upaya meningkatkan pengenalan lambang bilangan melalui

advertisement
UPAYA MENINGKATKAN PENGENALAN LAMBANG
BILANGAN MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA
DI PAUD MASSIR PULPAS KOTA KARANG
KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
Oleh :
PURWIGATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN
PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI
PERMAINAN KARTU ANGKA DI PAUD MASSIR PULPAS
KOTA KARANG KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016
Oleh
PURWIGATI
Masalah dalam penelitian ini adalah perkembangan kemampuan mengenal
lambang bilangan pada anak usia dini yang belum berkembang secara optimal.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini adalah
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui
permainan kartu angka. Subjek penelitian adalah anak didik Paud Massir Pulpas
pada kelompok A semester II, dengan jumlah 20 siswa. Data penelitian diperoleh
melalui observasi yang dilakukan guru saat pembelajaran berlangsung melalui
lembar observasi. Penelitian dilakukan melalui tiga siklus, dengan setiap siklus
terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi.
Hasil Penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
pengenalan lambang bilangan melalui permainan kartu angka pada anak
kelompok A Paud Massir Pulpas. Hal tersebut dapat dilihat dari siklus I dengan
rata-rata hasil observasi (aktivitas siswa) 60% dan pada siklis II dengan ratarata hasil observasi (aktivitas siswa) 65% serta pada siklus III dengan rata-rata
hasil observasi (aktivitas siswa) 80%.
Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa permainan kartu angka dapat meningkatkan kemampuan
pengenalan lambang bilangan anak pada kelompok A semester II di Paud Massir
Pulpas Tahun Pelajaran 2016/2017.
Kata kunci: Anak Usia Dini, Lambang Bilangan, Kartu Angka.
UPAYA MENINGKATKAN PENGENALAN LAMBANG
BILANGAN MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA
DI PAUD MASSIR PULPAS KOTA KARANG
KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
OLEH
PURWIGATI
Skripsi
Sebagian Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Guru – Pendidikan Anak Usia Dini
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
RIWAYAT HIDUP
Purwigati lahir di Kota Bandar Lampung, pada tanggal 10
Oktober 1970.
Penulis adalah anak ke dua dari lima
saudara dari pasangan Alm. Bapak Soedarno Bin Wahono
dan Alm. Ibu Rohana Binti Ahmad Tamyis.
Penulis
mengawali pendidikan formal pada tahun 1978 di SD
Negeri 5 Gedong Air Bandar Lampung, dan diselesaikan pada tahun 1984 ,
kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 7
Segala
Mider
Bandar Lampung hingga tahun 1987, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di
SPG Negeri I Pahoman Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 1990. Pada
tahun 1990 penulis mengabdi sebagai Tenaga Pendidik di TK Tri Sakti Gedong
Air Bandar Lampung sampai tahun 2006, kemudian pada tahun 2006 sampai
dengan sekarang penulis mendirikan PAUD Massir Pulpas Bandar Lampung.
Kemudian pada tahun 2011, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa
Konversi Pendidikan Guru – Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Pada tahun 2016, penulis melaksanakan Praktik Kegiatan Mengajar di Paud
Massir Pulpas Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur Kota
Bandar Lampung selama kurang lebih tiga bulan.
MOTTO
1. Empat langkah untuk berprestasi adalah; (a) berencana secara pasti, (b)
persiapkan segala sesuatu sambil berdo'a, (c) laksanakan secara positif,
dan (d) yakinkan diri secara terus-menerus (William ward)
2. Jangan berpikir orang lain sama cerdasnya dengan anda, karena mungkin
kecerdasannya melebihi anda (Terry Thomas, 2010),
3. Jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain, sukses pasti diraih selama
semangat masih membara.
4. Jadikanlah kekecewaan masa lalu menjadi senjata sukses dimasa depan.
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil ‘ Alamin,
Teriring doa dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis persembahkan skripsi
ini sebagai tanda cinta dan kasih yang tulus kepada :
Alm. Bapak Soedarno Bin Wahono, Alm. Ibu Rohana Binti Ahmad Tamyis,
selama masa hidupnya yang telah membesarkan penulis dengan cinta kasih, dan
kepada suami Ir. Masrodi yang memberikan kasih sayang yang tulus, yang tak
pernah lelah berkorban, memberi semangat dukungan serta do’a untuk
keberhasilan penulis.
Anak-anak-Ku “ Mas Ayu Indah Purwati, S.ST, Setya Binawan Patria dan Nauval
Haqq Hafi “ serta keluarga besar yang memotivasi, mendoakan, serta memberi
semangat untuk penulis dalam menuju keberhasilan.
Anak-anak di Paud Massir Pulpas Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk
Betung Kota Bandar Lampung tahun pelajaran 2016/2017, dan seluruh tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan Paud Massir Pulpas, yang selalu memotivasi
dan membuat saya semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Keluarga Besar Konversi Pendidikan Guru Anak Usia Dini Angkatan 2011
Almamater tercinta, FKIP Universitas Lampung.
SANWACANA
Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul "Upaya Meningkatkan
Kemampuan Pengenalan Lambang Bilangan Melalui Permainan Kartu Angka di
Paud Massir Pulpas Kota Karang Bandar Lampung “
Dalam Skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
Terhormat:
1.
Dr. H. Muhammad Fuad., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2.
Dr. Riswanti Rini., M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
dan Dosen
Pembimbing, yang telah membimbing, membantu serta memberikan saran
guna kelancaran skripsi ini.
3.
Ari Sofia, S.Psi., MA.Psi selaku Ketua Program Studi PG-PAUD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan Dosen Penguji
Skripsi , yang telah banyak sekali memberikan masukan dan saran-saran
yang bersifat membangun pada saat seminar maupun ujian komprehensip.
4.
Seluruh staf pengajar PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung yang telah memberikan Ilmu Pengetahuan kapada
penulis selama kuliah.
5.
