MODUL-10 PENANGGULANGAN BENCANA Ketentuan mematuhi undang2, peraturan dan persyaratan inspeksi fasilitas yang relevan. Kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan perundang-undangan yang berlaku, wajib dikelola oleh penyelenggara rumah sakit antara lain RS meyusun dan mengurus rencana tertulis proses pengelolaan risiko bagi pasien, keluarga, pengunjung dan staf. Maksud dan ttujuannya adalah mengelola risiko disekitar perawatan pasien, ada rencana induk dan rencana terpisah meliputi: a. Keselamatan dan Keamanan.. b. Bahan Berbahaya c. Keadaan Darurat. d. Penanganan Kebakaran. e. Keamanan Peralatan Medis. f. Keamanan Sistem Utilitas bangunan Dalam hal ini RS diwajibkan untuk menyusun dan menjalankan rencana dan program pengelolaan keadaan darurat untuk merespon keadaan darurat, epidemi, bencana alam, dan lainnya, menguji respons terhadap keadaan darurat, epidemik, dan bencana. a. Menentukan jenis, kemungkinan terjadi, konsekwensi bahaya, ancaman, dan kejadian, b. Menentukan peranan RS dalam peristiwa itu. c. Strategi komunikasi dalam peristiwa ini, d. Pengelolaan sumber daya selama kejadian, e. Pengelolaan kegiatan klinis selama kejadian f. Identifikasi dan penugasan peran dan tanggung jawab staf selama kejadian, g. Proses pengelolaan keadaan darurat ketika tanggung-jawab pribadi staf bertentangan tanggung jawab RS untuk menyediakan staf bagi perawatan pasien. Pengujian kesiapan menghadapi bencana melalui: Uji tahunan terhadap seluruh rencana, Uji terhapat unsur2 kritis rencana Bahaya Kebakaran Pengertian Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Pada dasarnya penyelenggaraan adalah tiga tahapan yakni : 1. Pra bencana yang meliputi - situasi tidak terjadi bencana dan situasi terdapat potensi bencana. 2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana. 3. Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana. 1. Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana, dilakukan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan), yang merupakan rencana umum dan menyeluruh yang meliputi seluruh tahapan / bidang kerja kebencanaan. Secara khusus untuk upaya pencegahan dan mitigasi bencana tertentu terdapat rencana yang disebut rencana mitigasi misalnya Rencana Mitigasi Bencana Banjir DKI Jakarta. 2. Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana, dilakukan penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana tertentu (single hazard) maka disusun satu rencana yang disebut Rencana Kontinjensi (Contingency Plan). 3. Pada Saat Tangap Darurat, dilakukan Rencana Operasi (Operational Plan) yang merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau Rencana Kontinjensi yang telah disusun sebelumnya. 4. Pada Tahap Pemulihan, dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan (Recovery Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada pasca bencana. Sedangkan jika bencana belum terjadi, maka untuk mengantisipasi kejadian bencana dimasa mendatang dilakukan penyusunan petunjuk /pedoman mekanisme penanggulangan pasca bencana. Pengenalan Bahaya (hazard): Potensi bahaya (hazard potency): gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, kebakaran perkotaan dan permukiman, angin badai, wabah penyakit, kegagalan teknologi dan konflik sosial. Potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Dalam hal ini rumah sakit perlu memahamai kondisi-kondisi yang dapat menimbulkan bencana/kerusakan, serta orang-orang yang harus ditangani bila terjadi bencana melalui pemahaman tentang kerentanan (vulnerability), meliputi: 1. Kerentanan Fisik Pasien yang harus diamankan, 2. Kerentanan sarana pendukung yang diperlukan oleh pasien, seperti ventilator, oacu jantung, 3. Kerentanan lingkungan yang harus dipenuhi sehubungan dengan kondisi pasien seperti kebutuhan sterilitas ruangan dan lain-lain. Risiko = f (Bahaya x Kerentanan/Kemampuan) Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah pengenalan bahaya/ancaman pada obyek/lingkungan pasien yang bersangkutan. Semua bahaya/ancaman tersebut diinventarisasi, kemudian di perkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnya) dengan rincian : Perkiraan kemungkinan Terjadinya (probabilitas): Score Kategori 5 4 Pasti Kemungkinan Besar 3 Kemungkinan Terjadi 2 1 Kemungkinan Kecil Kemungkinan Sangat Kecil Kemungkinan Terjadi Hamper dipastikan 80-90% Terjadi 1-2 tahun mendatang, atau sekali dalam 5-tahun. 