Konflik

advertisement
KONFLIK
DEFINISI KONFLIK
• Konflik adalah pertentangan antara dua pihak
atau lebih, yang dapat terjadi antarindividu,
antarkelompok kecil, bahkan antarbangsa dan
negara (Sarlito W. Sarwono, 1999).
• Merupakan bentuk pertentangan,
ketidaksepakatan, ketidakcocokan antara dua
orang atau lebih, antar kelompok orang, yang
biasanya ditadai oleh kekerasan fisik (Wikipedia,
2007)
• Persepsi mengenai perbedaan kepentingan
(Pruitt dan Robin,2004)
KONFLIK SOSIAL
• Konflik sosial adalah perselisihan mengenai nilai-nilai
atau tuntutan-tuntutan berkenaan dengan status, kuasa,
dan sumber-sumber kekayaan yang persediaannya
terbatas. Pihak-pihak yang sedang berselisih tidak
hanya bermaksud untuk memperoleh sumber-sumber
yang diinginkan, tetapi juga memojokkan, merugikan
atau menghancurkan lawan mereka. (Lewis A. Coser)
•
Konflik sosial adalah suatu proses sosial dimana orang
perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk
memenuhi apa yang menjadi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lain disertai dengan ancaman dan/atau
kekerasan. (Leopold von Wiese)
KEKERASAN
Istilah ‘kekerasan’ (violence) berasal dari bahasa Latin vis
(kekuatan, kehebatan, kedahsyatan, kekerasan) dan latus
(membawa). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
istilah ‘kekerasan’ diartikan sebagai perbuatan orang atau
sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau
barang.
KEKERASAN
Istilah ‘kekerasan’ (violence) berasal dari bahasa Latin vis
(kekuatan, kehebatan, kedahsyatan, kekerasan) dan latus
(membawa). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
istilah ‘kekerasan’ diartikan sebagai perbuatan orang atau
sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau
barang.
KEKERASAN
Pengertian sempit:
Kekerasan menunjuk pada tindakan berupa serangan,
perusakan, penghancuran terhadap diri (fisik) seseorang
maupun milik atau sesuatu yang secara potensial menjadi
milik seseorang. Dengan demikian menunjuk pada
kekerasan fisik yang sifatnya personal (mengarah pada
orang atau kelompok tertentu) yang dilakukan secara
sengaja, langsung, dan aktual.
KEKERASAN
Pengertian luas:
Kekerasan menunjuk pada kekerasan fisik maupun
kekerasan psikologis, baik dilakukan secara sengaja atau
tidak sengaja, langsung atau tidak langsung, personal atau
struktural. Yang dimaksud kekerasan struktural adalah
kekerasan yang disebabkan oleh struktur sosial yang tidak
adil.
Jadi, konflik sosial bernuansa kekerasan adalah konflik
sosial yang di dalamnya terdapat serangan, perusakan,
penghancuran terhadap diri (fisik dan psikis) seseorang
maupun sesuatu yang secara potensial menjadi milik
seseorang, yang dilakukan sengaja, langsung, dan aktual.
KONFLIK BERNUANSA KEKERASAN
Dalam hal ini, Coser membedakan konflik dalam dua kategori sebagai
berikut:
a. Konflik realistik, yaitu pertentangan yang bersumber pada rasa
frustasi mengenai hal-hal yang spesifik dalam sebuah hubungan, juga
dari dugaan mengenai keuntungan yang diperoleh pihak lain. Contoh,
konflik antarkelompok pendukung dan penentang kenaikan BBM. Bagi
para penentang kenaikan BBM, konflik tersebut merupakan alat untuk
membuat agar kebijakan kenaikan BBM dibatalkan.
b. Konflik nonrealistik, yaitu pertentangan yang timbul bukan karena
adanya persaingan untuk mencapai tujuan spesifik tertentu, melainkan
lebih disebabkan oleh keinginan untuk melepaskan ketegangan
terhadap kelompok lain dalam masyarakat..
PENYEBAB KONFLIK
 Ketidakmerataan distribusi sumber-sumber daya yang terbatas
dalam masyarakat.
 Ditariknya kembali legitimasi penguasa politik oleh masyarakat
kelas bawah.
 Adanya pandangan bahwa konflik merupakan cara untuk
mewujudkan kepentingan.
 Sedikitnya saluran untuk menampung keluhan-keluhan masyarakat
kelas bawah serta lambatnya mobilitas sosial ke atas.
 Melemahnya kekuasaan negara yang disertai dengan mobilisasi
masyarakat bawah dan/atau elit.
 Kelompok masyarakat kelas bawah menerima ideologi radikal.
FUNGSI KONFLIK
George Simmel menyatakan bahwa masyarakat yang sehat tidak
hanya membutuhkan hubungan sosial yang sifatnya integratif dan
harmonis, tetapi juga membutuhkan adanya konflik.