Teman-teman Konversi PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung Angkatan 2011, yang banyak memberikan dorongan
dan motivasi serta informasi pada penulis.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK…………………………………………………………………… i
JUDUL……………………………………………………………………….. ii
PERSETUJUAN……………………………………………………………... iii
PENGESAHAN……………………………………………………………… iv
PERNYATAAN……………………………………………………………... v
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………….. vi
PERSEMBAHAN……………………………………………………………. vii
SANWACANA……………………………………………………………….viii
MOTTO………………………………………………………………………. xi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xvi
I. PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang …………………………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah………………………………………………… 5
C. Pembatasan Masalah………………………………………………... 6
D. Rumusan Masalah…………………………………………………… 6
E. Tujuan Penelitian……………………………………………………. 6
F. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 7
II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………… 9
A. Lambang Bilangan…………………………………………………… 9
1. Pengertian Lambang Bilangan…………………………………… 9
2. Menggunakan Simbol/Lambang Bilangan ………………….. 9
3. Pengenalan Lambang Bilaangan ………………………………. 10
4. Tujuan Pengenalan Matematika Pada Anak Usia Dini ………… 10
B. PENGERTIAN PERMAINAN …………………………………….. 11
1. Beberapa Teori Permainan …………………………………….. 12
2. Macam-macam Permainan ..……………………………………. 13
3. Syarat-syarat Permainan Yang Baik ……………………………. 15
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permainan ………………… 15
5. Tujuan Permainan ………………………………………………. 17
6. Pengertian Angka ………...…………………………………….. 18
7. Pengertian Kartu Angka ……………………………………… 20
xiii
C. PENELITIAN YANG RELEVAN …………………………………. 22
D. KERANGKA PIKIR ……………………………………………...... 23
III. METODE PENELITIAN …………………………….………………….. 26
A. Setting Penelitian ……………………………………………………. 26
1. Jenis Penelitian ………………………………………………..… 26
2. Waktu Penelitian ………………………………………………… 27
3. Tempat Penelitian ……………………………………………….. 28
B. Subyek Penelitian ……...……………………………………………. 28
C. Definisi Konseptual dan Operasional ……………………………….. 28
1. Definisi Konseptual ……………………………………………… 28
2. Definisi Operasional …………………………………………….. 28
D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ……………………………….. 29
1. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… 29
2. Alat Pengumpulan Data ………………………………………… 30
E. Analisis Data ………………………………………………………… 30
F. Prosedur Penelitian ………………………………………………….. 31
1. Perencanaan ……………………………………………………… 32
2. Tindakan …………………………………………………………. 33
3. Pengamatan / Observasi …………………………………………. 33
4. Refleksi ………………………………………………………….. 33
G. Indikator Keberhasilan ……………………………………………… 34
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………………. 35
A. Hasil Penelitian ……………………………………………………… 35
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………… 35
2. Siklus I …………………………………………………………… 35
3. Siklus II ………………………………………………………….. 40
4. Siklus III …………………………………………………………. 46
B. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………… 52
1. Menyebutkan Lambang Bilangan 1 – 10 Secara Berurutan …….. 53
2. Menunjukkan lambang bilangan 1 – 10 secara berurutan ………. 54
3. Mengurutkan Lambang Bilaangan 1 – 10 ………………………. 55
4. Menghubungkan Lambang Bilangan Dengan Benda-Benda Atau
Simbol …………………………………………………………… 57
V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………….. 59
A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 59
B. Saran ………………………………………………………………… 60
1. Bagi Guru …………………………………………………….….. 60
2. Bagi Siswa ……………………………………………………….. 60
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 61
LAMPIRAN …………………………………………………………………. 63
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Halaman
Kondisi Data Tenaga Pendidik PAUD Massir Pulpas ……………. 3
Tingkat kemampuan mengenal lambang bilangan ………………... 4
Kisi-kisi Penilaian Pengenalan Lambang Bilangan ……………….. 30
Distribusi pencapaian prestasi pada siklus I ……………………….. 39
Deskripsi Peningkatan kemampuan mengenal lambang
bilangan pada siklus I ………………………………………………. 39
Distribusi pencapaian prestasi pada siklus II ………………………. 44
Deskripsi Peningkatan kemampuan mengenal lambang
bilangan pada siklus II ………..…………………………………… 45
Distribusi pencapaian prestasi pada siklus III …….……………….. 51
Deskripsi Peningkatan kemampuan mengenal lambang
bilangan pada siklus III …………………………………………….. 52
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Pikir ………………………………………………
2. Grafik Peningkatan kemampuan menyebutkan lambang
bilangan 1 – 10 secara berurutan pada siklus I, siklus II
dan siklus III. ………………………………………………..
3. Grafik Peningkatan kemampuan menunjukkan lambang
bilangan 1 – 10 secara berurutan pada siklus I, siklus II
dan siklus III. …………………………………………………
4. Grafik Peningkatan kemampuan mengurutkan lambang
bilangan 1 – 10 pada siklus I, siklus II dan siklus III. ………
5. Grafik Peningkatan kemampuan menghubungkan lambang
bilangan dengan benda-benda atau simbol pada siklus I,
siklus II dan siklus III. ………………………………………..
26
55
56
57
59
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. RPPH siklus I…………………………………………………… 65
2. Lembar Observasi Siklus I ……………………………………... 66
3. Kisis-kisi Instrumen Penilaian Siklus I ………………………… 70
4. Rubrik Penilaian Proses Siklus I ……………………………….. 71
5. RPPH siklus II .………………………………………………… 72
6. Lembar Observasi Siklus II……………………………………... 75
7. Kisis-kisi Instrumen Penilaian Siklus II………………………… 77
8. Rubrik Penilaian Proses Siklus II……………………………….. 78
9. RPPH siklus III..……………….……………………………...… 79
10. Lembar Observasi Siklus III………………………………...…... 83
11. Kisis-kisi Instrumen Penilaian Siklus III...……………………… 85
12. Rubrik Penilaian Proses Siklus III ………………………..…….. 86
13. Surat Ijin Penelitian Pendahuluan……………………………….. 87
14. Surat Ijin Penelitian……………………………………………… 88
15. Surat Balasan Ijin Penelitian…………………………………….. 89
16. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian……………………... 90
17. Foto-foto Kegiatan Pembelajaran……………………………….. 91
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan diri anak. Dengan pendidikan yang berkualitas akan
menjadikan bangsa indonesia bangsa yang maju dan bisa memanfaatkan
sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas. Dengan perhatian dan
kesadaran terhadap pendidikan anak maka membawa dampak yang positif
bagi perkembangan anak yang selanjutnya.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditunjukan pada anak sejak lahir sampai dengan
6 tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir sampai
umur 6 tahun. kober ( Kelompok Bermain ) merupakan salah satu bentuk
pendidikan prasekolah. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang di
awali dari pendidikan keluarga, dilanjutkan dengan play group, PAUD dan
Sekolah Dasar awal. Usaha ini di lakukan pada usia 4-6 tahun agar anak lebih
siap mengikuti pendidikan selanjutnya.
Kurikulum 2013 ( K-13 ) tahun 2014 mulai diterapkan di beberapa lembaga
pendidikan termasuk di Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ), sesuai dengan
2
anjuran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, mengingat K-13 tersebut
sangat relevan dan sesuai dengan aspek perkembangan anak, terlebih dalam
hal melatih kemampuan kognitif anak usia dini. Terutama dalam kemampuan
mengenal lambang bilangan pada anak usia dini.
Mengembangkan kemampuan pengenalan lambang bilangan anak dengan cara
anak diajak berpikir secara numerik atau dalam konteks pola secara urutan
logis,
atau
dalam
bentuk-bentuk
cara
berfikir
logis
yang
lain.
Mengembangkan kemampuan pengenalan lambang bilangan anak dengan cara
anak diajak melakukan permainan Kartu Angka sesuai pikiran dan angka yang
anak lihat. Paud Massir Pulpas merupakan sekolah yang berada di salah satu
Pulau tepatnya di Kelurahan Kota Karang Kecamatan Teluk Betung Timur
Kota Bandar Lampung. Paud Massir Pulpas mempunyai 1 kepala sekolah dan
5 orang guru, serta mempunyai anak didik kelompok A 20 anak dan kelompok
B 34
anak.
Kebanyakan
anak didik berasal
dari
keluarga
yang
perekonomiannya menengah ke bawah. Banyak orang tua murid yang
berpendidikan rendah mengharapkan guru mengajarkan pada anak-anaknya
dapat membaca, menulis dan berhitung, setelah mereka menyekolahkan
anaknya di Paud Massir Pulpas.
