BAB 1 TIGARAKSA SATRIA (TRS) Dasar Jati Diri Tigaraksa Satria Visi TigaraksaSatria (TRS) “To Succeed and Excel as a Market-Driven Sales & Distribution Organization” menjadi arah dan pegangan bagi basic beliefs atau core values atau jati diri perusahaan. Basic beliefs inimerupakan suatu perangkat norma dasar yang menentukan semua aktivitas perusahaan dengan dunia luar, khususnya dengan para stakeholders. Untuk mencapai keberhasilan dan guna membangun reputasi perusahaan, penting sekali bahwa perilaku para anggotanya sesuai dengan prinsip walk the talk, atau dengan kata lain perbuatannya haruslah sesuai dengan jati diri perusahaan itu sendiri, sebab bila tidak demikian, tidak ada yang percaya pada TRS. Didalam Visi TRS ada tiga kata kunci, yaitu: 1. Market-driven menyatakan bahwa arah perusahaan berkiblat kepada market-nya dalam arti perusahaan harus menciptakan value bagi stakeholder customer. 2. Succeed : successful dalam arti keberhasilan dalam mencapai semua target objektif perusahaan dan setiap bagian yang terdapat didalamnya. 3. Excel : excellent didalam melakukan aktivitas, selain harus sesuai norma dasar, juga harus sempurna, tidak ada cacat atau poor quality yang bermutu rendah. Di TRS jatidiri atau reason for being atau perangkat norma dasar ini dituangkan dalam suatu Misi perusahaan sebagai berikut: Tugas utama kami adalah menciptakan value bagi para customer kami yaitu para prinsipal pengguna jasa yang kami berikan dan konsumen dari produk yang kami distribusikan. Kami akan selalu berupaya mengetahui kebutuhan & keinginan mereka agar kami bisa memenuhinya dan memberikan kepuasan kepada mereka, sesuai dengan atau bahkan melebihi ekspektasi mereka. Kebutuhan & keinginan customers kami dan juga customers dari customers kami merupakan acuan bagi kualitas proses yang akan kami jalankan. Kami akan membina dan mengembangkan hubungan yang sangat baik dan bernilaitambah dengan para trade channels, dengan siapa kami bahu membahu agar para konsumen bisa mendapatkan kebutuhannya dimanapun mereka berada. Para trade channels kami harus mendapatkan pelayanan yang prima agar dapat memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan penjualan produk-produk yang kami distribusikan. Semua karyawan dan Direksi harus memiliki kinerja yang tinggi karena kinerja mereka akan menentukan kinerja perusahaan. Kinerja individu akan diukur secara periodik, dan kami akan memberikan perhatian penuh pada setiap upaya untuk meningkatkan kinerja, kompetensi dan motivasi para karyawan dan Direksi. 11 Kami membangun hubungan baik dengan rekanan dan mitra bisnis lainnya dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan. Ini bisa terwujud jika hubungan tersebut bersifat jangka panjang dan dilandasi dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Sebagai warga negara yang baik, maka kami juga akan menaati hukum, menjalankan good corporate governance, dan membayar pajak kepada pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Para investor (institusi keuangan) yang telah mempercayakan dananya untuk kami gunakan sebagai modal usaha, layak mendapatkan prioritas dan perhatian kami dalam berhubungan. Kerjasama dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian, dengan kondisi & persyaratan yang paling kompetitif dan menguntungkan kedua-belah pihak. Pada akhirnya, usaha yang kami jalankan haruslah menghasilkan keuntungan agar kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan dapat terus dipertahankan. Keuntungan yang dihasilkan diharapkan memberi dampak positif terhadap kenaikan nilai saham dan jumlah dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham kami. Stakeholder TRS Pemilihan stakeholder dapat dilakukan berdasarkan pendekatan ’shareholders wealth’ atau ’stakeholders value’. Dalam bukunya ”Arsitektur Sebuah Model Manajemen”, Robert Widjaja mengatakan bahwa dalam pandangan penganut aliran shareholders wealth tujuan dan tanggung jawab perusahaan adalah maximizing profits (memaksimalkan keuntungan). Suatu pasar yang bebas, transparan dan efisien – dengan diarahkan oleh invisible hand – akan secara otomatis membawa kemakmuran maksimum, dan oleh karena itu juga secara maksimum memenuhi kepentingan pihak-pihak lain, yaitu para stakeholder seperti karyawan dan supplier. Sebaliknya, penganut aliran stakeholders value menyatakan keyakinan bahwa dengan menciptakan produk yang bagus dan memberi pelayanan terbaik kepada para pelanggan, pelanggan akan membeli produk kita. Dengan menghargai para karyawan dan memberi mereka gaji yang sepadan, mereka akan puas dan bekerja dengan baik. Dengan menghargai dan memberi tanggung jawab kepada para pemimpin perusahaan, mereka akan berusaha mengelola perusahaan sebaik mungkin. Dengan menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab secara sosial dalam segala bidang yang dibutuhkan, akan dihasilkan