Menurut Lewis Coser, konflik memiliki fungsi positif, yaitu:
a)Konflik akan meningkatkan solidaritas sebuah kelompok yang kurang
kompak.
b)Konflik dengan kelompok tertentu akan melahirkan kohesi dengan
kelompok lainnya dalam bentuk aliansi. Misalnya, konflik antara
Perancis dengan Amerika Serikat tentang serangan ke Irak
memunculkan kohesi yang lebih solid antara Perancis dan Jerman.
c)Konflik di dalam masyarakat biasanya akan menggugah warga yang
semula pasif untuk kemudian memainkan peran tertentu secara lebih
aktif.
d)Konflik juga memiliki fungsi komunikasi.
FUNGSI KONFLIK
Menurut Himes, konflik juga memiliki fungsi sebagai berikut:
a)Secara struktural, konflik dapat mengubah keseimbangan kekuasaan
antara kelompok dominan dan kelompok minoritas.
b)Dari sisi komunikasi, konflik meningkatkan perhatian masyarakat
terhadap hal yang dipersengketakan dalam konflik, meningkatkan
kesediaan media massa untuk memberitakannya, memungkinkan
masyarakat memperoleh informasi baru, dan mengubah pola
komunikasi berkenaan dengan hal tersebut.
c)Dari sisi solidaritas, konflik akan meningkatkan dan memantapkan
solidaritas di antara kelompok minoritas.
d)Dari sisi identitas, konflik akan menumbuhkan kesadaran mengenai
siapa mereka dan mempertegas batas-batas kelompok..
FUNGSI KONFLIK
Meskipun memberikan fungsi positif, namun dalam kenyataannya
konflik sering kali menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.
Adanya konflik sosial mengakibatkan terhentinya kerja sama yang
sebelumnya terjalin di antara para pihak yang terlibat konflik. Lebih
buruk lagi, konflik yang disertai dengan kekerasan sering kali
mengakibatkan hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
Konflik fungsional adalah konflik yang berdampak positif bagi
perkembangan masyarakat. Konflik ini biasanya terjadi tanpa diwarnai
kekerasan.
Konflik destruktif adalah konflik yang merusak kehidupan sosial. Konflik
ini umumnya disertai dengan kekerasan sehingga sering disebut
sebagai kekerasan sosial.
POSITIF & NEGATIFNYA
KONFLIK
POSITIF (produktif)
NEGATIF (destruktif)
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Persemaian yang subur bagi
terjadinya perubahan sosial.
Memfasilitasi tercapinya
kesepakatan atas berbagai
kepentingan.
Dapat mempererat persatuan
kelompok.
Memperkuat identitas kelompok
asal.
Meningkatkan prestasi kelompok
asal.
Memberi peluang untuk belajar.
2.
Terjadi ketidakadilan dan solusi
yang digunakan seringkali
destruktif seperti win – lose
solution, peperangan, ektrimis,
genocide, dll.
Penyelesaian masalah secara
destruktif semakin terbuka,
sehingga memperkeruh
keadaan.
3 aspek lain perlu dipertimbangkan
dalam membahas konflik:
•
•
•
Awareness aspect: kapan seseorang
menyadari telah terjadi konflik
Expression aspect: tampilan di depan
publik bahwa telah terjadi konflik
Affect aspect: konflik seringkali diikuti
oleh munculnya sejumlah emosi negatif
spt marah, cemas panik.
TAHAP-TAHAP KONFLIK
ESKALASI KONFLIK
konflik
Konfrontasi
akibat
Pasca konflik
Pra konflik
Periode waktu
TEORI – TEORI KONFLIK
•
•
•
•
Menurut Sarwono (2001), penyebab munculnya konflik dalam kelompok
dilatarbelakangi oleh:
Dilema sosial: Adanya sikap yang tidak mau dirugikan dan keinginan untuk
mempertahankan diri, dimana setiap individu mempunyai latar belakang sendiri
– sendiri (suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin), individu yang tergabung
dalam suatu kelompok seringkali ‘ditebengi’ oleh kepentingan – kepentingan
tertentu dan senantiasa mengupayakan tercapainya tujuan dari kepentingan
tersebut.
Kompetisi : Menurut realistic group conflict, kompetisi menyebabkan adanya
permusuhan yang kemudian bermuara pada adanya saling berprasangka satu
dengan yang lain, serta saling memberikan evaluasi yang negatif.
Ketidakadilan: Adanya ketidakseimbangan antara input dengan output.
