Pertemuan ke 9

advertisement
1
Bentuk Negara dan Sistem
Pemerintahan
Pamungkas Satya Putra
2
Pamungkas Satya Putra
• Bentuk negara
“staatsvormen”.
• Dalam pendekatan historis dapat ditemui bahwa terdapat beberapa
bentuk negara yaitu kerajaan (monarki), republik, kehalifahan
(Osmani) dan kekaisaran (Jepang sebelum PD II “idi amin”).
• Pengertian bentuk negara (staatsvorm), berkaitan dengan dua
pilihan, yaitu:
1. Bentuk Kerajaan (Monarki); dan
2. Bentuk Republik (res+publicae
Plato “Politea-Republic”).
-Monarki: penangkatan kepala negara dilakukan melalui garis
keturunan atau hubungan darah. (Kerajaan Inggris dan Kerajaan
Belanda anak tertua Raja/ Ratu; Jepang anak laki-laki tertua Raja
atau Kaisar; Thailand; Brunei Darussalam; Kerajaan Malaysia
“Dipertuan Agong” diangkat dari para raja atau sultan secara
bergiliran).
-Republik: pengankatan kepala negara tidak didasarkan atas pertalian
atau hubungan darah. (Berdasarkan pemilihan).
3
Pamungkas Satya Putra
• Negara Demokratis
Pergantian kepala negara dilakukan secara demokratis, yaitu
melalui pemilihan langsung oleh rakyat atau melalui pemilihan
tidak langsung oleh wakil-wakil rakyat.
• Negara Tidak Demokratis
Pengangkatan kepala negara dapat saja dilakukan dengan cara
misalnya, kudeta, penunjukan langsung oleh kepala negara
terdahulu, dan sebagainya. Pengangkatan kepala negara
republik tidak ditentukan berdasarkan garis keturunan darah
atau sistem pewarisan tahta.
4
Pamungkas Satya Putra
Susunan Organisasi Negara
Di belahan dunia kini, terdapat susunan negara yang dapat
dibedakan dengan adanya empat macam susunan organisasi
negara, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Negara Kesatuan (Unitary State, Eenheidsstaat);
Negara Serikat atau Federal (Federal State, Bondsstaat);
Negara Konfederasi (Confederasion, Statenbond);
Negara Superstruktural (superstate), seperti Uni Eropa.
5
Pamungkas Satya Putra
Negara Kesatuan (Unitary State, Eenheidsstaat)
• Negara kesatuan di mana kekuasaan negara terbagi antara
pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Kekuasaan asli
terdapat di tingkat pusat, sedangkan kekuasaan daerah
mendapatkan kekuasaan dari pusat melalui penyerahan
sebagian kekuasaan yang ditentukan secara tegas.
Desentralisasi: penyerahan wewenang dari pemerintah pusat
kepada daerah (sekarang daerah Provinsi, Kabupaten, Kota).
Dekonsentrasi: pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat
kepada pejabat-pejabatnya di daerah.
6
Pamungkas Satya Putra
Negara Serikat atau Federal (Federal State, Bondsstaat)
• Kekuasaan negara terbagi antara Negara Bagian dan
Pemerintahan Federal. Kekuasaan asli ada di Negara Bagian
sebagai badan hukum negara yang bersifat sendiri-sendiri
yang secara bersama-sama membentuk Pemerintahan Federal
dengan batas-batas kekuasaan yang disepakati bersama oleh
negara-negara bagian dalam Konstitusi Federal. Urusan
pertahanan, keuangan, dan hubungan luar negeri di negara
serikat selalu ditentukan sebagai urusan pemerintahan federal,
sehingga dalam praktiknya Pemerintahan Federal cenderung
sangat kuat kedudukannya.
• Dalam pengalaman pada abad ke-20, di berbagai negara
serikat timbul kecenderungan terjadinya sentralisasi
pengelolaan kekuasaan negara ke tangan pemerintahan
federal.
7
Pamungkas Satya Putra
Negara Konfederasi (Confederasion, Statenbond)
• Konfederasi merupakan persekutuan antar negara-negara yang
berdaulat dan independen yang karena kebutuhan tertentu
mempersekutukan diri dalam organisasi kerjasama yang
longgar. Misalnya negara-negara merdeka bekas Uni Soviet,
setelah Uni Soviet bubar, bersama-sama membentuk
Confederasion of Independent States (CIS). Sifat persekutuan
sangat longgat sehingga seperti organisasi kerjasama antar
negara yang biasa, seperti ASEAN (Association of Southeast
Asian Nations), Arab League, dan sebagainya.
