Berkenalan Dengan Ekologi Perairan Kategori : Ekologi Ekologi perairan merupakan cabang ilmu mengenai lingkungan yang fokus mempelajari interaksi atau hubungan timbal balik antara organisme di perairan dengan lingkungannya. Lingkungan sangat berpengaruh sebab ia memegang peranan dalam menciptakan kenyamana hidup organisme di perairan. Faktor-faktor yang ada di lingkungan adalah faktor fisika mencakup kecerahan, suhu, arus dan lain-lain. Faktor kimia antara lain pH, Do, sementara itu faktor biologi antara lain sifat plankton, substrat dan masih banyak lagi lainnya. Seseorang yang mempelajari ekologi perairan diharapkan bisa dan mampu mengidentifikasi hubungan timbal balik lingkungan dan organisme di perairan. Ekologi perairan ini mencakup banyak lingkup antara lain ekologi perairan tawar, ekologi perairan laut, ekologi perairan kolam, ekologi perairan tambak dan semua ekosistem yang melibatkan air sebagai komponen abiotik. Di dalam ekosistem perairan baik itu tawar, pesisir maupun lautan, ada beragam jasad hidup atau biotik juga abiotik yang tak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Mereka saling terkait dan memungkinkan terjadinya pertukaran zat atau energi di antara kedua komponen tersebut. Hampir 70% bumi ini merupakan wilayah perairan, dengan demikian, mempelajari ekologi perairan adalah hal yang sangat penting sebab dengan mengidentifikasi komponen abiotik dan biotik tersebut manusia bisa memperoleh manfaat yang optimal dari perairan tersebut. Ekologi Perairan Tawar Salah satu bagian dari ekologi perairan adalah air tawar. Hanya sekitar 3% permukaan wilayah bumi yang merupakan air tawar. Sebagian besar terdapat pada area yang beku di dalam glesier juga es yang tenggelam di dalam akuafer. Sementara Perairan tawar didominasi oleh perairan pedalaman. Sementara itu sisanya, terdapat pada wilayah dabau, sungai, kolam dan lain-lain. Salah satu ciri ekologi perairan tawar adalah kadar garam yang sangat rendah. Dalam konteks ekosistem, perairan ini dibagi ke dalam dua bagian yakni air tawar mengalir atau lotik dan air tawar diam atau lentik. Ekologi Perairan Estuari Contoh lain dari ekologi perairan adalah estuari. Ekologi estuari merupakan wilayah atau habitat berupa percampuran di antara air sungai juga lautan. Ia juga sering dikenal dengan nama perairan muara. Dengan demikian biasa disimpulkan bahwa air yang ada di wilayah ini memiliki salinitas yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan perairan laut terbuka. Perairan estuari didominasi oleh organisme (baik flora maupun fauna) yang bisa beradaptasi dengan kondisi di wilayah tersebut. Estuari ini hanya dihuni oleh beberapa spesies dengan demikian tingkat keanekaragamannya sangat rendah. Ekologi perairan estuari akan fokus pada pengaruh air pasang dan juga surut sebab kedua hal tersebut memang mempengaruhi kehidupan organisme di wilayah ini. Adapun yang termasuk ke dalam kajian ekologi estuari adalah wilayah muara sungai, rawa pasang surut, telik yang ada di pantai, serta badan air yang berada di area belakang pantai pasir. Adapun biota yang hidup di wilayah estuari ini adalah percampuran antara endemik, yakni organisme yang berasal dari perairan tawar dan juga perairan laut. Saat air tawar dan air laut bercampur maka organisme keduanya juga akan bercampur. Estuari merupakan tempat terbaik untuk memijah beberapa hewan seperti kepiting, udang, tiram dan masih banyak lagi lainnya. A. EKOLOGI PERAIRAN Menurut Ernest haeckel (1869) Oikos : rumah (tempat tinggal) Logos : ilmu pengetahuan Jadi ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik atau interaksi antara mahluk hiup dengan lingkungannya. Tingkatan organisme mahluk hidup: Protoplasma-> sel-> jaringan-> organ-> sistem organ-> organisme-> populasi-> komunitas-> ekosistem Ekosistem perairan dibagi menjadi dua: lingkungan abiotik : fisika & kimia lingkungan biotik : tumbuhan, hewan, dan bakteri pengertian lingkungan: adalah semua unsur dan kekuatan-kekuatan diluar mahluk hidup yang mempengaruhi kehidupan organisme tersebut. (baik buruknya lingkungan abiotik akan mempengaruhi lingkungan biotik). Yang dibutuhkan oleh tumbuhan adalah: air, cahaya matahari, mineral, C02, (air sebagai pelarut yang baik / universal sulfent, sehinggga mudah tercemar atau terkontaminasi) PEMBAGIAN EKOLOGI: 1. Menurut bidang kajiannya: - Autoteknologi: yang mempelajari suatu spesies atau jenis organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya. Biasanya ditentukan oleh aspek tempat hidupnya, adaptasi terhadap lingkungannya, sifat parasitis/non parasitis. - Sin teknologi: ekologi yng mengkaji sekelompok atau kelompok organisme sebagai satu kesatuan yang saling berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Contohnya ekologi populasi, ekologi komunitas, ekologi ekosistem.. 9akan terjadi rantai makanan, dan rantai energi) 2. Menurut habitat (tempat tinggal) 3. Menurut taksonominya. a. Tumbuhan, hewan dan mikroba. ASAS ASAS EKOLOGI: Ekosistem terbagi menjadi tiga: a. Tumbuahn/ekosistem/autotrof b. Hewan/konsumen/togotrof c. Dekomposer/sapropof(bakteri dan jamur) Sapropof adalah organisme yang dapat mensintesa bahan organik menjadi bahan anorganik . contoh proses fotositesis: 6CO₂+6H₂OàC6H12O6+6O₂ Saprotof (dekomposer ) mempunyai 3 fungsi: a. Mineralisasi bahan-bahan organik dari organisme yang telah mati b. Menghasilkan makanan utuk organisme lain. c. Menghasilkan zat kimia yang disebut hormon lingkungan B. ORGANISME DALAM AIR/PERAIRAN 1. Plankton dibagi menjadi dua yaitu fitoplankton dan zooplankton Zooplankton dibagi mnjadi 2 yaitu haloplankton: plakton yang mulai dari menetas sampai mati menjadi plankton, sedangkan mesoplankton yaitu organisme yang menjadi plankton saat masih menjadi larva saja. - Netplankton adalah plankton yang tertangkap dengan planktonet nomor 25 - Nanoplankton: plankton yag lolos dengan planktonet no 25 2. Neuston: adalah organisme yang hidup dipermukaan atas atau permukaa air. 3. Peryphyton (teritip/sesil): organisme baik tumbuhan atau hewan yang hidupnya menempel pada benda lain hidup atau mati (contoh lumut dan tiram) 4. Benthos ; organisme baik hewan atau tumbuhan yang hidup didasar permukaan (kerang siput) epibentik: tanah dasar. Inbentik: dalam tanah 5. Nekton (ikan): semua organisme yang aktif bergerak dalam air. 6. Makrofita: - Daun jauh diatas permukaan air , batang sebagian di air dan sebagian diatas air, akar didalam permukaaan tanah (bakau ) - Akar didalam perairan, sehingga mengambil unsur hara dari perairan tersebut - Akar dibawah permukaan air, sedangkan daun diatas permukaan air. Contoh teratai - Tanaman yang daunya seperti jarum , contoh hidrilla - Akar didalam tanah, daun didalam perairan, daunya lebar, contoh padang lamun Adaptasi: penyesuaian diri terhadap lingkunganya. a. Adaptasi genetis: menururn dari nenek moyangnya(permanen) b. Adaptasi somats: bersifat sementara (contoh: katak dan udang) Ekologi perairan lotik: 1. Perairan tawar: - menggenang (lentik): danau, rawa, waduk, kolam - mengalir (lotik): sungai. 3 hal yang membedakan sungai dengan perairan yag lain adalah: 1. Disungai , arus merupakan faktor pengendali dan faktor pembatas utama. 