BAB I - STIESIA Repository

advertisement
BAB 2
TINJAUAN TEORETIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Program
Kelayakan program adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek
(biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil.
Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan dengan agak berbedabeda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas atau ada juga yang
mengartikan dalam artian yang lebih luas. Artian yang lebih terbatas, terutama
digunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu
investasi. Sedangkan dari pihak pemerintah atau lembaga non-profit, pengertian
menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif. Mungkin dipertimbangkan
berbagai faktor seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud
penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di tempat
tersebut. Bisa juga dikaitan dengan misalnya, penghematan devisa ataupun
penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah.
Husnan (2010:74) menyatakan tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah
untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk
kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Tentu saja studi kelayakan ini akan
memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil apabila dibandingkan risiko
kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar .
Suratman (2009:1) menyatakan bahwa studi kelayakan proyek merupakan
suatu studi untuk menilai proyek yang akan dikerjakan di masa mendatang.
Sementara menurut Husnan dan Suwarsono (2000:4) yang dimaksud dengan studi
kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya
merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil.
Kasmir (2007:19-21) menjelaskan terdapat lima tujuan perlunya dilakukan
studi kelayakan sebelum memulai suatu usaha atau proyek, diantaranya
Menghindari
risiko
kerugian,
pelaksanaan
pekerjaan,
Memudahkan
Memudahkan
perencanaan,
pengawasan,
dan
Memudahkan
Memudahkan
pengendalian.
2.1.2 Lembaga – Lembaga Yang Memerlukan Studi Kelayakan
Masing-masing pihak mempunyai kepentingan serta sudut pandang yang
berbeda:
1. Investor
Pihak yang akan menanamkan dana mereka dalam suatu proyek (sebagai
pemilik perusahaan nantinya atau pemegang saham) akan lebih memperhatikan
prospek usaha tersebut. Pengertian prospek di sini tingkat keuntungan yang
diharapkan agar diperoleh dari investasi tersebut beserta resiko investasi itu.
Ada hubungan yang positif resiko investasi, maka semakin tinggi pula tingkat
keuntungan yang diminta oleh para investasi tersebut (Bierman, 2005:79)
2. Kreditur atau Bank
Para kreditur atau bank akan lebih memperhatikan segi keamanan dana yang
dipinjamkan kreditur. Dengan demikian kreditur mengharapkan agar bunga
plus angsuran pokok pinjaman bisa dilakukan tepat pada waktunya. Karena itu
kreditur sangat memperhatikan pola aliran kas selama jangka waktu pinjaman
tersebut. Tentu saja ini tidak berarti kreditur tidak memperhatikan prospek
usaha tersebut. Tetapi perhatian utama kreditur adalah pada periode
pengembalian pinjaman tersebut. Selama dalam periode tersebut perusahaan
memang benar-benar bisa mengembalikan pinjamannya setelah periode
tersebut perkembangan perusahaan atau proyek tersebut tidak begitu lagi
menjadi perhatian pihak pemberi pinjaman (Bierman, 2005:104).
3. Pemerintah
Pemerintah terutama lebih berkepentingan dengan manfaat proyek tersebut
bagi perekonomian nasional. Apakah proyek tersebut akan membantu
menghemat devisa, menambah devisa atau memperluas kesempatan kerja.
Manfaat ini terutama dikaitkan dengan penanggulangan masalah-masalah yang
sedang dihadapi oleh Negara tersebut. Sebagai misal, apabila saat ini
pemerintah sedang menggalakkan ekspor non-migas, maka proyek-proyek
yang akan mengekspor hasil produksinya tidak banyak memakai komponen
impor akan lebih disukai oleh pemerintah. Konsekuensinya adalah bahwa
perusahaan mungkin lebih mudah mendapatkan berbagai fasilitas apabila
sektor yang digarap memang sedang diprioritaskan (Bierman, 2005:115).
2.1.3 Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Dalam melakukan suatu studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan
aspek-aspek yang akan dipelajari. Walaupun ada berbagai aspek dalam studi
kelayakan yang perlu diteliti tetapi umumnya penelitian dilakukan terhadap aspekaspek pemasaran, teknis, manajemen, ekonomi, keuangan (Husnan, 2010:114).
1. Aspek Pemasaran
Tujuan evaluasi dari segi ini adalah untuk menilai apakah barang produksi
yang akan dihasilkan akan dapat dipasarkan dan bagaimana perkembangan
permasalahan guna barang tersebut. Mengingat masuknya pesaing baru dalam
industri barang jadi ini cukup banyak, maka kemungkinan masuknya pesaing
baru harus mendapat perhatian dari perusahaan.
Biaya distribusi merupakan bagian dari keseluruhan biaya pemasaran yang
meliputi: Biaya transportasi (biaya transportasi ini merupakan sekumpulan
biaya-biaya yang meliputi: biaya angkutan umum dan kontrak seperti biaya
kereta api, biaya sewa truk,biaya perawatan armada, biaya angkutan udara dan
biaya angkutan laut Biaya administrasi distribusi). Biaya administrasi distribusi
meliputi:
biaya
gaji
karyawan
maupun
upah
tenaga
kerja
fisik.
