………. 44 Deskripsi Peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan pada siklus II ………..…………………………………… 45 Distribusi pencapaian prestasi pada siklus III …….……………….. 51 Deskripsi Peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan pada siklus III …………………………………………….. 52 xv DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kerangka Pikir ……………………………………………… 2. Grafik Peningkatan kemampuan menyebutkan lambang bilangan 1 – 10 secara berurutan pada siklus I, siklus II dan siklus III. ……………………………………………….. 3. Grafik Peningkatan kemampuan menunjukkan lambang bilangan 1 – 10 secara berurutan pada siklus I, siklus II dan siklus III. ………………………………………………… 4. Grafik Peningkatan kemampuan mengurutkan lambang bilangan 1 – 10 pada siklus I, siklus II dan siklus III. ……… 5. Grafik Peningkatan kemampuan menghubungkan lambang bilangan dengan benda-benda atau simbol pada siklus I, siklus II dan siklus III. ……………………………………….. 26 55 56 57 59 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. RPPH siklus I…………………………………………………… 65 2. Lembar Observasi Siklus I ……………………………………... 66 3. Kisis-kisi Instrumen Penilaian Siklus I ………………………… 70 4. Rubrik Penilaian Proses Siklus I ……………………………….. 71 5. RPPH siklus II .………………………………………………… 72 6. Lembar Observasi Siklus II……………………………………... 75 7. Kisis-kisi Instrumen Penilaian Siklus II………………………… 77 8. Rubrik Penilaian Proses Siklus II……………………………….. 78 9. RPPH siklus III..……………….……………………………...… 79 10. Lembar Observasi Siklus III………………………………...…... 83 11. Kisis-kisi Instrumen Penilaian Siklus III...……………………… 85 12. Rubrik Penilaian Proses Siklus III ………………………..…….. 86 13. Surat Ijin Penelitian Pendahuluan……………………………….. 87 14. Surat Ijin Penelitian……………………………………………… 88 15. Surat Balasan Ijin Penelitian…………………………………….. 89 16. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian……………………... 90 17. Foto-foto Kegiatan Pembelajaran……………………………….. 91 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan diri anak. Dengan pendidikan yang berkualitas akan menjadikan bangsa indonesia bangsa yang maju dan bisa memanfaatkan sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas. Dengan perhatian dan kesadaran terhadap pendidikan anak maka membawa dampak yang positif bagi perkembangan anak yang selanjutnya. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan pada anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir sampai umur 6 tahun. kober ( Kelompok Bermain ) merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang di awali dari pendidikan keluarga, dilanjutkan dengan play group, PAUD dan Sekolah Dasar awal. Usaha ini di lakukan pada usia 4-6 tahun agar anak lebih siap mengikuti pendidikan selanjutnya. Kurikulum 2013 ( K-13 ) tahun 2014 mulai diterapkan di beberapa lembaga pendidikan termasuk di Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ), sesuai dengan 2 anjuran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, mengingat K-13 tersebut sangat relevan dan sesuai dengan aspek perkembangan anak, terlebih dalam hal melatih kemampuan kognitif anak usia dini. Terutama dalam kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak usia dini. Mengembangkan kemampuan pengenalan lambang bilangan anak dengan cara anak diajak berpikir secara numerik atau dalam konteks pola secara urutan logis, atau dalam bentuk-bentuk cara berfikir logis yang lain. Mengembangkan kemampuan pengenalan lambang bilangan anak dengan cara anak diajak melakukan permainan Kartu Angka sesuai pikiran dan angka yang anak lihat. Paud Massir Pulpas merupakan sekolah yang berada di salah satu Pulau tepatnya di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur Kota Bandar Lampung. Paud Massir Pulpas mempunyai 1 kepala sekolah dan 5 orang guru, serta mempunyai anak didik kelompok A 20 anak dan kelompok B 34 anak. Kebanyakan anak didik berasal dari keluarga yang perekonomiannya menengah ke bawah. Banyak orang tua murid yang berpendidikan rendah mengharapkan guru mengajarkan pada anak-anaknya dapat membaca, menulis dan berhitung, setelah mereka menyekolahkan anaknya di Paud Massir Pulpas. Latar belakang guru yang kebanyakan lulusan SLTA sederajat dan hanya 1 guru yang pendidikannya Sarjana ( S-1 ) dari jurusan selain PAUD membuat guru kurang maksimal dalam memahami anak dan tahap-tahap perkembangan anak, Keadaan ini juga berpengaruh pada kegiatan belajar mengajar serta keaktifan anak dalam setiap mengikuti kegiatan. 3 Media pembelajaran sangatlah penting karena dengan media anak dapat secara langsung melihat dan anak juga bisa memainkan media tersebut secara langsung, sehingga anak lebih faham dan pembelajaran tersebut bermakna bagi anak. Tabel 1. Kondisi Data Tenaga Pendidik PAUD Massir Pulpas Jumlah Guru 5 Guru Latar belakang pendidikan SPG-TK SLTA/MAN Sarjana 1 orang 3 orang 1 orang ( Sumber PAUD Massir Pulpas tahun 2015 ). Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa kurang maksimalnya kemampuan pengenalan lambang bilangan pada anak, dikarenakan kurangnya media pembelajaran atau alat peraga yang masih minim di Paud Massir. Selama ini di Paud Massir mengenalkan lambang bilangan pada anak hanya menggunakan sarana yang tersedia di kelas, menggunakan jari tangan, dan menulis diangka dipapan tulis. Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pengenalan lambang bilangan di kelas, ditemukan adanya masalah yaitu : terutama dalam menyebutkan urutan bilangan. Disini terlihat ketika anak menyebut urutan bilangan sering kali keliru ( meloncat dalam menghitung ) missal 1,2,4,6 dan seterusnya, membilang dengan menunjuk angka juga sering masih keliru disini terlihat ketika anak menyebutkan angka 6 dia akan menunjuk angka 9. Dari 20 anak hanya 7 anak yang bisa menyebutkan urutan bilangan, kemampuan berhitung, membilang dengan menunjuk angka. 4 Sesuai dengan STPPA ( Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak ) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor. 137 tahun 2014 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor. 146 tahun 146, indikator pengenalan lambang bilangan untuk anak usia 4 – 5 tahun adalah sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah ini. Tabel 2. Tingkat kemampuan mengenal lambang bilangan Tahap perkembangan BB ( Belum Berkembang ) MB ( Mulai Berkembang ) BSH ( Berkembang Sesuai Harapan ) BSB ( Berkembang Sangat Baik ) 1 2 3 4 Jumlah anak 13 4 20 % 2 10 % 1 5% 20 100 % Jumlah Persentase 65 % Keterangan : 1. Ketepatan menyebutkan lambang bilangan 1. (BB)= jika anak belum bisa mengenal satupun lambang bilanagn 1– 10 secara berurutan 2. (MB)= jika anak mulai bisa mengenal beberapa lambang bilangn 2. Ketepatan menunjuk lambang bilangan1-10 3. (BSH)= jika anak sudah mampu mengenal sepuluh lambang bila 3. Ketepatan mengelompokkan lambang 4. (BSB)= jika anak sudah mampu mengenal lambang bilangan bilangan 4. Ketepatan menghubungkan lambang bilangan dengan bennda-benda atau symbol. ( Sumber : Lembaga PAUD Massir Pulpas Tahun 2015 ) Hal ini dikarenakan kurang aktif dan kurangnya inovasi dalam pembelajaran membuat anak merasa jenuh dan bosan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Pembelajaran di kelas guru menggunakan metode ceramah yang membuat anak kurang aktif sehingga pembelajaran kurang maksimal, misalkan dalam pembelajaran matematika, menyebut urutan bilangan dengan menunjuk angka, guru hanya melihatkan majalah yang isinya tentang angka, kemudian anak di ajak untuk menunjuk angka tanpa di bimbing guru sehingga anak pasif serta tanpa adanya proses pembelajaran yang aktif dan inovatif untuk anak, sehingga kemampuan anak dalam mengenal angka serta lambang 5 bilangan masih rendah. Untuk itu guna meningkatkan pengenalan lambang bilangan peneliti menggunakan permainan kartu angka. Karena dengan menggunakan permainan kartu angka anak akan lebih termotivasi dalam berbagai kegiatan, mengasah kemampuan kognitif anak, mengasah kemampuan berhitung anak, dan anak akan lebih mengenal konsep angka dan konsep bentuk, kemudian dapat menumbuhkan kedisiplinan anak serta jiwa sportifitas anak dan akan lebih memudahkan guru untuk mengenalkan lambang bilangan pada anak. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: " upaya meningkatkan kemampuan pengenalan lambang bilangan melalui permainan kartu angka di Paud Massir Pulpas ". B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat di identifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Rendahnya kemampuan anak dalam menyebut urutan bilangan. Kegiatan ini dapat terlihat ketika guru meminta anak untuk menyebutkan urutan bilangan, anak masih suka keliru dalam menyebutkan urutan bilangan. 2. Rendahnya kemampuan anak untuk membilang dengan menunjuk angka. Kegiatan ini dapat dibuktikan ketika guru meminta anak untuk menunjuk angka 6 tetapi anak masih bingung sehingga anak menunjuk angka 9. 3. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, kegiatan ini dapat terlihat ketika dalam pembelajaran matematika, menyebut urutan bilangan 6 dengan menunjuk angka, guru hanya melihatkan majalah yang isinya tentang angka. 4. Guru kurang menggunakan media pemebelajaran dalam pengenalan lambang bilangan, kegiatan ini terlihat ketika pengenalan lambang bilangan, guru hanya menggunakan jari tangan dan barang-barang yang ada dikelas. C. Pembatasan Masalah Agar pembatasan penelitian ini tidak meluas, maka perlu di berikan batasan masalah. Adapun masalah penelitian ini di batasi pada: peningkatan kemampuan pengenalan lambang bilangan anak melalui permainan kartu angka pada kelompok A Paud Massir Pulpas. D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang di rumuskan dalam penelitian ini adalah Bagaimana meningkatkan kemampuan pengenalan lambang bilangan melalui permainan kartu angka pada kelompok A Paud Massir Pulpas ?. E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk meningkatkan kemampuan pengenalan lambang bilangan pada anak melalui permainan kartu angka pada peserta didik kelas A Paud Massir Pulpas. 7 2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan pengenalan lambang bilangan anak melalui permainan kartu angka pada peserta didik kelas A Paud Massir Pulpas. F. Manfaat Penelitian Selain tujuan yang ingin dicapai, diharapkan penelitian ini juga memberikan manfaat. Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat secara teoritis sebagai alat pengembangan ilmu pengetahuan tentang kemampuan pengenalan lambang bilangan anak melalui permainan kartu angka. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Kepala Sekolah 1) Untuk memberikan masukan kepada guru dalam inovasi pembelajaran di Paud Massir Pulpas. 2) Penelitian yang di lakukan ini di harapkan dapat meningkatkan kemampuan pengenalan lambang bilangan dan keaktifan serta perkembangan anak. b. Bagi Guru 1) Kemampuan pengenalan lambang bilangan anak melalui permainan kartu angka dapat memecahkan masalah di dalam kelas bagi anak yang cenderung pasif. 