2. Proses pertukaran air dan tanah disungai relatif lebih intensif yang mengakibatkan ekosistem disungai lebih terbuka dan metabolisme komunitasnya bersifat heterotropik. 3. O₂ disungai lebih seragam dan sangat sedikit/sama sekali tidak ada stratifiksasi suhu. Peran arus : a. Sebagai suplai oksigen b. Sebagai pengangkut bahan-bahan makanan bagi organisme lain. c. Menyebarkan partikel-partikel unsur penting ketempat lain. Ø keceptan arus: dalam satu sungai ditentukan oleh perbedaaan tinggi tempat serta luas sungai tersebut. Ø Sungai yang besar dan dalam berarus lemah sehingga megakiatkan kondisi air yag menggenang Ø Kecepatan arus dipengaruhi oleh: o kecurahan gradient permukaaan o halus atau kasarnya dasar sungai o kedalaman dan lebar sungai. Pertukaran tanah dan air Allochtonous: konsumen yang hidup berasal dari detrisius yang hanyut dari daerah teresrial yang kesungai sebagai Alochtonous. Contoh ; banjir, gunuung, meletus didaratan yang meembuat magma kesungai. Autochtonous: Semua yang berasal dari dalam perairan itu sendiri . contoh: Tsunami, gunung meletus, dilaut. Besar kecilnya oksigen yang msauk kedalam prairan yaitu: a. dangkalnya ir b. air yang slalu bergerak c. luas permukaan beberapa cara adaptasi dari organisme sungai. Ø Bertaut scara permanen pada substrat yang kokoh. a. Algae epipelic yaitu alga yang hidup pada lumpur b. Algae epilethic c. Algae epiphytic Ø Jenis hewan porifera (spons) hewan berpori a. Melekat dengan alat pelekat atau kait . contoh larva sungilium, diphtera, triptofera hidup pada pukulan arus yang kuat (air terjun) dan punya alat perekat. b. Melekat dengan bagian bawah tubuh (siput dan cacing pita ) c. Bentuk tubuh yangsesuai dengn habitatnya . · Daerah bentos: betuk tubuh seperti bulat telur (memposisikan dengan arah arus , bagian kepala lebar. Psterior menyempit. d. Bentuk tubuh yang pipih unutk melindungi diri dengan berlindung dibwah batu e. Rheotaksis positif: melawan arus f. Thigmotaksis : senuhan atau hubungan .(merapatkan idri pada suatu permukaan,. C. EKOSISTEM ESTUARIA Estuaria : pertemuan dari air laut dan air tawar (muara sungai) , habitatnya yaitu peralihan dari darat dan laut. · Sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan banyak sedikitnya air tawar dan airlaut yang masuk, shingga tidak stabil. Macam-macam Estuaria: a. Berdasarkan hidrologi (kondisi airnya) Ø Estuaria berstratifikasi ganda (estuaria bajigaram, estuaria positif) Air sungai lebih dominan daripada pasang surut, bisaanya pada muara sungai. Air tawar dilapisan atas, sedangkan air laut dilapisan bawah. Ø Estuaria berstratifiksi moderat (estuaria campuran sebagian) Aliran air sungai seimbang ddengan masuknya air laut turbuleni pasang surut secara berkala , sehingga profil sainitas tidak terlampui curam, karena sebagian energi diserap dalam proses percampuran vertikal pengdukan. Pengadukan disebabkan oleh perbedaan suhu dn perbedaan salinitas. Ø Estuaria campuran sempurna ( estuaria homogen vertikal, negatif ) Pasang surut dominan dan kuat pengdukan sangat kuat, sehingga salinitas sangat tinggi seperti disamudra. b. Berdasarkan geomorfologi. Ø Lembah sungai tenggelam atau estuaria dataran pesisir. Kondisi relatif rendah dan datar (naik menggenangi lembah sungai) Ø Tipe fjord Lekuk-lekuk diwilayah pesisir membentuk huruf U akibat adanya pengikisan lempenganlempengan es. Ø Esturia bentukan perintang. Merupakan bagian-bagian yang dangkal, sehingga bagian dasar estuari tidak tertutup oleh sederetan pulau yang letaknya sejajr dengan garis pantai, sehigga terjadi hubungan langsung dngan laut terbuka. Ø Estuari bentukan tektonik/lempeng. Karena terangkatnya atau menurunya dasar laut pesisir yang sering kali diikuti dengan masuknya air tawar dalam jumlah yang banyak. Ø Estuari delta sungai (dataran yang terbentuk di muara sungai..) Karena adanya sedimentasi (depososo sedimen) lumpur, maka disitu akan terbentuk teluk, selat, rawa dan payau. · Teluk: dseimentasi di pinggir · Selat: sedimentasi ditengah. FAKTOR LINGKUNGAN: a. Faktor fisika Ø Suhu cepat panas dan cepat dingin. Ø Salinitas sangat dipengaruhi oleh pasang surut, musim , topografi dan jumla air tawar. Ø Substrat (dasar perairan) di estuari lumpur mempunyai ciri khas, yaitu sangat halus. Lumpur dibedakan menjadi 3, yaitu lumpur koloid, lumpur partikuler, dan lumpur tersuspensi. Ø Kekruhan sangat tinggi, namun mendekti wilayah estuari semakin rendah. Alat untuk mengukur yaitu turbinity meter. Ø Ombak; kedangkalan dan semopitnya area mengurangi kebesaran ombak. b. Faktor kimia Ø Oksigen. Tergantung suhu dan salinitas, semakin tinggi uhu dan salinitas maka oksigen semakin rendah. Ø Unsur hara. Tinggi Ndan P N bisa 10X lebih besar. Ø 3 faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya unsur hara diperairan : · Adanya sedimentasi alami, dari tanah liat dan mineral (montmorilonite, dan kaolinite) · Karena adanya proses biodiposisi, sehngga bnyak organisme yang filter finder. · Adanya sirkulasi air secara vertikal , karena perbedaan salinitas dan terperangkapnya unsur hara. c. Faktor biologi (ada 5 jenis ikan diwilayah estuari) 1. Jenis ikaN air tawar yang Eurihalin/ toleran terhadap salinitas (ikan nila, ikan mujair). 2. Ikan estuaria :ikan yang memang hidup diwilayah estuaria sebagai penghuni tetap. 3. Jenis jenis ikan anadromus dan catadromus (estuari sebagai jalan masuk). 4. Jenis ikan air laut yang secara berkala ke wilayah estuari sebagia siklus hidupya, (udang”an dan bandeng). 5. Kelompok ikan pengunjung tidak tetap. D. EKOLOGI PERAIRAN LENTIK Siklus terjadinya mata air: Penguapan àawanàhujanàairàlononàair infiltrasiàmata air. Ekosistem perairan tawar: Ø Perairan terbuka: a. Mengalir: sungai b. Menggenang: - buatan: waduk _ alami: danau dan rawa. Ø Perairan tertutup: a. Kolam b. Tambak Bentuk-bentuk perairan darat: - Rivers and stream - Ponds and lakes - Wetlands Ciri-ciri habitat air tawar: - Variasi temperatur dan suhu rendah - Salinitas rendah - Penetrasi cahaya kurang - Terpengaruh cuaca dan iklim setempat - Tumbuhan mikroskopis (algae) dan fitoplankton sebagai produsen utama. Faktor yang membedakan antara air yang menggenang dan air yang mengalir: - Adanya arus - Pertukaran tanah dan air lebih intensif daripada sungai - Kadar O2 lebih tinggi pada air mengalir - Pencampuran suhu dan kadar zat lebiih merata à tidak ada stratifikasi thermal. Peran arus - Membuat kehidupan kolam dan air mengalir berbeda - Mengatur perbedaan dibebrapa temoat dari air mengalir - Kecepatan arus ditentukan oleh: · Kemiringan · Kekasaran · Kedalaman · Kelebaran Perairan lentik: @ Bentuk ekologi perairan lentik dimana arus tidak memegang peranan utama. - Ada tidaknya penetrasi cahaya - Perbedaan temperatur perairan Metalimnion : perairan tengah Epilimnion: perairan permukaan Hipolimnion: perairan dasar - Berdasrkna kelompok organisme: · Dalam rantai makanan · Berdasarkan cara hidupnya Distribusi perairan lentik: - Zona litoral , produser utamanya tanaman berakar dan tidak berakar , konsummenya larva san serangga air(platehelminthes, rotifera dll) - Zona