(Mulyadi, 2005:488)
Volume penjualan adalah pencapaian penjualan yang dinyatakan secara
kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu produk. Volume
penjualan merupakan sesuatu yang menandakan naik turunnya penjualan dan
dapat dinyatakan dalam bentuk unit, kilo, ton, atau liter. (Rangkuty 2009:57)
2. Aspek Teknis
Tujuan evaluasi dari segi ini adalah untuk menilai apakah usulan investasi itu
sehat dan layak dari segi teknis. Bagi suatu perusahaan produksi penyediaan
transportasi sangat penting, penilaian dari segi ini meliputi penilaian terhadap
kerangka kendaraan, mesin, komponen (gardan, persneling, dll), onderdil
(spare-part)
Penilaian ini biasanya diperoleh dengan mendengarkan pendapat dari montir
perusahaan (Husnan,2010:201).
3. Aspek Manajemen
Evaluasi dari segi ini meliputi pertimbangan-pertimbangan kualifikasi terhadap
mereka yang diharapkan menduduki posisi kunci dalam perusahaan karena
sikap pimpinan cukup mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan. Dalam
suatu perusahaan produksi barang, keberhasilan perusahaan juga dipengaruhi
oleh moral dan semangat dari para manajemen perusahaan (Husnan,2010:209).
4. Aspek Ekonomi
Penilaian ekonomi merupakan penilaian secara makro, dari sudut ekonomi
secara keseluruhan. Dimana suatu proyek tidak hanya memperhatikan manfaat
yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung oleh perusahaan, tetapi oleh
semua pihak dalam perekonomian.
Dalam mempertimbangkan sektor mana yang akan dipilih harus dinilai lebih
dahulu:
a. Apakah proyek yang kita pilih dapat memberikan sumbangan kepada
kemajuan sektor tersebut?
b. Apakah sektor yang dipilih merupakan yang memberi sumbangan penting
bagi pembangunan sektor strategis dalam perekonomian?
Interaksi antara transportasi di satu pihak dengan pembangunan ekonomi di
pihak lain telah mengubah berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu,
transportasi dalam banyak hal merupakan elemen kunci dari irama ekonomi
perusahaan sehari-hari (Husnan, 2010:212).
5. Aspek Keuangan
Penilaian dari segi ini lazim dilakukan setelah menelaah aspek pemasaran dan
aspek teknis.
Dalam mengadakan proyeksi finansial, yang dilakukan adalah:
a. Menaksir kebutuhan jumlah investasi.
b. Menaksir kebutuhan modal kerja.
c. Menaksir dari manfaat kegunaan kendaraan.
d. Menaksir besarnya biaya pengadaan armada dan operasi
e. Menaksir biaya-biaya lain (seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak
Penghasilan, Kir, dan lain-lain).
f. Menaksir jumlah dan saat aliran kas masuk dan aliran kas keluar.
Penilaian ini akan berkepentingan dengan aliran kas, bukan laba menurut
akuntansi. Sebab yang lebih relevan dalam melakukan investasi adalah kas, bukan
laba (Husnan, 2010:212).
Terdapat beberapa aspek studi kelayakan proyek yang perlu diperhatikan
dalam melakukan perencanaan investasi. Menurut Suratman (2009:24) secara
umum aspek-aspek yang akan dikaji dalam studi kelayakan antara lain: aspek
hukum, aspek sosial dan ekonomi, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
teknologi, aspek manajemen, dan aspek keuangan.
2.1.4 Investasi
1. Pengertian Investasi
Pengertian investasi menurut Tandelilin (2010:47) adalah “komitmen untuk
menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan
di masa datang”. Dengan kata lain, investasi merupakan komitmen untuk
mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumption) dengan tujuan
memperbesar konsumsi di masa datang. Investasi dapat berkaitan dengan
penanaman sejumlah dana pada aset real seperti: tanah, emas, rumah dan aset real
lainnya atau aset finansial seperti: deposito, saham, obligasi, dan surat berharga
lainnya.
Menurut Mulyadi (2001:284) “investasi adalah pengaitan sumber-sumber
dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang”.
Sedangkan pemahaman investasi menurut Moeljadi (2006:121) “investasi
merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan untuk
dapat menghasilkan arus dana masa datang dengan jumlah yang lebih besar dari
dana yang dilepaskan pada saat investasi awal (initial investment)”.
