INTERNATIONAL FINANCE ASSIGNMENT CASE: INTERNATIONAL MONETARY SYSTEM Kelompok 1: Alyshia Amalia M. / 131081039 Marsha Hermanda / 131081056 Anis Fakhri / 131081104 S1 BISNIS PRASETIYA MULYA BUSINESS SCHOOL PEMBAHASAN JURNAL “International Monetary System in 21st Century: Could Gold Make a Comeback?” Robert A. Mundell dari Universitas Kolombia mempelajari tentang karakteristik dari sistem moneter internasional dan bagaimana hubungannya dengan emas. Pada waktu itu emas masih menjadi satu-satunya komoditas yang digunakan sebagai cadangan yang digunakan oleh autoritas moneter dunia. Di tahun 1997 emas merupakan komponen kedua terbesar dalam cadangan moneter internasional. (Mundell, 1997, hal. 1) Sejak awal peradaban emas sudah dianggap sebagai logam yang berharga dan dimonopoli oleh kelas atas dan sampai akhirnya kerajaan-kerajaan dimasa lalu menggunakan emas sebagai cadangan sistem perbankan. IMF sudah berusaha untuk menggantikan emas sebagai cadangan dengan SDR (Special Drawing Rights) namun tidak berhasil sampai harga emas naik. Baru setelah itu SDR menjadi komponen yang penting dalam IMF. The Lack of an International Monetary System Saat sistem moneter internasional masih berdasarkan emas tercipta sebuah sistem mata uang yang menjadi patokan untuk mata uang yang tetap dan inflasi yang stabil. Namun pada saat sistem tersebut tidak lagi digunakan seluruh dunia menghadapi inflasi yang berkelanjutan. Sistem internasional yang ada pada saat itu tidak mampu mengatur ketergantungan antar mata uang ataupun menstabilkan harga. (Mundell, 1997, hal. 3) Pada tahun 1971 dollar menjadi patokan untuk menstabilkan mata uang internasional sebagai pengganti emas. IMF pada awalnya bertugas untuk menjaga dolar sebagai patokan untuk mata uang yang tetap. Namun pada tahun 1971 dan terutama pada 1973 IMF kehilangan peran tersebut, karena pada tahun 1973 sistem moneter internasional menjadi mata uang yang fleksibel. Negara superpower pada masa ini memiliki peran penting sebagai mata uang internasional. (Mundell, 1997, hal. 3-4) Theory of Superpower Influences Dalam sejarahnya negara-negara yang pernah menjadi superpower memiliki peran sentral dalam sistem moneter internasional. Negara-negara tersebut memiliki hak veto karena mata uang mereka digunakan secara internasional. Pada tahun 1944 Presiden Amerika Roosevelt sudah memiliki rencana untuk membuat sebuah mata uang internasional yang disebut unitas dan bancor namun kebijakan ini dipertanyakan oleh delegasi inggris. Pada akhirnya Amerika memutuskan untuk tidak membuat mata uang internasional untuk menjaga kepentingan ekonomi negaranya sendiri. (Mundell, 1997, hal. 4) Price Stability and Gold Ketidaktabilan harga pada awal abad 20 yang ditandai dengan inflasi tinggi sebagai akibat dari perang dunia pertama. Peran emas sebagai patokan dari mata uang kehilangan perannya pada tahun 1930, emas tidak lagi menjadi dasar untuk pertukaran nilai uang karena sebagian besar negara kehilangan emasnya pada saat depresi. Namun sistem ini masih menjaga hubungan tidak langsung dengan emas dengan nilai tukar yang tetap dengan dolar. Pemisahan antara emas dan dolar serta perubahan menjadi nilai tukar yang fleksibel menghilangkan batasan dalam ekspansi moneter. (Mundell, 1997, hal. 5-6) International Monetary Reform? Pada tahun 1997 tidak ada pembicaraan tentang reformasi moneter internasional. Karena pada saat itu yang menjadi isu penting adalah Eropa. Eropa