limnetik, produsen utamanya fitoplankton dan tumbuhan air. DANAU Ø Periaran lentik alami Ø Waduk: buatan Ø Asal kejadian danau: · Danau tektonik: karena gempa bumi (danau towati, danau diatas, danau dibawah, dll) · Danau vulcanik; karena gunung meletus (danau rawa, danau tiga warna, danau segoro anakan, dll_) · Danau tekto-vulcanik: karena gempa dan letusan (danau toba, danau maninjau, danau kerinci, dll) fungsi dan manfaaat danau: - Sebagia air baku untuk penduduk - Pertanian - Irigasi - Perkanan - Sumber daya tenaga listrik - Pengendali air banjir - Sebagai sumber plasma nutfah - Resevoir alam - Memelihara unsur mikro - Sarana pendidikan, rekreasi dan wisata Morfometrik perairanàmenetukan karakteristik danau dengan perairan lentik lain. - Tepi perairanà pada danau terjal (daerah litoral sedikit, dan keanekaragaman sedikit) - Kedalaman sampai 500m , bagian tengah terdlam. Memungkinkan terjadinya stratifikasi dalam kolam air Ø Daerah tangkapan airà semakin luas daerah, maka semakin banyak masaa air yang tertampung Ø Jumah telukà air menjai tenang, biota air tumbuh optimal Ø Masa simpanan air à Ø Pengluaran air ada diatas kualitas air dan unsur hara. http://harry-vht.blogspot.com/2013/05/pengertian-ekologi-perairan-dan-materi.html http://harry-vht.blogspot.com/2013/05/pengertian-ekologi-perairan-dan-materi.htm harry-vht.blogspot.com EKOLOGI PERAIRAN Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya (lihat Gambar 6. 1). EKOLOGI PERAIRAN Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali disampaikan oleh Ernest Haeckel (zoologiwan Jerman, 1834-1914). Ekologi adalah cabang ilmu biologi yangbanyak memanfaatkan informasi dari berbagai ilmu pengetahuan lain, seperti : kimia, fisika, geologi, dan klimatologi untuk pembahasannya. Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di antaranya adalah penggunaan kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama guna meningkatkan produktivitas. Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan lingkungannya. Pengamatan ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang terkandung dalam hubungan timbal balik tersebut. Dalam studi ekologi digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada komponen-kornponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Faktor Biotik Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Gbr. Tingkatan Faktor biotik juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang Organisasi meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Makhluk Hidup Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistemyang menunjukkan kesatuan. Secara lebih terperinci, tingkatan organisasi makhluk hidup adalah sebagai berikut. Perhatikan Gambar. A. Individu Individu merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing, sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam mempertahankan hidup, seti jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan, mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan juga memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang atau melakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi. Perhatikan Gambar 6.4. Ada bermacam-macam adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu: adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku. 1. Adaptasi morfologi Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Contoh adaptasi morfologi, antara lain sebagai berikut. a. Gigi-gigi khusus Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya. Lihat Gambar 6.5. b. Moncong Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah dan Selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap. Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yangdapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga. Lihat Gambar 6.6. c. Paruh Elang memiliki paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya. Perhatikan Gambar 6.7 d. Daun Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap. Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan dilumatkan, sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan. e. Akar Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air yang terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk bernapas. (LihatGambar 6.9). 2. Adaptasi fsiologi Adaptasi fisiologi merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut. a. Kelenjar bau Musang dapat mensekresikan bau busukdengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya. b. Kantong tinta Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila musuh datang, tinta disemprotkan ke dalam air sekitarnya sehingga musuh tidak dapat melihat kedudukan cumi-cumi dan gurita. (LihatGambar 6.1 0). c. Mimikri pada kadal Kulit kadal dapat berubah warna karena pigmen yang dikandungnya. Perubahan warna ini dipengaruhi oleh faktor dalam berupa hormon dan faktor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya. Lihat Gambar 6.11. 3. Adaptasi tingkah laku Adaptasi tingkah laku merupakan adaptasi yang didasarkan pada tingkah laku. Contohnya sebagai berikut : a. Pura-pura tidur atau mati Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila didekati seekor anjing. b. Migrasi Ikan salem raja di Amerika Utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat sampai tujuh tahun berkumpul di teluk disepanjang Pantai Barat Amerika Utara untuk menuju ke sungai. Saat di sungai, ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan betinanya. Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah menetas untuk sementara tinggal di air tawar. Setelah menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan akhirnya ke laut. Perhatikan Gambar 6.12. B. Populasi Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi Misalnya, populasi pohon kelapa dikelurahan Tegakan pada tahun 1989 berjumlah 2552 batang. Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi. Misalnya, tahun 1980 populasi Pinus di Tawangmangu ada 700 batang. Kemudian pada tahun 1990 dihitung lagi ada 500 batang pohon Pinus. Dari fakta tersebut kita lihat bahwa selama 10 tahun terjadi pengurangan pohon pinus sebanyak 200 batang pohon. Untuk mengetahui kecepatan perubahan maka kita membagi jumlah batang pohon yangberkurang dengan lamanya waktu perubahan terjadi : 700 - 500 = 200batang 1990-1980 10 tahun = 20 batang/tahun Dari rumus hitungan di atas kita dapatkan kesimpulan bahwa rata-rata berkurangnya pohon tiap tahun adalah 20 batang. Akan tetapi, perlu diingat bahwa penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada berbagai hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran, serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik iniantara lain : kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi biotik, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas danmortalitas merupakan penentu utama pertumbuhan populasi. Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnyahewan dan manusia. Imigrasi adalahperpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi. Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme, sehingga populasi akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi hewan atau tumbuhan dapat berubah, namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertambahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana alam, dan wabah hama. C. Komunitas Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. D. Ekosistem Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora, karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme). Faktor Abiotik Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut. a. Suhu Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. b. Sinar matahari Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. c. Air Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk. d. Tanah Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. e. Ketinggian Ketinggian tempat menentukan jenis organisme yang hidup di tempat tersebut, karena ketinggian yang berbeda akan menghasilkan kondisi fisik dan kimia yang berbeda. f. Angin Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu. g. Garis lintang Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang mampu hidup pada garis lintang tertentu saja. Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi antarorganisme,antarpopulasi, dan antarkomunitas. A. Interaksi antar organisme Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut. a. Netral Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara capung dan sapi. b. Predasi Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus. c. Parasitisme Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang. Perhatikan Gambar 6.15 d. Komensalisme Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya. e. Mutualisme Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan. B. Interaksi Antarpopulasi Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut. Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput. C. Interaksi Antar Komunitas Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut. Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat. Lihat Gambar 6.16. D. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi. Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru. Adanya perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas. Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dariluar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu mendorong terbentuknya keseimbangan baru. Rangkaian perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem klimaks disebut suksesi. Terjadinya suksesi dapat kita amati pada daerah yang baru saja mengalami letusan gunung berapi. Rangkaian suksesinya sebagai berikut. Mula-mula daerah tersebut gersang dan tandus. Setelah beberapa saat tanah akan ditumbuhi oleh tumbuhan perintis, misalnya lumut kerak. Tumbuhan perintis ini akan menggemburkan tanah, sehingga tanah dapat ditumbuhi rumput-rumputan yang tahan kekeringan. Setelah rumput-rumput ini tumbuh dengan suburnya, tanah akan makin gembur karena akar-akar rumput dapat menembus dan melapukan tanah, juga karena rumput yang mati akan mengundang datangnya dekomposer (pengurai) untuk menguraikan sisa tumbuhan yang mati. Dengan semakin subur dan gemburnya tanah maka biji-biji semak yang terbawa dari luar daerah itu akan tumbuh, sehingga proses pelapukkan akan semakin banyak. Dengan makin gemburnya tanah, pohon-pohon akan mulai tumbuh. Kehadiran pohon-pohon akan mendesak kehidupan rumput dan semak sehingga akhirnya tanah akan didominasi oleh pepohonan. Sejalan dengan perubahan vegetasi, hewan-hewan yang menghuni daerah tersebut juga mengalami perubahan tergantung pada perubahan jenis vegetasi yang ada. Ada hewan yang datang dan ada hewan yang pergi. Komunitas klimaks yang terbentuk dapat berupa komunitas yang homogen, tapi dapat juga komunitas yang heterogen. Contoh komunitas klimaks homogen adalah hutan pinus, hutan jati. Contoh komunitas klimaks yang heterogen misalnya hutan hujan tropis. Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook LAPORAN PRAKTIKUM KAJIAN EKOLOGI PARIWISATA MUSEUM KARST INDONESIA, GOA GONG DAN PANTAI TELENG RIA Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Praktikum Mata kuliah Ekologi Pariwisata Arif Ardwiantoro Disusun oleh: M0409009 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obyek wisata merupakan penghasil devisa non-migas yang kini banyak dikembangkan di berbagai daerah. Obyek wisata yang paling berkembang adalah obyek wisata yang menonjolkan keindahan alam, seni dan budaya. Obyek wisata ini oleh Pemerintah telah diakui sebagai penghasil devisa terbesar dari sektor non-migas. Mengingat keindahan alam menjadi daya tarik yang kuat bagi wisatawan, potensi ini menarik untuk digarap (Pamulardi, 2006). Di era otonomi daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang luas dalam mengkreasi dan lebih inovatif dalam kegiatan pembangunan di daerahnya. Seiring dengan hal tersebut, daerah berusaha untuk mengembangkan potensi sumber daya daerah untuk kepentingan pembangunan ekonomi di daerahnya. Sumber daya daerah yang didalamnya termasuk potensi sumber daya pariwisata merupakan salah satu modal dasar pembangunan daerah, karena itu pemanfaatannya harus direncanakan dan dilaksanakan, serta dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya oleh generasi sekarang maupun generasi mendatang dengan memperhatikan sistem pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Anonim1, 2009). Kabupaten Wonogiri dan Pacitan merupakan daerah yang memiliki kondisi geografis berupa daerah berbatu kapur serta terdapat banyak goa dan pantai. Keberadaan berbatu, goa serta pantai memiliki potensi untuk dikembangkan dari segi wisata. Kawasan karst di Wonogiri dan Pacitan memiiki ciri khas banyak memiliki gua-gua berstalaktit dan stalakmit yang menarik. Keberadaan gua-gua ini menyimpan kisah perjalanan kehidupan manusia sejak zaman prasejarah hingga zaman kerajaan. Selanjutnya cerita ini berkembang di masyarakat dan menjadi sumber sejarah. Cerita rakyat ini sangat menarik untuk digali sebagai bahan pendidikan dan penanaman nilai-nilai positif bagi generasi penerus. Sehingga Keberadaan Museum Karst Indonesia di Pracimantoro serta Goa Gong Pacitan dapat memberikan edukasi tentang kars di Indonesia. Objek wisata alam lain di Pacitan yaitu Pantai Teleng Ria yang menyajikan panorama pantai yang indah. Keberadaan dari ketiga objek wisata ini menarik untuk dikaji dari segi ekologi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji adalah : 1. Bagaimana kajian ekologi dalam bidang pariwisata pada Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria? 2. Permasalahan apa saja yang terdapat di Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria yang dapat menjadi hambatan dalam pengembangan sebagai obyek wisata berbasis ekologi? 3. Bagaimana upaya penanganan permasalahan yang ada sehingga pengembangan Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria sebagai objek ekowisata berbasis ekologi lebih optimal? 4. Bagaimanakah analisis SWOT dari Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria terhadap perkembangan ekopariwisata ? C. Tujuan 1. Melakukan kajian ekologi dalam bidang pariwisata pada Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria. 2. Memahami permasalahan di Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria yang berhubungan pengelolaan pariwisata. 