penghargaan terhadap kita. Dan, kalau semua ini telah kita lakukan dengan baik, perusahaan pasti akan menghasilkan profits yang merupakan hak para pemegang saham, karyawan dan Direksi. Ini semua dilakukan dengan mengelola stakeholder dengan baik dan bukan dengan 'invisible hand' dari aliran neo-liberal. Untuk menentukan siapa saja stakeholder perusahaan, perlu diperhatikan bahwa pimpinan perusahaan harus secara menyeluruh mempertimbangkan kelompok orang, organisasi, dan institusi yang penting untuk keberhasilan sehingga akan termasuk dalam tujuan penciptaan nilai. Dalam memilih stakeholder, TRS lebih mendasarkan diri pada pendekatan strategic stakeholder value (pentingnya stakeholder secara strategis), 22 dibandingkan berdasarkan pendekatan ethically critical stakeholder value (pentingnya pendapat etis stakeholder). Berikut adalah stakeholders strategis TRS dan output yang diharapkan oleh mereka 1. Principal: pertumbuhan penjualan dan penyebaran produk yang dipercayakan distribusinya kepada TRS 2. Pelanggan (Outlet dan Konsumen): ketersediaan produk dalam jumlah, varian, waktu, tempat dan kualitas yang sesuai 3. Karyawan: rewards finansial dan non-finansial 4. Direksi dan Komisaris: rewards finansial dan non-finansial 5. Pemerintah: pajak dan kepatuhan terhadap regulasi 6. Rekanan: kesempatan kerja sama bisnis yang saling menguntungkan 7. Investor (Institusi Keuangan): kompensasi biaya modal yang diberikan 8. Pemegang Saham: dividen dan capital gain Sekilas Tentang Usaha TRS PT Tigaraksa Satria (TRS) mulai beroperasi pada awal Januari 1988 sebagai wujud dari pengkonsolidasian bidang usaha distribusi dan pemasaran yang sebelumnya dilakukan langsung oleh induk perusahaan yaitu PT Tigaraksa. Pemisahan ini memberi peluang dan ruang gerak yang lebih luas bagi TRS, yang telah berdiri sendiri, untuk mengembangkan usahanya seiring dengan pesatnya pertumbuhan pasar consumer products (barang-barang konsumsi) di Indonesia. TRS telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sejak bulan April 1990. Pada saat ini TRS telah menjadi perusahaan distribusi independen yang terbesar di Indonesia dengan omzet penjualan sebesar hampir Rp 5 triliun di tahun 2009 dan diperkirakan akan mendekati Rp 6 triliun di akhir tahun 2010. Disamping bergerak dibidang usaha penjualan & distribusi barang-barang konsumsi melalui cabang-cabangnya yang tersebar diseluruh Indonesia, TRS juga menangani pemasaran langsung buku-buku pendidikan anak melalui unit usaha Educational Products Division, pelayanan jasa manufaktur susu bubuk melalui pabriknya di Sleman, serta bidang usaha produksi, pemasaran & pendistribusian kompor gas berikut layanan isi ulang gas LPG melalui anak perusahaannya PT Blue Gas Indonesia. Khusus untuk buku studi kasus ini, yang akan dijadikan obyek bahasan hanyalah bidang usaha penjualan & distribusi barang-barang konsumsi (FMCG Sales & Distribution). Kompleksitas Usaha TRS Selain kompleksitas yang ada disemua usaha (lihat buku ”Arsitektur Sebuah Model Manajemen” hal 31-36), TRS mempunyai kompleksitas khas yang penjelasannya adalah sebagai berikut: 33 Berdasarkan suatu sales & distribution agreement antara TRS dengan para principal-nya, TRS bertindak sebagai semacam agen untuk para supplier (principals) dari produk yang menjadi dagangannya (FMCG). Karena TRS membeli produknya dari principals dan menjualnya ke outlets seperti: Hypermarkets, Supermarkets, Mini markets dan outlets lainnya, kelihatannya seolah-olah outlets ini yang menjadi customers dari TRS. Tetapi kalau kita perhatikan secara lebih mendalam kenyataannya tidak demikian, karena sebetulnya TRS menjual produk principal atas nama (on behalf of) para principal-nya dan untuk jasanya ini TRS mendapatkan distribution margin. Dengan kata lain kegiatan selling dan distributing produk principals ke outlets merupakan jasa yang ditawarkan TRS kepada principals, sehingga sebetulnya principals yang menjadi customers dari TRS dan bukan outlets. Walaupun pembuatan faktur, penagihan dan penerimaan pembayarannya dilakukan oleh TRS, tetap saja principals yang menjadi customers karena peran tersebut pun dilakukan on behalf sehingga merupakan bagian dari jasa yang diberikan oleh TRS. Namun demikian, pelayanan prima kepada outlets sangat penting bagi TRS karena tingkat service level yang diberikan kepada outlets dan penyebaran produk (spreading) ke semua channel yang ditargetkan oleh principals menjadi ukuran keberhasilan (KPI) pelayanan jasa selling & distributing TRS kepada principals. Disamping itu interaksi langsung dengan konsumen melalui program-program Trade Marketing yang dijalankan oleh TRS merupakan manifestasi atau bentuk layanan yang diberikan kepada principals untuk menumbuhkan minat beli konsumen. Environmental Spheres Yang Mempengaruhi TRS Sebagai bagian dari komunitas bisnis, TRS maupun para stakeholders