Keputusan untuk penanaman modal investasi pada barang-barang modal
sangat penting untuk diperhitungkan dan dianalisa sebelum penanaman tersebut
dilakukan. Konsekuensi bagi perusahaan bila keputusan dilaksanakan (Mas’ud,
2007:33)
a. Mengorbankan jumlah uang yang cukup besar pada saat penanaman.
b. Harus menunggu lama untuk kembali menjadi uang lagi karena untuk
digunakan jangka panjang, sehingga apabila dijual kembali akan mengalami
kerugian.
c. Aktiva tetap harus diusahakan seproduktif mungkin karena menyangkut
kontinuitas kerugian.
d. Jenis usaha perusahaan ditentukan oleh aktiva tetap tersebut.
Ada dua faktor yang terlibat dalam suatu investasi peralatan yaitu waktu dan
resiko. Menurut Pujawan (2008:132), pada jenis investasi tertentu waktu lebih
berperan, sementara pada jenis investasi yang lain faktor resiko lebih dominan.
Penelitian tentang aspek pasar dan pemasaran perlu diadakan penelitian terhadap
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu permintaan, penawaran, proyeksi
permintaan dan penawaran, proyeksi penjualan, produk (barang/jasa), segmentasi
pasar, strategi dan implementasi pemasaran (Subagyo, 2008:155).
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis tidak
hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga pada saat
dioperasionalkan secara rutin dalam pencapaian keuntungan yang maksimal untuk
waktu yang tidak ditentukan (Umar, 2005:56). Investasi pada hakekatnya
merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan dimasa akan datang (Halim, 2005:97). Kasmir dan Jakfar
(2007:101) membagi investasi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Investasi nyata (real investment)
Investasi nyata atau real investment merupakan investasi yang dibuat dalam
harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan, atau mesin-mesin.
2. Investasi finansial (financial investment)
Investasi finansial atau financial investment merupakan investasi dalam bentuk
kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat berharga lainnya
seperti sertifikat deposito.
2. Penggolongan Investasi
Menurut (Riyanto, 2006:121) Investasi dapat digolongkan bermacam-macam
cara, atas dasar penggolongan menurut asal-usulnya:
a. Investasi Penggantian
Biasanya aktiva tetap perlu dilakukan penggantian bila aktiva tersebut sudah
aus atau using. Sehingga secara ekonomi bila masih digunakan sudah tidak
ekonomis lagi. Aktiva yang sudah up to date juga perlu mengadakan
penggantian untuk mengikuti perkembangan jaman. Dalam hal ini bila
aktiva tetap yang diganti lebih besar kapasitasnya maka biasanya
perusahaan mempertimbangkan kenaikan laba, dan apabila aktiva tetap yang
diganti sama besar kapasitasnya biasanya yang menjadi pertimbangan
adalah efisiensi biaya produksi.
b. Investasi Penambahan kapasitas
Proyek ini bertujuan untuk memperluas produksi dan pemasaran proyek
investasi ini menyangkut hal-hal dimasa yang akan datang. Oleh karena itu
tingkat ketidakpastian proyek ini lebih besar dari proyek investasi
penggantian. Contoh dari investasi penambahan kapasitas adalah seperti
penambahan mesin, membuka cabang produksi ditempat lain.
c. Investasi penambahan jenis produk baru
Berhubungan dengan siklus pertumbuhan produk, maka perusahaan harus
siap merencanakan suatu strategi untuk memperbaiki atau memperkenalkan
produk baru. Dengan strategi tersebutu diharapkan perusahaan dapat
memepertahankan atau bahkan meningkatkan posisi perusahaan dalam
menguasai pasar sehingga laba dapat ditingkatkan.
d. Investasi lain-lain
Adalah asal-usul investasi yang tidak termasuk dalam kategori golongan
investasi diatas. Misalnya investasi non profit seperti system kesehatan kerja
dan keamanan karyawan dll.
Selain penggolongan diatas, berdasarkan sifat output yang dihasilkan maka
proyek investasi dapat dibagi menjadi dua bagian (Fatah,2008:7):
a. Proyek investasi produksi
Yaitu usaha penanaman modal yang nantinya secara tidak langsung
menghasilkan produk, misalnya investasi pada pendirian pabrik susu, pabrik
perakitan mobil, dan lainya.
b. Proyek inverstasi infrastruktur
Yaitu usaha penanaman modal yang secara tidak langsung menghasilkan
produk. Misalnya investasi pada perusahaan sarana transportasi.
Menurut Warsono (2003:165) sebelum proyek investasi di evaluasi dan
dilaksanakan, perlu diidentifikasi jenis usulan investasinya. Jenis usulan investasi
biasanya dikelompokkan ke dalam empat golongan. Diantaranya sebagai berikut:
a. Usulan investasi penggantian (replacement)
Usulan investasi penggantian dilakukan apabila suatu aktiva tetap sudah
habis umur ekonomisnya. Apabila suatu aktiva tetap sudah habis umur
ekonomisnya dan tetap digunakan justru akan menyebabkan pemborosan.
b. Usulan investasi perluasan (expansion)
Perluasan usaha dapat dilakukan dengan menambah kapasitas produksi yang
sudah ada dengan cara menambah mesin-mesin yang digunakan atau dengan
membuka cabang baru.
c. Usulan investasi pertumbuhan (growth)
Usulan investasi ini dilakukan dengan cara membuka lini produk baru.
