Outline - Bappenas

advertisement
Draft 12 Desember 2004
BAB 27
PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP
LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS
A. PERMASALAHAN
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar
rakyat, yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan.
Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya
untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan
ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Indonesia memang telah mengalami kemajuan penting dalam meningkatkan kualitas
kesehatan penduduk. Kemajuan ini dapat dilihat melalui angka kematian bayi yang
menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per seribu kelahiran hidup (2003). Umur harapan
hidup telah meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi lebih dari 66,2 tahun (2003).
Prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita, telah menurun dari 37,5 persen (1989)
menjadi 25,8 persen (2002). Namun demikian masih banyak masalah yang harus
dipecahkan dan tantangan baru muncul sebagai akibat perubahan sosial ekonomi agar
masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas. Permasalahan tersebut
antara lain adalah sebagai berikut.
Terjadinya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas
kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat
sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-perdesaan masih cukup tinggi. Angka
kematian bayi dan angka kematian balita pada golongan termiskin adalah empat kali lebih
tinggi dari golongan terkaya. Selain itu, angka kematian bayi dan angka kematian ibu
melahirkan lebih tinggi di daerah perdesaan, di kawasan timur Indonesia, serta pada
penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Persentase anak balita yang berstatus gizi
kurang dan buruk di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan.
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih pada golongan terkaya adalah empat
kali lebih tinggi dibanding dengan golongan termiskin. Cakupan imunisasi pada golongan
miskin adalah lebih rendah dari golongan kaya.
Terjadinya beban ganda penyakit. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat
sebagian besar adalah penyakit infeksi menular seperti TB, ISPA, malaria, diare, dan
penyakit kulit. Namun demikian, pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit
tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes mellitus.
Dengan demikian telah terjadi transisi epidemiologi dan menghadapi beban ganda pada
waktu yang bersamaan (double burden). Dengan terjadinya beban ganda yang diikuti dengan
meningkatnya jumlah penduduk, serta perubahan struktur penduduk yang ditandai dengan
meningkatnya penduduk usia produktif dan usia lanjut, akan mempengaruhi jumlah dan
jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat di masa datang.
Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah. Faktor utama penyebab tingginya angka
kematian bayi di Indonesia sebenarnya dapat dicegah dengan intervensi yang dapat
Bagian IV.27 – 1
Draft 12 Desember 2004
terjangkau dan sederhana, oleh karena itu kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah
satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Masih
rendahnya kinerja pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti:
proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, proporsi bayi yang mendapatkan
imunisasi campak, proporsi penemuan kasus (Case Detection Rate) TB Paru. Pada tahun
2001, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan baru mencapai 67,7 persen, dengan variasi
antara 41,39 persen di Propinsi Maluku dan 100 persen di Propinsi Bali dan Sulawesi
Selatan. Pada tahun 2002, cakupan imunisasi campak untuk bayi umur 12-23 bulan baru
mencapai 71,6 persen, dengan variasi antara 44,1 persen di Propinsi Banten dan 91,1
persen di Propinsi D.I Yogyakarta. Sementara itu, proporsi penemuan kasus penderita TB
Paru pada tahun 2002 baru mencapai 29 persen. Rendahnya kinerja pelayanan kesehatan
ini berpengaruh terhadap upaya peningkatan status kesehatan penduduk.
Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu faktor penting untuk
mendukung peningkatan status kesehatan. Beberapa perilaku masyarakat yang kurang
sehat antara lain dapat dilihat antara lain melalui kebiasaan merokok dan rendahnya
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan gizi lebih pada balita. Proporsi penduduk
dewasa yang merokok sebesar 31,8 persen. Sementara itu, proporsi penduduk perokok
yang mulai merokok pada usia di bawah 20 tahun meningkat dari 60 persen pada tahun
1995 menjadi 68 persen pada tahun 2001. Pada tahun 2002, persentase bayi usia 4-5 bulan
yang memperoleh ASI eksklusif baru mencapai 13,9 persen. Persentase gizi-lebih pada
balita mencapai 2,8 persen pada tahun 2003. Kondisi ini antara lain dipengaruhi oleh
rendahnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Salah satu faktor penting lainnya yang
berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang
tercermin antara lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Pada
tahun 2002, persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap air yang layak
untuk dikonsumsi baru mencapai 55,2 persen (BPS 2002), dan akses rumah tangga
terhadap sanitasi dasar 63,5 persen.