nya tidak terlepas dari 4 (empat) elemen Environmental Spheres yang berpengaruh terhadap aktivitas usahanya. Adapun elemen-elemen tersebut terdiri dari: nature (alam), society (masyarakat), technology (teknologi) dan economy (ekonomi). Disini kami hanya akan mengutarakan bagian dari elemen-elemen environmental spheres yang paling srategis atau sangat berpengaruh terhadap bisnis TRS. a. Nature (alam) Kondisi geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, merupakan tantangan tersendiri bagi mereka yang terlibat dalam proses penjualan dan pendistribusian produk mulai dari pabrik sampai ke tangan konsumen. Sebagai perusahaan penjualan dan distribusi, TRS harus mampu menentukan kombinasi transportasi yang paling efektif dan efisien dalam menghantarkan produk dari pabrik sampai ke tangan konsumen dengan waktu, jumlah dan jenis produk yang tepat. b. Society (masyarakat) Sebagai perusahaan penjualan dan distribusi barang-barang konsumsi, TRS juga sangat berkepentingan terhadap tren yang terdapat pada aspek-aspek masyarakat yang dapat mempengaruhi kegiatan usahanya. Aspek-aspek tersebut dapat berupa: 44 tingkat kelahiran, distribusi pendapatan, tingkat pendidikan, dan perubahan perilaku & pola belanja masyarakat. Dengan mengetahui aspek-aspek tersebut maka TRS dapat memformulasikan strategy dengan tepat produk apa yang cocok didistribusikan pada kelompok masyarakat disetiap area dan channel distribusi yang berbeda-beda. c. Technology (teknologi) Kemajuan teknologi mendorong terciptanya peningkatan efektivitas serta efisiensi diberbagai bidang termasuk bidang usaha yang digeluti oleh TRS. Kebutuhan akan teknologi informasi dirasakan sangat penting bagi bisnis TRS untuk pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Untuk mengubah data menjadi informasi diperlukan keterlibatan teknologi. Tanpa bantuan teknologi, mengubah data menjadi informasi merupakan pekerjaan yang menyita banyak sekali waktu dan tenaga. Menyadari betapa pentingnya teknologi informasi, TRS telah mengembangkan sistem dan teknologi informasi yang terintegrasi guna mendukung semua proses bisnis perusahaan, Sistem yang terintegrasi ini memungkinkan TRS melayani kebutuhan customer dengan cepat, akurat dan efisien. Penggunaan informasi terolah yang dihasilkan dari sistem & teknologi informasi ini memungkinkan manajemen TRS membuat perencanaan yang akurat dan mengambil keputusan yang tepat dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Disamping itu sistem & teknologi informasi yang digunakan juga telah mampu mengoptimalkan dan meningkatkan efisiensi dalam aktivitas operasional TRS secara keseluruhan. Sistem teknologi informasi yang handal merupakan akselerator bagi kemajuan bisnis TRS. d. Economy (ekonomi) Elemen ini dapat berupa: tingkat inflasi, ketersediaan modal dan tingkat bunga, nilai tukar, makro ekonomi. Elemen ekonomi mempunyai dampak langsung terhadap seluruh aspek kehidupan, termasuk aktivitas usaha TRS. Dalam hal ini TRS harus sanggup mengantisipasi serta mengelola dengan baik segala perubahan yang terjadi pada elemen ekonomi, sehingga dapat mempersiapkan alternatifalternatif tindakan yang diperlukan seperti dalam krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1998 dan 2008 lalu. Dampak dari krisis ekonomi dapat berupa berupa pengetatan kredit perbankan, tingginya tingkat bunga dan makin terbatasnya fasilitas kredit yang tersedia. Sebagai perusahaan penjualan dan distribusi, TRS memerlukan kecukupan modal kerja untuk membiayai usahanya secara berkesinambungan. Dengan sumber dana yang terbatas dan terus meningkatnya suku bunga, TRS dituntut untuk memberi prioritas utama terhadap pengelolaan modal kerja yang lebih baik dan mengoptimalkan penggunaan asset yang dimilikinya. Tekanan berupa penurunan margin distribusi diatasi dengan cara melakukan perbaikan terus menerus terhadap efektivitas dan efisiensi di bidang operasional. Hal-hal tersebut telah berhasil membuat TRS melewati krisis ekonomi dengan baik. Kemampuan menyikapinya dan ber-interaksi dengan ke-4 elemen Environmental Spheres diatas secara tepat diharapkan akan membawa dampak positif terhadap kepentingan para 55 stakeholders TRS (principal, trade channels, konsumen, karyawan, direksi & komisaris, pemerintah, rekanan, investor dan pemegang saham). Operational Beliefs Jim Collins dan Jerry I. Porras, pengarang buku terkenal Build to Last, menyatakan bahwa sekalipun core ideology – istilah mereka untuk basic beliefs – merupakan hal yang sangat penting, namun core ideology saja tidak membentuk perusahaan menjadi visioner. Masih diperlukan lebih banyak syarat lagi, antara lain bahwa perusahaan harus terusmenerus melaksanakan perubahan. Jadi, core ideology harus dipertahankan, tetapi manifestasinya bisa diubah. Core ideology harus bersatu dengan drive for progress (keinginan untuk maju) – istilah Collins