KONSEP DAN PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN PEMBELAJARAN

advertisement
KONSEP DAN PRINSIP-PRINSIP
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Disusun Oleh:
1. Ai Siti Aisyah
2. Desy Novia Andriani
3. Fahmi Bakhtiar
4. Kokom K. S. U.
5. Mashadi Hasanudin
6. Siti Fatimah
7. Suhenra
8. Vera Risa Sari
(111070102 / 2.I)
(111070058 / 2.I)
(111070061 / 2.I)
(111070177 / 2.I)
(110070287 / 2.I)
(111070254 / 2.I)
(111070025 / 2.I)
(111070079 / 2.I)
A.
KONSEP PERENCANAAN PEMBELAJARAN
William H. Newman dalam bukunya Administrative
Action
Techniques
of
Organization
and
Management:
mengemukakan
bahwa
“Perencanaan adalah menentukan apa yang akan
dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaianrangkaian putusan yang luas dan penjelasanpenjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan,
penentuan program, penentuan metode-metode
dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan
berdasarkan jadwal sehari-hari.
KONSEP PERENCANAAN PEMBELAJARAN
DAPAT DILIHAT DARI BERBAGAI SUDUT
PANDANG, YAITU:
1. Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi
adalah suatu perencanaan yang mendorong
penggunaan teknik-teknik yang dapat
mengembangkan tingkah laku kognitif dan
teori-teori konstruktif terhadap solusi dan
problem-problem pengajaran.
2.Perencanaan pembelajaran sebagai suatu
sistem adalah sebuah susunan dari sumbersumber dan prosedur-prosedur untuk
menggerakan pembelajaran. Pengembangan
sistem pembelajaran melalui proses yang
sistematik selanjutnya diimplementasikan
dengan mengacu pada sistem perencanaan
itu.
3. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah
disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang
senantiasa memperhatikan hasil-hasil
penelitian dan teori tentang strategi
pembelajaran dan implementasinya terhadap
strategi tersebut.
4. Perencanaan pembelajaran sebagai sains
(sciene) adalah mengkreasi secara detail
spesifikasi dari pengembangan, implementasi,
evaluasi dan pemeliharaan akan situasi dan
fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang
luas ataupun yang lebih sempit dari materi
pelajaran dengan segala tingkatan
kompleksitasnya.
5. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah
proses adalah pengembangan pembelajaran
secara sistematik yang digunakan secara khusus
atas dasar teori-teori pembelajaran dan
pembelajaran untuk menjamin kualitas
pembelajaran. Dalam perencanaan ini dilakukan
analisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur
yang sistematik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan
evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitasaktivitas pengajaran.
6. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah
realitas adalah ide pembelajaran
dikembangkan dengan memberikan hubungan
pembelajaran dari waktu ke waktu dalam suatu
proses yang dikerjakan perencana dengan
mengecek secara cermat bahwa semua
kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains
dan dilaksanakan secara sistematik.
Penyusunan program pembelajaran sebagai
sebuah proses disiplin ilmu pengetahuan,
realitas, sistem dan teknologi pembelajaran
bertujuan agar pelaksanaan pembelajaran
berjalan dengan efektif dan efesien.
B.
DIMENSI-DIMENSI PEMBELAJARAN
menurut Harjanto (1997:5) memungkinkan
diadakannya perencanaan komprehensif yang
menalar dan efesien, yakni:
1.Signifikan
Tingkat signifikansi tergantung pada tujuan
pendidikan yang diajukan dan signifikansi
dapat ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria
yang dibangun selama proses perencanaan.
2.Feasibilitas
Maksudnya perencanaan harus disusun
berdasarkan pertimbangan realitas baik yang
berkaitan dengan baiya maupun
pengimplementasiannya.
3.Relevansi
Konsep ini berkaitan dengan jaminan bahwa
perencanaan memungkinkan penyelesaian
persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang
tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara
optimal.
4. Kepastian
Konsep kepastian minimum diharapkan dapat
mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga.
5.Ketelitian
Prinsip utama yang harus diperhatikan ialah agar
perencanaan pegajaran disusun dalam bentuk
yang sederhana, serta perlu diperhatikan secara
sensitif kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara
berbagai komponen.