3. Dapat menemukan upaya penanganan masalah yang ada sehingga pengembangan Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria sebagai objek ekowisata lebih optimal. 4. Memahami hasil analisis SWOT Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria sebagai tempat ekopariwisata. D. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari praktikum ini adalah: 1. Bagi pembaca atau masyarakat umum: menambah informasi seputar objek wisata Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria sehingga dapat dijadikan tujuan utama berwisata. 2. Bagi pihak pengelola atau pemerintah setempat: dapat mengetahui potensi yang dimiliki Museum Karst Indonesia, Goa Gong, dan Pantai Teleng Ria serta memahami permasalahan yang ada sehingga dapat dilakukan upaya pengembangan secara optimal dan menyeluruh. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Ekowisata Kodyat (1983) menyatakan bahwa pariwisata merupakan perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Selanjutnya Burkart (1987) menjelaskan pariwisata sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ketujuan-tujuan di luar tempat mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Sedangkan Wahab (1985) menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri. Selain itu pariwisata juga disebut sebagai industri yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1969, ketika disadari bahwa industri pariwisata merupakan usaha yang dapat memberikan keuntungan pada pengusahanya. Sehubungan dengan itu Pemerintah Republik Indonesia sejak dini mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969, menyatakan bahwa usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara (Yoeti, 2002). Ekowisata adalah kegiatan perjalanan wisata yang dikemas secar profesional, terlatih, dan memuat unsur pendidikan, sebagai suatu sektor/usaha ekonomi, yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-upaya konservasi sumberdaya alam dan lingkungan (Nugroho, 2006). Ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan industri kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Para pencinta lingkungan menyatakan bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup hanya dapat tercapai dengan melibatkan orang-orang yang tinggal dan mengantungkan hidupnya pada daerah yang akan dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata dan menjadikan mereka partner dalam upaya pengembangan wisata tersebut. Metode ini diperkenalkan oleh Presiden World Wild Fund (WWF) pada konfrensi tahunan ke-40 Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (PATA) (Heidi, 2001). Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menarik perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan sebagai salah satu isu utama dalam kehidupan manusia, baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Hal ini akan terus berlangsung, terutama didorong oleh dua aspek, yaitu: (1) ketergantungan manusia terhadap sumber daya alam dan lingkungannya makin tinggi, (2) keberpihakan masyarakat kepada lingkungan makin meningkat. Kondisi ini telah mendorong lahirnya berbagai kebijakan yang mengharuskan berbagai komponen untuk secara bersama-sama melakukan berbagai perlindungan terhadap sumber daya dan lingkungan dalam bentuk kerjasama yang integratif. Museum Karst Indonesia Pracimantoro Istilah karst aslinya dari kata krst yang berasal dari bahasa Yugoslavia yang dipakai untuk menyebut semua kawasan batugamping yang telah mengalami pelarutan (Worosuprojo, 2010). Museum Karst Indonesia Terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km timur Kota Wonosari dan 60 km barat Pacitan. Kawasan karstt di Wonogiri dinilai memilik keistimewaan tersendiri, yakni karstnya ada di permukaan dan ada yang di dalam. Sehingga kawasan Karst ini layak untuk dilengkapi dengan museum. Museum yang dibangun di Pracimantoro Wonogiri ini menggambarkan khasanah karst dengan keunikan goa-goa di Pracimantoro. Di dalam bangunan museum ini tersimpan banyak koleksi atau benda dan informasi yang berhubungan dengan karst. Goa Gong Pacitan Merupakan salah satu goa yang terletak di Kabupaten pacitan, tepatnya tepatnya di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, 37 Km kearah barat Kota Pacitan. Goa ini dikelilingi oleh sederetan dunung diantaranya Gunung Manyar di sebelah utara, Gunung Gede di sebelah timur, Gunung Karang Pulut di sebelah selatan serta Gunung Gugrah di sebelah barat. Gua ini merupakan gua horizontal dengan panjang sekitar 256 meter. Goa gong memiliki stalaktit dan stalagmit yang beranekaragam bentuknya. Salah satu penunjang Goa Gong adalah adanya tetesan air pada langit-langit goa. Dari tetesan air inilah terbentuk stalaktit dan stalagmit di dalam goa (Harris & Levey, 1975). Selain itu, Goa Gong juga terdapat batuan kapur yang berdiri tegak di dasar berusia ratusan tahun. Menurut beberapa peneliti dan wisatawan mancanegara, gua ini merupakan gua dengan stalaktit dan stalagmit yang paling indah di Asia Tenggara. Pantai Teleng Ria Pacitan Pantai Teleng Ria terletak berjarak 3,5 km dari pusat kota Pacitan. Pantai meiliki panjang pasir putih sekitar 3 km. Pantai Teleng Ria Memiliki pasir putih dan panorama yang indah serta Pantai yang dikelilingi oleh gunung limo. Berbagai fasilitas pendukung yang disediakan di Pantai Teleng Ria antara lain ada: Watch Tower, kolam renang, taman bermain, sebuah panggung untuk acara budaya untuk Bonggo Budoyo dan area berkemah, daerah penangkapan, hotel, dan tempat makan dengan menu makanan tradisional Pacitan.Pantai Teleng Ria ini juga dijadikankan untuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sehingga pengunjung dapat membeli ikan segar yang baru di tangkap oleh para nelayan (Anonim2, 2011). Analisis SWOT Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisa faktor-faktor strategis (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini (Rangkuti, 1997). BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Juni 2012. terdapat tiga lokasi pada praktikum ini yaitu: Museum Karst Indonesia di Pracimantoro, Wonogiri; Goa Gong Pacitan dan Pantai Teleng Ria Pacitan. B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: alat tulis yang meliputi bolpoin, kertas, papan jalan, kuosioner serta alat dokumentasi berupa kamera. C. Cara Kerja Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metode kuosioner. Responden diberi lembar kuosioner dan menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan dalam kuosioner. Pada Museum Karst Indonesia di Pracimantoro, terdapat 9 responden yang dijadikan sebagai narasumber yang meliputi: 1 responden dari pengelola Museum Karst Indonesia (Ibu Nining), 3 responden dari masyarakat sekitar lokasi Museum Karst Indonesia (Ibu Ngatiani, Bapak Slamet dan Bapak Ardhianu Setiawan) serta 5 responden berasal dari pengunjung Museum Karst Indonesia (Bapak Ijuk, Ari Winanto, Cellin, Suratno dan Sri Sutati). Pada Goa Gong Pacitan, terdapat 9 responden yang dijadikan sebagai narasumber yang meliputi: 1 responden dari pengelola Goa Gong Pacitan (Bapak Suyitno), 3 responden dari masyarakat sekitar lokasi Goa Gong Pacitan (Ibu Parni, Ibu Satiyem dan Ibu Surasmi) serta 5 responden berasal dari pengunjung Goa Gong Pacitan (Endang, Sumiyati, Ratna, Harti dan Martinah). Pada Pantai Teleng Ria Pacitan, terdapat 8 responden yang dijadikan sebagai narasumber yang meliputi: 1 responden dari pengelola Pantai Teleng Ria Pacitan (Bapak Rimbono), 2 responden dari masyarakat sekitar lokasi Pantai Teleng Ria Pacitan (Ibu Musyarofah dan Bapak Budi) serta 5 responden berasal dari pengunjung Pantai Teleng Ria Pacitan (Ambar, Heni, Agus Susanto, Joko dan Dewi). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Museum Karst Indonesia Pracimantoro, Wonogiri a Kuosioner tentang pengelolaan museum Yang menjadi pengelola utama kawasan objek wisata Museum Karst Indonesia adalah Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Terkait pengelolaan wisata Museum Karst Indonesia, menurut pihak pengelola setempat pengelolaannya telah diatur dengan baik dengan adanya kerjasama antar tiga instasi yaitu dari Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Terkait masalah tata ruang, kawasan wisata Museum Karst Indonesia sangat strategis, hal ini dibuktikan bahwa kawasan Museum Karst Indonesia Pracimantoro terletak di antara tiga jalur yaitu jalur Jogja, jalur Pacitan dan jalur Wonogiri. Namun tata letak ruang museum karst adalah di daerah pegunungan karst yang memiliki kontur permukaan tanah yang tidak rata. Permasalahan lingkungan yang ditemui di kawasan Museum Karst Indonesia yaitu terkait area untuk berdagang yang kurang tertata dengan rapi. Selain itu juga penyediaan tempat sampah yang kurang memadai. b Kuosioner untuk masyarakat sekitar museum Mata pencaharian utama dari masyarakat di sekitar museum yaitu sebagai penambang gamping, pengolah batuan karstt, penggali batu kapur, pencari kayu bakar serta petani. Dengan adanya Museum Karst Indonesia, masyarakat sekitar memanfaatkannya dengan membuka peluang usaha seperti warung / kios, rumah makan serta penginapan. Peran serta masyarakat sekitar terhadap pengelolaan Museum Karst Indonesia adalah ikut serta dalam menjaga keamanan. Masyarakat sekitar juga dilibatkan dalam pengelolaan museum, khususnya pemuda-pemudi yang diberdayakan sebagai tenaga office boy, secuirity serta karyawan. Harapan masyarakat dengan keberadaan Museum Karst Indonesia adalah pengunjung semakin ramai sehingga sumber penghasilan masyarakat sekitar meningkat, masyarakat lebih dibedayakan, serta dengan keberadaan museum ini dapat menjadi wisata edukasi bagi pelajar serta masyarakat umum Pesan untuk pengelola Museum Karst Indonesia atau Pemerintah Kabupaten Wonogiri terkait pengembangan Museum Karst Indonesia adalah adanya peningkatan mutu dan pengiklanan, adanya pengawasan pemerintah terhadap pengembangan museum serta peningkatan sarana dan prasarana. Tabel kuosioner terkait kepuasan pengunjung Keterangan point pengamatan: 1. wahana wisata yang disedikan 5. tempat pembelian souvenir dan kuliner 2. kebersihan area wisata 6. akesibilitas menuju tempat wisata 3. area parkir 7. panorama alam yang ada 4. fasilitas (musholla, kamar mandi, dll.) 2. Goa Gong Pacitan Kuosioner tentang pengelolaan goa Yang menjadi pengelola utama kawasan objek wisata Goa Gong Pacitan adalah Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Terkait pengelolaan wisata Goa Gong Pacitan, menurut pihak pengelola setempat pengelolaannya telah diatur dengan baik dengan adanya kerjasama antar tiga instasi yaitu dari Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Terkait masalah tata ruang, kawasan wisata Goa Gong Pacitan sangat strategis, hal ini dibuktikan bahwa kawasan Museum Karstt Indonesia Pracimantoro terletak di antara tiga jalur yaitu jalur Jogja, jalur Pacitan dan jalur Wonogiri. Namun tata letak ruang museum karst adalah di daerah pegunungan karst yang memiliki kontur permukaan tanah yang tidak rata. Permasalahan lingkungan yang ditemui di kawasan Goa Gong Pacitan yaitu terkait area untuk berdagang yang kurang tertata dengan rapi.selain itu juga penyediaan tempat sampah yang kurang memadai. Kuosioner untuk masyarakat sekitar goa Mata pencaharian utama dari masyarakat di sekitar Goa Gong Pacitan yaitu sebagai penambang gamping, pengolah batuan karstt, penggali batu kapur, pencari kayu bakar serta petani. Dengan adanya Goa Gong Pacitan, masyarakat sekitar memanfaatkannya dengan membuka peluang usaha seperti warung / kios, rumah makan serta penginapan. Peran serta masyarakat sekitar terhadap pengelolaan Goa Gong Pacitan adalah ikut serta dalam menjaga keamanan. Masyarakat sekitar juga dilibatkan dalam pengelolaan museum, khususnya pemuda-pemudi yang diberdayakan sebagai tenaga office boy, secuirity serta karyawan. Harapan masyarakat dengan keberadaan Goa Gong Pacitan pengunjung semakin ramai sehingga sumber penghasilan masyarakat sekitar meningkat, masyarakat lebih dibedayakan, serta dengan keberadaan museum ini dapat menjadi wisata edukasi bagi pelajar serta masyarakat umum Pesan untuk pengelola Goa Gong Pacitan atau Pemerintah Kabupaten Pacitan terkait pengembangan Goa Gong Pacitan adalah adanya peningkatan mutu dan pengiklanan, adanya pengawasan pemerintah terhadap pengembangan museum serta peningkatan sarana dan prasarana. Tabel kuosioner terkait kepuasan pengunjung Keterangan point pengamatan: 1. wahana wisata yang disedikan 5. tempat pembelian souvenir dan kuliner 2. kebersihan area wisata 6. akesibilitas menuju tempat wisata 3. area parkir 7. panorama alam yang ada 4. fasilitas (musholla, kamar mandi, dll.) 3 Pantai Teleng Ria Pacitan a Kuosioner tentang pengelolaan pantai Yang menjadi pengelola utama kawasan objek wisata Pantai Teleng Ria adalah Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Terkait pengelolaan wisata Pantai Teleng Ria, menurut pihak pengelola setempat pengelolaannya telah diatur dengan baik dengan adanya kerjasama antar tiga instasi yaitu dari Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Terkait masalah tata ruang, kawasan wisata Pantai Teleng Ria sangat strategis, hal ini dibuktikan bahwa kawasan Museum Karstt Indonesia Pracimantoro terletak di antara tiga jalur yaitu jalur Jogja, jalur Pacitan dan jalur Wonogiri. Namun tata letak ruang museum karst adalah di daerah pegunungan karst yang memiliki kontur permukaan tanah yang tidak rata. Permasalahan lingkungan yang ditemui di kawasan Pantai Teleng Ria yaitu terkait area untuk berdagang yang kurang tertata dengan rapi.selain itu juga penyediaan tempat sampah yang kurang memadai. b. Kuosioner untuk masyarakat sekitar pantai Mata pencaharian utama dari masyarakat di sekitar pantai yaitu sebagai penambang gamping, pengolah batuan karstt, penggali batu kapur, pencari kayu bakar serta petani. Dengan adanya Pantai Teleng Ria Pacitan, masyarakat sekitar memanfaatkannya dengan membuka peluang usaha seperti warung / kios, rumah makan serta penginapan. Peran serta masyarakat sekitar terhadap pengelolaan Pantai Teleng Ria Pacitan adalah ikut serta dalam menjaga keamanan. Masyarakat sekitar juga dilibatkan dalam pengelolaan museum, khususnya pemuda-pemudi yang diberdayakan sebagai tenaga