dan Porras untuk operational beliefs –. Walapun keadaan perusahaan sekarang sudah sangat baik, tetap harus dibina keinginan untuk lebih baik dan lebih maju. Jika tidak, dalam waktu singkat akan ada perusahaan lain yang menyusul. Operational beliefs meliputi faktor-faktor yang ada di semua perusahaan, seperti Strategi, Struktur dan Corporate Culture sebagai faktor dasar, dan micro politics dan routinization sebagai faktor sampingan. Adanya perbedaan operational beliefs di antara perusahaan disebabkan oleh tujuan perusahaan yang berbeda-beda, sehingga strategi, struktur dan budaya setiap perusahaan pun berbeda. Operational beliefs disusun dalam suatu framework yang holistis dan terintegrasi secara vertikal dan horizontal. Semua faktor – dasar dan sampingan – diintegrasikan secara vertikal kedalam semua proses perusahaan, sedangkan proses-proses tersebut ter-integrasi dan berjalan secara horizontal untuk menciptakan nilai bagi stakeholders atau customers. 1. Strategi Kaplan dan Norton mendefinisikan strategi sebagai suatu alat untuk menerjemahkan visi ke dalam langkah nyata (aksi). Content issues of a strategy (pokok-pokok isi strategi) meliputi: Stakeholders, Value Proposition dan Core Competence. Karena tujuan perusahaan adalah creating value for stakeholders, maka manajemen harus mendesain strategi untuk setiap stakeholders. Untuk itu perlu diketahui siapa saja Stakehoders yang dituju, kebutuhan dan permintaan serta cara-cara berkomunkasi dengan mereka. Setelah semua diketahui, perusahaan harus menentukan dengan jelas Value Proposition yang akan ditawarkan kepada stakeholders tersebut, termasuk didalamnya products/services attribute, relationships dan image; Kemudian Core Competence apa yang dibutuhkan untuk bisa men-deliver value proposition yang dijanjikan kepada stakeholders. Value Proposition yang akan di-deliver dan Core Competence yang diperlukan untuk men-deliver value kepada masing-masing stakeholders dapat berbeda-beda. Didalam uraian berikutnya mengenai Value Proposition akan dipakai contoh Principals sebagai 66 stakeholders. Untuk itu perlu ditentukan dulu kebutuhan dan permintaan maupun cara berkomunikasi dari Principals yang harus dipenuhi oleh TRS. Kebutuhan dan permintaan Principals secara umum dapat diilustrasikan sbb: Pencapaian target penjualan yang telah disepakati bersama Pencapaian target distribusi/penyebaran berupa jumlah outlets yang di-cover. Peningkatan service level kepada main outlets Menjaga kecukupan minimum stock level yang disyaratkan Frekuensi transaksi outlet Tingkat retur barang yang terkendali Value Proposition Setelah kebutuhan dan permintaan Principal diketahui, maka langkah berikutnya adalah menentukan Value Proposition yang akan diberikan kepada Principal yang bersangkutan. Value proposition merupakan kombinasi dari product/service attributes, relationship dan image. Berikut adalah value proposition yang ditawarkan oleh TRS kepada Principals: 1. Service attributes: Berupa competitive price, superior quality, availability, speedy and timely. Bagi TRS harga, yang dimanifestasikan dalam bentuk distribution margin, merupakan sesuatu yang relatif. Ada principal yang mau membayar mahal untuk layanan yang premium, namun ada pula principal yang sangat concern dengan harga yang ditawarkan. Menyadari hal ini maka dalam menentukan pricing policy untuk distribution margin, TRS akan menyesuaikan (customised) dengan kebutuhan dan permintaan principals. TRS menyadari bahwa principal akan puas dan bisa dipertahankan hanya jika TRS bisa memberikan layanan yang berkualitas. Perbaikan dilakukan secara terus-menerus untuk mengantisipasi ekspektasi principal yang makin meningkat dan bervariasi. Sebagai perusahaan sales & distribution, availability dari produk yang didistribusikan merupakan salah satu ukuran keberhasilan proses yang dijalankan. Setiap order akan dipenuhi oleh TRS secara cepat dan tepat waktu. Dengan demikian dapat diharapakan bahwa kebutuhan dan permintaan principals dapat dipenuhi dengan baik dan bahkan melebihi ekpektasi mereka. 2. Relationship: Berupa pemberian service dan semangat partnership yang baik dengan para principal, dan juga para trade channels dan konsumen. Hubungan baik dengan principals dan trade channels merupakan kompetensi yang wajib dimiliki oleh perusahaan yang bergerak di bidang sales & distribution, termasuk TRS. Untuk bisa menjalin hubungan baik dengan para prinsipal dan trade channels maka TRS harus mengenal dan memahami ekspektasi mereka, men-deliver output sesuai dengan ekspektasi tersebut, dan responsif dalam menangani keluhan mereka. 