6. Adaptabilitas
Penggunaan berbagai proses memungkinkan
perencanaan yang fleksibel atau adaptable dapat
dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak
diharapkan.
7. Waktu
Kaitannya yaitu selain keterlibatan perencanaan
dalam mempredeksi masa depan, juga validitasi dan
reliabilitas analisis yang dipakai serta kapan untuk
menilai kebutuhan kependidikan masa kini dalam
kaitannya dengan masa mendatang.
8. Monotoring
Merupakan proses mengembangkan kriteria untuk
menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara
efektif.
9. Isi Perencanaan
Isi perencanaan merujuk pada hal-hal yang akan
direncanakan. Perencanaan pegajaran yang baik memuat:







Tujuan apa yang diinginkan, atau bagaimana cara
mengorganisasi aktvitas belajar dan layanan-layanan
pendukungnya.
Program dan layanan
Tenaga manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangkan
prestasi, spesialisasi, perilaku, kompetensi maupun kepuasan
mereka.
Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan penerimaan.
Bangunan fisik mencakup tentang cara-cara penggunaan pola
distribusi dan kaitannya dengan pengembagan psikologis.
Strktur organiasai, maksudnya bagaimana cara
mengorganisasi dan manajemen dan pengawasan program
dan aktivitas kependidikan yang direncanakan.
Konteks sosial ataupun elemen-elemen lainnya yang perlu
diperetimbangkan dalam perencanaan pembelajaran.
Hidayat (1990:11) mengemukakan bahwa perangkat
yang harus dipersiapkan dalam perencanaan
pembelajaran antara lain:
1. Memahami kurikulum.
Pertama, guru harus terlebih dahulu memahami
kurikulum yang ada di sekolah tersebut sebagai acuan
untuk tujuan pembelajaran, dengan kata lain agar
perencanaan pembelajaran dapat terarah dengan baik.
2. Menguasai bahan ajar.
Guru harus menguasai bahan ajar yang akan diberikan
atau disampaikan kepada siswa. Terlebih dahulu guru
harus mempelajari bahan ajar tersebut agar tidak terjadi
kesalahan. Sehingga dalam membuat perencanaan pun
akan lebih mudah.
3. Menyusun program pembelajaran.
Guru harus bisa menyusun program pembelajaran agar
materi yang akan disampaikan dapat tersusun secara
terperinci, sehingga tujuan pembelajaran pun dapat
tercapai dengan baik. Seluruh kegiatan yang akan
dilakukan harus tercantum dalam program pembelajaran.
4. Melaksanakan program pembelajaran.
Setelah menyusun program pembelajaran, tugas guru
selanjutnya yaitu melaksanakan (mengimplementasikan)
program pembelajaran yang telah disusun.
5. Menilai program pembelajaran dan hasil proses belajar
mengajar yang telah dilaksanakan.
Perangkat yang harus dipersiapkan terakhir yaitu menilai
program pembelajaran dan hasil proses belajar mengajar
yang telah dilaksanakan, agar guru dapat mengetahui
kekurangan dari pelaksanaan program tersebut. Sehingga
guru dapat memperbaiki kekurangan tersebut.
MODEL PERENCANAAN SECARA SISTEMATIS
Sebuah model menurut Kaufman (1979, P. 10 ) adalah
sebagai berikut:
Sesuai dengan model tersebut, langkah-langkah suatu
perencanaan yang sistematis adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah berdasarkan kebutuhan.
Maksudnya sebelum menentukan suatu pembelajaran, guru
terlebih dahulu mengidentifikasi suatu permasalahan yang
sesuai dengan pembelajaran yang akan disampaikan.
Sehingga perencanaan pun akan terlaksana secara efektif
dan efisien sesuai dengan kebutuhan.
2. Tentukan syarat-syarat dan alternatif pemecahannya.
Menentukan syarat-syarat (program atau bahan) yang akan
di masukan dalam perencanaan.
3.Pilih strategi pemecahannya.
Memilih strategi atau perencanaan pemecahan
sebelum memulai proses pembelajaran, strategi
ini mengarah pada tujuan pembelajaran yang
akan di capai.
4.Laksanakan strategi yang telah di pilih untuk
mencapai hasil yang di harapkan.