office boy, secuirity serta karyawan. Harapan masyarakat dengan keberadaan Pantai Teleng Ria Pacitan adalah pengunjung semakin ramai sehingga sumber penghasilan masyarakat sekitar meningkat, masyarakat lebih dibedayakan, serta dengan keberadaan museum ini dapat menjadi wisata edukasi bagi pelajar serta masyarakat umum Pesan untuk pengelola Pantai Teleng Ria Pacitan atau Pemerintah Kabupaten Pacitan terkait pengembangan Pantai Teleng Ria Pacitan adalah adalah adanya peningkatan mutu dan pengiklanan, adanya pengawasan pemerintah terhadap pengembangan museum serta peningkatan sarana dan prasarana. c. Tabel kuosioner terkait kepuasan pengunjung Keterangan point pengamatan: 1. wahana wisata yang disedikan 5. tempat pembelian souvenir dan kuliner 2. kebersihan area wisata 6. akesibilitas menuju tempat wisata 3. area parkir 7. panorama alam yang ada 4. fasilitas (musholla, kamar mandi, dll.) B. Pembahasan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menganalisis objek wisata Museum Karst Indonesia, Goa Gong serta Pantai Teleng Ria dengan analisis SWOT. Metode yang dipakai dalam praktikum ini adalah metode kuosioner. Responden diberi lembar kuosioner dan menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan dalam kuosioner. Terdapat 3 kategori responden dalam praktikum ini yaitu dari pihak pengelola, masyarakat sekitar serta pihak pengunjung. 1. Museum Karst Indonesia Museum Karst Indonesia Terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Museum ini berjarak 30 km dari Kota Wonosari dan 60 km dari Kota Pacitan. Sejarah berdirinya Museum Karst Indonesia berawal pada tanggal 6 Desember 2004 di Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, ketika Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan Kawasan Karst Gunung Sewu dan Gembong Selatan sebagai Kawasan Eco Karst. Selanjutnya pada akhir tahun 2005 Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 16 tentang Kebijakan Pembangunan dan Kebudayaan dan Pariwisata, diantaranya menginstruksikan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mengembangkan kawasan karst sebagai daya tarik wisata. Berdasarkan hal tersebut pada tahun 2008 Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri telah membuat kesepakatan bersama yang pada prinsipnya bersepakat untuk secara bersama-sama mewujudkan terbangunnya Museum Karst Indonesia. Pada tanggal 2 Juli 2008 Museum Karst Indonesia dibangun dan diresmikan pada tanggal 30 Juni 2009 oleh Presiden Republik Indonesia di Sragen bersamaan dengan peresmian Technopark.Museum Karst Indonesia. Untuk pengembangan museum, dilakukan kerjasama antar empat instasi yaitu dari Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Badan Geologi, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Bentuk kerjasama dari para stakeholder ini adalah Departemen Energi Sumber Daya Mineral sebagai pemilik dari Museum Karst Indonesia, pengelolaan museum dibantu oleh Badan Geologi dari Museum Geologi Bandung. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bertanggungjawab dalam penyediaan fasilitas di luar museum seperti jalan, masjid, pos penjagaan dan selter di belakang Museum. Sedangkan Pemerintah Kabupaten Wonogiri sebagai penyedia tanah atau lahan. Museum Karst Indonesia memiliki 3 lantai utama. Sebelum memasuki Museum Karst Indonesia, akan dijumpai halaman yang luas di depan gedung Museum Karst Indonesia, di sebelah kanan gedung terdapat menara pandang, mushola dan ruang pertemuan. Di sebelah kiri berjajar pedagang dan akses jalan menuju goa-goa disekitar Museum Karst. Pada lobi museum terdapat poster yang menggambarkan filososfi dari Hasta Brata yang berupa 8 wejangan yang harus dilaksanakan oleh seseorang yang hidup di dunia agar memperoleh kesempurnaan budi. Hal ini merupakan filosofi yang berkembang di Masyarakat Jawa khususnya muatan lokal dari Kabupaten Wonogiri. Setelah melewati lobi, akan dijumpai denah isi museum pada kiri-kanan tangga serta ornamen bentukan replika stalaktit dan stalakmit. Pada lantai 1 divisualisasikan panel poster dan koleksi dengan tema Karst Untuk Ilmu Pengetahuan “Karst for Science” yang didahului dengan panel poster mengenai kronologi pembangunan Museum Karst. Pada lantai dasar ditampilkan kondisi sosial budaya di kawasan karst dengan tema Karst Untuk Kehidupan ”Karst for Life“, disini akan dapat dilihat diorama karst, maket-maket kawasan karst, serta kehidupan sosial budaya masa lalu dan masa kini. Pada lantai atas merupakan ruangan serba guna dan dapat digunakan sebagai ruang rapat, presentasi dan pemuataran film yang dilengkapi dengan tata suara, proyektor dan layar. Kawasan karst adalah daerah yang terdiri atas batuan kapur yang berpori sehingga air di permukaan tanah selalu merembes dan menghilang ke dalam tanah. Permukaan tanah biasanya selalu gundul karena kurangnya kehidupan tumbuh-tumbuhan atau tanaman (vegetasi). Air yang merembes ke dalam rongga-rongga tanah membentuk stalaktit dan stalakmit di dalam loronglorong gua. Bahkan tak sedikit air mengalir menuju ke dalam gua dan membentuk aliran sungai bawah tanah. Batuan kapur berasal dari sisa-sisa rumah binatang kerang yang hidup di laut. Pada jutaan tahun yang lampau, daratan yang berbatu kapur telah mengalami pengangkatan dari dasar laut. Pada zaman es tersebut bentuk permukaan bumi mengalami perubahan. Hal ini disebabkan oleh tenaga endogen (dari dalam bumi) dan tenaga eksogen (dari luar bumi). Peristiwa ini diperkirakan terjadi pada zaman Neosen, sekitar 20 juta tahun yang lampau. Ketika air hujan melarutkan karbon dioksida dari udara maka akan terbentuk asam karbonat yang menyerang batu kapur. Asam itu mengukir permukaan membentuk selokan dan membentuk rongga di mana arus mengalir melalui batu kapur di bawah tanah. Proses itu memerlukan waktu ribuan tahun. Air yang merembes melalui batu kapur mengandung kalsium karbonat yang terlarut di dalamnya. Pada saat air menetes dari atap suatu rongga, kalsium karbonat mengendap dan membentuk batuan stalaktit yang tergantung menyerupai es di atas atap dan stalakmit yang berdiri seperti puncak menara kecil di bawahnya (Haikal,2007). Untuk menganalisa data-data yang diperoleh dari Museum Karst Indonesia, Goa Gong serta Pantai Teleng Ria dapat digunakan analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Analisa data ini yaitu menjelaskan mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman dari objek wisata yang bersangkutan. 