3. Image : 77 Berupa reputasi TRS sebagai perusahaan sales & distribution yang memberikan pelayanan integrated and customised services sesuai dengan kebutuhan kepada para principal, men-deliver produk-produk yang berkualitas baik disertai dengan service level yang tinggi kepada para trade channels dan konsumen. Hal ini merupakan buah dari praktek, pengalaman dan pembuktian keberhasilan dalam kurun waktu yang cukup panjang. Core Competence Value Proposition merupakan cerminan dari Core Competence yang dimiliki oleh suatu organisasi. Menurut Hamel dan Prahalad, kompetensi inti (core competence) adalah kapabilitas yang unik dan sulit di-imitasi, serta yang kritikal bagi perusahaan untuk mencapai keunggulan bersaing. Tanpa kompetensi inti maka akan sulit bagi organisasi untuk merebut pangsa pasar. Berikut adalah kompetensi inti TRS: 1. Know Your Customer Kemampuan untuk mengenal customer dan kebutuhannya, serta berkomitmen untuk menghasilkan produk dan pelayanan yang berkualitas guna memenuhi kebutuhan customer tersebut. 2. Relationship Management Kemampuan untuk membangun kredibilitas diri melalui penumbuhan empati, kesediaan untuk memberi dan menerima umpan balik, keterbukaan dalam berkomunikasi, serta membina hubungan baik dengan para customer dan para mitra bisnis lainnya. 3. Innovation Kemampuan dalam berpikir kreatif yang mampu menghasilkan ide-ide baru untuk menghasilkan output atau solusi baru yang lebih bermanfaat bagi customer. 4. Supply Chain Management Kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, menganalisa, dan mengawasi arus dari produk, dana, dan informasi 5. Knowledge Management. Kemampuan dalam melakukan kreasi, akumulasi, distribusi, dan pengelolaan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan output yang bermanfaat bagi para customer. Kompetensi inti tidak bersifat permanen dan dapat berubah sebagai respon terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan. Namun demikian, kompetensi inti harus unik dan sulit ditiru oleh kompetitor. Jika ‘tidak unik’ dan tidak memiliki faktor pembeda dengan kompetitor, maka tidak bisa dikategorikan sebagai kompetensi inti. Dalam konsep kompetensi inti, sesuatu yang sifatnya standar dan mudah didapatkan bukanlah sumber dari keunggulan bersaing. Fokus Strategi Untuk bisa mencapai misi organisasi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, manajemen TRS mengambil dua tema strategi, yaitu: Growth Strategy dan Productivity 88 Strategy. Strategi yang pertama terkait dengan top line, sedangkan yang kedua terkait dengan bottom line. Dengan mengadaptasi pendekatan yang ditawarkan oleh Ansoff, berikut adalah penjelasan Growth Strategy TRS: a. Penetrasi pasar (market penetration) Adalah strategi untuk mendapatkan revenue growth dengan cara menfokuskan diri kepada pemberian layanan yang sudah ada (existing services) pada pasar yang sudah atau sedang digarap (existing markets). Tujuan dari strategi penetrasi pasar ini adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar dari layanan yang sudah dimiliki. Hal ini dapat dicapai melalui: Merebut customer yang merupakan pengguna layanan kompetitor (take competitor’s customer), misalnya dengan menggunakan kombinasi dari variasi layanan, promosi dan penentuan harga Meningkatkan jumlah penggunaan layanan (increase usage), dengan memanfaatkan program consumer promo sehingga konsumen tertarik untuk membeli layanan lebih banyak. Misalnya: pemberian hadiah, voucher diskon, program beli satu dapat dua, dll. b. Pengembangan pasar (market development) Dalam hal ini, strategi yang diambil perusahaan adalah menfokuskan kegiatannya pada pemberian layanan yang saat ini sudah dimiliki (existing services) pada pasar yang belum pernah digarap (new markets). Beberapa cara yang mungkin digunakan oleh perusahaan adalah: Mengembangkan segmen pasar yang baru. Misalnya jika sebelumnya fokus penjualan perusahaan adalah produk FMCG, maka ke depan perusahaan mencoba menjual dan mendistribusikan produk farmasi yang bersifat OTC. Convert non-user. Misalnya menjual produk kepada outlet yang selama ini belum pernah membeli produk yang kita distribusikan (new outlets) Membuka daerah (geografi) yang baru. Misalnya dengan membuka pasar di propinsi atau area baru. Membuat saluran distribusi baru. Misalnya jika biasanya hanya menjual produk di pasar modern, sekarang menjual pula di pasar tradisional. c. Pengembangan layanan (services development) Strategi pengembangan layanan adalah istilah yang digunakan untuk strategi pertumbuhan dimana perusahaan memperkenalkan layanan baru (new services) pada pasar yang sudah atau sedang digarap (existing markets). Misalnya, jasa pengelolaan SPG (Sales Promotion Girls), jasa CRM (Customer Relationship Management) dan jasa Trade Marketing (pengelolaan yang berfokus kepada aktivitas promosi di outlet). d. Strategi diversifikasi (diversification) Strategi diversifikasi adalah istilah yang dipakai untuk strategi pertumbuhan dimana perusahaan memperkenalkan layanan baru (new services) pada pasar yang belum pernah digarap (new markets). Memasuki pasar yang baru dengan 99 membawa layanan yang baru mengandung risiko dan investasi yang cukup besar, serta memerlukan kemampuan inovasi dan kreatif yang tinggi. Sedangkan untuk Productivity Strategy, langkah yang ditempuh oleh TRS adalah: 1. Reduce Discount. Meski akan mendorong peningkatan keuntungan, namun perlu dilakukan dengan hati-hati supaya customer tidak beralih kepada kompetitor yang memberikan discount lebih besar. 