Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO BAB 1 PENDAHULUAN Teknik Komputasi: disebut juga dengan teknik numerik, jadi teknik yang meliputi bidang yang berurusan dengan pemecahan masalah atau hampir sama dengan notasi solusi atas pemecahan yang diungkapkan dalam urusan matematik. 1.1 Matriks Adalah suatu larikan bilangan-bilangan yang berbentuk empat persegi panjang. Bentuk umumnya: a11 a 21 A= a m1 a12 a13 a 22 a 23 am2 am3 a1n a2n a mn A adalah notasi matriks sedang amn adalah elemen matriks. Deretan horisontal elemenelemen disebut baris dan deretan vertikal disebut kolom. Indeks m menunjukkan nomor baris elemen berada, indeks n menunjukkan nomor kolom elemen berada, misal a23 artinya elemen a berada pada baris 2 dan kolom 3. Matriks diatas memiliki m baris dan n kolom, dan disebut juga dimensi m kali n (mn). Matriks dengan dimensi baris m = 1, seperti: B = [ b1 b2 bn], disebut dengan vektor baris atau matriks baris. Sedang dengan dimensi kolom n = 1, seperti: c1 c2 C = c3 c m Matriks yang semua unsurnya bernilai 0, seperti: 0 0 0 A = 0 0 0 disebut dengan matriks nol. 0 0 0 1. Macam-Macam Matriks a) Matriks bujur sangkar (MBS) adalah sebuah matriks dimana m = n, misal matriks 33, adalah: Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 1 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO a11 A = a 21 a 31 a12 a 22 a 32 a13 a 23 a 33 Diagonal yang terdiri dari a11, a22, dan a33 adalah diagonal utama matriks. MBS banyak digunakan pada penyelesaian sistem persamaan linier, dalam sistem ini jumlah persamaan (baris) dan jumlah bilangan tak diketahui (kolom) harus sama untuk mendapatkan penyelesaian tunggal. b) Matriks diagonal adalah matrik bujur sangkar dimana semua elemen kecuali diagonal utama adalah 0, dan berbentuk: a11 0 A= 0 0 0 0 a 22 0 0 a 33 0 0 0 0 0 a 44 c) Matriks saklar, adalah matriks diagonal yang unsur-unsurnya sama besar tetapi bukan nol atau satu. d) Matriks identitas, adalah matriks diagonal yang semua elemen pada diagonal utama bernilai 1 atau dapat juga disebut matriks satuan, seperti bentuk berikut ini: 1 0 I= 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 e) Matriks segitiga atas (MSA), adalah matriks yang semua elemen dibawah diagonal bernilai 0, bentuknya sebagai berikut: a11 a12 0 a 22 A= 0 0 0 0 a13 a23 a33 0 a14 a24 a34 a44 f) Matriks segitiga bawah (MSB), adalah matriks yang semua elemen diatas diagonal bernilai 0, bentuknya sebagai berikut: a11 a 21 A= a 31 a 41 0 0 a 22 0 a 32 a 33 a 42 a 43 Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 0 0 0 a 44 2 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO g) Matriks simetris, bila aij = aji, misalnya matriks simetris 33: 5 1 2 A = 1 3 7 2 7 8 h) Matriks simetris diagonal nol, bila aij = -aji, misalnya matriks simetris 33 yang semua unsur diagonalnya aji = 0. 