1. Strength (Kekuatan): Kekuatan adalah sumber daya, ketrampilan atau keunggulan lain yang relatif terhadap pesaing dan kebutuhan yang hendak dilayani. Kekuatan merupakan suatu kompetensi yang berbeda (destintive competence) yang memberi perusahaan suatu keunggulan komparatif (comparative advantage). Kekuatan berkaitan dengan sumber daya, aksesibilitas, fasilitas, dan faktor-faktor lain. Museum Karst Indonesia meiliki kekuatan ditinjau dari beberapa faktor yaitu: Dari faktor alam, keunggulan yang dimiliki yaitu dari panorama karst yang indah. Kawasan karst juga memiliki banyak gua yang mewakili jenis-jenis gua di dunia, dimana museum karst dikelilingi oleh setidaknya 7 gua, diantaranya: Gua Merico, Gua Sonyo Ruri, Gua Bunder, Gua Gilap, Gua Sodong, dan Gua Tembus. Dari segi edukasi, museum ini menyimpan kisah perjalanan kehidupan manusia sejak zaman prasejarah hingga zaman kerajaan sehingga dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli memberikan hasil yang kaya. Disebut kaya karena hasil penelitian tersebut bukan hanya mengenai ilmu Geologi atau lingkungan saja, namun juga memberikan hasil penelitian mengenai sejarah masa lalu yang terjadi di kawasan tersebut yang menyangkut peradaban masyarakat indonesia khususnya jawa. Adanya Museum Karst Indonesia serta kawasan karst disekitarnya juga memungkinkan dilakukan riset-riset terkait karst yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Dari faktor geografis, objek wisata Museum Karst Indonesia terbilang cukup strategis karena berada diantara jalur Yogyakarta, Jawa Tengah (Wonogiri) maupun Jawa Timur (Pacitan). Dari segi fasilitas, sarana dan prasarana yang berada di Museum Karst Indonesia tebilang lengkap. Hal ini dapat dilihat dengan adanya menara pandang, panel poster, replika-replika karst, mushola, ruang pertemuan, ruang rapat dan presentasi, ruang pemuataran film yang dilengkapi dengan tata suara, proyektor dan layar, dan lain-lain 2. Weakness (Kelemahan): Kelemahan merupakan keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya, ketrampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu usaha. Adapun kelemahan dari Museum Karst Indonesia yaitu dari segi aksesibitas. Akses untuk menuju Museum Karst Indonesia terbilang sangat sulit. Hal ini dikarenakan tidak ada transportasi umum yang menuju ke lokasi museum, sehingga pengunjung yang ingin menuju museum harus menggunakan kendaraan pribadi atau travel. Aksesibitas ini terkait dengan kondisi jalan. Kondisi jalan menuju museum yang dapat dikatakan buruk (dengan kontur jalan yang tidak rata karena tersusun atas batuan karst) dapat mempengaruhi minat wisatawan yang ingin berkunjung kesana. Selain itu juga promosi yang dilakukan oleh pengelola masih kurang maksimal untuk meningkatkan jumlah pengunjung ke Museum Karst Indonesia. Permasalahan lain berdasarkan kuosioer yang dapat menjadi kelemahan dari objek wisata ini yaitu terkait area untuk berdagang yang kurang tertata dengan rapi serta penyediaan tempat sampah yang kurang memadai sehingga menjadi kelemahan ditinjau dari ketertiban dan kebersihan. Terkait dengan permasalahan aksesibilitas, maka upaya pemecahan masalah yang dapat ditawarkan yaitu perlu adanya koordinasi dengan pihak-pihak terkait (seperti Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum) untuk perbaikan akses jalan serta pengadaan trayek umum yang menuju ke Museum Karst Indonesia. Terkait masalah area berdagang dan tempat sampah, solusi yang dapat ditawarkan yaitu dengan menyediakan area khusus bagi para pedagang dan pengadaan tempat sampah di tiap-tiap titik lokasi museum yang ramai pengunjung. 3. Opportunities (Peluang): suatu peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan usaha. Kecenderungan-kecenderungan utama adalah salah satu dari peluang identifikasi dari segmen usaha yang sebelumnya terlewatkan, perubahan-perubahan dalam keadaan bersaing atau peraturan dan perubahan teknologi yang diperbaiki dapat menunjukkan peluang bagi unit usaha. Objek wisata Museum Karst Indonesia meiliki peluang untuk dikembangkan secara optimal mengingat karst merupakan daerah yang memiiki kondisi geografis unik dengan panorama alam seperti batuan karst serta gua dengan stalaktit dan stalagmit yang memiliki daya tarik tersendiri. Selain itu Museum Karst Indonesia juga berpeluang untuk dikembangkan menjadi objek wisata edukatif secara optimal mengingat banyak kawasan karst serta gua-gua yang berpotensi untuk dijadikan objek penelitian. 4 Threats (Ancaman): merupakan rintangan-rintangan utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan dari perusahaan. Masuknya pesaing baru, perumbuhan pasar yang lambat, daya tawar pembeli dan pemasok utama yang meningkat, perubahan teknologi dan peraturan yang baru atau yang direvisi dapat menjadikan ancaman bagi keberhasilan suatu perusahaan. Ancaman dari Museum Karst Indonesia yaitu adanya kompetisi dengan obyek wisata lain mengingat Museum Karst Indonesia hanya berupa replika dari kawasan karst. Selain itu, ancaman juga dapat dialami oleh warga di sekitar Museum Karst. Karena mereka hidup di atas tanah karst, ancaman kekeringan / krisis air dapat terjadi. Tercatat terdapat sekitar 109 telaga alam di Wonogiri dengan jumah luas sekitar 117,5 ha. Namun beberapa dari telaga tersebut merupakan telaga musiman, sehingga ketika berada di musim kemarau, telaga-telaga tersebut mengalami kekeringan. BAB V PENUTUP mpulan n Museum Karst Indonesia Terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Museum ini berisi replika-replika batuan karst, ornamen bentukan replika stalaktit dan stalakmit, panel poster dan koleksi dengan tema Karst Untuk Ilmu Pengetahuan “Karst for Science”, diorama karst, maket-maket kawasan karst, serta kehidupan sosial budaya masa lalu dan masa kini. Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi usaha. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Adapun kekuatan dari Museum Karst Indonesia yaitu panorama karst yang indah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, konten-konten yang terdapat dalam museum dapat menambah pengetahuan pengunjung mengenai karst. Kelemahan dari Museum Karst Indonesia adalah terkait aksesibilitas jalan, usaha promosi, permasalahan ketertiban dan kebrsihan. Solusi yang dapat ditawarkan yaitu koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Peluang dari objek wisata Museum Karst Indonesia adalah berpeluang untuk dikembangkan menjadi objek wisata edukatif secara optimal mengingat banyak kawasan karst serta gua-gua yang berpotensi untuk dijadikan objek penelitian. Sedangkan ancaman dari Museum Karst Indonesia yaitu adanya kompetisi dengan obyek wisata lain mengingat Museum Karst Indonesia hanya berupa replika dari kawasan karst. BAB VI DAFTAR PUSTAKA Anonim1, 2009. Potensi Desa Wisata di Jawa Timur. Surabaya: Balai Penelitian dan Pengembangan Propinsi Jawa Timur Anonim2. 2011. Pantai Teleng Ria. wisataindonesia.com diakses pada 8 Juni 2012 Burkart. 1987. The Management of Tourism. Jakarta: Penerbit PT. Erlangga F Rangkuti. 1997. Analisis SWOT Teknik membedah Kasus Bisnis. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Haikal. 2007. Geological of Karst. Surabaya : Intan Sari Palapa. Heidi Dahles. 2001. Tourism, Heritage and National Culture in Java: Dilemmas of A Local Community. London: Curzon Press H Kodyat. 1983. Pariwisata Indonesia. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Iwan Nugroho. 2006. Ekowisata. Malang: Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Suratman Worosuprojo. 2010. Karstt Sebagai Asset Daerah Kabuaten Gunung Kidul. Jogjakarta: Fakultas Geografi UGM William Harris & Judith S. Levey. 1975. The New Columbia Encyclopedia. New York: Columbia University Press Oka Yoeti. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata (DTW). Jakarta: Pradnya Paramita