Menjalankan program pembelajaran sesuai
dengan strategi yang telah di pilih, akan
mempermudah kita dalam proses pembelajaran
sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan.
5. Tentukan efektivitas hasilnya dengan jalan mengadakan
evaluasi.
Menentukan suatu proses pembelajaran efektif atau
tidak, dengan mengadakan evaluasi maka akan terlihat
kekurangan dan kelebihan dari proses tersebut.
6. Adakan revisi bila perlu pada setiap langkah dari proses
tersebut.
Adakalanya revisi di perlukan bila terdapat kekurangan
atau kesalahan dalam perencanaan pembelajaran
sehingga tujuan dari rancangan pembelajaran tercapai
dan proses belajar-mengajar menjadi efektif.
Dalam pembelajaran berbasis kompetensi perlu
ditentukan standar minimum kompetensi yang
harus dikuasai oleh siswa. Sesuai dengan
pendapat tersebut, komponen materi pokok
pembelajaran berbasis kompetensi meliputi: (1)
kompetensi yang akan dicapai; (2) strategi
penyampaian untuk mencapai kompetensi; (3)
sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan
untuk menentukan keberhasilan siswa dalam
mencapai kompetensi.
Pencapaian setiap kompetensi tersebut terkait
erat dengan sistem pembelajaran. Dengan
demikian komponen pembelajaran berbasis
kompetensi adalah:
1. Pemilihan dan perumusan kompetensi yang
tepat.
2. Spesifikasi indikator penilaian untuk
menentukan pencapaian kompetensi.
3. Pengembangan sistem penyampaian yang
fungsional dan relevan dengan kompetensi dan
sistem penilaian.
C. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
di kelas, guru umumnya tidak hanya
menggunakan satu pendekatan ataupun
metode mengajar, tetapi menggunakan
beberapa metode. Metode yang di gunakan
guru, mungkin berasal dari teori psikologi atau
teori belajar-mengajar yang sama, mungkin
juga dari teori yang berbeda.
1.
Prinsip Perkembangan
Siswa yang diajar di kelas sedang berada dalam proses
perkembangan, dan akan terus berkembang.
Pada waktu memilih bahan dan metode mengajar, guru
hendaknya memperhatikan dan menyesuaikannya dengan
kemampuan-kemampuan anak tersebut. Perkembangan
berarti perubahan. Perubahan itu ada yang cepat dan ada
pula yang lambat. seorang guru hendaknya cukup mengerti
dan bersabar, apabila pada suatu saat seorang siswa belum
memperlihatkan kemajuan dan kemajuannya lambat.
Mungkin satu minggu atau dua minggu berikutnya anak
akan memperlihatkan kemajuan dan perkembangan yang
cepat.
2. Prinsip Perkembangan Individu
Seorang guru yang menghadapi 40 orang siswa di
kelas, sebenarnya bukan hanya menghadapi ciriciri satu kelas siswa, tetapi juga menghadapi 40
perangkat ciri-ciri siswa. Tiap orang siswa memiliki
pembawaan-pembawaan yang berbeda.
Umumnya guru-guru pada jam pelajaran yang
sama, mengajar bahan yang sama dengan cara
yang sama, sehingga perbedaan individu tersebut
sama sekali diabaikan.
Pengajaran yang bersifat klasikal ini dapat disempurnakan
sebagai berikut. Pertama, dalam mengajar hendaknya guru
menggunakan metode atau strategi belajar mengajar yang
bervariasai. Sebab dengan variasi tersebut diharapkan beberapa
perbedaan kemampuan anak dapat terlayani. Kedua, hendaknya
digunakan alat dan media pengajaran. Penggunaan media dan
alat-alat pelajaran dapat membantu siswa yang mempunyai
kelemahan-kelemahan tertentu. Anak yang kemampuan berfikir
abstraknya kurang, dapat dibantu dengan alat peraga yang
kongkrit, anak yang pendengarannya kurang, dapat dibantu
dengan penglihatan. Ketiga, hendaknya guru memberikan bahan
pelajaran tambahan kepada anak-anak yang pandai, untuk
mengimbangi kepandaiaanya. Keempat, hendaknya guru
memberikan bantua atau bimbingan khusus kepada anak-anak
yang kurang pandai atau lambat dalam belajar. Bimbingan dapat
diberikan pada jam pelajaran ataupun diluar jam pelajaran.