0 1 2 A = 1 0 7 2 7 0 i) Matriks pita, adalah matriks yang mempunyai elemen sama dengan 0, kecuali pada satu jalur yang berpusat pada diagonal utama, bentuknya sebagai berikut: a11 a 21 A= 0 0 a12 0 a 22 a 23 a 32 a 33 0 a 43 0 0 , disebut juga dengan matriks tridiagonal. a 34 a 44 j) Matriks transpose, adalah matriks yang terbentuk dengan mengganti baris menjadi kolom dan kolom menjadi baris (notasinya AT). a11 a 21 Untuk matriks: A = a m1 a12 a13 a 22 a 23 am2 am3 a1n a2n , a mn a11 a12 maka transposenya (AT) adalah AT = a1n a21 a22 a2 n a31 am1 a32 am 2 a3n amn k) Matriks ortogonal adalah matrik bujur sangkar yang memenuhi aturan: [A]T . [A] = [A] [A]T = [I] l) Peningkatan matriks Matriks dapat ditingkatkan dengan menambahkan kolom (kolom-kolom) pada matriks asli, misalnya suatu matriks koefisien berdimensi 33, Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 3 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO a11 A = a 21 a 31 a12 a 22 a 32 a13 a 23 a 33 bila matriks ini akan ditingkatkan dengan menambahkan matriks identitas sehingga menjadi matriks 36, yang mempunyai bentuk sebagai berikut: a11 a 21 a31 a12 a 22 a32 a13 | 1 0 0 a 23 | 0 1 0 a33 | 0 0 1 bentuk ini lebih menguntungkan bila dilakukan operasi pada dua matriks, dengan demikian operasi tidak dilakukan untuk dua matriks, tetapi hanya pada satu matriks yang ditingkatkan. 2. Aljabar Matriks MBS dapat dikenakan suatu operator matematika seperti penjumlahan, pengalian, dan pengurangan. a) Kesamaan dua matriks Dua matriks A dan B dikatakan sama bila elemen-elemen matriks A sama dengan elemen-elemen matriks B dan ukuran keduanya adalah sama, aij = bji untuk semua nilai i dan j. b) Penjumlahan dan pengurangan matriks Bila A = [aij] dan B = [bij] merupakan dua matriks dengan dimensi mn, maka untuk operasi penjumlahan atau pengurangan (A B) dari kedua matriks tersebut, adalah sama dengan matriks C = [cij] dengan dimensi mn, dimana setiap elemen matriks C adalah jumlah (selisih) dari elemen-elemen yang berkaitan dari A dan B. C = A B = [aij bij] = [cij] Contoh soal: 1 2 3 Jika A = dan B = 0 1 4 2 3 0 1 2 5 Maka: 2 3 3 0 3 5 3 1 2 A+B= = 0 (1) 1 2 4 5 1 3 9 2 3 3 0 1 1 3 1 2 AB= = 0 (1) 1 2 4 5 1 1 1 1 2 3 1 2 3 1 2 3 3 6 9 A+A+A= + + = 0 1 4 0 1 4 0 1 4 0 3 12 Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 4 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO c) Perkalian matriks Perkalian matriks A dengan skalar g didapat dengan mengalikan semua elemen dari A dengan skalar g, jika gA = C, maka cij = gaij. Contoh soal: 2 2 2 2 10 10 Jika A = dan g = 5, maka C = gA = 5 = 4 3 4 3 20 15 Perkalian dua matriks A dan B dapat dilakukan bila cacah kolom A sama dengan cacah baris B, dan kedua matriks disebut dengan conformable. Perkalian suatu matriks 1m, yaitu A = [ a11 a12 a1m] dengan matriks m1 yaitu: b11 b21 B = b31 adalah sebuah matriks C berukuran 11, yang berbentuk: bm1 C = [a11b11 + a12b21 + + a1mbm1] atau [a11 a12 b11 b21 a1m] b31 = [a11b11 + a12b21 + + a1mbm1] bm1 Operasi perkalian adalah baris dengan kolom, tiap elemen dari baris dikalikan dengan elemen dari kolom dan kemudian dijumlahkan. Contoh soal: 1 [2 3 4] 2 = [2(1) + 3(2) + 4(3)] = [2 + (6) + 12] = [8] 3 Perkalian antara matriks mp, yaitu A = [aij] dan matriks pn, yaitu B = [bij] adalah matriks mn, yaitu C = [cij] dengan nilai cij = ai1b1j + ai2b2j + … + aipbpj = p aikbkj. k 1 Dimana untuk i = 1, 2, …, m dan j = 1, 2, …, n Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 5 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO Contoh soal: 2 1 4 A= , B= 1 3 2 2 1 1 3 dan X = 4 1 x1 x 2 x 3 2(2) 1(3) 4(1) 17 3 2(1) 1(1) 4(4) AB = = 1(1) 3(1) 2(4) 1(2) 3(3) 2(1) 4 5 1(1) 2(3) 1(4) 2(2) 0 7 8 1(2) 2(1) BA = 1(2) 3(1) 1(1) 3(3) 1(4) 3(2) = 5 8 2 4(2) (1)(1) 4(1) (1)(3) 4(4) (1)2 9 1 14 x1 2 1 4 2 x1 x 2 4 x3 AX = x2 = 1 3 2 x x1 3x 2 2 x3 3 1.2 Transformasi Elementer Transformasi elementer pada sebuah matrik tidak mengubah baik orde maupun bentuk matriks. Transformasi elementer ialah: a) Pertukaran tempat baris ke-i dengan baris ke-j diberi simbol Hij, pertukaran tempat kolom ke-i dengan kolom ke-j diberi simbol Kij. 1 2 3 1 2 3 3 2 1 Contoh: [A] = 4 5 6 H32 → [A] = 7 8 9 K31 → [A] = 6 5 4 7 8 9 4 5 6 9 8 7 b) Perkalian setiap unsur baris ke-i dengan bilangan skalar k (k ≠ 0) diberi simbol Hi(k) perkalian setiap unsur kolom ke-i dengan bilangan skalar k (k ≠ 0) diberi simbol Ki(k) 1 2 3 Contoh soal: [A] = 4 5 6 7 8 9 H2 (2) 1 2 3 → [A] = 8 10 12 setiap baris ke-2 dikalikan dengan 2 7 8 9 K3 (-2) 1 2 6 → [A] = 4 5 12 setiap kolom ke-3 dikalikan dengan -2 7 8 18 c) Penambahan pada setiap unsur baris ke-i dengan k kali (k skalar) unsur yang sesuai dari baris ke-j diberi simbol Hij(k). Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 6 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO Penambahan unsur yang sesuai dari kolom j pada setiap unsur kolom ke-i dengan k kali (k skalar) diberi simbol Kij(k). 1 2 3 Contoh soal: [A] = 4 5 6 7 8 9 H32 (-1) 1 2 3 → [A] = 4 5 6 3 3 3 baris ke-2 dikalikan (-1) lalu dijumlahkan baris ke-3. 1 2 4 K31 (1) → [A] = 4 5 10 kolom ke-1 dikalikan (1) lalu dijumlahkan kolom ke-3. 7 8 16 TUGAS: Selesaikan dengan menggunakan metode transformasi elementer berdasarkan baris (H) menjadi Matriks Segitiga Bawah (MSB): a 11 0 1 2 1 [A] = 2 4 8 → a 21 a 22 a 31 a 32 6 2 4 0 0 a 33 1.3 Determinan Adalah sekumpulan bilangan-bilangan yang disusun secara teratur dalam sebuah bujur sangkar, yang letaknya horisontal dan vertikal serta mempunyai satu harga tertentu. 