Misalnya, saat ini lini produk yang ada adalah lini produk rokok dan ada
rencana untuk membuka lini produk elektronik, maka usulan investasi ini
disebut dengan usulan investasi pertumbuhan.
d. Usulan investasi lain-lain
Usulan investasi lain-lain adalah usulan investasi yang tidak termasuk dalam
ketiga golongan tersebut, seperti pengeluaran dana untuk memenuhi standar
kesehatan yang dituntut, misalnya investasi untuk pemasangan alat
pemanas, pendingin, pemasangan sistem musik yang ditujukan untuk
meningkatkan moral para karyawan.
3. Sumber dana pembelanjaan investasi
Ditinjau dari sumber modal yang diperoleh pembelanjaan dapat dibedakan
kedalam:
a. Pembelanjaan dari luar perusahaan
Yaitu bentuk pembelanjaan di mana usaha pemenuhan kebutuhan modal
diperoleh dari sumber-sumber modal yang ada diluar perusahaan.
Pembelanjaan ini dapat dijalankan denganmemenuhi kebutuhan modal yang
berasal dari para kreditur, pemilik perusahaan, pemegang saham dari
perorangan yang dikelompokan kedalam modal sendiri. Dengan demikian
pembelanjaan dari luar perusahaan dapat diperoleh dari modal asing dan
modal sendiri.
1) Modal asing
Yaitu modal yang diperoleh dari luar perusahaan, biasanya disertai
dengan kewajiban-kewajiban tertentu, misalnya membayar bunga
pinjaman, dan atau dengan system bagi hasil.
2) Modal sendiri
Yaitu modal yang berasal dari pemilik perusahaan untuk jangka waktu
yang tidak terbatas, selama perusahaan itu masih berjalan.
Oleh karena proyek dapat dibiayai dari modal sendiri maupun modal
pinjaman, maka perlu diteliti seberapa jauh kedua macam sumber dana
tersebut dapat diperoleh, dan bagaimana manfaatnya pada proyek
bilamana kedua-duanya akan diterapkan. Bagaimana pula keseimbangan
yang berasal antara keduanya sehingga diperoleh struktur modal yaitu
(Riyanto, 2006:234):
a) Struktur modal yang didasarkan atas aturan financial konservatif yang
vertikal.
b) Struktur modal yang didasarkan atas aturan financial konservatif
horisontal.
c) Modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata.
b. Pembelanjaan dari dalam perusahaan
Yaitu pembelanjaan dimana pemenuhan kebutuhan modal berasal dari dana
yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan dan dalam bentuk:
a) Laba ditahan
Yaitu bagian laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham
b) Penyusutan aktiva tetap
Yaitu modal yang secara berangsur-angsur bebas dari aktiva tetap
melalui penyusutan.
2.1.5 Pengertian Aliran Kas / Cash Flow
Penafsiran aliran kas pada dasarnya merupakan keharusan bagi seorang
investor, apabila hendak menilai suatu proyek atau mengadakan rencana investasi.
Aliran kas ini akan berpengaruh terhadap perhitungan kriteria investasi yang
berdasarkan aliran kas. Definisi mengenal aliran kas pada dasarnya menyatakan
tentang adanya dua aliran kas yaitu Cash In Flow dari Cash Out Flow. Yang
dimaksud dengan aliran kas masuk (Proceeds), adalah: Laba setelah pajak (EAT)
+ penyusutan + bunga x (1-pajak), jika proyek investasi dibelanjai sebagian
dengan modal pinjaman (Husnan, 2006:257), sedangkan aliran kas keluar adalah
pengeluaran kas yang dipergunakan untuk menghasilkan barang maupun jasa.
Aliran kas berlainan dengan keuntungan, aliran kas sangat penting di dalam
penganggaran modal, karena aliran kas yang diharapkan dari investasi merupakan
pusat keputusan dari pemilik dana maupun usaha.
Investasi dalam bentuk aktiva tetap akan ada kaitannya dengan manfaat
dimasa yang akan datang. Agar supaya kita melakukan taksiran mengenai manfaat
yang akan ditimbulkan dari investasi tersebut untuk masa-masa mendatang.
Salah satu penyebab kegagalan investasi oleh karena adanya faktor
ketidakpastian yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Dan ini menyebabkan
kita mengalami kesulitan dalam memperkirakan berapa besar manfaat yang kita
peroleh.
Ada berbagai cara penilaian usulan investasi didasarkan pada aliran kas dan
bukan pada keuntungan yang dilaporkan dalam pembukuan perusahaan. Hal ini
disebabkan karena untuk dapat menghasilkan keuntungan tambahan, kita harus
mempunyai kas untuk ditanamkan kembali. Kita mengetahui bahwa keuntungan
yang dilaporkan dalam pembukuan perusahaan belum tentu dalam bentuk kas,
sehingga dengan demikian perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih
besar atau lebih kecil daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam
pembukuan perusahaan.