Rendahnya kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
Pada tahun 2002, rata-rata setiap 100.000 penduduk baru dapat dilayani dilayani oleh 3,5
Puskesmas. Selain jumlahnya yang kurang, kualitas, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan di Puskesmas masih menjadi kendala. Pada tahun 2003 terdapat
1.179 Rumah Sakit (RS), terdiri dari 598 RS milik pemerintah, dan 581 RS milik swasta.
Jumlah seluruh tempat tidur (TT) di RS sebanyak 127.217 TT. Dengan demikian rata-rata
61 TT melayani 100.000 penduduk. Walaupun rumah sakit terdapat di hampir semua
kabupaten/kota, namun kualitas pelayanan sebagian besar RS pada umumnya masih
dibawah standar. Pelayanan kesehatan masih belum memenuhi harapan masyarakat.
Masyarakat merasa kurang puas dengan mutu pelayanan rumah sakit dan puskesmas,
karena lambatnya pelayanan, kesulitan administrasi dan lamanya waktu tunggu.
Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi tidak merata. Dalam hal tenaga
kesehatan, Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga kesehatan
yang diperlukan. Pada tahun 2001, diperkirakan per 100.000 penduduk baru dapat dilayani
oleh 7,7 dokter umum, 2,7 dokter gigi, 3,0 dokter spesialis dan 8,0 bidan. Rendahnya rasio
ini diperburuk oleh penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata. Lebih dari dua per
Bagian IV.27 – 2
Draft 12 Desember 2004
tiga dokter spesialis berada di Jawa dan Bali, dan sekitar 15 propinsi yang memiliki rasio
dokter per penduduk di atas rata-rata nasional.
Rendahnya kualitas kesehatan penduduk miskin. Angka kematian bayi pada
kelompok termiskin adalah 61 dibandingkan dengan 17 per 1.000 kelahiran hidup pada
kelompok terkaya. Penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian utama pada bayi
dan balita, seperti malaria dan TBC, lebih sering terjadi pada masyarakat miskin.
Rendahnya status kesehatan penduduk miskin terutama disebabkan oleh terbatasnya akses
terhadap pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan kendala biaya (cost barrier).
Data SDKI 2002-2003 menunjukkan bahwa 48,7 persen masalah dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan adalah karena kendala biaya, jarak dan transportasi. Utilisasi rumah
sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedang masyarakat miskin cenderung
memanfaatkan pelayanan di puskesmas. Demikian juga persalinan oleh tenaga kesehatan
pada penduduk miskin hanya sebesar 39,1 persen dibanding 82,3 persen pada penduduk
kaya. Asuransi kesehatan sebagai suatu bentuk sistem jaminan sosial hanya menjangkau
18,74 persen (2001) penduduk, dan hanya sebagian kecil diantaranya penduduk miskin.
B. SASARAN
Sasaran pembangunan kesehatan pada tahun 2004-2009 adalah meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang antara lain tercermin dari:
1. Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 67,9 tahun
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi 25 per 1000 kelahiran hidup
3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per 100.000
kelahiran hidup
4. Menurunnya prevalensi gizi-kurang pada anak balita dari 25,8 persen menjadi 20
persen.
C. ARAH KEBIJAKAN
Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan kesehatan diarahkan pada:
1. Peningkatan jumlah jaringan dan kualitas Puskesmas;
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga medis;
3. Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin;
4. Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat;
5. Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini;
6. Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar.
D. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN
Arah kebijakan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tersebut
dijabarkan dalam program-program pembangunan sebagai berikut:
1. PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Program ini ditujukan untuk memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar
mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.
Bagian IV.27 – 3
Draft 12 Desember 2004
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini antara lain meliputi:
1. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE);
2. Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat dan terutama generasi
muda; serta
3. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
2. PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT
Program ini ditujukan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi:
1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar;
2. Pengawasan kualitas lingkungan; serta
3. Pengendalian dampak resiko lingkungan.
3. PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah, pemerataan, dan kualitas
pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan jaringannya meliputi puskesmas pembantu,
puskesmas keliling dan bidan di desa.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi:
1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya;
2. Pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan
jaringannya;
3. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial;
4. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup promosi kesehatan,
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan,
pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar; serta
5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan.
4. PROGRAM UPAYA KESEHATAN PERORANGAN
Program ini ditujukan untuk meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi:
1. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III Rumah Sakit;
2. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sakit di daerah pemekaran;
3. Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit;
4. Pengadaan peralatan dan perbekalan rumah sakit;
5. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan; serta
6. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan.
5. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan
akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan
Bagian IV.27 – 4
Draft 12 Desember 2004
ditanggulangi adalah malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta, TB,
HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan
sirkulasi, diabetes mellitus, dan neoplasma.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program adalah:
1. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko;
2. Peningkatan imunisasi;
3. Penemuan dan tatalaksana penderita;
4. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah; serta
5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit.
6. PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya
meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan balita.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi:
1. Peningkatan pendidikan gizi;
2. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat
kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikro lainnya
3. Penanggulangan gizi-lebih; serta
4. Peningkatan surveilens gizi.
7. PROGRAM SUMBER DAYA KESEHATAN
Program ini ditujukan meningkatkan jumlah, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan,
serta meningkatkan jaminan pembiayaan kesehatan bagi penduduk miskin.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi:
1. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan;
2. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan;
3. Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan, terutama untuk pelayanan kesehatan di
puskesmas dan jaringannya, serta rumah sakit;
4. Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir tenaga kesehatan;
serta
5. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan bagi penduduk miskin yang
berkelanjutan.
8. PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
Program ini ditujukan untuk menjamin
keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan.
ketersediaan,
Kegiatan pokok yang dilakukan program ini meliputi:
1. Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan;
2. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan; serta
Bagian IV.27 – 5
pemerataan,
mutu,
Draft 12 Desember 2004
3. Peningkatan mutu obat dan perbekalan kesehatan.
9. PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Program ini bertujuan untuk menjamin produk terapetik/obat, obat tradisional,
kosmetik, perbekalan kesehatan, produk komplemen dan produk pangan memenuhi
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan/khasiat.
Kegiatan pokok yang dilakukan program ini adalah:
1. Peningkatan pengawasan obat dan makanan; dan
2. Penanggulangan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya
(NAPZA).
10. PROGRAM PENGEMBANGAN OBAT ASLI INDONESIA
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan tanaman obat Indonesia.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini antara lain meliputi:
1. Pengembangan dan penelitian tanaman obat; dan
2. Peningkatan promosi pemanfaatan obat bahan alam Indonesia.
11. PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Program ini ditujukan
pembangunan kesehatan.
untuk
mengembangkan
kebijakan
dan
manajemen
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program antara lain meliputi:
1. Pengkajian kebijakan;
2. Pengembangan sistem perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan
pengendalian, pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan; serta
3. Pengembangan sistem informasi kesehatan.
12. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
Program ini bertujuan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
sebagai masukan dalam perumusan kebijakan dan program pembangunan kesehatan.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini adalah:
1. Penelitian dan pengembangan;
2. Pengembangan tenaga peneliti, sarana dan prasarana penelitian; serta
3. Penyebarluasan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan.
Bagian IV.27 – 6
Download