2. Product/Sales Mix. Langkah ini bisa ditempuh karena pada umumnya produk premium memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan produk standard. 3. Cost Reduction. Fokus dari langkah ini adalah pada pos-pos biaya yang nilainya cukup besar. Biaya yang bisa dikurangi dalam pos tersebut adalah biaya-biaya yang timbul akibat terjadinya inefisiensi, kesalahan, rework, pengecekan atau cacat dalam proses. Biaya-biaya ini biasa disebut COPQ (cost of poor quality) Mengingat terbatasnya sumber-daya yang ada di TRS sebagai perusahaan, maka baik Growth Strategy maupun Productivity Strategy harus mempunyai fokus dan prioritas yang jelas sehingga sumber-daya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Konsekuensinya adalah harus dipilih drivers mana yang akan mendapat perhatian lebih dan alokasi sumber daya yang paling banyak agar bisa menghasilkan pertumbuhan dan produktivitas yang optimal. Pengukuran Kinerja Artikel dalam Majalah Fortune terbitan bulan Desember 1982 menyatakan bahwa hanya 10% dari strategi yang telah diformulasikan dengan baik yang dapat diimplementasikan dengan sukses. Sukses diukur dari keberhasilan organisasi dalam mencapai target dari output-nya. Pembahasan mengenai output tidak dapat dilepaskan pada kenyataan bahwa terdapat dua tataran output yang perlu dianalisis, yaitu output di level organisasi dan output di level individu. Output di level organisasi akan dipengaruhi oleh ekspektasi yang berbeda-beda dari para stakeholder-nya, dan contohnya adalah sebagai berikut: Para Principals mengharapkan pertumbuhan penjualan dan penyebaran distribusi yang maksimal kepada outlets. Outlets dan Konsumen berharap mendapatkan produk dan layanan yang berkualitas. Karyawan, Direksi dan Komisaris berharap reward yang sepadan, baik yang bersifat finansial maupun non finansial Pemerintah mengharapkan pendapatan dari pajak dan peningkatan lapangan pekerjaan. Rekanan mengharapkan kesempatan untuk melakukan kerja sama bisnis. Institusi Keuangan mengharapkan keuntungan dari fasilitas kredit yang diberikan. Para Pemegang Saham mengharapkan kenaikan keuntungan perusahaan berupa Economic Value dan juga kenaikan harga saham. 1 10 0 Karena organisasi merupakan kumpulan dari banyak individu yang bekerja di dalamnya, maka output di level organisasi akan terkait erat dan sangat dipengaruhi oleh output di level departemen/fungsi dan di level individu. Oleh sebab itu diperlukan keselarasan (alignment) antara output organisasi dengan output departemen/fungsi dan output individu. Output perlu memiliki ukuran (measurement) yang jelas dan target yang bersifat kuantitatif. Yang dimaksud ukuran di sini adalah ”faktor-faktor” yang membagi tujuan pekerjaan menjadi komponen atau elemen yang dapat diukur. Misalnya: pencapaian target penjualan, pertumbuhan penjualan, pangsa pasar, tingkat kepuasan customer, penambahan jumlah customer baru, persentase barang rusak, rasio biaya pegawai terhadap penjualan, dan lain-lain. Setelah suatu ukuran dapat ditentukan, maka langkah berikutnya adalah menetapkan angka target. Dalam prakteknya, penetapan angka target biasanya berasal dari pembandingan dengan data historis, benchmark dengan sesuatu yang merupakan ‘the best in class’, hasil assessment atas market potential, atau berasal dari voice of customers. Tidak peduli dari manapun asalnya, namun target yang baik harus mengandung unsur-unsur SMART (specific, measurable, achieveable, realistic, time-bound). Kita sering mendengar bahwa sesuatu yang tidak bisa diukur akan sulit diperbaiki (if it can’t be measured, it can’t be improved). Oleh karena itu, pengukuran merupakan hal yang wajib dilakukan sebelum suatu langkah perbaikan digulirkan. Secara singkat, tahaptahap yang perlu ditempuh sampai dengan langkah perbaikan dilakukan adalah sebagai berikut: Mengukur target dan aktual pencapaian Menganalisa gap yang ada untuk mengetahui root cause Melakukan langkah perbaikan Tanpa campur tangan teknologi informasi (IT), proses mengukur target dan aktual pencapaian akan memboroskan waktu dan biaya. Belum lagi masalah yang timbul karena human error dan ketidak akuratan informasi. Oleh karena itu IT perlu menjalankan perannya dengan baik, yaitu menyediakan informasi secara mudah, cepat, murah dan akurat. Berdasarkan informasi ini, pihak-pihak yang terlibat bisa melakukan langkahlangkah perbaikan. Ketika informasi ini tersedia secara bulanan, maka mereka yang berkepentingan tidak perlu lagi menunggu hingga proses penilaian kinerja tahunan berlangsung untuk bisa memberikan evaluasi dan feedback kepada individu yang memerlukan. 