1. Aliran Kas
Aliran kas adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan
keluar uang tunai (kas) perusahaan (Soeharto, 2009:407).
Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat dibagi menjadi tiga
kelompok (Soeharto, 2009:408). Yaitu:
a. Aliran kas awal (initial cash flow) merupakan aliran kas yang berkaitan
dengan pengeluaran untuk kegiatan investasi
b. Aliran kas operasional (operational cash flow) merupakan aliran kas yang
berkaitan dengan operasional proyek.
c. Aliran kas akhir (terminal cash flow) merupakan aliran kas yang berkaitan
dengan pengembalian kerja dan nilai sisa aktiva tetap, seperti nilai sisa hasil
penjualan.
Dalam penyusunan aliran kas proyek diperlukan untuk memperhatikan halhal berikut:
a. Prinsip Aliran Kas
Yaitu dengan menyusun aliran kas masuk dan aliran kas keluar secara
sistematis.
b. Aliran Kas Inkremental (Incremental)
Adalah aliran kas proyek apabila hanya memperhitungkan arus dana masuk
dan keluar yang terdapat kaitannya dengan proyek yang bersangkutan.
c. Aliran Kas Diperhitungkan Setelah Pajak
Adalah keuntungan yang diperoleh dengan adanya investasi diperhitungkan
setelah kewajiban pajak.
d. Incidental Effect (Efek Incidental)
Dengan memperhitungkan pengaruh diadakannya proyek baru atau proyek
yang akan dijalankan terhadap laba perusahaan.
e. Opportunity Cost
Yaitu kemungkinan memperoleh tingkat keuntungan yang diterima dari
penggunaan alternatif terbaik suatu asset.
f. Bunga Utang
Untuk mengevaluasi kelayakan proyek, dipisahkan antara keputusan
investasi dengan keputusan pendanaan
2.1.6 Penganggaran Modal / Capital Budgeting
1. Pengertian Penganggaran Modal / Capital Budgeting
Didalam penganggaran modal terdapat bermacam-macam kegiatan yang
harus dikerjakan yaitu meliputi pencarian usul-usul investasi baru yang
menguntungkan,
menyelidiki
pertimbangan-pertimbangan
pemasaran
dan
permesinan yang berguna untuk memperkirakan akibat-akibat yang terjadi oleh
karena diterimanya suatu usulan investasi dan membuat analisa ekonomi untuk
menentukan potensial laba masing-masing usulan investasi.
Anggaran modal (Capital budgeting) adalah keseluruhan mengenai
pengeluaran dana dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu
satu tahun (Riyanto, 2009:112).
Menurut Syamsuddin (2009:412) “capital budgeting adalah keseluruhan
proses perencanaan, pengumpulan, pengevaluasian, penyeleksian dan penentuan
alternatif penanaman modal yang akan memberikan penghasilan bagi perusahaan
untuk jangka waktu yang lebih dari setahun”.
Tentu saja batas satu tahun tersebut bukanlah suatu yang mutlak, namun
bisa dijadikan suatu pegangan yang cukup baik untuk membeda-bedakan
bermacam-macam pengeluaran. Dimana dapat dijelaskan bahwa yang termasuk
didalam golongan pengeluaran-pengeluaran dana adalah pengeluaran dana untuk
pembelian aktiva tetap yaitu tanah, mesin, bangunan, dan peralatan-peralatan
lainnya.
Sedangkan istilah operasi pengeluaran (operating expenditure) adalah
pengeluaran dana yang hasilnya diharapkan akan diterima kembali dalam jangka
waktu satu tahun, sedangkan Beban Modal (Capital Expense) adalah pengeluaran
dana yang hasilnya diharapkan akan diterima kembali dalam jangka waktu lebih
dari satu tahun.
Demikian pula misalnya pengeluaran dana untuk proyek advertasi jangka
panjang, penelitian dan pengembangan termasuk juga dalam golongan modal
penganggaran biaya (Capital Budgeting Expense).
Penganggaran modal merupakan suatu proses pengambilan keputusan di
mana pembelian aktiva tetap yang penting seperti bangunan/gedung, mesin
produksi, kendaraan, dan peralatan harus dievaluasi. Oleh karena itu keputusan
yang kita ambil akan berkaitan dengan pembelian untuk investas aktiva tetap.
Maka diperlukan sikap hati-hati dari pimpinan perusahaan dalam penyusunan.
Penganggaran modal penting bagi perusahaan karena:
a. Masa depan yang mempunyai unsur ketidakpastian yang besar sehingga
memerlukan adanya komitmen terhadap setiap keputusan penganggaran modal
tersebut.
b. Penganggaran modal yang baik akan menolong dalam memilih saat yang tepat
untuk memperoleh aktiva dan mutu aktiva yang dibeli.