pada saat itu sedang merancang sebuah sistem moneter untuk negara-negara eropa. Penggunaan euro sebagai mata uang negara eropa menjadi pembicaraan yang hangat pada saat itu. Terhubung dengan prospek tersebut negara-negara Eropa tidak mau membicarakan tentang sistem moneter internasional. Amerika pun sebagai negara superpower tidak akan memaksakan reformasi moneter internasional kecuali jika terdesak. Negara yang pada saat itu menginginkan reformasi moneter internasional adalah Jepang yang kekuatan ekonominya berada di peringkat 2 pada saat itu. Namun jepang tidak memiliki posisi politik yang memungkinkan untuk menyuarakan reformasi tersebut, karena masih sangat bergantung pada Amerika. (Mundell, 1997, hal. 8) The Evolution of Dollar Standard Sejak tahun 1666 sampai tahun 1934 ada 7 negara dengan kekuatan ekonomi yang hebat namun belum pernah ada superpower dalam sejarahnya. Munculnya Amerika sebagai negara superpower membuat dolar menjadi lebih bernilai dari emas. Dolar menjadi pusat dari sistem moneter dan dunia mulai menggunakan dolar untuk menggantikan emas sebagai dasar penilaian dalam sistem tersebut. Dengan dilaksanakannya Bretton Woods di tahun 1944 seharusnya menyetarakan sistem moneter internasional antar negara, namun tetap menggunakan dolar sebagai dasarnya. Namun sistem tersebut gagal karena ketidakdisiplinan dari negara superpower. Semakin superpower suatu negara maka akan semakin besar keinginannya untuk memperbesar kekuatan mereka. Akibatnya negara lain memutuskan untuk pindak ke nilai tukar yang fleksibel. Namun sistem ini gagal untuk menghilangkan ketergantungan terhadap dolar, karena mereka membutuhkan reserve yang lebih banyak dalam dolar. (Mundell, 1997, hal. 9) Missing Dollars? Sampai pada tahun 1997 bank sentral Amerika telah mencetak lebih dari 400 milyar dolar. Namun hanya sekitar 10-15% dari jumlah tersebut yang berada dalam Amerika itu sendiri. Sisanya digunakan sebagai mata uang internasional di seluruh dunia tidak hanya oleh bank sentral namun tersebar diseluruh lapisan masyarakat bahkan kartel narkoba dan penghindar pajak. Amerika akan menjadi negara terakhir yang menyetujui mata uang internasional karena akan menghilangkan banyak keuntungan dari digunakannya dolar sebagai alat tukar utama antar negara. (Mundell, 1997, hal. 9-10) The Long Run Prospects Robert memprediksi bahwa pada tahun 2030 yuan akan menjadi pemain yang sangat penting dalam sistem moneter internasional. Dan melihat pada keadaan hari ini menurut kami hal tersebut akan terjadi lebih cepat dari pada yang diperkirakan. Amerika dan Cina sampai sekarang sering kali mengalami bentrokan kepentingan dalam kebijakan moneter masing-masing negara. KRONOLOGI SISTEM KEUANGAN MONETER INTERNASIONAL Sejak dahulu banyak orang beranggapan bahwa nilai uang logam itu berdasarkan berat dari logam tersebut, akan tetapi sebenarnya anggapan tersebut kurang tepat. Pada koin tertera cetakan yang bertuliskan nilai yang sebenarnya menunjukkan bahwa koin tersebut bernilai 1/3 dari standar yang ada. Berdasarkan hal ini penggunaan koin pada zaman tersebut dinilai overvalued. Era Bretton Woods (1944-1971) Pembuat kebijakan Inggris dan Amerika mulai merencanakan sistem moneter internasional pasca perang pada 1940-an. Pada Konferensi Bretton Woods, John Maynard Keynes dan Harry Dexter White membuat rencana yang disahkan oleh 42 negara yang menyetujui sistem nilai tukar tetap tetapi disesuaikan di mana mata