2) Menjadikan acuan wawasan bagi guru untuk membuat pembelajaran bermain kartu angka lebih kreatif dan inovatif. 8 c. Bagi Siswa 1) Pada saat bermain permainan kartu angka anak dapat melatih kemampuan pengenalan lambang bilangan anak. 2) Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. d. Bagi Peneliti Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian yang terkait dengan peningkatan kemampuan pengenalan lambang bilangan anak melalui permainan kartu angka. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lambang Bilangan 1. Pengertian lambang bilangan Pengertian lambang bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Lambang bilangan menurut Pakasi ( 1970 : 23 ) bilangan merupakan suatu konsep tentang bilangan yang terdapat unsur-unsur penting seperti : nama, urutan, lambang, dan jumlah. Menurut Suwarma (2006) Lambang atau simbol berguna sebagai cara khusus untuk mengelompokkan lambang bilangan sehingga dapat menyatakan bilangan yang lebih besar dengan lebih mudah. Bilangan merupakan suatu kegiatan belajar mengenai bilangan melalui aktivitas berhtung. Berhitung dengan suara nyaring atau berhitung sambil bernyanyi baik dilakukan ketika mengajarkan anak berhitung dan mengenal bilangan. ( Ismayani, 2010 ). 2. Menggunakan simbol/lambang bilangan Menurut Setyono (2007:55) mengenalkan anak pada konsep lambang bilangan, bahwa angka lima, misalnya, bisa di tuliskan dengan suatu simbol atau lambang, yaitu "5". Kemudian bisa dilanjutkan dengan 10 memberikan suatu soal yang diceritakan. Cerita hendaknya merupakan suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. 3. Pengenalan Lambang Bilangan Menurut Hudoyo (1990:139) bahwa memahami hubungan antar tampilan bilangan dapat diartikan sebagai contohnya setalah anak mendengarkan soal (tampilan bahasa lisan), anak bisa menunjukkan dengan media balok (tampilan model/benda mainan), menggambarkannya (tampilan gambar), lalu anak menulis jawaban pada kertas (simbol tertulis angka atau kata). Setiap bilangan yang dilambangkan dalam bentu angka, sebenarnya merupakan konsep abstrak.Pengenalan lambang bilangan pada anak bermanfaat bagi anak dalam menganalisa masalah secara logis yang di temukan anak dalam bermain, menemukan, menciptakan rumus-rumus secara ilmiah, senang bereksplorasi, suka berhitung, gemar mengklasifikasi benda serta memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika ke dalam kehidupan sehari-hari. 4. Tujuan Pengenalan Matematika pada Anak Usia Dini a. Tujuan umum Agar anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung/ matematika, sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih komplek. 11 b. Tujuan khusus Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar anak. Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi. Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi di sekitarnya.Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan. B. Pengertian Permainan Dalam mendidik anak usia dini tidak terlepas dari permainan, karena pada masa usia 4-5 tahun adalah dikatan sebagai usia bermain, begitu juga dalam menerapkan pembelajaran pada anak usia dini yaitu melalui belajar sambil bermain, Sehingga begitu pentingnya konsep permainan pada anak usia dini. Menurut Zulkifli (2006:38 ) permainan adalah suatu kesibukan yang di pilih sendiri tanpa ada suatu unsur paksaan, tanpa di desak oleh rasa tanggung jawab. Kemudian menurut Mauliawan ( 2009:15 ) permainan adalah situasi atau kondisi tertentu pada saat seseorang mencari kesenangan atau kepuasan melalui suatu aktivitas yang di sebut "main". Wujudnya dapat berbentuk benda konkret, seperti bola, mobil-mobilan, pistol mainan, dan seterusnya; dapat pula berbentuk benda abstrak yang melibatkan perasaan, seperti 12 mendengarkan musik, dongeng, atau menonton televisi; atau menunjuk pada pengertian suatu aktivitas untuk mencari kesenangan secara bersama-sama. Permainan adalah aktivitas-aktivitas untuk memperoleh kesenangan.Lebih lanjut. Menurut Suyadi ( 2010:213) menegaskan bahwa bermain merupakan lawan dari kerja. Jika bermain di lakukan dengan penuh kesenangan dan kebahagiyaan, bekerja belum tentu harus di lakukan dengan bahagia. Jika bermain bisa di lakukan tanpa beban kewajiban tertentu. Jika bermain di lakukan tanpa tujuan atau hasil, bekerja selalu berorientasi pada hasil. Dari uraian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa permainan adalah suatu aktivitas untuk memperoleh kesenangan yang di pilih sendiri tanpa ada suatu unsur paksaan, tanpa di desak oleh rasa tanggung jawab. 1. Beberapa Teori Permainan Teori dari permainan antara lain: a. Teori rekreasi Teori ini berasal dari Schaller dan Lazarus dalam Zulkifli ( 2006:39 ), keduanya ilmuan bangsa jerman, yang berpendapat bahwa permainan merupakan kesibukan untuk menenangkan pikiran atau beristirahat. b. Teori Penglepasan Teori ini berasal dari Herbert Spencer dalam Mauliawan ( 2009:11 ), ahli pikir bangsa inggris, yang mengatakan bahwa dalam diri anak terdapat kelebihan tenaga. Sewajarnya ia harus mempergunakan tenaga itu melalui kegiatan bermain. 