Jadi penganggaran modal sangat penting karena apabila perusahaan
melakukan usulan investasi yang menyangkut pengeluaran dalam jumlah besar
tentu dibutuhkan perencanaan yang matang dan teliti. Hal tersebut dikarenakan
dana yang dibutuhkan untuk usulan investasi tidak tersedia secara langsung.
Untuk itu perlu dibuat Capital Expenditure Program. Program ini dibutuhkan
untuk mengatur pembiayaan investasi yang akan dilakukan. Dengan demikian
dapat memperkecil kesulitan yang akan dihadapi oleh seorang investor.
Capital Expenditure Program (program pengeluaran) digunakan untuk
merencanakan
pembiayaan
beberapa
tahun
sebelumnya,
dimana
untuk
memastikan ketersediaan dana yang diperlukan dalam program perluasan ekspansi
perusahaan
Contoh penganggaran modal adalah keputusan penggantian (replacement),
yang mengilustrasikan penggunaan arus kas untuk keputusan penganggaran
modal. Penganggaran modal meliputi:
a. Penyediaan rencana investasi
b. Taksiran arus kas yang akan dihasilkan dari rencana tersebut
c. Penilaian terhadap arus kas
d. Seleksi proyek berdasarkan kriteria tertentu
e. Evaluasi kembali secara berkesinambungan terhadap proyek investasi setelah
rencana diterima.
Penganggaran modal ini akan sangat berarti didalam menentukan diterima
atau ditolaknya suatu rencana investasi, dimana dengan mengetahui proporsi
kebutuhan modal, antara modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan modal yang diperlukan untuk melaksanakan rencana
investasi. Dengan mengetahui proporsi kebutuhan modal yang diperlukan dalam
suatu investasi maka akan dapat ditentukan besarnya biaya modal rata-rata
tertimbang, yang akan dapat dipergunakan sebagai discount factor atau cut off
rate untuk menilai usulan suatu proyek investasi diterima atau ditolak (Husnan
dan Suwarsono, 2007:205).
2. Teknik penghitungan capital budgeting
Dalam melakukan studi kelayakan suatu proyek perusahaan, ada beberapa
kriteria penilaian investasi, namun lebih menekankan metode NPV, adapun
kriteria tersebut adalah:
a. Metode Average of Return (ARR)
Perhitungan Average Rate of return didasarkan atas jumlah keuntungan bersih
sesudah pajak (EAT) yang tampak dalam laporan rugi laba. (Syamsudin,
2009:438-439).
ARR
=
Average Earning After taxes
Investment
x 100%
Suatu proyek investasi dapat dinyatakan diterima atau ditolak apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) ARR yang diperoleh > ARR minimum maka, proyek diterima
2) ARR yang diperoleh < ARR minimum maka, proyek ditolak. Dimana ARR
minimum telah ditetapkan sebelumnya.
b. Metode Payback Period
Menurut Subagyo (2007:211) metode pemulihan investasi Payback Period
merupakan metode analisis kelayakan investasi untuk menilai jangka waktu
(tahun) pemulihan seluruh modal yang diinvestasikan dalam suatu proyek.
PP
=
PV of Outlays
PV of Proceeds
X 12 Bulan
Menurut Subagyo (2007:211) kriteria kelayakan metode Payback Period
adalah:
1) Proyek diterima jika masa pemulihan modal investasi lebih pendek dari usia
ekonomis.
2) Proyek ditolak jika masa pemulihan modal investasi lebih lama
dibandingkan usia ekonomisnya.
Kelebihan:
1) Mudah dalam penggunaan dan perhitungan
2) Berguna untuk memilih proyek yang mempunyai masa pemulihan tercepat.
3) Masa pemulihan modal dapat digunakan untuk alat prediksi risiko
ketidakpastian pada masa mendatang. Masa pemulihan tercepat memiliki
resiko lebih kecil dibandingkan dengan masa pemulihan yang relatif lama.
Kelemahan:
1) Mengabaikan adanya perubahan nilai uang dari waktu ke waktu
(time value of money).
2) Mengabaikan arus kas setelah periode pemulihan modal dicapai.
3) Mengabaikan nilai sisa proses.
4) Sering menjebak analisator jika biaya modal atau bunga kredit tidak
diperhitungkan dalam arus kas yang menyebabkan usaha tidak valid.
c. Metode NPV (Net Present Value Method)
Net Present Value adalah salah satu teknik capital budgeting yang
memperhitungkan nilai waktu/ nilai uang yang paling sering digunakan
(Syamsudin, 2009:448). Perhitungan NPV dilakukan sebagai berikut:
NPV
=
PV of Proceeds – PV of Outlays
Dengan kriteria kelayakan:
1) Proyek dinilai layak jika NPV bernilai positif
2) Proyek dinilai tidak layak jika NPV bernilai negatif
Kelebihan:
1) Memperhitungkan nilai uang karena faktor waktu sehingga lebih realistis
terhadap perubahan harga.
2) Memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis proyek.
3) Memperhitungkan adanya sisa proyek.