2. Struktur Untuk melakukan eksekusi strategi diperlukan adanya struktur – dalam arti pembagian kerja – yang paling mendukung keberhasilan strategi. Struktur dalam bentuk pembagian kerja harus dilengkapi dengan struktur proses (process structure) guna menentukan tugas (tasks) atau aktivitas (activity) mana yang perlu dilakukan dan dengan tata urutan seperti apa aktivitas itu harus dikerjakan. 1 11 1 Penolakan terhadap organisasi struktural dan fungsional – yang hingga saat ini masih menjadi building block sebagian besar organisasi – serta kompleksitas bisnis saat ini dan masa depan, menuntut adanya organisasi yang memenuhi setidaknya lima syarat di bawah ini: 1. Tidak hirarkis dan tidak kaku (rigid). 2. Memberikan penghargaan kepada peningkatan ketrampilan atau kompetensi individu yang ada di dalamnya 3. Berfokus pada pemenuhan kebutuhan customer, 4. Mendorong inovasi, dan 5. Berorientasi kepada kerja tim. Bentuk organisasi yang bisa memenuhi kelima tuntutan sebagaimana dimaksud diatas adalah organisasi berbasis proses, yang berbentuk matriks. Organisasi ini merupakan perpaduan antara keahlian atau expertise (sumbu vertikal) dan proses (sumbu horisontal). Struktur yang menghargai keahlian – dan bukan hirarki – merupakan jawaban atas tuntutan untuk mendorong fleksibilitas dan penyediaan individu yang terampil dan kompeten. Dengan tidak bersifat hirarkis, maka hubungan yang terjalin bukan seperti ‘atasan-bawahan’ melainkan lebih seperti ‘coach-coachee’. Seseorang yang berada di level lebih tinggi, dipandang memiliki keahlian yang lebih tinggi, dan bukan karena otoritas yang lebih tinggi. Ketika keahlian merupakan sesuatu yang dihargai, maka tiap orang akan berlomba untuk meningkatkan keahliannya. Keahlian yang meningkat diharapkan akan mendorong dilakukannya proses secara lebih baik, dan pada giliranya output yang dihasilkan juga akan lebih baik dan memuaskan customer. Sedangkan bentuk proses mencerminkan adanya fokus kepada pemenuhan kebutuhan customer, munculnya inovasi, serta orientasi kepada kerja tim. Berbeda dengan organisasi tradisional, maka dalam organisasi yang berbasis proses, customer tergambar dalam bagan organisasi. Bahkan posisinya yang berada di ujung paling kanan dari garis horisontal (garis proses), bisa memberikan dua indikasi: (a) customer menempati posisi yang paling utama atau paling penting, dan (b) keseluruhan proses diarahkan untuk memenuhi kebutuhan customer. Dengan bentuk proses, maka egoisme fungsi yang menjadi salah satu ciri organisasi tradisional juga bisa dikurangi. Prosedur dan proses yang diatur oleh struktur proses (process structure) menjadi semakin penting karena yang diperlukan sekarang bukan hanya melakukan hal yang tepat dengan cara yang tepat, akan tetapi juga dalam waktu yang tepat, dengan tujuan akhir memberikan kepuasan kepada pelanggan. Untuk itu diperlukan regulasi berupa diagram organisasi, peran jabatan (job role), bagan arus (flow charts), aturan (rules), pedoman (directives) dan berbagai macam buku pedoman (manual books). Prosedur dan proses ini juga harus senantiasa dikembangkan dan diperbaiki secara terus menerus mengikuti kebutuhan dan perubahan yang terjadi didalam ataupun diluar perusahaan. Untuk bisa berjalannya proses dengan baik diperlukan perubahan yang mendasar dari pola berpikir para manajer, yaitu dari pola berpikir berbasis fungsional (vertikal) saja kepada pola pikir berbasis proses (horizontal) dan fungsional (vertikal). 1 12 2 Pada organisasi yang berbentuk matriks: proses – yang merupakan kumpulan tasks - menjadi tanggung jawab process integrator, SDM – yang merupakan para profesional atau knowledge worker - menjadi tanggung jawab ‘coach’. Bagan 1 : Contoh Organisasi Matrik yang berbasis Proses 3. Budaya Kultur organisasi tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan strategi dan struktur organisasi, dan merupakan jawaban terhadap dilema-dilema perusahaan. Menggunakan pendekatan Roussseau, maka kultur terdiri lima elemen berurutan dari yang kasat mata hingga yang tidak kasat mata, sbb : 1. Artefak: logo, tagline, seragam 2. Perilaku: pola berwacana, bahasa perusahaan, cara promosi jabatan, cara memberikan reward dan punishment, dll. 3. Norma: tata tertib, aturan dan petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar 4. Nilai: apa yang dianggap baik dan buruk 5. Keyakinan dasar (basic belief) : mission statement dan guiding principles. Kultur atau budaya sangat diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan karena seberapa baguspun strategi dan struktur yang mendukungnya tidak akan berhasil dalam melakukan eksekusi jika faktor manusianya tidak menunjang. Pembentukan budaya yang menunjang keberhasilan ini merupakan peran semua manajer pada setiap fungsi dengan arahan dari para manajer HRD. Dalam pengamatan penulis, ada empat karakteristik yang sepertinya telah cukup tertanam di dalam kehidupan berorganisasi di TRS, yaitu: kesederhanaan, transparansi, performance-based, dan equal treatment. Satu karakteristik lagi yang diidamkan oleh TRS adalah budaya inovasi, yaitu terkait dengan kemampuan meng-utilise knowledge dalam rangka menghasilkan output yang bermanfaat bagi customer. Inovasi merupakan hal yang krusial pada era di mana perubahan terjadi secara terus menerus. 