13 c. Teori Atavistis Teori ini berasal dari Stanley Hall dalam Setyono ( 2007:39 ), ahli Psikologi bangsa amerika, yang berpendapat bahwa di dalam perkembanganya, anak melalui seluruh taraf kehidupan umat manusia. Permainan dapat menyalurkan atau menghilangkan perasaan maupun keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan susila yang berlaku di kalangan masyarakat. d. Teori biologis Teori ini berasal dari Karl Groos dalam Marhijanto ( 2008:127 ), seorang bangsa Jerman, permainan merupakan tugas biologis ( hidup atau hayat ). Permainan merupakan latihan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan kehidupan, juga dapat dianggap sebagai latihan jiwa dan raga untuk kehidupan di masa yang akan datang. e. Teori psikologi Teori ini berasal dari Sigmund Frued dan Adler dalam Sudaryanti ( 2006:97 ), permainan merupakan bentuk pemuasan dari nafsu seksual yang terdapat di kompleks terdesak. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa teori bermain meliputi teori rekreasi, teori penglepasan, teori atavitis, teori biologis, teori psikologi dalam. Didalam suasana permainan terdapat unsur kebebasan dan keinginan untuk mengalami rasa senang. 2. Macam-Macam Permainan Menurut Zulkifli (2006:42) macam-macam permainan antara lain: 14 a. Permainan fungsi Dalam permainan ini yang di utamakan adalah geraknya, seperti gerakan-gerakan tangan dan kaki pada bayi.Bentuk permainan ini gunanya untuk melatih fungsi-fungsi gerak dan perbuatan. b. Permainan konstruktif Dalam permainan ini yang di utamakan adalah hasilnya.Permainan konstruktif sangat penting bagi anak-anak yang berusia 6 - 10 tahun.Mereka sibuk membuat mobil-mobilan, rumah-rumahan, boneka dari kain-kain perca dan sebagainya. c. Permainan reseptif Sambil mendengarkan cerita atau melihat-lihat buku bergambar, anak berfantasi dan menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya sendiri menjadi aktif. d. Permainan peranan Anak itu sendiri memang peranan sebagai apa yang sedang di mainkannya. e. Permainan sukses Dalam permainan ini yang diutamakan adalah prestasi.Untuk kegiatan permainan ini sangat dibutuhkan keberanian, ketangkasan, kekuatan, dan bahkan bersaingan. Jadi dapat di tarik kesimpulan bahwa macam-macam permainan meliputi permainan fungsi, permainan konstruktif, permainan reseptif, permainan peranan, permainan sukses 15 3. Syarat-Syarat Permainan yang Baik Menurut Mauliawan (2000: 265-266), syarat-syarat permainan yang baik adalah : a. Mudah di bongkar-pasang Alat permainan yang mudah di bongkar pasang, dapat di perbaiki sendiri, lebih ideal dari pada mobil-mobilan yang dapat bergerak sendiri. b. Mengembangkan daya fantasi Alat permainan yang sifatnya mudah di bentuk dan di ubah-ubah sangat sesuai untuk mengembangkan daya fantasi, yang memberikan kepada anak kesempatan anak untuk mencoba dan melatih daya-daya fantasinya. c. Tidak berbahaya Para ahli yang telah meneliti jenis alat-alat permainan sependapat tentang alat permainan yang suka mendatangkan bahaya bagi anakanak,yaitu tangga,sepeda beroda tiga,dan jungkit-jungkitan. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permainan Menurut Ismail (2009:53) ada tujuh faktor yang dapat mempengaruhi permainan anak, yaitu a. Kesehatan Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif (seperti permainan dan olahraga). Dengan demikian anak yang kekurangan tenaga akan lebih menyukai hiburan saja. b. Perkembangan motorik 16 Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif. c. Inteligensi Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang anak yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdikan. Anak yang pandai menunjukkan keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar, termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata. d. Jenis kelamin Pada masa awal kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak ketimbang anak perempuan.Tetapi, terjadi sebaliknya pada masa akhir kanak-kanak. e. Lingkungan Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak lainnya, karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas. f. Status sosial ekonomi Anak dari kelompok sosial ekonomi yang tinggi lebih menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu 17 roda.Sedangkan mereka yang berasal dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal, seperti bermain bola dan kelerng. g. Jumlah waktu bebas Jumlah waktu bermain terutama bergantung pada status ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga yang besar. 5. Tujuan Permainan Menurut Chayatie ( 2010:15 ) tujuan dari permainan antara lain: a. Icebreaker Memberi peluang kepada peserta untuk memperkenalkan diri satu sama lain dan menuntun mereka ke pokok permasalahan. b. Membangun kerja sama tim Latihan ini di gunakan untuk memperbaiki hubungan masing-masing individu dan sekelompok di dalam suatu kelompok. c. Komunikasi Latihan yang di gunakan untuk komunikasi di rancang agar peserta dapat mengetahui keterampilan komunikasi mana yang dapat diperbaiki. d. Kemampuan fasilitator atau presentasi Keterampilan memfasilitasi ditujukan kepada orang yang perlu mengembangkan atau memperbaiki kemampuan mereka berbicara dimuka umum atau presentasi. 18 e. Latihan pembangkit semangat Latihan ini dapat digunakan kapan saja jika anda melihat peserta sudah mulai kehilangan minatnya atau mengantuk. f. Pembelajaran Latihan ini dirancang bagi para peserta agar dapat melihat sikap atau gaya belajar mana yang memerlukan perbaikan. g. Persepsi Latihan persepsi umumnya menyenangkan bagi setiap orang yang menggunakannya. h. Evaluasi Sebagian besar latihan evaluasi ditujukan kepada para peserta untuk mengevaluasi diri sendiri atau program, i. Manajemen diri Latihan ini memberikan peluang kepada peserta untuk memahami bagaimana mereka dapat memperbaiki teknik pengembangan diri mereka sendiri. 