Latar belakang guru yang kebanyakan lulusan SLTA sederajat dan hanya 1
guru yang pendidikannya Sarjana ( S-1 ) dari jurusan selain PAUD membuat
guru kurang maksimal dalam memahami anak dan tahap-tahap perkembangan
anak, Keadaan ini juga berpengaruh pada kegiatan belajar mengajar serta
keaktifan anak dalam setiap mengikuti kegiatan.
3
Media pembelajaran sangatlah penting karena dengan media anak dapat secara
langsung melihat dan anak juga bisa memainkan media tersebut secara
langsung, sehingga anak lebih faham dan pembelajaran tersebut bermakna
bagi anak.
Tabel 1. Kondisi Data Tenaga Pendidik PAUD Massir Pulpas
Jumlah
Guru
5 Guru
Latar belakang pendidikan
SPG-TK
SLTA/MAN
Sarjana
1 orang
3 orang
1 orang
( Sumber PAUD Massir Pulpas tahun 2015 ).
Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa kurang maksimalnya kemampuan
pengenalan lambang bilangan pada anak, dikarenakan kurangnya media
pembelajaran atau alat peraga yang masih minim di Paud Massir.
Selama ini di Paud Massir mengenalkan lambang bilangan pada anak hanya
menggunakan sarana yang tersedia di kelas, menggunakan jari tangan, dan
menulis diangka dipapan tulis.
Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pengenalan lambang bilangan di
kelas, ditemukan adanya masalah yaitu : terutama dalam menyebutkan urutan
bilangan. Disini terlihat ketika anak menyebut urutan bilangan sering kali
keliru ( meloncat dalam menghitung ) missal 1,2,4,6 dan seterusnya,
membilang dengan menunjuk angka juga sering masih keliru disini terlihat
ketika anak menyebutkan angka 6 dia akan menunjuk angka 9. Dari 20 anak
hanya 7 anak yang bisa menyebutkan urutan bilangan, kemampuan berhitung,
membilang dengan menunjuk angka.
4
Sesuai dengan STPPA ( Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak )
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor. 137 tahun 2014 dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor. 146 tahun 146, indikator pengenalan
lambang bilangan untuk anak usia 4 – 5 tahun adalah sebagaimana tercantum
dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2. Tingkat kemampuan mengenal lambang bilangan
Tahap
perkembangan
BB ( Belum
Berkembang )
MB ( Mulai
Berkembang )
BSH (
Berkembang
Sesuai Harapan )
BSB (
Berkembang
Sangat Baik )
1
2
3
4




Jumlah
anak
13




4
20 %




2
10 %




1
5%
20
100 %
Jumlah
Persentase
65 %
Keterangan :
1. Ketepatan menyebutkan lambang bilangan 1. (BB)= jika anak belum bisa mengenal satupun lambang bilanagn
1– 10 secara berurutan
2. (MB)= jika anak mulai bisa mengenal beberapa lambang bilangn
2. Ketepatan menunjuk lambang bilangan1-10 3. (BSH)= jika anak sudah mampu mengenal sepuluh lambang bila
3. Ketepatan mengelompokkan lambang
4. (BSB)= jika anak sudah mampu mengenal lambang bilangan
bilangan
4. Ketepatan menghubungkan lambang bilangan
dengan bennda-benda atau symbol.
( Sumber : Lembaga PAUD Massir Pulpas Tahun 2015 )
Hal ini dikarenakan kurang aktif dan kurangnya inovasi dalam pembelajaran
membuat anak merasa jenuh dan bosan ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung. Pembelajaran di kelas guru menggunakan metode ceramah yang
membuat anak kurang aktif sehingga pembelajaran kurang maksimal,
misalkan dalam pembelajaran matematika, menyebut urutan bilangan dengan
menunjuk angka, guru hanya melihatkan majalah yang isinya tentang angka,
kemudian anak di ajak untuk menunjuk angka tanpa di bimbing guru sehingga
anak pasif serta tanpa adanya proses pembelajaran yang aktif dan inovatif
untuk anak, sehingga kemampuan anak dalam mengenal angka serta lambang
5
bilangan masih rendah. Untuk itu guna meningkatkan pengenalan lambang
bilangan peneliti menggunakan permainan kartu angka.
Karena dengan menggunakan permainan kartu angka anak akan lebih
termotivasi dalam berbagai kegiatan, mengasah kemampuan kognitif anak,
mengasah kemampuan berhitung anak, dan anak akan lebih mengenal konsep
angka dan konsep bentuk, kemudian dapat menumbuhkan kedisiplinan anak
serta jiwa sportifitas anak dan akan lebih memudahkan guru untuk
mengenalkan lambang bilangan pada anak.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul: " upaya meningkatkan kemampuan pengenalan
lambang bilangan melalui permainan kartu angka di Paud Massir Pulpas ".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat di identifikasi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan anak dalam menyebut urutan bilangan. Kegiatan
ini dapat terlihat ketika guru meminta anak untuk menyebutkan urutan
bilangan, anak masih suka keliru dalam menyebutkan urutan bilangan.
2. Rendahnya kemampuan anak untuk membilang dengan menunjuk angka.
Kegiatan ini dapat dibuktikan ketika guru meminta anak untuk menunjuk
angka 6 tetapi anak masih bingung sehingga anak menunjuk angka 9.
3. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, kegiatan ini dapat
terlihat ketika dalam pembelajaran matematika, menyebut urutan bilangan
6
dengan menunjuk angka, guru hanya melihatkan majalah yang isinya
tentang angka.
4. Guru kurang menggunakan media pemebelajaran dalam pengenalan
lambang bilangan, kegiatan ini terlihat ketika pengenalan lambang
bilangan, guru hanya menggunakan jari tangan dan barang-barang yang
ada dikelas.
C. Pembatasan Masalah
Agar pembatasan penelitian ini tidak meluas, maka perlu di berikan batasan
masalah. Adapun masalah penelitian ini di batasi pada: peningkatan
kemampuan pengenalan lambang bilangan anak melalui permainan kartu
angka pada kelompok A Paud Massir Pulpas.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang di rumuskan dalam penelitian ini adalah
Bagaimana meningkatkan kemampuan pengenalan lambang bilangan melalui
permainan kartu angka pada kelompok A Paud Massir Pulpas ?.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan pengenalan lambang bilangan pada anak
melalui permainan kartu angka pada peserta didik kelas A Paud Massir
Pulpas.
7
2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan pengenalan
lambang bilangan anak melalui permainan kartu angka pada peserta didik
kelas A Paud Massir Pulpas.
F. Manfaat Penelitian
Selain tujuan yang ingin dicapai, diharapkan penelitian ini juga memberikan
manfaat. Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat secara teoritis sebagai alat
pengembangan ilmu pengetahuan tentang kemampuan pengenalan lambang
bilangan anak melalui permainan kartu angka.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah
1) Untuk memberikan masukan kepada guru dalam inovasi pembelajaran
di Paud Massir Pulpas.
2) Penelitian yang di lakukan ini di harapkan dapat meningkatkan
kemampuan pengenalan lambang bilangan dan keaktifan serta
perkembangan anak.
b. Bagi Guru
1) Kemampuan pengenalan lambang bilangan anak melalui permainan
kartu angka dapat memecahkan masalah di dalam kelas bagi anak
yang cenderung pasif.