uang yang dipatok terhadap dolar, dengan dollar sendiri ditukar dengan emas. Dua lembaga internasional, International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) diciptakan. Fungsi mereka adalah untuk menggantikan fungsi sector swasta sebagai pemberi pinjaman untuk proyek-proyek investasi di Negara-negara berkembang. Sistem nilai tukar baru memungkinkan negara-negara menghadapi kesulitan ekonomi untuk mendevaluasi mata uang mereka hingga 10% terhadap dolar (lebih jika disetujui oleh IMF). Akan tetapi menjelang akhir era Bretton Woods, peran sentral dolar menjadi masalah karena permintaan internasional akan emas meningkat sehingga harga emas melambung. Akibatnya, AS menderita kerugian dan cadangan emas yang dimilikinya menurun drastic (terutama akibat pembelian yang dilakukan oleh Perancis). Akhirnya tekanan ini menyebabkan Presiden Nixon mengakhiri semua pertukaran yang didasarkan atas emas pada 15 Agustus 1971. Kejadian ini menandai akhir dari sistem Bretton Woods yang mengakibatkan diterapkannya floating exchange rate. Era setelah Bretton Woods : 1971 – sekarang Setelah selesainya periode Bretton Woods, sistem keuangan internasional berubah dari Dollar Standard menjadi Flexible Exchange Rate, akibatnya setelah tahun 1971 tersebut fungsi emas sebagai fixed exchange rate dan penstabil inflasi pun tidak bisa lagi dijalankan. Akibatnya dunia bergerak di masa inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu IMF juga mengalami perubahan fungsi menjadi penasihat ad hoc ekonomi makro dan pengawas hutang. Perubahan sistem dari Bretton Woods menjadi flexible exchange rates mengakibatkan perubahan acuan dari yang awalnya ditentukan oleh Negara menjadi ditentukan oleh pasar. Untuk beberapa Negara berkembang, perubahan ini membawa dampak positif bagi perekonomiannya, terutama pada China dan India. Akan tetapi, secara keseluruhan Negara-negara industry lainnya mengalami pertumbuhan yang lebih lamban dan meningkatnya tingkat pengangguran dibandingkan periode sebelumnya. Sistem ini meningkatnya krisis keuangan hingga mencapai kisaran 300%. Rekapitulasi Sistem Moneter Internasional selama dua abad terakhir Date System Reserve assets Leaders 1803-1873 Bimetallism Gold, silver France, UK 1873-1914 Gold standard Gold, pound UK 1914-1924 Anchored dollar standard Gold, dollar 1924-1933 Gold standard US, UK, France Gold, dollar, pound US, UK, France 1933-1971 Anchored dollar standard Gold, dollar US, G-10 1971-1973 Dollar standard Dollar US 1973-1985 Flexible exchange rates Dollar, mark, pound US, Germany, Japan 1985-1999 Managed exchange rates Dollar, mark, yen US, G7, IMF 1999- US, Eurozone, IMF Dollar, euro Dollar, euro, yen (source: http://en.wikipedia.org/wiki/International_monetary_systems) Setiap Negara yang memiliki mata uang lokal harus memutuskan sistem penetapan nilai mata uang yang negara tersebut akan gunakan. Secara teori, pilihannya adalah antara fxed exchange rate dan flexible exchange rate. Akan tetapi kenayataannya fixed exchange rates dan flexible exchange rates bervariasi. Berikut ini adalah sistem-sistem penetapan nilai tukar mata uang yang ada saat ini: Float Floating rate merupakan exchange rate yang paling umum digunakan saat ini, dimana nilai mata uang dapat berfluktuasi sesuai dengan pasar mata uang asing. Mata uang yang menggunakan sistem ini antara lain, yen, dollar, euro, dan poundsterling. Akan tetapi sistem ini sering disebut sebagai managed