6. Pengertian angka Menurut Tadkirotun ( 2012 ) angka atau bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan suatu objek yang terdiri dari angka-angka. Sebagai contoh bilangan 10, dapat ditulis dengan dua buah angka ( double digits ) yaitu angka 1 dan angka 10 ). Bilangan banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, bilangan yang ditemui anak-anak sebenarnya memiliki arti yang berbeda-beda. 19 Seperti yang dikemukakan oleh Fatimah ( 2011:14 ) anak-anak akan belajar membedakan arti bilangan berdasarkan penggunaan yaitu: a. Bilangan kardinal menunjukkan kuatitas atau besaran benda dalam sebuah kelompok. b. Bilangan ordinal, digunakan untuk menandai urutan dari sebuah benda, contoh juara kesatu, dering telepon, ke lima kalinya, hari kartini hari ke 21 di bulan April, dll. c. Bilangan nominal, digunakan untuk memberikan nama benda, contoh: nomor rumah, kode pos, nomor lantai/ruang di dedung, jam, uang, dll. Bilangan memiliki beberapa bentuk / tampilan ( representasi ) yang saling berkaitan diantaranya benda nyata, model mainan, ucapan, simbol ( angka atau kata ). Nurlaela ( 2009:16 ) mengemukakan bahwa tampilan bilangan yang satu dengan tampilan bilangan yang lainnya memahami hubungan antar tampilan bilangan dapat diartikan sebagai contohnya setalah anak mendengarkan soal ( tampilan bahasa lisan ), anak bisa menunjukkan dengan media balok (tampilan model/benda mainan), menggambarkannya ( tampilan gambar ), lalu anak menulis jawaban pada kertas ( simbol tertulis angka atau kata ). Setiap bilangan yang dilambangkan dalam bentuk angka, sebenarnya merupakan konsep abstrak. 20 Seperti apa yang dikemukakan oleh Marhijanto (2008:30) bahwa bilangan adalah banyaknya benda, Jumlah, satuan system matematika yang dapat diunitkan dan bersifat abstrak. 7. Pengertian kartu angka Salah satu alat permainan edukatif yang dapat dipergunakan dalam pengenalan lambang bilangan pada anak usia dini adalah permainan kartu angka, yang dapat dimodifikasi menjadi beberapa permaian ( kereta angka, bola bowling atau tebak suara ). Menurut Soeharto ( 2005: 27 ), Kartu diartikan sebagai salah satu ide untuk menyampaikan pendapat konsep dalam bentuk tertulis. Sementara menurut Sudaryanti ( 2006: 1 ) menyatakan bahwa angka adalah merupakan suatu notasi tertulis dari sebuah bilangan. Menurut S. Wojowasito (1972:126) kartu adalah kertas tebal yang berbentuk persegi empat. Menurut Nurani ( 2012 ) Kartu angka atau alat peraga kartu adalah alatalat atau perlengkapan yang digunakan oleh seorang guru dalam mengajar yang berupa kartu dengan bertuliskan angka sesuai dengan tema yang diajarkan. Alat peraga kartu adalah alat bantu bagi anak untuk mengingat pelajaran. Alat peraga kartu huruf dapat menimbulkan kesan di hati sehingga anak-anak tidak mudah melupakannya. Sejalan dengan ingatan anak akan alat peraga itu, ia juga diingatkan dengan pelajaran yang disampaikan guru. Semakin kecil anak, ia semakin perlu 21 visualisasi/konkret ( perlu lebih banyak alat peraga ) yang dapat disentuh, dilihat, dirasakan, dan didengarnya. 8. Langkah-Langkah Penerapan Kartu Angka Alat peraga berupa kartu adalah alat untuk menjelaskan yang sangat efektif, misalnya: Untuk menjelaskan usia, ciri khas, karekter atau sifat dari seorang tokoh. Dengan alat peraga, gambar lebih jelas daripada dijelaskan dengan kata-kata saja. Sehingga anak dapat menghayati karakter tokoh yang diceritakan. Untuk menjelaskan situasi sebuah tempat, misal keadaan sebuah kota, bangunan, dan sebagainya, dengan gambar akan lebih jelas daripada diceritakan secara lisan saja Menurut Tadkirotun (2012) kartu angka merupakan fasilitas penting dalam pembelajaran di sekolah karena bermanfaat untuk meningkatkan perhatian anak. Dengan alat peraga kartu, anak diajak secara aktif memperhatikan apa yang diajarkan guru. Satu hal yang harus diingat, walaupun fasilitas alat peraga kartu yang dimiliki sekolah sangat minim, tetapi bila penggunaan alat peraga diikuti dengan metode anak aktif, maka efektifitas pengajaran akan semakin baik. Menurut Tadkirotun ( 2012 ), adapun langkah penerapan penggunaan kartu angka dalam pembelajaran anak kelompok A, yaitu : 1). Permainan angka bisa dilakukan dengan kartu angka dan gambar. Satu sisi berisi sejumlah gambar dan satu sisi bertulisan angka. 2). Anak menghitung jumlah gambar pada kartu. 3). Jika hitungannya benar anak membalik kartu, sehingga terlihat angka. 22 4). Guru memberikan tanggapan positif. Jika anak keliru maka diharapkan guru dapat membantu anak untuk menghitungnya. Setelah itu anak menghitung kembali tanpa dibantu. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kartu angka adalah kertas persegi panjang yang agak tebal berisi tulisan angka. C. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan Sri Haryanti ( 2012 ) tentang upaya meningkatkan kemampuan memahami konsep bilangan melalui bermain rahasia kubus pada anak TK Nasima Semarang tahun ajaran 2011/2012, menyimpulkan adanya peningkatan terhadap hasil dari bermain rahasia kubus dan peningkatan persentase terhadap ketuntasan belajar dengan kondisi awal 59,52 %, siklus 1 sebesar 61,15 % dan siklus 2 sebesar 86,11%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bermain rahasia kubus dapat meningkatkan kemampuan memahami konsep bilangan anak ( Sri Haryanti, 2012:59 ). Sementara itu penelitian tindakan kelas yang dilakukan Nasliyah (2012) tentang upaya meningkatkan kemampuan belajar berhitung anak usia dini melalui metode permainan bilangan di TK Rohmaniyyah Semarang Kelompok A tahun ajaran 2011/2012, menyimpulkan adanya peningkatan kemampuan berhitung dan peningkatan presentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus 1 aktivitas siswa 68% dan siklus 2 sebesar 84% serta persentase ketuntasan pada siklus 1 sebesar 66 % dan siklus 2 sebesar 87%. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dimaknai bahwa pemilihan metode pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan, manakala guru mampu mendesain 23 pembelajaran dengan memilih metode pembelajaran yang tepat maka kemampuan berhitung anak akan meningkat ( Nasliyah, 2012: 44 ). Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat diketahui bahwa ada beberapa peneliti yang sudah mengupas variable yang akan penulis teliti. Namun demikian, keragaman individual tiap anak dan kondisi sekolah yang berbeda tentu akan memberikan hasil penelitian yang berbeda pula. Pengenalan lambang bilangan dengan permainan kartu angka diharapkan dapat meningkatkan pengenalan angka pada anak usia dini, oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah. D. Kerangka Pikir Kemampuan mengenal lambang bilangan anak di Paud Massir Pulpas Kota Karang masih belum maksimal sesuai yang diharapkan. Maka perlu adanya rangsangan yang dapat membantu anak-anak dalam kemampuan mengenal lambang bilangan. Permainan dengan kartu angka dapat meningkatkan pengenalan lambang bilangan pada anak. Menurut Nurani ( 2012 ) Kartu angka atau alat peraga kartu adalah alat-alat atau perlengkapan yang digunakan oleh seorang guru dalam mengajar yang berupa kartu dengan bertuliskan angka sesuai dengan tema yang diajarkan. Selama ini di Paud Massir pengenalan lambang bilangan pada anak, guru selalu menggunakan metode ceramah dan alat peraga menggunakan jari tangan dan benda-benda yang ada dikelas. Sehingga menyebabkan 24 rendahnya kemampuan anak menyebut urutan bilangan, dan kurangnya membilang dengan menunjuk angka. Untuk itu kita melaksanakan pembelajaran melalui bermain kartu angka, yang tahap pelaksanaannya dibagi menjadi tiga siklus. Sikus I bermain kereta angka, siklus II bermain bola bowling dan siklus III bermain tebak suara, masing-masing siklus melaksanakan dua kali pertemuan. Dari hasil permainan tersebut anak di Paud Massir Pulpas mengalami peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan. Hal tersebut terlihat ketika anak diberi permainan dengan kartu angka, anak akan lebih tertarik dan lebih gampang mengenal angka. Kartu angka yang berwarna warni dan dengan modifikasi permainan kartu angka ( kereta angka, bola bowling dan tebak suara ) akan lebih menarik perhatian anak, dibandingkan guru hanya mengenalkan angka pada anak melalu metode ceramah dengan menggunakan kata-kata dan memakai jari tangan atau menulis dipapan tulis. Mengingat jika guru menggunakan metode ceramah, anak akan semakin sulit untuk memahami lambang bilangan karena membuat anak monoton dalam mengikuti proses pembelajaran, dan berakibat anak kurang bersemangat kemudian berdampak pada lemahnya penyerapan lambang bilangan pada anak. Sehingga dalam meningkatkan pengenalan lambang bilangan pada anak akan lebih efektif dan efisien apabila menggunakan alat peraga berupa kartu angka yang telah dimodifikasi berupa kereta angka, bola bowling dan tebak suara. 25 Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Hasil Kondisi Awal Tindakan Rendahnya kemampuan anak dalam menyebut urutan bilangan Melaksanakan pembelajaran melalui bermain kartu angka Rendahnya kemampuan anak membilang dengan menunjuk angka Guru banyak menggunakan metode ceramah Guru kurang menggunakan media pembelajaran. Kegiatan belajar dan mengajar mengalami peningkatan “kereta angka” ( Siklus I ) “ Bola Bowling” ( Siklus II ) Evaluasi “ Tebak Suara ” ( Siklus III ) III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Artinya peneliti tidak melakukan penelitian sendiri namun bekerja sama dengan guru kelas B sebagai observer, dan peneliti dalam hal ini sebagai guru kelas. Penelitian ini menciptakan kolaborasi atau partisipasi antara peneliti dan guru pendamping. Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian, peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data. Kemudian peneliti bersama dengan guru kelas lain sebagai observer menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitian. Pengertian PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ) menurut Suyanto (1997) mendefinisikan PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif, dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan / atau meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara professional. Sementara Ninik,S.W menyimpulkan, bahwa : PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiiki kinerjanya 27 sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Rencana siklus PTK apat dilihat pada gambar spiral PTK dibawah ini : Refleksi Siklus 1 Pelaksanaan Observasi Perencanaan Refleksi Siklus 2 Pelaksanaan Observasi Siklus berikutnya. Gambar 2. Bagan Teknis Desain Siklus Penelitian ( Arikunto, 2011:16 ) 2. Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas dilakukan pada bulan April 2016 sampai selasai. Siklus I dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 22 April 2016. 28 Siklus II pada hari Sabtu, tanggal 7 Mei 2016 dan Silus III pada hari Selasa, tanggal 17 Mei 2016. 