2) Menjadikan acuan wawasan bagi guru untuk membuat pembelajaran
bermain kartu angka lebih kreatif dan inovatif.
8
c. Bagi Siswa
1) Pada saat bermain permainan kartu angka anak dapat melatih
kemampuan pengenalan lambang bilangan anak.
2) Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.
d. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian yang terkait dengan
peningkatan kemampuan pengenalan lambang bilangan anak melalui
permainan kartu angka.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lambang Bilangan
1. Pengertian lambang bilangan
Pengertian lambang bilangan adalah suatu konsep matematika yang
digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang
yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau
lambang bilangan.
Lambang bilangan menurut Pakasi ( 1970 : 23 ) bilangan merupakan
suatu konsep tentang bilangan yang terdapat unsur-unsur penting seperti
: nama, urutan, lambang, dan jumlah.
Menurut Suwarma (2006) Lambang atau simbol berguna sebagai cara
khusus untuk mengelompokkan lambang bilangan sehingga dapat
menyatakan bilangan yang lebih besar dengan lebih mudah.
Bilangan merupakan suatu kegiatan belajar mengenai bilangan melalui
aktivitas berhtung. Berhitung dengan suara nyaring atau berhitung sambil
bernyanyi baik dilakukan ketika mengajarkan anak berhitung dan mengenal
bilangan. ( Ismayani, 2010 ).
2. Menggunakan simbol/lambang bilangan
Menurut Setyono (2007:55) mengenalkan anak pada konsep lambang
bilangan, bahwa angka lima, misalnya, bisa di tuliskan dengan suatu
simbol atau lambang, yaitu "5". Kemudian bisa dilanjutkan dengan
10
memberikan suatu soal yang diceritakan. Cerita hendaknya merupakan
suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pengenalan Lambang Bilangan
Menurut Hudoyo (1990:139) bahwa memahami hubungan antar tampilan
bilangan dapat diartikan sebagai contohnya setalah anak mendengarkan
soal (tampilan bahasa lisan), anak bisa menunjukkan dengan media balok
(tampilan model/benda mainan), menggambarkannya (tampilan gambar),
lalu anak menulis jawaban pada kertas (simbol tertulis angka atau kata).
Setiap bilangan yang dilambangkan dalam bentu angka, sebenarnya
merupakan konsep abstrak.Pengenalan lambang bilangan pada anak
bermanfaat bagi anak dalam menganalisa masalah secara logis yang di
temukan anak dalam bermain, menemukan, menciptakan rumus-rumus
secara
ilmiah,
senang
bereksplorasi,
suka
berhitung,
gemar
mengklasifikasi benda serta memperkaya pengalaman berinteraksi
dengan konsep matematika ke dalam kehidupan sehari-hari.
4. Tujuan Pengenalan Matematika pada Anak Usia Dini
a. Tujuan umum
Agar
anak
mengetahui
dasar-dasar
pembelajaran
berhitung/
matematika, sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap
mengikuti
pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan
selanjutnya yang lebih komplek.
11
b. Tujuan khusus
Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan
terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang
terdapat di sekitar anak.
Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri
dalam kehidupan masyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan
keterampilan berhitung.Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi
dan daya apresiasi yang tinggi. Memiliki pemahaman konsep ruang dan
waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu
peristiwa terjadi di sekitarnya.Memiliki kreativitas dan imajinasi
dalam menciptakan sesuatu secara spontan.
B. Pengertian Permainan
Dalam mendidik anak usia dini tidak terlepas dari permainan, karena pada
masa usia 4-5 tahun adalah dikatan sebagai usia bermain, begitu juga dalam
menerapkan pembelajaran pada anak usia dini yaitu melalui belajar sambil
bermain, Sehingga begitu pentingnya konsep permainan pada anak usia dini.
Menurut Zulkifli (2006:38 ) permainan adalah suatu kesibukan yang di pilih
sendiri tanpa ada suatu unsur paksaan, tanpa di desak oleh rasa tanggung
jawab.
Kemudian menurut Mauliawan ( 2009:15 ) permainan adalah situasi atau
kondisi tertentu pada saat seseorang mencari kesenangan atau kepuasan
melalui suatu aktivitas yang di sebut "main". Wujudnya dapat berbentuk
benda konkret, seperti bola, mobil-mobilan, pistol mainan, dan seterusnya;
dapat pula berbentuk benda abstrak yang melibatkan perasaan, seperti
12
mendengarkan musik, dongeng, atau menonton televisi; atau menunjuk pada
pengertian suatu aktivitas untuk mencari kesenangan secara bersama-sama.
Permainan
adalah
aktivitas-aktivitas
untuk
memperoleh
kesenangan.Lebih lanjut. Menurut Suyadi ( 2010:213) menegaskan bahwa
bermain merupakan lawan dari kerja. Jika bermain di lakukan dengan penuh
kesenangan dan kebahagiyaan, bekerja belum tentu harus di lakukan dengan
bahagia. Jika bermain bisa di lakukan tanpa beban kewajiban tertentu. Jika
bermain di lakukan tanpa tujuan atau hasil, bekerja selalu berorientasi pada
hasil. Dari uraian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa permainan
adalah suatu aktivitas untuk memperoleh kesenangan yang di pilih sendiri
tanpa ada suatu unsur paksaan, tanpa di desak oleh rasa tanggung jawab.
1. Beberapa Teori Permainan
Teori dari permainan antara lain:
a. Teori rekreasi
Teori ini berasal dari Schaller dan Lazarus dalam Zulkifli ( 2006:39 ),
keduanya ilmuan bangsa jerman, yang berpendapat bahwa permainan
merupakan kesibukan untuk menenangkan pikiran atau beristirahat.
b. Teori Penglepasan
Teori ini berasal dari Herbert Spencer dalam Mauliawan ( 2009:11 ),
ahli pikir bangsa inggris, yang mengatakan bahwa dalam diri anak
terdapat kelebihan tenaga. Sewajarnya ia harus mempergunakan tenaga
itu melalui kegiatan bermain.
13
c. Teori Atavistis
Teori ini berasal dari Stanley Hall dalam Setyono ( 2007:39 ), ahli
Psikologi bangsa amerika, yang berpendapat bahwa di dalam
perkembanganya, anak melalui seluruh taraf kehidupan umat
manusia. Permainan dapat menyalurkan atau menghilangkan perasaan
maupun keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan susila yang
berlaku di kalangan masyarakat.
d. Teori biologis
Teori ini berasal dari Karl Groos dalam Marhijanto ( 2008:127 ),
seorang bangsa Jerman, permainan merupakan tugas biologis ( hidup
atau hayat ). Permainan merupakan latihan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan kehidupan, juga dapat dianggap sebagai
latihan jiwa dan raga untuk kehidupan di masa yang akan datang.
e. Teori psikologi
Teori ini berasal dari Sigmund Frued dan Adler dalam Sudaryanti
( 2006:97 ), permainan merupakan bentuk pemuasan dari nafsu seksual
yang terdapat di kompleks terdesak.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa teori bermain meliputi teori
rekreasi, teori penglepasan, teori atavitis, teori biologis, teori
psikologi dalam.
Didalam
suasana permainan terdapat unsur
kebebasan dan keinginan untuk mengalami rasa senang.