40%-60% terjadi 2-tahun lagi, atau sekali dalam 20-tahun 20%-40% terjadi dalam 4a-tahun Kurang dari 20% Pertimbangan faktor dampak antara lain: • jumlah korban; • kerugian harta benda; • kerusakan prasarana dan sarana; • cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan • dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan, Gambaran potensi ancaman Perencanaan penanggulangan bencana Perencanaan penanggulangan bencana disusun berdasarkan hasil analisis risiko bencana dan upaya penanggulangannya yang dijabarkan dalam program kegiatan penanggulangan bencana dan rincian anggarannya. Prakiraan kemungkinan sumber bencana. Gempa Bumi, kerusakan atau kehancuran konstruksi fisik bangunan Tsunami, dampaknya terhadap lingkungan rumah sakit. Letusan Gunung Api, bencana dapat ditimbulkan oleh jatuhan material letusan, awan panas, aliran lava, gas beracun, abu gunung api, dan bencana sekunder berupa aliran Iahar. Banjir, Tanah Longsor Kebakaran Kekeringan Epidemi dan Wabah Penyakit Kebakaran Gedung dan Pemukiman Kegagalan Teknologi Pengelola Rumah Sakit, harus membuat perencanaan yang memastikan semua penghuni gedung selamat dari bahaya api, asap, atau keadaan dadrurat lainnya. Pencegahan, deteksi dini, perubahan, pengurangan bahaya kebakaran, penyediaan jalan keluar yamg aman dan fasilitas untuk merespon bahaya kebakaran dan bencana lainnya. Pengelola wajib untuk menguji secara berkala rencana penangnan kebakaran dan asap. Rencana pencegahan bahaya kebakaran: Frekwensi dilakukannya inspeksi, pengujian, pemeliharaan sistem perlindungan dan pengamanan terhadap api; Rencana evaluasi yang aman jika terjadi kebakaran/asap. Proses pengujian setiap rencana dalam kurun waktu 12-bulan. Diklat bagi staf yang menangani pasien dalam keadaan darurat; Partisipasi anggota staf dalam kondisi libur. Pelatihan staf penanggulangan, melindungi, mengevakuasi pasien secara efektif. Semua inspeksi, pengujian dan pemeliharaan didokumentasikan. RS menyusun rencana: Mencegah risiko kebakaran: penyimpanan bahan yang mudah terbakar, gas medis, oksigen. Menangani bahaya yang terkait konstruksi, terhadap pasien, Menyediakan jalan keluar yang aman dan tidak terhalangi, Sistem peringatan dini, deteksi dini, detektor asap, alarm kebakaran, patroli kebakaran. Sarana pemadam api: air, APAR, sprinkler. Program penanganan kebakaran: 1. RS membuat program untuk memastikan semua penghuni fasilitas aman dari bahaya api, asap, keadaan darurat lainnya. 2. Program dilaksanakan secara terus menerus, dan menyeluruh untuk memastikan telah meliputi seluruh wilayah kerja perawatan dan staf. 3. Program pengurangan risiko kebakaran. 4. Program assessment risiko kebakaran, 5. Program deteksi dini risko kebakaran dan asap. 6. Program pengurangan api, dan pengurungan asap. 7. Jalur evakuasi yang aman. 8. Sistem deteksi dan pengurangan api: inspeksi, pengujian, pemeliharaan, 9. Pelatihan staf rumah sakit yang dipersiapkan untuk menangani penanggulangan kebakaran, 10. Partisipasi semua staf dalam rencana penyelamatan pasien, 11. Demonstrasi penyelamatan pasien, 12. Inspeksi, pengujian, pemeliharaan , dan didokumentasikan. 13. Memberikan pedoman atau panduan dalam menyusun Rencana Penanggulangan Bencana (disaster management plan) yang menyeluruh, terarah dan terpadu. Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana ini meliputi : 1. pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; 2. pemahaman tentang kerentanan masyarakat; 3. analisis kemungkinan dampak bencana; 4. pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; 5. penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana; dan 6. alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia Referensi: 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. 3. Peraturan Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana No.4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana. 4. JCI, Standar Akreditasi Rumah Sakit, PERSI, Pt.Gramedia, 2011.