float atau dirty float akibat seringnya intervensi dari bank sentral untuk menhindari depresiasi yang berlebihan. Pegged float Pegged float adalah ketika mata uang dipatok pada sebuah nilai (bisa nilai tetap, ataupun disesuaikan secara periodik). Pegged floats: Crawling bands: rate berflluktuasi dengan suatu batas yang berkisar pada nilai sentral, yang disesuaikan secara periodik. Crawling pegs: rate nya sendiri tetap atau fixed, akan tetapi disesuaikan secara periodik. Pegged with horizontal bands: mata uang yang dapat berfluktuasi dalam nilai lebih dari 1 % central rate. Fixed Fixed Rate adalah penerapan mata uang dimana pemerintah berusaha menjaga agar nilai mata uang tersebut konstan terhadap mata uang lain. Pemerintah dari Negara yang menggunakan fixed rate menetapkan bilai dari mata uangnya terhadap berat tetap dari emas atau jumlah tetap mata uang lain. Currency Board Sebuah sistem untuk menjaga nilai dari mata uang local terhadap mata uang tertentu (spesifik). Sistem ini memerlukan aturan dari bank sentral untuk menyesuaikan mata uang local terhadap target nilai tukarnya. Dollarization sistem dimana suatu Negara menggunakan mata uang asing sebagai pengganti mata uang domestiknya. New Bretton Woods : Perencanaan untuk masa yang akan datang Pada tahun 2008, presiden dari European Union (Nicolas Sarkozy) dan Perdana Menteri Inggris (Gordon Brown) mengusulkan untuk membuat sistem keuangan internasional baru seperti Bretton Woods. Akan tetapi ide yang digagaskan oleh PM Inggris berbeda dengan sistem Bretton Woods yang dulu dan beretentangan dengan keinginan presiden EU. Gagasan PM Inggris lebih mengarah ke pasar bebas dan globalisai, bertolak belakang dengan fixed exchange rate. Pada tahun 2008, diadakan G-20 Washington Summit, dan didapatkan keputusan yang diakui secara internasional dimana AS dan Cina yang akan muncul sebagai Negara pemimpin. Akan tetapi, tidak ada progress tentang pembuatan sistem keuangan internasional yang tetap. Pada tahun 2009, gubernur People’s Bank of China, Zhou Xiaochuan, mengajukan perpindahan sistem secara bertahap untuk meningkatkan penggunaan Special Drawing Rights (SDR) sebagai cadangan mata uang global yang pengaturannya tersentralisasi. Kemungkinan diterapkannya kembali gold standard dalam sistem moneter internasional tentu saja memiliki dampak positif dan negatifnya masing-masing. Berikut adalah beberapa poin dari efek yang dapat terjadi bila gold standard diterapkan kembali : Positif - Penggunaan emas sebagai standar dapat menekan tingkat inflasi. Suatu negara hanya dapat mencetak uang dengan jumlah yang sebanding dengan nilai emas yang dimiliki negara tersebut. Akibatnya, inflasi yang disebabkan oleh banyaknya jumlah uang yang beredar di suatu negara dapat dihindari. - Dapat mencegah terjadinya hutang negara ataupun anggaran yang defisit karena segala kerugian dalam transaksi akan dibayarkan dengan cadangan emas negara (anggaran harus dibuat dengan melihat seberapa besar cadangan emas yang ada). - Memacu negara yang produktif karena semakin banyak produk yang diekspor akan semakin banyak pula emas yang dapat dibeli. Sehingga uang yang dapat dicetak juga meningkat dan dapat digunakan untuk berinvestasi. - Meningkatkan stabilisasi perdagangan dunia dengan diterapkannya nilai tukar yang tetap. Negatif - Jumlah emas terbatas dan bila dibandingkan dengan transaksi keuangan yang ada (jumlah uang beredar) jumlahnya jauh lebih kecil. - Timbulnya