BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vitamin A adalah vitamin

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan, secara
luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan
prekursor / provitamin A / karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik
sebagai retinol. (Almatsier, 2009)
Saat ini kematian bayi di negara kepulauan rata –rata sebesar 34 per
1.000 kelahiran hidup (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia /SDKI,
2007). “Artinya, jika dibandingkan dengan SDKI 2003 yang 35 per 1.000
kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian anak berusia dibawah lima tahun
(balita) yang saat ini 44 anak balita per 1.000 kelahiran hidup atau tidak
beranjak jauh dari angka tahun 2003, yaitu 46 per 1.000 kelahiran hidup.
Menurut Budihardjo, memenuhi target pembangunan milenium dalam hal
menurunkan AKB dari 34 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000
kelahiran hidup (Arali, 2010)
Indonesia dinyatakan sudah bebas dari masalah vitamin A. Sedangkan
dari sisi konsumsi vitamin A, kita masih di anggap kurang pemberian kapsul
vitanim A dosis tinggi
di posyandu-posyandu merupakan salah satu cara
efektif untuk mencegah kekurangan vitamin A pada anak-anak. Memang,
anak-anak khususnya bayi dan balita merupakan pondasi dari lingkup yang
luas, yaitu penduduk. Padahal, kita punya masalah dengan anak-anak karena
sering kali mereka tidak mau makan sayuran, sehingga rentan terhadap
1
2
kekurangan vitamin A. Untuk menangani hal tersebut, orang tua bisa memberi
vitamin A hewani. Perlu diketahui, konsumsi sayuran memberikan manfaat
vitamin A sepertiga dibandingkan konsumsi pangan hewani, jangan ragu-ragu
memasak sumber vitamin A. Vitamin A ataupun betakaroten termasuk vitamin
yang relatif tahan panas, tidak seperti vitamin C atau B. Karena itu, sekalipun
dimasak, kandungan vitamin A-nya tetap tinggi (Ali, 2008)
Salah satu masalah gizi pada anak yang perlu mendapat perhatian
adalah defesiensi atau kekurangan vitamin A. Kekurangan vitamin A ini
merupakan penyebab utama kebutaan di indonesia. Selain itu, seringkali
ditemukan jika anak menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP), maka anak
itu juga sekaligus menderita kekurangan vitamin A (Arali, 2008).
Strategi penanggulangan kekurangan vitamin A yaitu dengan cara
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, yang diberikan pada bayi (6-11
bulan), balita (1-5 tahun) dan ibu nifas. Berdasarkan laporan tahun 2003,
cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita masih dibawah 58,81%
(Depkes RI 2003). Pada tahun 2004, cakupan pemberian kapsul vitamin A
sebesar 57%, sedangkan pada tahun 2005 terjadi penurunan cakupan kapsul
vitamin A yaitu hanya mencapai 52,26% dengan target yang sama yaitu 65%
(Dinkes, 2005)
Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan
zat gizi yang essensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting dan
konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah
sehingga harus dipenuhi dari luar. Pada anak balita akibat kekurangan vitamin
3
A akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terkena penyakit infeksi
seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain
yang berdampak sangat serius dari kekurangan vitamin A adalah buta senja dan
manifestasi lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan.
Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kematian dan angka
kesakitan, karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut). Ibu nifas yang cukup mendapat vitamin A akan meningkatkan
kandungan vitamin A dalam air susu ibu (ASI), sehingga bayi yang disusui
lebih kebal terhadap penyakit. Disamping itu kesehatan ibu lebih cepat pulih.
Upaya perbaikan status vitamin A harus mulai sedini mungkin pada masa
kanak-kanak terutama anak yang menderita kekurangan vitamin A (Depkes RI,
2005).
Menurut Rinskesdes 2010, penyebab kematian utama bayi adalah
gangguan pernafasan (35,9%) dan berat lahir rendah (32,4%). Sedangkan
kematian pada balita paling banyak di akibatkan oleh diare, pneumonia dan hal
yang berlatar pada kekurangan gizi. Jadi, jika ingin menurunkan kematian bayi
dan balita, perhatian yang besar perlu pada upaya penyelamatan bayi baru lahir
dan penangganan penyakit infeksi (diare dan pneumonia). (Depkes RI, 2008).
Menurut WHO (Word Health Organization) diantara anak-anak pra
sekolah diperkirakan terdapat sebanyak 6-7 juta kasus baru xeropthalmia tiap
tahun, kurang lebih 10% diantaranya menderita kerusakan kornea. Diantara
yang menderita kerusakan kornea ini 60% meninggal dalam waktu satu tahun,
4
sedangkan diantara yang hidup 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta.
Diperkirakan pada satu waktu sebanyak 3 juta anak-anak buta karena
kekurangan vitamin A, dan sebanyak 20-40 juta menderita kekurangan vitamin
A pada tingkat lebih ringan. Perbedaan angka kematian antara anak yang
kekurangan dan tidak kekurangan vitamin A kurang lebih sebesar 30%
(Almatsier, 2009).
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di Desa Lambaro Neujid
Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013, jumlah ibu
yang mempunyai balita sebanyak 30 orang. Dari 30 orang ibu yang
mempunyai balita terdapat 22 orang yang tidak mendapatkan vitamin A, dan 8
orang ibu yang mempunyai balita lainnya mendapatkan vitamin A.Setelah
peneliti melakukan survey awal yang berhubungan dengan vitamin A dari
jawaban yang peneliti dapatkan, masih ada ibu yang memiliki balita kurang
mengetahui tentang Vitamin A. Ditemukan bahwa 4 dari 6 orang (66%) ibu
yang masih tidak mengetahui tentang Vitamin A. Karena masih ada ibu yang
kurang mendapatkan informasi, kurangnya keinginan ibu untuk mencari tahu,
dan juga masih ada ibu yang masih mempercayai tentang mitos.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Gambaran Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu
Yang Memiliki Balita Tentang Vitamin A di Desa Lambaro Neujid Kecamatan
Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013”.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membuat
rumusan masalah penelitian sebagai berikut: "Bagaimanakah Pengetahuan Ibu
Yang Memiliki Balita Tentang Vitamin A di Desa Lambaro Neujid Kabupaten
Aceh Besar Tahun 2013 ?".
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi
pengetahuan Ibu yang memiliki balita tentang Vitamin A di Desa
Lambaro Neujid Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang vitamin A di
Desa Lambaro Neujid Kecamatan Peukan Bada Kabupaten
Aceh Besar Tahun 2013 berdasarkan dari tingkat pendidikan
ibu.
b. Untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang vitamin A di
Desa Lambaro Neujid Kecamatan Peukan Bada Kabupaten
Aceh Besar Tahun 2013 berdasarkan dari informasi ibu.
6
c. Untuk mengetahui gambaran
faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang vitamin A di
Desa Lambaro Neujid Kecamatan Peukan Bada Kabupaten
Aceh Besar Tahun 2013 berdasarkan dari umur ibu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Sebagai masukan pada ibu agar lebih mengerti pentingnya
manfaat tentang vitamin A pada balita.
2. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi desa untuk dapat meningkatkan cakupan pemberian
vitamin A pada balita.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Institusi sebagai data
dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.
4. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Desa
Lambaro Neujid Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar.
Download