Kelemahan:
1) Lebih sulit dalam penggunaan perhitungan.
2) Derajat kelayakan selain dipengaruhi arus kas juga oleh faktor usia
ekonomis proyek.
d. Metode PI (Profitability Index Method)
Pendekatan ini hampir sama dengan teknik NPV. Jika NPV menghitung berapa
rupiah kelebihan Present value cash inflow diatas present value initial
investment, sedangkan PI mengukur Present value untuk setiap rupiah yang
diinvestasikan.
Rumus metode ini adalah sebagai berikut:
PI
=
PV of Proceeds
PV Of Outlays
Selama PI ratio > 1 maka usulan proyek dapat diterima, tetapi apabila
sebaliknya maka usulan proyek tersebut harus ditolak.
e. Internal rate of Return (IRR)
Internal rate of Return (IRR) didefinisikan sebagai tingkat discount atau bunga
yang akan menyamakan present value cash in flow dengan jumlah initial
investment dari proyek atau investasi yang sedang dinilai. Dengan kata lain,
IRR adalah tingkat discount yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol,
karena Present value cash inflow pada tingkat discount tersebut akan sama
dengan initial investment.
Perhitungan IRR dilakukan sebagai berikut:
IRR
=
P1
-
C1
Dimana :
P1 : Tingkat bunga kredit 1
P2 : Tingkat bunga kredit 2
C1 : NPV 1
x
(P2-P1)
(C2-C1)
C2
: NPV 2
Dengan kriteria kelayakan:
1) Proyek dinilai layak jika IRR lebih besar dari presentase biaya modal
(bunga kredit) atau sesuai dengan presentase keuntugan yang investor,
sebaliknya
2) Proyek dinilai tidak layak jika IRR lebih kecil dari presentase biaya modal
(bunga kredit) atau lebih rendah dari keinginan investor.
2.1.7
Pengertian dan Jenis Aktiva Tetap
1. Pengertian Aktiva Tetap
a. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam buku Standart Akuntansi
Indonesia (2010:Salemba Empat) aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari
satu saham.
b. Definisi Aktiva tetap menurut Harahap dalam bukunya Akuntansi Aktiva
Tetap (2002:20) adalah Aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan
dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang
dan jasa perusahaan.
c. Prinsip Akuntansi Indonesia (2010:PSAK No. 17,P2) mendefinisikan aktiva
tetap sebagai berikut:
Aktiva tetap adalah aktiva yang berwujud yamg diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga batasan agar
suatu aktiva dapat dikatakan sebagai aktiva tetap, yaitu:
a. Aktiva berwujud
b. Aktiva itu diperuntukkan dalam operasi normal perusahaan, bukan untuk
dijual.
c. Aktiva itu dipakai lebih dari satu tahun.
Di Indonesia, aset tetap sering diistilahkan dengan kata aktiva yang
memiliki arti, aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,
tidak dimaksud untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (Simamora 2000: 298). Serupa
dengan Simamora, pada PSAK No.16 tahun 2009 menjabarkan aset tetap
sebagai aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk
tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode. Pada dasarnya aset tetap adalah aset berwujud yang dapat
dipergunakan secara berulang-ulang, tidak dimaksudkan untuk dijual tetapi
digunakan dalam rangka kegiatan utama perusahaan. Berkaitan dengan umur
dari suatu aset maka terdapat istilah depresiasi yang diartikan sebagai
pengalokasian harga pokok aset tetap selama masa gunanya atau dapat disebut
sebagai biaya yang dibebankan akibat penggunaan aset tetap dalam proes
produksi.
Aset tetap dapat dikelompokkan menjadi dua menurut sifatnya, yaitu aset
tetep berwujud dan aset tetap tidak berwujud. Zaki menyatakan (2010:271-272)
aset tetap berwujud sifatnya permanen yang digunakan perusahaan dalam
kegiatan normal perusahaan. Aset tetap tersebut dikelompokkan menjadi aset
tetap yang umurnya tidak terbatas dan aset yang umurnya terbatas. Aset tetap
tidak berwujud digunakan untuk menunjukkan aset-aset yang umurnya lebih
dari satu tahun dan tidak mempunyai bentuk fisik seperti, merk, software,
lisensi, hak cipta dan hak paten.
2. Jenis Aktiva Tetap
Menurut Harahap (2010:22) Aktiva Tetap dapat dikelompokkan dalam
berbagai sudut antara lain:
a. Sudut substansi, Aktiva Tetap dapat dibagi:
1) Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan
peralatan.
2) Intangible Assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti Hak Cipta,
Franchise, dan lain-lain.
b. Sudut Disusutkan atau tidak
1) Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti
Building (Bangunan), Equipment (Peralatan), Machinery (Mesin),
Inventaris, jalan dan lain-lain.