2. Macam-Macam Permainan
Menurut Zulkifli (2006:42) macam-macam permainan antara lain:
14
a. Permainan fungsi
Dalam permainan ini yang di utamakan adalah geraknya, seperti
gerakan-gerakan tangan dan kaki pada bayi.Bentuk permainan ini
gunanya untuk melatih fungsi-fungsi gerak dan perbuatan.
b. Permainan konstruktif
Dalam permainan ini yang di utamakan adalah hasilnya.Permainan
konstruktif sangat penting bagi anak-anak yang berusia 6 - 10
tahun.Mereka sibuk membuat mobil-mobilan, rumah-rumahan, boneka
dari kain-kain perca dan sebagainya.
c. Permainan reseptif
Sambil mendengarkan cerita atau melihat-lihat buku bergambar, anak
berfantasi dan menerima kesan-kesan yang membuat jiwanya sendiri
menjadi aktif.
d. Permainan peranan
Anak itu sendiri memang peranan sebagai apa yang sedang di
mainkannya.
e. Permainan sukses
Dalam permainan ini yang diutamakan adalah prestasi.Untuk kegiatan
permainan ini sangat dibutuhkan keberanian, ketangkasan, kekuatan, dan
bahkan bersaingan.
Jadi dapat di tarik kesimpulan bahwa macam-macam permainan
meliputi permainan fungsi, permainan konstruktif, permainan
reseptif, permainan peranan, permainan sukses
15
3. Syarat-Syarat Permainan yang Baik
Menurut Mauliawan (2000: 265-266), syarat-syarat permainan yang baik
adalah :
a. Mudah di bongkar-pasang
Alat permainan yang mudah di bongkar pasang, dapat di perbaiki
sendiri, lebih ideal dari pada mobil-mobilan yang dapat bergerak sendiri.
b. Mengembangkan daya fantasi
Alat permainan yang sifatnya mudah di bentuk dan di ubah-ubah sangat
sesuai untuk mengembangkan daya fantasi, yang memberikan
kepada anak kesempatan anak untuk mencoba dan melatih daya-daya
fantasinya.
c. Tidak berbahaya
Para ahli yang telah meneliti jenis alat-alat permainan sependapat
tentang alat permainan yang suka mendatangkan bahaya bagi anakanak,yaitu tangga,sepeda beroda tiga,dan jungkit-jungkitan.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permainan
Menurut
Ismail
(2009:53)
ada
tujuh
faktor
yang
dapat
mempengaruhi permainan anak, yaitu
a. Kesehatan
Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif
(seperti permainan dan olahraga). Dengan demikian anak yang
kekurangan tenaga akan lebih menyukai hiburan saja.
b. Perkembangan motorik
16
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik.
Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam
permainan aktif.
c. Inteligensi
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang anak yang
kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdikan.
Anak yang pandai menunjukkan keseimbangan perhatian bermain
yang lebih besar, termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan
intelektual yang nyata.
d. Jenis kelamin
Pada masa awal kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan
perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak
ketimbang anak perempuan.Tetapi, terjadi sebaliknya pada masa akhir
kanak-kanak.
e. Lingkungan
Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak
lainnya, karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan
ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain
ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini karena
kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan waktu bebas.
f. Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang tinggi lebih menyukai
kegiatan
yang
mahal,
seperti
lomba
atletik,
bermain
sepatu
17
roda.Sedangkan mereka yang berasal dari kalangan bawah terlihat
dalam kegiatan yang tidak mahal, seperti bermain bola dan kelerng.
g. Jumlah waktu bebas
Jumlah waktu bermain terutama bergantung pada status ekonomi
keluarga.
Apabila
tugas
rumah
tangga
atau
pekerjaan
menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk
melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga yang besar.
5. Tujuan Permainan
Menurut Chayatie ( 2010:15 ) tujuan dari permainan antara lain:
a. Icebreaker
Memberi peluang kepada peserta untuk memperkenalkan diri satu sama
lain dan menuntun mereka ke pokok permasalahan.
b. Membangun kerja sama tim
Latihan ini di gunakan untuk memperbaiki hubungan masing-masing
individu dan sekelompok di dalam suatu kelompok.
c. Komunikasi
Latihan yang di gunakan untuk komunikasi di rancang agar peserta
dapat mengetahui keterampilan komunikasi mana yang dapat
diperbaiki.
d. Kemampuan fasilitator atau presentasi
Keterampilan memfasilitasi ditujukan kepada orang yang perlu
mengembangkan atau memperbaiki kemampuan mereka berbicara
dimuka umum atau presentasi.
18
e. Latihan pembangkit semangat
Latihan ini dapat digunakan kapan saja jika anda melihat peserta sudah
mulai kehilangan minatnya atau mengantuk.
f. Pembelajaran
Latihan ini dirancang bagi para peserta agar dapat melihat sikap atau
gaya belajar mana yang memerlukan perbaikan.
g. Persepsi
Latihan persepsi umumnya menyenangkan bagi setiap orang yang
menggunakannya.
h. Evaluasi
Sebagian besar latihan evaluasi ditujukan kepada para peserta
untuk mengevaluasi diri sendiri atau program,
i. Manajemen diri
Latihan ini memberikan peluang kepada peserta untuk memahami
bagaimana mereka dapat memperbaiki teknik pengembangan diri
mereka sendiri.
6. Pengertian angka
Menurut Tadkirotun ( 2012 ) angka atau bilangan adalah lambang atau
simbol yang merupakan suatu objek yang terdiri dari angka-angka.
Sebagai contoh bilangan 10, dapat ditulis dengan dua buah angka ( double
digits ) yaitu angka 1 dan angka 10 ). Bilangan banyak ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Namun demikian, bilangan yang ditemui anak-anak
sebenarnya memiliki arti yang berbeda-beda.
19
Seperti yang dikemukakan oleh Fatimah ( 2011:14 ) anak-anak akan
belajar membedakan arti bilangan berdasarkan penggunaan yaitu:
a. Bilangan kardinal menunjukkan kuatitas atau besaran benda dalam
sebuah kelompok.
b. Bilangan ordinal, digunakan untuk menandai urutan dari sebuah benda,
contoh juara kesatu, dering telepon, ke lima kalinya, hari kartini hari ke
21 di bulan April, dll.
c. Bilangan nominal, digunakan untuk memberikan nama benda, contoh:
nomor rumah, kode pos, nomor lantai/ruang di dedung, jam, uang, dll.
Bilangan memiliki beberapa bentuk / tampilan ( representasi ) yang
saling berkaitan diantaranya benda nyata, model mainan, ucapan,
simbol ( angka atau kata ).
Nurlaela ( 2009:16 ) mengemukakan bahwa tampilan bilangan yang
satu dengan tampilan bilangan yang lainnya memahami hubungan antar
tampilan bilangan dapat diartikan sebagai contohnya setalah anak
mendengarkan soal ( tampilan bahasa lisan ), anak bisa menunjukkan
dengan
media
balok
(tampilan
model/benda
mainan),
menggambarkannya ( tampilan gambar ), lalu anak menulis jawaban
pada kertas ( simbol tertulis angka atau kata ). Setiap bilangan yang
dilambangkan dalam bentuk angka, sebenarnya merupakan konsep
abstrak.
20
Seperti apa yang dikemukakan oleh Marhijanto (2008:30) bahwa
bilangan adalah banyaknya benda, Jumlah, satuan system matematika
yang dapat diunitkan dan bersifat abstrak.