3. Tempat Penelitian Adapun Tempat penelitian tindakan kelas yang di lakukan peneliti adalah PAUD Massir Pulau Pasaran pada kelompok A Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015 / 2016. B. Sampel dan Populasi Sampel dan populasi penelitian tindakan kelas ini di lakukan di PAUD Massir Pulpas pada kelompok A Kota Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah anak didik kelas A, yang berjumlah 20 anak. Terdiri dari 8 anak perempuan dan 12 anak laki-laki. C. Definisi Konseptuan dan Operasional 1. Definisi Konseptual Menurut Pakasi ( 1970 : 23 ) definisi konseptual tentang lambang bilangan merupakan suatu konsep tentang bilangan yang terdapat unsurunsur penting seperti : nama, urutan, lambang, dan jumlah. 2. Definisi operasional Definisi operasional merupakan suatu definisi dari variable penelitian yang dapat dioperasionalkan menjadi arahan untuk pelaksanaan didalam penelitian. Kemampuan mengenal lambang bilangan adalah nilai yang diperolah berdasarkan hasil observasi atau pengamatan kemampuan mengenal 29 lambang bilangan pada anak. Adapun indicator kemampuan mengenal lambang bilangan dalam penelitan ini adalah yaitu : 1). Menyebutkan lambang bilangan 1-10 secara berurutan 2). Menunjukkan lambang bilangan 1-10 3). Mengelompokkan lambang bilangan 4). Menghubungkan lambang bilangan dengan benda-benda atau simbol 3. Instrumen penelitian Instrumen penelitian yang peneliti buat berupa indikator-indikator yang berdasarkan observasi. Adapun kisi-kisi instrumennya adalah seabagai berikut : Tabel 3. Kisi-kisi Penilaian Pengenalan Lambang Bilangan No Variabel Indikator 1. Menyebutkan lambang bilangan 1 sampai 10 secara berurutan Pengenalan lambang 2. Menunjukkan lambang bilangan 1 sampai 10 bilangan 3. Mengelompokkan lambang bilangan 4. Menghubungkan lambang bilangan dengan benda-benda atau symbol. Aspek Yang Dinilai Proses Berdasarkan kisi-kisi instrumen di atas maka penelitia telah membuat lembar observasi yang akan digunakan dalam proses penelitian, adapun lembar observasi tersebut terlampir dalam daftar lampiran . D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Tehnik pengumpulan data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik observasi. 30 Observasi dilakukan untuk mengamati anak secara langsung saat proses kegiatan mengajar. Guru sebagai peneliti tindakan kelas harus mengobservasi atau mengamati proses tindakannya secara teliti dan cermat 2. Alat pengumpulan data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data yaitu: a. Lembar observasi terdiri dari hal-hal yang akan diteliti oleh peneliti yang menyangkut tentang kegiatan pembelajaran untuk melihat sejauh mana perkembangan pada anak. b. Tanya jawab digunakan guru untuk menilai anak pada saat anak memainkan permainan Kartu angka. E. Analisis Data Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan analisis data diskriptif: 1. Observasi dengan cara mengamati kegiatan anak secara langsung dalam proses kegiatan permainan kartu angka dengan menggunakan analisis diskriptif kualitatif. 2. Hasil belajar dianalisis dengan menggunakan analisis diskriptif komparatif yaitu kegiatan tanya jawab dengan siklus maupun indikator. Teknik analisis data disesuaikan dengan datanya. Pada umumnya data berbentuk kuantitatif dianalisis dengan analisis diskriptip komparatif, yaitu 31 membandingkan data kuantitatif dari kondisi awal, siklus I, siklus II dan siklus III dengan rumus sebagai berikut : NA = Sekor yang diperoleh Total sekor yang seharusnya X 100% Nilai rata-rata hasil belajar anak dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : X = X N x 100% Keterangan : X = Nilai rata-rata = Jumlah semua nilai siswa N = Jumlah siswa ( adaptasi dari Aqib, dkk, 2008; 40 ). Setelah semua data dianalisis dengan rumus persentase tersebut, maka peneliti memberikan indicator keberhasilan peningkatan kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap anak. F. Prosedur Penelitian Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus. Secara garis besar terdapat empat langkah dalam rancangan penelitian pengamatan, dan refleksi. tindakan, yaitu: perencanaan, tindakan, 32 Langkah-langkah yang akan dilakukan antara lain: 1. Perencanaan Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan (apabila dilaksanakan secara kolaboratif). Cara ini dikatakan ideal, karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Apabila dilaksanakan sendiri oleh guru sebagai peneliti, maka instrumen pengamatan harus disiapkan disertai lembar catatan lapangan. Pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding dengan pengamatan yang dilakukan terhadap hal-hal yang berada di luar diri, karena adanya unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya. Langkah-langkah perencanaan dalam penelitian sebagai berikut: a. Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) tentang materi yang akan diajarkan sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan. RKH ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. b. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai pengamatan pengenalan lambang bilangan anak. c. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran pendukung yang akan digunakan dalam pembelajaran mengenal lambang bilangan menyimak. 33 2. Tindakan Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rencana tindakan di kelas yang diteliti. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ini guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rencana tindakan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak kaku, dan tidak dibuat-buat. 3. Pengamatan (Observasi) Observasi dilakukan pada saat dilaksanakan kegiatan pembelajaran. Tindakan ini dilakukan untuk melihat kekurangan maupun kelebihan yang kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya. 4. Refleksi Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sebetulnya lebih tepat dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Pada intinya kegiatan refleksi adalah kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan Siklus selanjutnya. Keempat tahap dalam penelitian tindakan adalah unsur untuk membentuk sebuah Siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Refleksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah evaluasi terhadap proses tindakan dalam satu siklus. Kegiatan refleksi dilakukan oleh guru bersama teman sejawat, yang selanjutnya 34 dapat dipergunakan sebagai pijakan untuk melakukan kegiatan pada siklus selanjutnya. G. Indikator Keberhasilan Penelitian ini yang menjadi indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut: 1. Menyebutkan lambang bilangan 1 – 10 secara berurutan. 2. Menunjukkan lambang bilangan 1 – 10. 3. Mengelompokkan lambang bilangan. 4. Menghubungkan lambang bilangan dengan benda-benda atau symbol. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan diperoleh adanya peningkatan kemampuan pengenalan lambang bilangan pada anak melalui permainan kartu angka ( kereta angka, bola bowling dan tebak suara ), hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan pada setiap siklus. Dimana siklus I dengan permainan kereta angka, dan siklus II dengan permainan bola bowling kemudian siklus III dengan permainan tebak suara. Pada siklus I prosentase kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak mencapai 60 % (Berkembang sesuai harapan) kemudian meningkat menjadi 65 % (Berkembang Sesuai Harapan) pada siklus II, dan pada siklus III menjadi 80 % (Berkembang Sangat Baik). Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas melalui permainan Kartu Angka dapat meningkatkan kemampuan pengenalan lambang bilangan pada anak usia dini di Paud Massir Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung pada kelompok A, hal tersebut dikarenakan dengan melalui permainan kartu angka yang dimodifikasi berupa permainan kereta angka anak akan lebih termotivasi untuk melengkapi kartu yang masih kosong, demikian juga dengan permainan kartu angka yang dimodifikasi berupa permainan bola bowling, anak juga dapat melempar kartu angka dan menyebutkan angka 62 yang terjatuh. Demikian juga dengan permainan kartu angka yang dimodifikasi berupa permainan tebak suara, anak mempunyai rasa ingin tahu suara apa yang mereka dengan dan berapa jumlah suara tersebut, lalu mencocokkan dengan kartu yang ada. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian disarankan: 1. Bagi Guru Guru hendaknya dapat meningkatkan kemampuan belajar mengenalkan lambang bilangan anak melalui permainan yang menarik yaitu menggunakan permainan kartu angka yang dikemas dalam bentuk pembelajaran sesuai dengan usia anak. 2. Bagi Sekolah Pengelola Paud Massir Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung bisa memberi motivasi pada guru agar mampu memilih dan mendesain metode pembelajaran yang variatif seperti metode permainan kartu angka sehingga anak-anak Paud meningkat kemampuan mengenal bilangan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 1. Bumi Aksara. Jakarta Chayatie, Afifah N. 2010. Games untuk Training dan Outbond. Yogyakarta: Katahati. Fatimah. 2011. Menciptakan Bahan Ajar Yang Berpusat Pada Anak. Jakarta: CRI Indonesia. Haryanti, S. 2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Konsep Bilangan Melalui Bermain Rahasia Kubus Pada Anak TK Nasima Semarang Tahun Ajaran 2011/2012. Hudoyo, Kenny D dan Ginting, Enda E. 1990. Menciptakan Kelas yang Berpusat Pada Anak: 3-5 Tahun. Jakarta. Ismail, Andang. 2009. Education Games: Panduan Praktis Permainan Yang Menjadikan Anak Anda Cerdas, Kreatif, dan Saleh. Yogyakarta: Pro U Media. Ismayani, A. 2010. Aktivitas Mengenalkan Matematika pada Anak Usia 2 – 6. Jivalitera. Jokjakarta. Mauliawan, Jasa U. 2009. Tips Jitu Memilih Mainan Positif dan Kreatif Untuk Anak Anda. Yogyakarta: Diva Press. Marhijanto. 2008. Upaya Meningkatkan Kemampuan Belajar Berhitung Anak Usia Dini Melalui Metode Permainan Bilangan di TK Rohmaniyyah Semarang Kelompok A. Nasliyah. 2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Belajar Berhitung Anak Usia Dini Melalui Metode Permainan Bilangan di TK Rohmaniyyah Semarang Pada Kelompok A Tahun Ajaran 2011/2012. Nurani, Yuliani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks 62 Nurlaela. 2009. Permainan Kreatif Untuk Memotivasi Anak. Jakarta: Pustaka Bina Swadaya. Pakasi. 1970. Didaktik Berhitung I. Jakarta: Bhantara Setyono. 207. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia. Soeharto. 2005. Kapita Selekta Matematika. Bandung: Upi Press. Sudaryanti. 2006. Upaya meningkatkan kemampuan memahami konsep bilangan melalui bermain rahasia kubus pada anak TK Nasima Semarang. Suyadi. 2010. Pedoman Pembelajaran dan manajemen Berbasis Sekolah di Taman Kanak-kanak. Jakarta: BP Cipta Jaya. Suranto, Edi. 2007. Matematika. Wonogiri: Chalia Indonesia Printing. Suwarma, S. 2006. Kapita Selekta Matematika. Bandung: UPI PRESS Tadkirotun, Mudfiroh. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Tangeran : Universitas Terbuka. Zulkifli, L. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wojowasito, S. 1972. Media membantu siswa mengintegrasikan pengalaman. Jakarta: Rineka Cipta.