BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidak seimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan (Wartonah, 2004). Kebutuhan cairan adalah merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, katagori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak tubuh sedikit, maka cairan dalam tubuh pun lebih besar.Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada pria (Alimul H, 2009). Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar. Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus.Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau 1 2 adanya perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah (Nugroho, 2012). Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ± 2300cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal berupa urine, sebanyak ± 1500cc per hari. Pengeluaran cairan dapat dilakukan melalui kulit berupa keringatdan saluran pencernaan berupa feses.Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran airan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar lainnya (Aziz H, 2009). Jumlah pengeluaran cairan melalui penguapanmeningkat sehingga sulit untuk diukur.Pada kasus seperti ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500cc per hari, diperlukan adanya perhatian khusus.Pasien dengan ketidak adekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus.Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, demam, keringat dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus menerus (Alimul H, 2009). Pengetahuan perawat dituntut untuk dapat melakukan segala bentuk tindakan keperawatan berdasarkan pada pengetahuan yang didapatkan, termasuk dalam tindakan seperti pemberian cairan, dalam pemberian cairan perawat dituntut tidak hanya terampil, tetapi juga harus mampu mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi dari setiap tahap tindakan pemberian cairan (Notoatmodjo, 2007). Sikap merupakan salah satu tenaga medis yang paling banyak berinteraksi dengan pasien secara langsung walaupun secara tidak langsung. Sikap merupakan organisasi pendapat keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif yang disertai perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk 3 membuat responden berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Sunaryo, 2004). Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut. Oleh karena itu luka bakar sangat membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius, tidak hanya oleh dokter tetapi juga oleh seluruh pihak, baik itu tenaga kesehatan, rumah sakit, masyarakat maupun pemerintah terutama dalam mewujudkan suatu unit luka bakar yang baik (Nugroho, 2012). Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati eskar yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan didiami oleh bakteri pathogen, mengalami eksudasi dengan perembasan sejumlah besar air, protein serta elektroli dan kerapkali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen (Smeltzer & Suzanne C, 2002). Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia.Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel, kulit dan mukosa saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan.Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens penyebab (Effendi, 2007). Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka bakar, kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase, yaitu: fase darurat/ resusitasi (48 jam I), fase akut atau intermediate ( > 48 jam I luka bakar mulai sembuh) dan 4 fase rehabilitasi luka sembuh-pengembalian fungsi tubuh (Smeltzer & Brenda G, 2002). Kamar pasien harus dijaga pada suhu 40% hingga 50% untuk mencegah kehilangan cairan melalui penguapan (evaporasi) yang berlebihan disamping untuk mempertahankan suhu tubuh pasien, sebuah kurungan dapat diletakkan di atas tubuh pasien untuk mencegah agar selimut tidak mengenai bagian tubuh yang terbakar, untuk memperkecil afek aliran udara mengingat pasien luka bakar sangat sensitif terhadap aliran udara, dan untuk menutupi tubuh pasien. Di Amerika Serikat kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar setiap tahunnya. Dari kelompok ini 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit.Sekitar 12.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar.Satu juta hari kerja hilang setiap tahunnya karena luka bakar.Lebih separuh dari kasus-kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit seharusnya dapat dicegah.Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep-konsep pencegahan dan mempromosikan undang-undang tentang pengamanan kebakaran (Smeltzer & Brenda G, 2002). The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data-data statistik dari berbagai pusat luka bakar diseluruh Amerika Serikat mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari pertumbuhan mereka sendiri. Tersiram air mendidih anak-anak yang baru belajar berjalan, bermain-main dengan korek api pada anak-anak usia sekolah, cedera karena arus listrik pada remaja laki-laki dan penggunaan obat bius, alkohol serta sigaret pada orang dewasa semuanya ini turut memberikan kontribusinya pada angka statistik. Dirumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun, terdapat sekitar 50.000 pasien luka bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka bakar. Antara 5 1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah 5 tahun mendapat perawatan di gawat darurat di 100 rumah sakit di Amerika Serikat.Jumlah kasus pada anak sering berhubungan dengan kekerasan pada anak terutama anak laki-laki dan sangat muda.Ini sering terjadi pada orang tua tunggal dan tinggal di rumah yang sangat sederhana. Insidens beragam antara 1,7 – 8 % dari kejadian luka bakar di Amerika Serikat. Pada pemeriksaan biasanya akan ditemukan tanda-tanda kekerasan atau trauma terutama pada ekstremitas bawah. Sedangkan di Indonesia sejak digulirkan program pemerintah tentang konversi minyak tanah ke tabung gas elpiji 3kg, kasus luka bakar terus meningkat, data MKI (Masyarakat Konsumen Indonesia) ledakan tabung gas 3kg, selama bulan Januari 2008 sampai Mei 2010 sebanyak 10.000 kasus kebakaran terjadi di Jakarta Utara, 156 kebakaran di Jakarta Barat, 2.654 kebakaran di Jakarta selatan, 29.110 kebakaran di Bekasi, 22.189 kebakaran di Depok, 11.712 kebakaran di Bogor dan Bandung, 44.405 kebakaran di Jawa Tengah, 14.950 kebakaran di Jawa Timur, 18.500 kebakaran di Bali, 18.990 kebakaran di Sulawesi Selatan, 30.000 kebakaran di Sulawesi Utara dan Sumatera Utara, 130.650 . Dari jumlah kasus kebakaran tersebut pastinya akan banyak lagi korban luka bakar dengan mencakup dari berbagai jenis usia dan tingkat keparahan luka bakar. Data yang diperoleh dari Rekam Medik di RSUP Haji Adam Malik Medan, pada tanggal 11 Desember 2013, dari tahun 2012 sampai 2013 jumlah pasien yang mengalami luka bakar sebanyak 162 orang. Berdasarkan survei awal pada tanggal 11 Desember 2013, melalui wawancara dan observasi terhadap 10 orang pasien luka bakar di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan, pasien merasa kesakitan diseluruh tubuh akibat luka bakar yang dialaminya, dan pergerakan tubuh terasa terganggu dan perawat kurang tepat di dalam pemberian pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien luka bakar seperti pengaturan tetesan infus, memberi cairan dan memberi minum. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan dan sikap 6 perawat dengan pemberian cairan pada pasien luka bakar di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan pemberian cairan pada pasien luka bakar di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014 ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan pemberian cairan pada pasien luka bakar di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus pada penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan pemberian cairan pada pasien luka bakar di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014. b. Untuk mengetahui hubungan sikap perawat dengan pemberian cairan pada pasien luka bakar di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perawat Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan penelitian serta dapat dijadikan bahan atau dasar dalam melakukan penelitian untuk berikutnya. 2. Bagi Instutusi Pendidikan 7 Memperkaya ilmu keperawatan tentang pentingnya aspek pengetahuan dan sikap pada pasien luka bakar agar disiplin mengikuti program. 3. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan masukan bagi rumah sakit untuk mendapatkan tentang perawatan luka bakar sesuai dengan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan khususnya bagian keperawatan yang profesional. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan sebagai data tambahan bagi penelitian selanjutnya tentang perawatan luka bakar.