8
Pamungkas Satya Putra
Negara Superstruktural (superstate), seperti Uni Eropa
• Organisasi Uni Eropa (European Union) tidak dapat disebut
sebagai organisasi seperti konfederasi, karena sifatnya sangat
kuat. Namun, sebagai persekutuan antar negara, karena di
dalamnya terdapat fungsi-fungsi kenegaraan yang lazim,
seperti fungsi legislasi, fungsi administrasi, dan bahkan fungsi
peradilan Eropa. Namun, untuk disebut sebagai pemerintahan
negara yang tersendiri, bentuk dan susunannya tidak dapat
dibandingkan dengan organisasi negara kesatuan ataupun
negara serikat. Kemudian apabila nanti Konstitusi Eropa dapat
disepakati oleh masing-masing negara anggotanya, maka Uni
Eropa itu dapat dikatakan telah benar-benar menjadi Negara
tersendiri.
9
Pamungkas Satya Putra
Negara Hukum
Rechtsstaat menurut Carl Schmitt, semula atas pengaruh
Prancis, hanya terdiri atas:
1. grondrechten (hak asasi manusia);
2. scheiding van machten (pembatasan kekuasaan).
Rechtsstaat menurut Julius Stahl, semula atas pengaruh unsurunsur rechtsstaat di Jerman itu berkembang menjadi empat:
1. grondrechten (hak asasi manusia);
2. scheiding van machten (pembatasan kekuasaan).
3. wetmatigheid van bestuur (administratie) (pemerintahan
berdasarkan undang-undang); dan
4. administratieve rechtspraak (peradilan administrasi negara).
10
Pamungkas Satya Putra
• Tradisi Anglo Amerika, A.V. Dicey menegaskan konsep
negara hukum yang dikembangkan atas kepeloporan dengan
sebutan The Rule of Law, yang menguraikan adanya tiga ciri
penting dalam setiap negara hukum, yaitu:
1. Supremacy of Law (the absolute predominance of law);
2. Equality before the Law;
3. Due Process of Law.
• The International Commission of Jurist, menekankan
prinsip-prinsip negara hukum:
1. Negara harus tunduk pada hukum;
2. Pemerinah menghormati hak-hak individu;
3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak (independence and
impartiality of judiciary).
11
Pamungkas Satya Putra
Lanjutan Baca:
Pamungkas Satya Putra, “Negara Hukum Indonesia
Berdasarkan Kajian Unsur-unsur Negara Hukum”, Tulisan
yang disampaikan pada perkuliahan Ilmu Negara Fakultas
Hukum Unsika pada tanggal 15 Desember 2014.
12
Pamungkas Satya Putra
Sistem Pemerintahan
• Sistem
pemerintahan
memiliki
hubungan
dengan
penyelenggaraan pemerintahan eksekutif dalam hubungannya
dengan fungsi legislatif (regeringsdaad).
• Sistem pemerintahan yang dikenal di dunia secara garis besar
dapat dibedakan menjadi tiga (3) macam:
1. Sistem pemerintahan presidensil (presidential system);
2. Sistem pemerintahan parlementer (parliamentary system);
3. Sistem campuran (mixed system atau hybrid system).
13
Pamungkas Satya Putra
Sistem pemerintahan presidensil (presidential system)
• Sistem presidensil merupakan sistem pemerintahan yang
terpusat pada jabatan presiden sebagai kepala pemerintahan
(head of government) sekaligus sebagai kepala negara (head of
state) atau disebut sebagai ambtsdrager yang memiliki
kedudukan tertinggi dalam kekuasaan eksekutif di mana
kekuasaannya dibatasi oleh konstitusi dan pengisian jabatan
presiden dilakukan melalui prosedur pemilihan.
14
Pamungkas Satya Putra
Sistem pemerintahan parlementer (parliamentary system)
• Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan di mana
jabatan kepala negara (head of state) dan kepala pemerintahan
(head of government) itu dibedakan dan dipisahkan satu sama
lain. Kedua jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan
itu, pada hakikatnya, sama-sama merupakan cabang kekuasaan
eksekutif.