7. Pengertian kartu angka
Salah satu alat permainan edukatif yang dapat dipergunakan dalam
pengenalan lambang bilangan pada anak usia dini adalah permainan kartu
angka, yang dapat dimodifikasi menjadi beberapa permaian ( kereta angka,
bola bowling atau tebak suara ).
Menurut Soeharto ( 2005: 27 ), Kartu diartikan sebagai salah satu ide
untuk menyampaikan pendapat konsep dalam bentuk tertulis. Sementara
menurut Sudaryanti ( 2006: 1 ) menyatakan bahwa angka adalah
merupakan suatu notasi tertulis dari sebuah bilangan.
Menurut S. Wojowasito (1972:126) kartu adalah kertas tebal yang
berbentuk persegi empat.
Menurut Nurani ( 2012 ) Kartu angka atau alat peraga kartu adalah alatalat atau perlengkapan yang digunakan oleh seorang guru dalam mengajar
yang berupa kartu dengan bertuliskan angka sesuai dengan tema yang
diajarkan. Alat peraga kartu adalah alat bantu bagi anak untuk mengingat
pelajaran. Alat peraga kartu huruf dapat menimbulkan kesan di hati
sehingga anak-anak tidak mudah melupakannya. Sejalan dengan ingatan
anak akan alat peraga itu, ia juga diingatkan dengan pelajaran yang
disampaikan
guru.
Semakin
kecil
anak,
ia
semakin
perlu
21
visualisasi/konkret ( perlu lebih banyak alat peraga ) yang dapat disentuh,
dilihat, dirasakan, dan didengarnya.
8. Langkah-Langkah Penerapan Kartu Angka
Alat peraga berupa kartu adalah alat untuk menjelaskan yang sangat
efektif, misalnya: Untuk menjelaskan usia, ciri khas, karekter atau sifat
dari seorang tokoh. Dengan alat peraga, gambar lebih jelas daripada
dijelaskan dengan kata-kata saja. Sehingga anak dapat menghayati
karakter tokoh yang diceritakan. Untuk menjelaskan situasi sebuah
tempat, misal keadaan sebuah kota, bangunan, dan sebagainya, dengan
gambar akan lebih jelas daripada diceritakan secara lisan saja
Menurut Tadkirotun (2012) kartu angka merupakan fasilitas penting dalam
pembelajaran di sekolah karena bermanfaat untuk meningkatkan perhatian
anak. Dengan alat peraga kartu, anak diajak secara aktif memperhatikan
apa yang diajarkan guru. Satu hal yang harus diingat, walaupun fasilitas
alat peraga kartu yang dimiliki sekolah sangat minim, tetapi bila
penggunaan alat peraga diikuti dengan metode anak aktif, maka efektifitas
pengajaran akan semakin baik.
Menurut Tadkirotun ( 2012 ), adapun langkah penerapan penggunaan
kartu angka dalam pembelajaran anak kelompok A, yaitu :
1). Permainan angka bisa dilakukan dengan kartu angka dan gambar. Satu
sisi berisi sejumlah gambar dan satu sisi bertulisan angka.
2). Anak menghitung jumlah gambar pada kartu.
3). Jika hitungannya benar anak membalik kartu, sehingga terlihat angka.
22
4). Guru memberikan tanggapan positif. Jika anak keliru maka diharapkan
guru dapat membantu anak untuk menghitungnya. Setelah itu anak
menghitung kembali tanpa dibantu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kartu angka
adalah kertas persegi panjang yang agak tebal berisi tulisan angka.
C. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Sri Haryanti ( 2012 ) tentang upaya meningkatkan
kemampuan memahami konsep bilangan melalui bermain rahasia kubus pada
anak TK Nasima Semarang tahun ajaran 2011/2012, menyimpulkan adanya
peningkatan terhadap hasil dari bermain rahasia kubus dan peningkatan
persentase terhadap ketuntasan belajar dengan kondisi awal 59,52 %, siklus
1 sebesar 61,15 % dan siklus 2 sebesar 86,11%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa bermain rahasia kubus dapat meningkatkan kemampuan
memahami konsep bilangan anak ( Sri Haryanti, 2012:59 ).
Sementara itu penelitian tindakan kelas yang dilakukan Nasliyah (2012)
tentang upaya meningkatkan kemampuan belajar berhitung anak usia dini
melalui metode permainan bilangan di TK Rohmaniyyah Semarang
Kelompok A tahun ajaran 2011/2012, menyimpulkan adanya peningkatan
kemampuan berhitung dan peningkatan presentase ketuntasan belajar klasikal
pada siklus 1 aktivitas siswa 68% dan siklus 2 sebesar 84% serta persentase
ketuntasan pada siklus 1 sebesar 66 % dan siklus 2 sebesar 87%. Berdasarkan
hasil penelitian di atas dapat dimaknai bahwa pemilihan metode pembelajaran
sangat mempengaruhi keberhasilan, manakala guru mampu mendesain
23
pembelajaran dengan memilih metode pembelajaran yang tepat maka
kemampuan berhitung anak akan meningkat ( Nasliyah, 2012: 44 ).
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat diketahui bahwa ada
beberapa peneliti yang sudah mengupas variable yang akan penulis teliti.
Namun demikian, keragaman individual tiap anak dan kondisi sekolah
yang berbeda tentu akan memberikan hasil penelitian yang berbeda pula.
Pengenalan lambang bilangan dengan permainan kartu angka diharapkan
dapat meningkatkan pengenalan angka pada anak usia dini, oleh karena itu,
penelitian tindakan kelas ini dapat di pertanggung jawabkan secara
ilmiah.
D. Kerangka Pikir
Kemampuan mengenal lambang bilangan anak di Paud Massir
Pulpas Kota Karang masih belum maksimal sesuai yang diharapkan.
Maka perlu adanya rangsangan yang dapat membantu anak-anak dalam
kemampuan mengenal lambang bilangan.
Permainan dengan kartu angka dapat meningkatkan pengenalan
lambang bilangan pada anak.
Menurut Nurani ( 2012 ) Kartu angka atau alat peraga kartu adalah alat-alat
atau perlengkapan yang digunakan oleh seorang guru dalam mengajar yang
berupa kartu dengan bertuliskan angka sesuai dengan tema yang diajarkan.
Selama ini di Paud Massir pengenalan lambang bilangan pada anak, guru
selalu menggunakan metode ceramah dan alat peraga menggunakan jari
tangan dan benda-benda yang ada dikelas. Sehingga menyebabkan
24
rendahnya kemampuan anak menyebut urutan bilangan, dan kurangnya
membilang dengan menunjuk angka.
Untuk itu kita melaksanakan
pembelajaran melalui bermain kartu angka, yang tahap pelaksanaannya
dibagi menjadi tiga siklus. Sikus I bermain kereta angka, siklus II bermain
bola bowling dan siklus III bermain tebak suara, masing-masing siklus
melaksanakan dua kali pertemuan.
Dari hasil permainan tersebut anak di Paud Massir Pulpas mengalami
peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan. Hal tersebut terlihat
ketika anak diberi permainan dengan kartu angka, anak akan lebih tertarik
dan lebih gampang mengenal angka.