2) Undepreciated Plant Assets, aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti
lahan (Land).
c. Berdasarkan Jenis
Aktiva tetap berdasarkan jenis dapat dibagi sebagai berikut:
1) Lahan
Lahan adalah bidang tanah yang terhampar baik merupakan tempat
maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan yang
didirikan bangunan yang diatasnya harus dipisahkan pencatatannya dari
lahan itu sendiri. Khususnya bangunan yang dianggap sebagai bagian
dari lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya, seperti
jalan dan lain-lain maka dapat digabungkan dalam nilai bahan.
2) Bangunan/Gedung
Gedung adalah bangunan yang berdiri diatas bumi ini baik diatas lahan
atau air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi
gedung itu.
3) Mesin
Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin
yang bersangkutan.
4) Kendaraan
Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkut, truk, tractor, forklift,
mobil, kendaraan roda dua, dan lain-lain.
5) Perabot
Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot garasi mobil, perabot
pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.
6) Inventaris/Peralatan
Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan
dalam perusahaan seperti inventaris pabrik, inventaris gudang dan lainlain.
7) Prasarana
Prasarana di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan
membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jembatan, pagar dan lainlain.
d. Sudut Umur
1) Limited Life Plant Equipment adalah keseluruhan plant equipment yang
memiliki umur terbatas seperti: mobil, bangunan, gedung, komputer.
2) Unlimited Life Plant Equipment adalah plant equipment yang memiliki
umur tidak terbatas seperti tanah karena tanah dapat dipakai dalam
jangka waktu yang tidak terbatas sehingga tidak mengalami penyusutan.
2.1.8 Proyeksi rugi laba
Laporan rugi laba yaitu suatu laporan yang disusun secara sistematis tentang
revenue (pendapatan) yang diperoleh dan tentang expenses (biaya) yang menjadi
beban tanggungan perusahaan dalam usahanya dalam periode waktu tertentu.
Menyusun laporan rugi laba sama halnya dengan menghitung dan
memperkirakan laba atau rugi suatu usaha tertentu selama periode yang
ditentukan. Informasi ini sangat penting untuk mengetahui suatu prospek usaha
selama periode tertentu. Dari besarnya taksiran laba bersih, jika ditambahkan
penyusutan dapat memberikan angaka yang menunjukan kemampuan dari usaha
untuk mengembangkan investasinya. Adapun pos-pos dalam laporan rugi laba
meliputi:
1. Pendapatan dari usaha.
2. Harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
dan biaya overhead.
3. Biaya operasi dan penjualan.
4. Biaya lain-lain.
5. Laba.
2.1.9 Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan investasi biasanya diartikan dengan manfaat atau
keuntungan yang diperoleh dengan adanya proyek investasi dibandingkan dengan
biaya yang dikeluarkan untuk mewujudakan proyek investasi tersebut. Sebaliknya
jika investasi lebih tinggi dari manfaat, maka investasi tersebut ditolak untuk
dilaksanakan.
Dilihat secara sepintas tampak sangat mudah namun jika ditelusuri lebih
mendalam kiranya perlu dikemukakan, ternyata penilaian tiap bagian diatas yaitu
penghitungan tingkat keuntungan dan biaya investasi adalah rumit. Bagi suatu
perusahaan yang dimaksud dengan keuntungan adalah selisih antara penghasilan
dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam analisa investasi semua keuntungan,
penerimaan dan biaya-biaya berada pada masa yang akan datang. Suatu yang ada
pada masa yang akan datang berada pada sityuasi yang tidak dapat dipatikan
dengan tepat.
2.2
Rerangka Pemikiran
Penilaian Kriteria
Diterima
Investasi:
1. NPV
Usulan Penambahan
Armada Truck
2. PAYBACK
PERIOD
3. IRR
4. ARR
5. PI
Ditolak
Gambar 1
Rerangka Pemikiran
Sumber : Hasil Olah Penulis, 2014
2.3
Perumusan Hipotesis
Dari hasil ilustrasi Rerangka diatas dapat diambil kesimpulan sementara
bahwa analisa invetasi penambahan armada truk pada PT. Charoen Pokphand di
Sidoarjo.
1. Proyek diterima jika NPV bertanda positif (>0)
2. Menurut Subagyo (2007:211) kriteria kelayakan metode payback period
adalah:
Proyek diterima jika masa pemulihan modal investasi lebih pendek dari usia
ekonomis Proyek ditolak jika masa pemulihan modal investasi lebih lama
dibandingkan usia ekonomisnya
3. Suatu usulan investasi dapat diterima apabila IRR investasi tersebut lebih besar
atau sama dengan tingkat suku bunga bank maka usulan investasi akan ditolak
4. Suatu proyek investasi dapat dinyatakan diterima atau ditolak apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
ARR yang diperoleh > ARR minimum maka, proyek diterima
ARR yang diperoleh < ARR minimum maka, proyek ditolak
Dimana ARR minimum telah ditetapkan sebelumnya
5. Selama PI ratio ≥ 1 maka usulan proyek dapat diterima, tetapi apabila
sebaliknya maka usulan proyek tersebut harus ditolak..
Download