Kelima, pemberiaan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan anaknya.
3. Minat dan Kebutuhan Anak
Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendirisendiri.
Anak-anak sekolah dasar sangat menyenangi cerita
(dongeng). Sampai dengan kelas 3 menyenangi cerita
fantasi sedangkan anak kelas 4 sampai kelas 5 menyenangi
cerita-cerita lebih konkrit, kepahlawanan, aponturir dan
sebagainya. Guru dapat memanfaatkan minat dan
kebutuhan ini dengan memberikan cerita-cerita yang berisi
penanaman atau pengembangan nilai-nilai moral.Sampai
dengan kelas 4 sekolah dasar anak senang bermain. Dalam
pembelajaran olahraga sebaiknya lebih banyak di gunakan
permainan, daripada senam atau atletik.
4.
Aktivitas Siswa
Aktifitas merupakan upaya dilakukan oleh guru agar
siswa belajar. Dalam pengajaran, siswa yang menjadi
subjek, dia pelaku kegiatan belajar. Agar siswa menjadi
pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya
merencanakan pengajaran, Hal ini tidak berarti siswa
dibebani banyak tugas. Metode-metode yang banyak
mengaktifkan siswa, diantaranya adalah: diskaveri,
inkuiri, eksperimen, demonstrasi pemecahan masalah,
keterampilan proses, penegasan, dan diskusi.
5. Motivasi
Motivasi memliki peran yang cukup besar di dalam belajar. Tanpa
motivasi hampir tidak mungkin siswa melakukan kegiatan belajar. Ada
beberapa upaya yang dapat dilakukan guru kepada siswanya. Pertama,
menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi.
Kedua, memilih bahan yang menarik minat dan kebutuhan siswa.
Ketiga, memberikan sasaran. Sasaran akhir belajar adalah lulusan
ujian atau naik kelas. Sasaran akhir di capai pada akhir tahun. Untuk
membangkitkan motivasi belajar maka diadakan ujian tengah
semester, ulangan harian, kuis, dan sebagainya. Keempat,
memberikan kesempatan untuk sukses. Bahkan atau soal-soal yang
sulit hanya bisa diterima atau di pecahkan oleh siswa pandai, siswa
yang kurang pandai sukar menguasai atau memecahkannya. Kelima,
diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Yang berisi rasa
persahabatan, ada rasa humor, pengakuan akan keberadaan siswa,
terhindar dari celaan dan makian, dapat membangkitkan motif.
Keenam, adakan persaingan sehat. Persaingan atau kompetisi yang
sehat dapat membangkitkan motivasi belajar.
KESIMPULAN
Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan.
Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang
luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan
kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode
dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan
jadwal sehari-hari.
Yang termasuk kedalam dimensi-dimensi perencanaan
pembelajaran yaitu: Signifikan, feasibilitas, relevansi,
kepastian, ketelitian,adaptabilitas, waktu, monitoring, isi
perencanaan. Materi pokok pembelajaran berbasis kompetensi
meliputi: (1) kompetensi yang akan dicapai; (2) strategi
penyampaian untuk mencapai kompetensi; (3) sistem evaluasi
atau penilaian yang digunakan untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi.






Konsep pembelajaran berbasis kompetensi mensyaratkan
dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau
ditampilkan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Sebuah model menurut Kaufman (1979, P. 10 ) adalah
sebagai berikut:
Sesuai dengan model tersebut, langkah-langkah suatu
perencanaan yang sistematis adalah sebagai berikut:
Identifikasi masalah berdasarkan kebutuhan.
Tentukan syarat-syarat dan alternatif pemecahannya.
Pilih strategi pemecahannya.
Laksanakan strategi yang telah di pilih untuk mencapai hasil
yang di harapkan.
Tentukan efektivitas hasilnya dengan jalan mengadakan
evaluasi.
Adakan revisi bila perlu pada setiap langkah dari proses tersebut.
Prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran:
 Prinsip Perkembangan
 Prinsip Perkembangan Individu
 Minat dan Kebutuhan Anak
 Aktivitas Siswa
 Motivasi
Download