Kartu angka yang berwarna warni dan dengan modifikasi permainan kartu
angka ( kereta angka, bola bowling dan tebak suara ) akan lebih menarik
perhatian anak, dibandingkan guru hanya mengenalkan angka pada anak
melalu metode ceramah dengan menggunakan kata-kata dan memakai jari
tangan atau menulis dipapan tulis. Mengingat jika guru menggunakan
metode ceramah, anak akan semakin sulit untuk memahami lambang
bilangan karena membuat anak monoton dalam mengikuti proses
pembelajaran, dan berakibat
anak kurang bersemangat kemudian
berdampak pada lemahnya penyerapan lambang bilangan pada anak.
Sehingga dalam meningkatkan pengenalan lambang bilangan pada anak
akan lebih efektif dan efisien apabila menggunakan alat peraga berupa
kartu angka yang telah dimodifikasi berupa kereta angka, bola bowling
dan tebak suara.
25
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Hasil
Kondisi
Awal
Tindakan
 Rendahnya
kemampuan anak
dalam menyebut
urutan bilangan
Melaksanakan
pembelajaran
melalui bermain
kartu angka
 Rendahnya
kemampuan anak
membilang dengan
menunjuk angka
 Guru banyak
menggunakan
metode ceramah
 Guru kurang
menggunakan media
pembelajaran.
Kegiatan
belajar dan
mengajar
mengalami
peningkatan
“kereta angka”
( Siklus I )
“ Bola Bowling” (
Siklus II )
Evaluasi
“ Tebak Suara ”
( Siklus III )
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Artinya
peneliti tidak melakukan penelitian sendiri namun bekerja sama dengan
guru kelas B sebagai observer, dan peneliti dalam hal ini sebagai guru
kelas. Penelitian ini menciptakan kolaborasi atau partisipasi antara peneliti
dan guru pendamping. Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian
sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan
demikian, sejak perencanaan penelitian, peneliti senantiasa terlibat,
selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data.
Kemudian peneliti bersama dengan guru kelas lain sebagai observer
menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitian.
Pengertian PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ) menurut Suyanto (1997)
mendefinisikan PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif, dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan / atau meningkatkan praktik pembelajaran di kelas
secara professional. Sementara Ninik,S.W menyimpulkan, bahwa : PTK
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiiki kinerjanya
27
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Rencana siklus PTK apat dilihat pada gambar spiral PTK dibawah ini :
Refleksi
Siklus 1
Pelaksanaan
Observasi
Perencanaan
Refleksi
Siklus 2
Pelaksanaan
Observasi
Siklus berikutnya.
Gambar 2. Bagan Teknis Desain Siklus Penelitian
( Arikunto, 2011:16 )
2.
Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan pada bulan April 2016 sampai selasai.
Siklus I dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 22 April 2016.
28
Siklus II pada hari Sabtu, tanggal 7 Mei 2016 dan Silus III pada hari
Selasa, tanggal 17 Mei 2016.
3. Tempat Penelitian
Adapun Tempat penelitian tindakan kelas yang di lakukan peneliti adalah
PAUD Massir Pulau Pasaran
pada
kelompok
A
Kota Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2015 / 2016.
B. Sampel dan Populasi
Sampel dan populasi penelitian tindakan kelas ini di lakukan di PAUD
Massir Pulpas pada kelompok A Kota Bandar Lampung tahun pelajaran
2015/2016. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah anak didik kelas A,
yang berjumlah 20 anak. Terdiri dari 8 anak perempuan dan 12 anak laki-laki.
C. Definisi Konseptuan dan Operasional
1. Definisi Konseptual
Menurut
Pakasi
( 1970 : 23 ) definisi konseptual tentang lambang
bilangan merupakan suatu konsep tentang bilangan yang terdapat unsurunsur penting seperti : nama, urutan, lambang, dan jumlah.
2. Definisi operasional
Definisi operasional merupakan suatu definisi dari variable penelitian yang
dapat dioperasionalkan menjadi arahan untuk pelaksanaan didalam
penelitian.
Kemampuan mengenal lambang bilangan adalah nilai yang diperolah
berdasarkan hasil observasi atau pengamatan kemampuan mengenal
29
lambang bilangan pada anak. Adapun indicator kemampuan mengenal
lambang bilangan dalam penelitan ini adalah yaitu :
1). Menyebutkan lambang bilangan 1-10 secara berurutan
2). Menunjukkan lambang bilangan 1-10
3). Mengelompokkan lambang bilangan
4). Menghubungkan lambang bilangan dengan benda-benda atau simbol
3. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang peneliti buat berupa indikator-indikator yang
berdasarkan observasi. Adapun kisi-kisi instrumennya adalah seabagai
berikut :
Tabel 3. Kisi-kisi Penilaian Pengenalan Lambang Bilangan
No
Variabel
Indikator
1. Menyebutkan lambang bilangan 1
sampai 10 secara berurutan
Pengenalan lambang 2. Menunjukkan lambang bilangan 1
sampai 10
bilangan
3. Mengelompokkan lambang bilangan
4. Menghubungkan lambang bilangan
dengan benda-benda atau symbol.
Aspek Yang Dinilai
Proses




Berdasarkan kisi-kisi instrumen di atas maka penelitia telah membuat lembar
observasi yang akan digunakan dalam proses penelitian, adapun lembar
observasi tersebut terlampir dalam daftar lampiran .
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Tehnik pengumpulan data
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
tehnik
observasi.
30
Observasi dilakukan untuk mengamati anak secara langsung saat proses
kegiatan mengajar. Guru sebagai peneliti tindakan kelas
harus
mengobservasi atau mengamati proses tindakannya secara teliti dan
cermat
2. Alat pengumpulan data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data yaitu:
a. Lembar observasi terdiri dari hal-hal yang akan diteliti oleh peneliti
yang menyangkut tentang kegiatan pembelajaran untuk melihat sejauh
mana perkembangan pada anak.
b. Tanya jawab digunakan guru untuk menilai anak pada saat anak
memainkan permainan Kartu angka.
E. Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan analisis
data diskriptif:
1. Observasi dengan cara mengamati kegiatan anak secara langsung dalam
proses kegiatan permainan kartu angka dengan menggunakan analisis
diskriptif kualitatif.
2. Hasil belajar dianalisis dengan menggunakan analisis diskriptif komparatif
yaitu kegiatan tanya jawab dengan siklus maupun indikator.
Teknik analisis data disesuaikan dengan datanya. Pada umumnya data
berbentuk kuantitatif dianalisis dengan analisis diskriptip komparatif, yaitu
31
membandingkan data kuantitatif dari kondisi awal, siklus I, siklus II dan
siklus III dengan rumus sebagai berikut :
NA =
Sekor yang diperoleh
Total sekor yang seharusnya
X 100%
Nilai rata-rata hasil belajar anak dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
X =
X
N
x 100%
Keterangan :
X = Nilai rata-rata
= Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa
( adaptasi dari Aqib, dkk, 2008; 40 ).