Kesalahan persepsi: Kesalahan persepsi seringkali muncul karena cara
pandang yang subyektif (tidak obyektif), jadi tidak mudah untuk mengetahui
mana yang benar. Ibarat sebuah bola, inti bola adalah kebenaran itu sendiri,
sedangkan lapisan yang menyelimuti inti adalah persepsi –persepsi yang
ditimbulkan oleh subyek. Jadi, dalam hal ini kebenaran akan selalu tertutup
dengan adanya ‘persepsi – persepsi yang belum tentu benar’. (mirror image
perception)
• STEREOTIP (KOGNISI SOSIAL)
Stereotip terjadi karena adanya kesalahan
persepsi (terjebak pada penilaian yang
salah), dimana informasi –informasi yang
diterima kurang lengkap dan bersifat
subyektif. Kesalahan persepsi yang
menimbulkan stereotip kemudian
berkembang menjadi faktor penyebab
munculnya konflik. Sifat stereotip seperti
munculnya kesan kaku yang jauh dari
kenyataan, keyakinan yang berlebihan,
generalisasi yang berlebihan, tidak akurat
dan irasional.
STRATEGI MENGHADAPI
KONFLIK
Menurut Pruit dan Robin (2004), strategi menghadapi konflik adalah sebagai
berikut :
• Contending : cara ini adalah cara pemecahan masalah secara WIN – LOSE
SOLUTION, yaitu dengan menyelesaikan masalah tanpa memperdulikan
kepentingan pihak lain.
• Problem Solving : yaitu menyelesaikan masalah dengan memperdulikan
kepentingannya sendiri dan pihak lain. Individu akan berinisiatif melakukan
pemecahan masalah dengan negosiasi untuk mengatasi konflik. Solusi diarahkan
pada agar kedua pihak dapat sepenuhnya mencapai tujuan dan mengatasi
ketegangan dan perasaan negatif antara kedua pihak. Motivasi yang berkembang
adalah untuk berkolaborasi.
• Yielding: yaitu dengan mengalah, menurunkan aspirasinya sendiri dan bersedia
menerima ‘kurang’ dari yang sebenarnya diinginkan. Motivasi yang berkembang
adalah keinginan untuk menyerah.
• Inaction : yaitu dengan diam, tidak melakukan apapun. Masing-masing pihak saling
menunggu tindakan pihak lain.
• Withdrawing: yaitu dengan menarik diri, memilih meninggalkan situasi konflik, baik
secara fisik maupun psikologis.
RESOLUSI KONFLIK
• Merupakan suatu proses untuk mengatasi
perselisihan, konflik.
Metode Resolusi menurut Sarwono (1999):
• Kontak: hubungan langsung
• Komunikasi:
– Bargaining: tawar menawar
– Mediasi: mediator, win-lose menjadi win-win
– Arbitrasi: pihak ketiga tidak hanya menawarkan, jika
perlu memaksa
– Konsiliasi: mundur, peredaan ketegangan
Pada dasarnya orang lebih menyukai
kerjasama daripada konflik. Akan tetapi,
mengapa tetap saja terjadi konflik?
Apakah benar bahwa konflik itu selalu
merugikan? Apakah konflik dapat diubah
menjadi kerjasama?
CARA MENGATASI KONFLIK
a) Paksaan/Koersi
Cara ini dilakukan dengan memaksa para pihak yang bersengketa
untuk mengadakan perdamaian. Paksaan dilakukan secara
psikologis maupun fisik. Cara paksaan ini dilakukan oleh pihak
yang kuat terhadap pihak yang lemah. Pihak yang kuat biasanya
mengajukan syarat-syarat untuk mengakhiri konflik atau syaratsyarat perdamaian yang harus diterima oleh pihak yang lemah.
b) Arbitrasi
Kata arbitrasi berasal dari bahasa Latin arbitrium, yang berarti
keputusan wasit (K. Prent, 1969: 61). Arbitrasi merupakan proses
untuk mengatasi konflik dengan melalui pihak tertentu yaitu
arbitrator. Pihak ini dipilih secara bebas oleh pihak yang
bersengketa. Arbitrator itulah yang memutuskan penyelesaian
konflik tanpa terlalu terikat pada hukum-hukum.
CARA MENGATASI KONFLIK
c). Mediasi
Mediasi adalah cara penyelesaian konflik dengan menggunakan pihak
ketiga yang memilki hubungan baik dengan para pihak yang berkonflik.
Pihak ketiga ini secara aktif terlibat dalam negosiasi dengan para pihak
yang berkonflik, serta mengarahkan para pihak yang berkonflik
sedemikian rupa sehingga penyelesaian dapat tercapai, meskipun
usulan-usulan yang diajukannya tidak terlalu mengikat terhadap para
pihak yang berkonflik. Jadi pihak ketiga tersebut melakukan fungsifungsi konsultatif secara aktif. Selanjutnya, pihak-pihak yang berkonflik
itu sendiri yang mengambil keputusan untuk menghentikan konflik.
D). Negosiasi
Negosiasi merupakan cara penyelesaian konflik atas inisiatif pihakpihak yang berkonflik. Dalam proses ini, kedua pihak yang berkonflik
melakukan pembicaraan dalam bentuk tawar-menawar mengenai
syarat-syarat mengakhiri konflik.
Download