• C.F. Strong menegaskan bahwa kedua jabatan eksekutif ini
dibedakan antara pengertian nominal executive sebagai kepala
negara (Raja/ Ratu/ Dipertuan Agung) dan real executive
sebagai kepala pemerintahan (Perdana Menteri).
Contoh: Prancis, Inggris, Belanda, Malaysia, Thailand,
termasuk negara-negara yang berbentuk kerajaan (monarki)
yang menganut sistem pemerintahan parlementer.
15
Pamungkas Satya Putra
Sistem campuran (mixed system atau hybrid system)
• Sistem pemerintahan campuran merupakan pencampuran
terhadap kedua unsur-unsur sistem pemerintahan di mana ciriciri kedua sistem tersebut sama-sama dianut.
• Misalnya Jerman, India, Pakistan, dan Singapura.
Negara berbentuk republik dengan kepala negara disebut
presiden. Tetapi jabatan kepala pemerintahan sebagai the real
executive dipegang oleh perdana menteri (prime minister).
• Oleh karena itu, kedua sistem pemerintahan presidensil dan
sistem pemerintahan parlementer tersebut pada pokoknya
dibedakan atas dasar kriteria:
1. Ada tidaknya pembedaan antara real executive dan nominal
executive dalam penyelenggaraan pemerintahan negara;
2. Ada tidaknya hubungan pertanggungjawaban antara cabang
eksekutif dengan cabang legislatif.
16
Pamungkas Satya Putra
• Prinsip Pokok Sistem Parlementer menurut Douglas V. Vernet,
yaitu:
1. Hubungan antara lembaga parlemen dan pemerintah tidak
murni terpisahkan;
2. Fungsi eksekutif dibagi ke dalam dua bagian, yaitu seperti
yang diistilahkan oleh C.F. Strong “the real executive” pada
kepala pemerintahan, dan “the nominal executive” pada
kepala negara;
3. Kepala Pemerintahan diangkat oleh Kepala Negara;
4. Kepala Pemerintahan mengangkat menteri-menteri sebagai
satu kesatuan institusi yang bersifat kolektif;
5. Menteri adalah atau biasanya merupakan anggota parlemen;
6. Pemerintah bertanggung jawab kepada parlemen, tidak kepada
rakyat pemilih. Karena, pemerintah tidak dipilih oleh rakyat
secara langsung, sehingga pertanggungjawaban kepada rakyat
pemilih juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui parlemen.
17
Pamungkas Satya Putra
7.Kepala Pemerintahan dapat memberikan pendapat kepada Kepala
Negara untuk membubarkan Parlemen;
8.Dianutnya prinsip supremasi parlemen sehingga kedudukan
parlemen dianggap lebih tinggi dari bagian-bagian dari
pemerintahan;
9.Sistem kekuasaan negara terpusat pada parlemen.
18
Pamungkas Satya Putra
• Prinsip Pokok Sistem Presidensil menurut Douglas V. Vernet, yaitu:
1. Terdapat pemisahan kekuasaan yang sangat jelas antara cabang
kekuasaan eksekutif dan legislatif;
2. Presiden merupakan eksekutif tunggal. Kekuasaan eksekutif
presiden tidak terbagi dan yang ada hanya presiden dan wakil
presiden saja;
3. Kepala Pemerintahan adalah sekaligus Kepala Negara atau
sebaliknya, Kepala Negara adalah sekaligus Kepala Pemerintahan;
4. Presiden mengangkat para menteri sebagai pembantu atau sebagai
bawahan yang bertanggung jawab kepadanya;
5. Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif dan
demikian pula sebaliknya;
6. Presiden tidak dapat membubarkan ataupun memaksa parlemen;
7. Jika dalam sistem parlementer berlaku prinsip supremasi
parlemen, maka dalam sistem presidensil berlaku prinsip
supremasi konstitusi. Karena itu, pemerintahan eksekutif
bertanggung jawab kepada Konstitusi.
19
Pamungkas Satya Putra
8.Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada rakyat yang
berdaulat;
9.Kekuasaan tersebar secara tidak terpusat seperti dalam sistem
parlementer yang terpusat pada parlemen.
20
Pamungkas Satya Putra
Terima Kasih
Download