Setelah semua data dianalisis dengan rumus persentase tersebut, maka
peneliti memberikan indicator keberhasilan peningkatan kemampuan kognitif
anak dalam mengenal lambang bilangan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki setiap anak.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan
kelas yang terdiri dari 3 siklus. Secara garis besar terdapat empat langkah
dalam
rancangan
penelitian
pengamatan, dan refleksi.
tindakan,
yaitu:
perencanaan,
tindakan,
32
Langkah-langkah yang akan dilakukan antara lain:
1. Perencanaan
Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan
yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang
melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan
(apabila dilaksanakan secara kolaboratif). Cara ini dikatakan ideal, karena
adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu
kecermatan amatan yang dilakukan. Apabila dilaksanakan sendiri oleh
guru sebagai peneliti, maka instrumen pengamatan harus disiapkan disertai
lembar catatan lapangan. Pengamatan yang diarahkan pada diri sendiri
biasanya kurang teliti dibanding dengan pengamatan yang dilakukan
terhadap hal-hal yang berada di luar diri, karena adanya unsur
subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung mengunggulkan dirinya.
Langkah-langkah perencanaan dalam penelitian sebagai berikut:
a. Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) tentang materi yang akan
diajarkan sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan. RKH ini
berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran di
kelas.
b. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi mengenai pengamatan
pengenalan lambang bilangan anak.
c. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran pendukung yang akan
digunakan dalam pembelajaran mengenal lambang bilangan menyimak.
33
2. Tindakan
Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rencana
tindakan di kelas yang diteliti. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam
tahap ini guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rencana tindakan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak
kaku, dan tidak dibuat-buat.
3. Pengamatan (Observasi)
Observasi dilakukan pada saat dilaksanakan kegiatan pembelajaran. Tindakan
ini dilakukan untuk melihat kekurangan maupun kelebihan yang kemudian
dijadikan bahan pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sebetulnya lebih tepat dikenakan
ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian
berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan
tindakan. Pada intinya kegiatan refleksi adalah kegiatan evaluasi, analisis,
pemaknaan, penjelasan, penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut dalam
perencanaan Siklus selanjutnya. Keempat tahap dalam penelitian tindakan
adalah unsur untuk membentuk sebuah Siklus, yaitu satu putaran kegiatan
beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang
tidak lain adalah evaluasi. Refleksi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah evaluasi terhadap proses tindakan dalam satu siklus. Kegiatan
refleksi dilakukan oleh guru bersama teman sejawat, yang selanjutnya
34
dapat dipergunakan sebagai pijakan untuk melakukan kegiatan pada siklus
selanjutnya.
G. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini yang menjadi indikator keberhasilannya adalah sebagai berikut:
1. Menyebutkan lambang bilangan 1 – 10 secara berurutan.
2. Menunjukkan lambang bilangan 1 – 10.
3. Mengelompokkan lambang bilangan.
4. Menghubungkan lambang bilangan dengan benda-benda atau symbol.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan
diperoleh
adanya peningkatan kemampuan pengenalan lambang bilangan pada anak
melalui permainan kartu angka ( kereta angka, bola bowling dan tebak suara ),
hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan pada setiap siklus. Dimana
siklus I dengan permainan kereta angka, dan siklus II dengan permainan bola
bowling kemudian siklus III dengan permainan tebak suara. Pada siklus I
prosentase kemampuan mengenal lambang bilangan pada anak mencapai 60 %
(Berkembang sesuai harapan)
kemudian meningkat menjadi 65 %
(Berkembang Sesuai Harapan) pada siklus II, dan pada siklus III menjadi 80 %
(Berkembang Sangat Baik).
Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas melalui permainan Kartu Angka dapat meningkatkan
kemampuan pengenalan lambang bilangan pada anak usia dini di Paud
Massir Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung pada kelompok A, hal
tersebut dikarenakan dengan melalui permainan kartu angka yang
dimodifikasi berupa permainan kereta angka anak akan lebih termotivasi
untuk melengkapi kartu yang masih kosong, demikian juga dengan
permainan kartu angka yang dimodifikasi berupa permainan bola
bowling, anak juga dapat melempar kartu angka dan menyebutkan angka
62
yang terjatuh. Demikian juga dengan permainan kartu angka yang
dimodifikasi berupa permainan tebak suara, anak mempunyai rasa ingin
tahu suara apa yang mereka dengan dan berapa jumlah suara tersebut,
lalu mencocokkan dengan kartu yang ada.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan:
1. Bagi Guru
Guru hendaknya dapat meningkatkan kemampuan belajar mengenalkan
lambang bilangan anak melalui permainan yang menarik yaitu
menggunakan permainan kartu angka yang dikemas dalam bentuk
pembelajaran sesuai dengan usia anak.
2. Bagi Sekolah
Pengelola Paud Massir Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung
bisa
memberi motivasi pada guru agar mampu memilih dan mendesain metode
pembelajaran yang variatif seperti metode permainan
kartu angka
sehingga anak-anak Paud meningkat kemampuan mengenal bilangan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 1. Bumi Aksara.
Jakarta
Chayatie, Afifah N. 2010. Games untuk Training dan Outbond. Yogyakarta:
Katahati.
Fatimah. 2011. Menciptakan Bahan Ajar Yang Berpusat Pada Anak. Jakarta:
CRI Indonesia.
Haryanti, S. 2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Konsep
Bilangan Melalui Bermain Rahasia Kubus Pada Anak TK Nasima
Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.
Hudoyo, Kenny D dan Ginting, Enda E. 1990. Menciptakan Kelas yang Berpusat
Pada Anak: 3-5 Tahun. Jakarta.
Ismail, Andang. 2009. Education Games: Panduan Praktis Permainan Yang
Menjadikan Anak Anda Cerdas, Kreatif, dan Saleh. Yogyakarta: Pro U
Media.
Ismayani, A. 2010. Aktivitas Mengenalkan Matematika pada Anak Usia 2 – 6.
Jivalitera. Jokjakarta.
Mauliawan, Jasa U. 2009. Tips Jitu Memilih Mainan Positif dan Kreatif Untuk
Anak Anda. Yogyakarta: Diva Press.
Marhijanto. 2008. Upaya Meningkatkan Kemampuan Belajar Berhitung Anak
Usia Dini Melalui Metode Permainan Bilangan di TK Rohmaniyyah
Semarang Kelompok A.
Nasliyah. 2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Belajar Berhitung Anak Usia
Dini Melalui Metode Permainan Bilangan di TK Rohmaniyyah
Semarang Pada Kelompok A Tahun Ajaran 2011/2012.
Nurani, Yuliani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT
Indeks
62
Nurlaela. 2009. Permainan Kreatif Untuk Memotivasi Anak. Jakarta: Pustaka
Bina Swadaya.
Pakasi. 1970. Didaktik Berhitung I. Jakarta: Bhantara
Setyono. 207. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia.
Soeharto. 2005. Kapita Selekta Matematika. Bandung: Upi Press.
Sudaryanti. 2006. Upaya meningkatkan kemampuan memahami konsep bilangan
melalui bermain rahasia kubus pada anak TK Nasima Semarang.
Suyadi. 2010. Pedoman Pembelajaran dan manajemen Berbasis Sekolah di
Taman Kanak-kanak. Jakarta: BP Cipta Jaya.
Suranto, Edi. 2007. Matematika. Wonogiri: Chalia Indonesia Printing.
Suwarma, S. 2006. Kapita Selekta Matematika. Bandung: UPI PRESS
Tadkirotun, Mudfiroh. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Tangeran :
Universitas Terbuka.
Zulkifli, L. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wojowasito, S. 1972. Media membantu siswa mengintegrasikan pengalaman.
Jakarta: Rineka Cipta.
Download