obsesi suatu negara terhadap jumlah cadangan emas yang dimiliki negaranya dibandingkan dengan memajukan iklim perdagangannya. Sumber daya yang dimiliki negara pun menjadi kurang dianggap penting selama negara tetap memiliki cadangan emas. - Harga emas dalam jangka pendek cenderung kurang stabil sehingga kepastian nilai hutang menjadi terganggu. - Pemerintah tidak dapat mengatur suku bunga (meningkatkan di kala inflasi maupun menurunkannya di kala resesi) karena jumlah uang yang beredar harus dijaga untuk tetap konstan. Dampak buruknya adalah terbatasnya pertumbuhan ekonomi karena banyaknya usaha yang akan mengalami kekurangan modal. - Kebijakan moneter suatu negara bergantung oleh jumlah emas yang ada. Maka fluktuasi dalam hasil tambang emas dapat mengakibatkan inflasi maupun deflasi negara tersebut. Beberapa poin di atas dapat menjadi pertimbangan apakah sebaiknya gold standard digunakan kembali atau tidak dalam sistem moneter internasional yang sampai saat ini masih belum menemukan solusi tepat menangani krisis dunia. Pada dasarnya, sistem penetapan nilai tukar yang saat ini digunakan adalah mixed system. Sistem ini terbentuk dari adanya krisis Asia (1997-98) dan penetapan mata uang Euro (1999) dan merupakan gabungan dari fixed flexible exchange rate. Fitur inti dari mixed system adalah tidak ada lagi pengaturan restriksi cadangan likuiditas internasional berdasarkan emas. G-20 Summit dari tahun ke tahun tidak lepas dari pembicaraan pembangunan sistem moneter internasional yang lebih stabil dan elastis. Ini dinyatakan pada The G-20 Toronto Summit Declaration pada tahun 2010. Namun sampai saat ini belum didapat mufakat tentang sistem moneter keuangan yang paling tepat dan menguntungkan bagi banyak pihak. System Reserve assets Leaders Flexible exchange rates[35] Dollar, euro, renminbi US, Eurozone, China Special drawing rights standard[36] SDR US, G-20, IMF Gold standard[37] US Gold, dollar Kesimpulan Cara sebuah Negara mengatur mata uang dan sistem penetapan terhadap nilai mata uang Negara tersebut ditentukan berdasarkan pasar mata uang asing. Sistem penetapan mata uang Negara itu sendiri ditentukan oleh pemerinthanya. Selama lebih dari 200 tahun, terjadi perubahan-perubahan besar pada pasar nilai tukar global. Perubahan ini berawal dari masa Gold Standard (1870’an – 1914), era Bretton Woods (19441971), dan mixed system yang berkembang semenjak jatuhnya Bretton Woods. Sistem moneter intenasional yang sedang digunakan saat ini terbentuk dari adanya krisis Asia (1997-98) dan penetapan mata uang Euro (1999), dimana sistem yang digunakan saat ini merupakan gabungan dari fixed dan flexible exchange rate. Sampai saat ini para pemimpin Negara perekonomian besar dalam perkumpulan G-20 masih terus mencari cara untuk membangun sistem moneter internasional yang lebih stabil dan elastis dan juga tidak hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. Data Historikal Harga Emas Sources: http://www.kitco.com/scripts/hist_charts/yearly_graphs.plx Sources: http://www.ecb.int/press/key/date/2011/html/sp110511.en.html http://www.imf.org/external/np/speeches/2009/111609.htm http://www.ecb.int/pub/pdf/scpops/ecbocp123.pdf http://www.canadainternational.gc.ca/g20/summit-sommet/2010/toronto-declarationtoronto.aspx?lang=eng&view=d#cn-nav http://useconomy.about.com/od/monetarypolicy/p/gold_standard.htm http://www.ehow.com/about_5068219_advantages-disadvantages-gold-standard.html