1. Sifat-sifat determinan a) Apabila semua unsur dalam suatu baris atau suatu kolom sama dengan nol, maka harga determinan = 0 2 4 1 2 0 4 D = 2 3 5 = 0 0 0 0 D= 3 0 1 5 0 2 =0 b) Harga determinan tidak berubah, bila semua baris diubah menjadi kolom atau semua kolom diubah menjadi baris. D= 1 1 2 3 =1 D= 1 2 1 3 =1 c) Pertukaran tempat diantara baris dengan baris atau kolom dengan kolom pada suatu determinan akan mengubah tanda determinan. D= 1 1 2 3 =1 Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta → ditukar baris D= 2 3 1 1 = –1 7 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO → ditukar kolom D= 1 1 3 2 = –1 d) Bila suatu determinan terdapat dua baris atau kolom yang sama (identik), maka harga determinan itu = 0 1 2 4 1 1 3 D= 1 2 4 =0 3 5 6 D= 2 2 5 =0 4 4 6 Ada 2 baris yang sama Ada 2 kolom yang sama e) Bila semua unsur sembarang baris atau kolom dikalikan dengan sebuah faktor tidak bernilai 0, maka harga determinan dikalikan dengan bilangan itu. D= 1 1 2 3 ↔ baris 1 dikalikan 2 → D = =1 ↔ kolom 1 dikalikan 2 → D = 2 2 2 3 =6–4=2 2 1 =6–4=2 4 3 f) Tanpa mengubah harga determinan, semua unsur sembarang baris atau kolom dapat dikalikan dengan sebuah faktor (≠ 0) dan menambahkannya pada atau mengurangi dari sembarang baris (kolom) yang lain. D= 1 2 3 4 = –2 ↔ ekspansi baris H21 (-2) D = D= ↔ ekspansi kolom K21 (-1) D = 1 2 3 4 1 2 1 0 1 1 3 1 = = –2 = –2 2. Perhitungan nilai determinan a) Metode Sarrus Metode ini hanya berlaku untuk menghitung harga determinan tingkat atau orde tiga saja. a11 D= a12 a13 a11 a12 a 21 a 22 a 23 a 21 a 22 a 31 a 32 a 33 a 31 a 32 D = (a11 . a22 . a33) + (a12 . a23 . a31) + (a13 . a21 . a32) – (a13 . a22 . a31) – (a11 . a23 . a32) – (a12 . a21 . a33) Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 8 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO Contoh soal: [A] = 1 2 4 1 3 1 2 4 1 →→ 1 2 4 1 3 1 2 4 1 1 2 1 3 2 4 = (1.(– 3).1) + (2.1.(– 2)) + ((– 4).1.4) – ((– 4).(– 3).(–2)) – (1.1.4) – (2.1.1) = (– 3) + (– 4) + (– 16) + 24 – 4 – 2 = – 5. b) Metode Chio Harus dibuat MSA 1 2 4 A = 1 3 1 2 4 1 H21 (1) ~ H31 (-2) 1 2 4 0 1 3 0 0 7 = Harga determinannya menjadi = 1.1.(– 7) = – 7 (Kalikan diagonal utamanya) Contoh soal: A= 2 0 2 4 4 1 3 5 1 1 1 3 0 2 1 H21 (2) ~ H31 (3) ~ H41 (–1) 3 1 2 3 0 0 2 0 1 10 0 1 3 0 1 1 2 Karena tidak boleh ada bilangan 0 pada a22 maka diadakan pertukaran baris dengan baris (baris ke 2 dan ke 3 ditukar) Setelah diadakan pertukaran baris, maka dikalikan (–1). 1 2 3 0 1 10 (–1) 0 0 2 0 1 3 1 2 3 0 1 10 (–1) 0 0 2 0 0 13 0 1 1 2 →→ 0 1 1 1 [A] = (–1) . 1 . (–1) . 2 . →→ 15 2 1 2 3 0 1 10 H42 (–1) (–1) ~ 0 0 2 0 0 13 H43 132 ~ 1 2 3 0 1 10 (–1) 0 0 2 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 15 2 = 15. c) Metode minor (ekspansi) Jika di dalam suatu determinan tingkat atau orde n, elemen-elemen pada baris ke-i dan kolom ke-j diambil (dihapus) terdapat suatu determinan tingkat (m–1), simbol yang ditulis Mij. Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 9 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO Contoh soal: 1). A = 2 0 2 4 4 1 3 5 1 1 1 3 0 2 1 3 1 2 0 → → Minor (M23) = 3 5 1 1 3 2 2 3 0 → → Minor (M41) = 4 4 1 5 1 1 a 11 2). D = a 12 a 13 a 21 a 22 a 23 a 31 a 32 a 33 Harga determinannya adalah: D = [(a11 . a22 . a33) + (a12 . a23 . a31) + (a13 . a21 . a32)] – [(a13 . a22 . a31) + (a11 . a23 . a32) + (a12 . a21 . a33)] = [a11(a22 . a33 – a23 . a32)] – [a12 (a21 . a33 – a23 . a31)] + [a13 (a21 . a32 – a22 . a31)] = a11 a 22 a 23 a 32 a 33 – a12 a 21 a 23 a 31 a 33 + a13 a 21 a 22 a 31 a 32 = (a11 . M11) – (a12 . M12) + (a13 . M13) 1.4 Invers Matriks Pada aljabar biasa bila terdapat hubungan antara dua besaran a dan x ialah kebalikan. Contoh soal: 3 2 6 1) Menggunakan determinan, hitung [A] bila [A] = 4 1 1 2 1 2 Penyelesaian: -1 Nilai determinan A = |A| = –17. 1 Dengan algoritma [A]-1 = adj [A] A 1 1 A11 (baris 1 dan kolom 1 ditutup) = (+1) = –3 1 2 4 1 A12 = (–1) = 10, A13 = (+1) 2 2 4 1 2 6 = 2, A = (–1) 21 1 2 = 2 2 1 3 6 3 2 2 6 A22 = (+1) = –18, A23 = (–1) = –7, A31 = (+1) =–8 2 2 2 1 1 1 Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 10 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO 3 2 4 1 = 11 3 6 A32 = (–1) = 21, A33 = (+1) 4 1 A11 [A] = A 21 A 31 A12 A 22 A 32 3 2 8 3 T → → [A] = 10 2 A13 A 23 → → [A] = A 33 2 18 7 21 11 10 8 18 21 7 11 3 2 8 312 1 1 [A]-1 = adj [A] → → [A]-1 = 10 18 21 → → = 1017 17 A 2 7 11 117 2 2 21 17 11 17 8 17 18 17 7 17 17 2 1 2) Menggunakan transformasi elementer, hitung [A]-1 bila [A] = 2 3 A : I ~ I : X Penyelesaian: 2 1 : 1 0 1 0 : x x ~ 2 3 : 0 1 0 1 : x x 2 1 : 1 0 2 3 : 0 1 H1 12 1 = 0 ~ H21 (-1) H12 12 1 0 : 0 1 : ~ 3 4 1 2 2 : 1 2 : 1 1 : 1 1 2 2 2 0 1 2 2 1 1 0 H2 1 1 2 = 2 : 1 1 ~ 0 1 4 Tugas: 1 2 4 Hitung [A] bila [A] = 2 1 2 , dengan: 4 4 2 -1 a) Menggunakan determinan, dengan algoritma [A]-1 = 1 adj [A] A b) Menggunakan transformasi elementer, dengan algoritma A : I ~ I : X Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 11 Mata kuliah KOMPUTASI ELEKTRO 1.5 Metode Invers Matriks Persamaan umum: a11 x1 + a12 x2 + + a1n xn = b1 a21 x1+ a22 x2 + + a2n xn = b2 : : an1 x1 + an2 x2 + + ann xn = bn dapat ditulis dalam bentuk matriks, menjadi sebagai berikut: a11 a12 a1n x1 b1 a21 a22 a2 n x2 b2 atau AX = B an1 an 2 ann xn bn dengan: A adalah matriks koefisien nn. X adalah kolom vektor n1 dari bilangan tak diketahui. B adalah kolom vektor n1 dari konstanta. Nilai pada vektor kolom X dapat dicari dengan cara mengalikan kedua ruas persamaan dengan matriks inversi, yaitu A1AX = A1B, karena A1A = I, maka nilai-nilai dari elemen X = A1B, Contoh soal: Diketahui suatu persamaan, yaitu: 2x + y = 4 2x + 3y = 8 2 1 x 4 B Maka persamaan diatas dapat ditulis = + = →A+X=B→X= A 2 3 y 8 A X B 2 1 1 3 1 3 4 1 4 1 -1 Untuk nilai A = → [A] = adj [A] = = 1 4 2 2 1 A 2 3 2 2 x Sehingga nilai dapat dicari yaitu: y 1 4 1 3 4 4 8 = 2 , 1 1 2 2 Jadi nilai x = 1 dan y = 2. Jurusan Teknik Elektro ISTA Yogyakarta 12