Pemanfaatan Limbah Udang dan Kepiting

advertisement
Pemanfaatan Limbah Udang dan Kepiting
Limbah udang adalah salah satu limbah yang jumlahnya cukup banyak di Indonesia. Tiap daerah pesisir yang memanen udang untuk dikonsumsi sebagai bahan makanan bisa menghasilkan berton-ton
limbah. Limbah itu biasanya dibuang begitu saja atau kalau pun diekspor dengan harga sangat murah. Padahal, limbah yang terbuang ke perairan bisa merugikan lingkungan.
Limbah udang jika dibuang akan merugikan. Limbah itu akan meningkatkan biological oxygen demand di perairan karena proses penguraiannya sehingga organisme yang ada di perairan itu bisa
kekurangan oksigen di waktu tertentu. Selain itu, jika ada penguraian limbah dalam skala besar, hal itu akan berpengaruh pada iklim skala global.
Sudah menjadi pemandangan yang jamak, di sentra-sentra produksi udang dan kepiting maka cangkang kedua komoditas itu dibuang begitu saja. Sering kali limbah-limbah itu bermasalah. Ujungujungnya, diperlukan biaya tinggi untuk mengelolanya. Namun, dengan sentuhan teknologi, malah limbah tersebut mampu mendatangkan keuntungan tinggi.
Sayangnya, di Indonesia upaya menjadikan limbah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi masih jauh dari yang diharapkan. Dengan kata lain, industri semacam itu masih sangat langka. Padahal, di
negara maju, mendaur ulang semacam ini sudah lazim dilakukan.
Pemanfaatan Limbah Udang Sebagai Pengganti Tepung Ikan
Salah satu pilihan sumber protein alternatif yang memiliki kualitas dan kuantitas seperti tepung ikan atau bungkil kedelai adalah tepung limbah udang. Tepung ikan dan bungkil kedelai merupakan
sumber protein utama yang saat ini sering digunakan dalam peternakan unggas. Sayangnya, sebagian besar bahan pakan tersebut masih diimpor.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan produksi dalam negeri dan persaingan dalam penggunaannya. Untuk itu perlu dicari bahan sumber protein baru yang memiliki kualitas dan kuantitas seperti
tepung ikan atau bungkil kedelai.
Menurut Susana Widjaja (1993), salah satu pilihan sumber protein adalah tepung limbah udang. Tepung limbah udang merupakan limbah industri pengolahan udang yang terdiri dari kepala dan kulit
udang. Proporsi kepala dan kulit udang diperkirakan antara 30-40% dari bobot udang segar. Faktor positif bagi tepung limbah udang adalah karena produk ini merupakan limbah, kesinambungan
penyediaannya terjamin sehingga harganya akan cukup stabil dan kandungan nutrisinya pun bersaing dengan bahan baku lainnya.
Dalam banyak hal ini lebih baik dibandingkan dengan tepung ikan yang bersifat musiman sehingga pada musim tertentu ikan sulit ditangkap dan harganya menjadi mahal. Besaran nisbah harga/protein
untuk tepung limbah udang dan tepung ikan adalah 19,87 dan 23,79. Semakin kecil semakin ekomonis, sebab makin sedikit harga yang harus dibayar untuk setiap satuan protein. Kelemahan tepung
limbah udang terletak pada kandungan asam amino paling kritis yang lebih rendah dibanding tepung ikan.
Pemanfaatan Limbah Udang Sebagai Flavor Dalam Bentuk Tablet.
Pemannfaatan limbah udang bertujuan karena limbah ini mempunyai gizi dan mutu yang cukup tinggi. Limbah udang dapat dimanfaatkan sebagai flavor yang dapat diproses lebih lanjut menjadi bahan
penyedap rasa udang dan protein konsentrat udang. Flavor ditimbulkan karena adanya senyawa cita rasa (flavor agent). Menurut winarno (1997) dalam Alimatur dibedakan menjadi 3 yaitu: rasa, bau,
dan pandangan. Berdasarkan bentuk fisiknya flavor dibedakan menjadi 3 kelas: cair, emulsi, dan pasta atau padat. Limbah udang sebagai flavor termasuk sebagai bentuk pasta atau padat.
Pemanfaatan Limbah Udang sebagai sebagai Khitin dan Khitosan
Proses mengubah limbah kulit udang dan cangkang kepiting menjadi khitin dan khitosan. Produk bernilai ekonomi tinggi itu bisa dimanfaatkan sebagai obat antikolesterol, obat pelangsing tubuh,
perban penghenti perdarahan, dan bahan kaus yang mampu menyerap keringat. kain perban penghenti perdarahan yang dibuat dari kulit udang, kulit lobster, dan cangkang kepiting. Penggunaannya
sudah teruji baik untuk keperluan militer maupun sipil.
Produk dari limbah kulit udang, kulit lobster, dan kulit kepiting itu bisa pula dikembangkan menjadi bahan serat untuk penyeimbang konsumsi makanan di dalam tubuh. Produk khitosan dalam bentuk
pil kapsul bisa dipakai untuk mengurangi kadar kolesterol. Artinya produk tersebut bisa dipakai sebagai obat pelangsing tubuh tanpa efek samping.
Serat dari khitosan ini bisa pula dipakai untuk bahan pakaian dalam seperti kaus singlet, kaus oblong, dan kaus kaki bermutu tinggi. Sebab, kaus dari serat bahan khitosan ini mampu menyerap keringat
dan menyerap bau badan secara maksimal. Sudah barang tentu produk pakaian semacam ini enak dan nyaman dipakai.
Di samping itu, daya serap serat khitosan tadi amat cocok sebagai materi tambahan untuk pembuatan kain tekstil. Berdasarkan riset, serat khitosan mampu mempertahankan warna dari kain tekstil
agar tetap cerah walaupun sudah dicuci berkali- kali. Serat dari khitosan ini bagus pula dipakai sebagai bahan penyaring, serta bisa pula dipakai untuk membunuh bakteri dan organisme alami yang
muncul.
Limbah Udang Sebagai Material Penyerap Logam Berat (Klik)
Sumber: www.poultryindonesia.com, http://www.gizi.net/, dan http://nanankurnia.wordpress.com/
Download