4. Business Processes Menurut Michael Hammer, proses merupakan kumpulan tasks (aktivitas) yang bekerja secara bersama untuk menghasilkan value bagi customer. Berdasarkan definisi ini maka fokus dari proses bisnis adalah para customer TRS, yaitu para principals, dan juga outlets serta consumers. 1 13 3 Proses bisnis di TRS meliputi: 1. Proses Perencanaan Penjualan. Yaitu proses untuk mengolah dan mem-break down target penjualan secara periodik berdasarkan item, geografi dan channel. Proses ini dilakukan oleh praktisi penjualan di kantor pusat dan cabang. 2. Proses Pemesanan Order kepada Principal. Yaitu proses untuk mengalokasikan pemesanan dan menempatkan pesanan kepada principals berdasarkan rencana dan target penjualan yang diperoleh dari praktisi penjualan. Proses ini dilakukan oleh praktisi logistik di kantor pusat. 3. Proses Pemenuhan Order oleh Principal. Yaitu proses untuk memastikan pengiriman produk oleh principal ke lokasi yang telah ditentukan berdasarkan pesanan yang telah ditempatkan. Proses ini dilakukan oleh praktisi logistik di kantor pusat 4. Proses Pembayaran kepada Principal. Yaitu proses pembayaran kepada principal atas sejumlah produk yang telah diterima oleh bagian logistik perusahaan, berdasarkan faktur yang dikeluarkan oleh principals. Proses ini dilakukan oleh praktisi keuangan di kantor pusat. 5. Proses Mendapatkan Order Penjualan dari Outlet. Yaitu keseluruhan proses sejak tahap persiapan, kunjungan ke outlet, penawaran, negosiasi hingga closing transaksi. Dari proses ini diharapkan dapat menghasilkan output berupa jumlah transaksi berupa order, jumlah item per transaksi, jumlah pesanan per item, dan jumlah new outlets. Proses ini merupakan tanggung jawab para sales forces (salesman hingga sales manager) di cabang-cabang perusahaan. 6. Proses Pemenuhan Order Penjualan. Yaitu keseluruhan proses yang terbagi dalam 4 sub-proses sbb : a. Proses penerimaan dan verifikasi order yang dilakukan oleh team administrasi penjualan (sales admin), output-nya berupa dokumen VO untuk disampaikan kepada team administrasi gudang. b. Proses mempersiapkan surat jalan (delivery note) – berdasarkan order yang sudah diverifikasi oleh sales admin –, mengambil (picking) dan mempersiapkan barang di gudang, mengatur alokasi pengiriman dan memuatnya ke truk. Proses ini dilakukan oleh team administrasi gudang (warehouse admin) beserta petugas gudang guna menghasilkan output berupa alokasi produk yang siap dikirim kepada outlets. c. Pengiriman barang ke outlet. Proses ini dilakukan oleh team pengiriman barang (delivery) dan menghasilkan output berupa bukti tanda-terima di delivery note bahwa barang telah terkirim kepada outlets. d. Pembuatan faktur penjualan berdasarkan delivery note yang sudah ditandatangani oleh outlets sebagai bukti penerimaan barang. Proses ini dilakukan oleh team administrasi penjualan (sales admin) dan menghasilkan output berupa faktur penjualan kepada outlets. 7. Proses Penagihan kepada Outlet. Yaitu proses untuk menagih berdasarkan faktur penjualan yang telah jatuh tempo dan mengumpulkan uang hasil penagihan (dalam bentuk uang tunai, cek/giro ataupun bukti transfer bank) dari outlets. Proses ini dilakukan oleh para collectors 1 14 4 5. Support Processes Support processes menyediakan input yang dipakai oleh business processses dalam menghasilkan value bagi customer. Berikut adalah support processes yang ada di TRS: 1. Proses Rekrutmen dan Seleksi: yang berperan dalam menyediakan SDM baru dalam jumlah, waktu dan kualitas yang sesuai. 2. Proses Pelatihan dan Pengembangan: yang berperan dalam meningkatkan kompetensi dan kinerja SDM yang ada 3. Proses Kompensasi: yang berperan dalam menarik SDM yang potensial, mempertahankan SDM yang kompeten dan memiliki kinerja tinggi, serta meningkatkan motivasi SDM untuk menunjukkan kinerjanya yang maksimal 4. Proses Sistim Informasi: yang berperan dalam menyediakan informasi secara cepat, tepat dan akurat 5. Proses Mendapatkan Dana: yang berperan dalam menyediakan dana untuk kebutuhan modal kerja 6. Proses ABC yang berperan dalam penyediaan data tentang biaya-biaya aktivitas dengan tujuan agar pemilik proses (process owners) dapat mengelola biaya-biaya secara efisien. 7. Proses Memaksimalkan Assets: yang berperan dalam memaksimalkan return on assets. 1 15 5