SUPERVISI PENDIDIKAN (SUATU KAJIAN TEORITIK DAN BERBAGAI PERMASALAHANNYA) OLEH I NYOMAN NATAJAYA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GENESHA SINGARAJA 2012 1 PRAKATA Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Waca Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku ajar dengan judul Supervisi Pendidikan (Suatu Kajian Teoretik dan Berbagai Permasalahannya) dapat dislesaikan tepat sesuai dengan jadwal waktu yang direncanakan. Buku ajar adalah sebagai salah satu produk dari pelaksanaan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran pada Program Pascasarjana Undiksha Singaraja dalam rangka untuk mendukung perkuliahan mata kuliah Supervisi Pendidikan pada Program Studi S2 Administrasi Pendidikan. Buku ajar ini dapat diselesaikan sudah tentunya tidak dapat dilepaskan dari bantuan berbagai pihak terutama Direktur Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha yang berkenan membiayai penelitian dan penulisan buku ajar ini. Lembaga Penelitian Undiksha Singaraja yang berkenan memfasilitasi secara administrasi pelaksanaan penelitian dan penulisan buku ajar ini. Demikian juga pihak-pihak lain yang telah membantu mencermati, mengkritisi dan memberikan saran yang diperlukan, sehingga penelitian dan penulisan buku ajar ini dapat dilaksanakan dan selesai tepat sesuai dengan waktu yang direncanakan. Melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih. Kami menyadari bahwa buku ajar sebagai produk dalam penelitian pengembangan ini masih ada kekurangannya, oleh karena itu tegur sapa, masukkan dan koreksi dari berbagai pihak terutama yang memiliki perhatian terhadap laporan penelitian dan buku ajar ini masih tetap kami harapkan demi untuk menambah kesempurnaannya. Singaraja, 2 Nopember 2012 Peneliti, DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i PRAKATA ............................................................................................................................ ii DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii BAB. I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 A. Rasional Penulisan Buku ............................................................................ 1 B. Standar Kompetensi .................................................................................... 4 BAB. II HAKEKAT SUPERVISI PENDIDIKAN .......................................................... A. B. C. D. E. F. G. H. 6 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya ............................ 6 Pengertian Supervisi Pendidikan ...................................................... 6 Perkembangan Supervisi Pendidikan .............................................. 8 Tujuan Supervisi Pendidikan ......................................................... 13 Fungsi Supervisi Pendidikan ............................................................ 16 Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan .............................................. 21 Rangkuman ...................................................................................... 23 Evaluasi ............................................................................................ 25 BAB. III METODE DAN TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN ...... 26 A. B. C. D. E. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannnya ......................... Metode Supervisi Pendidikan ......................................................... Teknik-teknik Supervisi Pendidikan …............................................ Rangkuman ……………………………..………………………... Evaluasi ……………………...…………………………………… 26 26 27 43 43 BAB. IV BEBERAPA PENDEKATAN SUPERVISI PENGAJARAN ……..... 44 A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya ............................ B. Beberapa Pandangan Psikologi Belajar tentang Penedekatan Supervisi Pendidikan dan Pembelajaran ........................................ C. Guru yang profesional .................................................................... D. Beberapa Pendekatan Supervisi Pendidikan .................................... E. Rangkuman .................................................................................... F. Evaluasi .......................................................................................... 44 44 49 56 66 66 BAB. V KOMPETENSI DAN KETERAMPILAN PENGAWAS SEBAGAI SUPERVISOR PENDIDIKAN .............................................................. 67 A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya ........................... 67 3 B. C. D. E. F. Pengertian Kompetensi ................................................................... Kompetensi Pengawas Sebagai Supervisor Pendidikan ................. Berbagai Keterampilan yang Diperlukan Pengawas ...................... Rangkuman ...................................................................................... Evaluasi ........................................................................................... BAB. VI SUPERVISI PENGAJAJARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN GURU DAN KINERJA KEPALA SEKOLAH .......................................................................................... A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya ........................... B. Supervisi Akademik dalam Upaya Pembinaan Kualitas Pembelajaran Guru ................................................................................... C. Supervisi Manajerial dalam Upaya Pembinaan Kualitas Kinerja Kepala Sekolah ................................................................................ D. Rangkuman ...................................................................................... E. Evaluasi ........................................................................................... 67 71 80 86 87 88 88 88 91 96 96 BAB. VII. PENGEMBANGAN PERENCANAAN PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN ..................................................................................... 97 A. B. C. D. E. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya ............................ 97 Pengembangan Perenecanaan Supervisi pendidikan ....................... 97 Penilaian program Supervisi Pendidikan ....................................... 104 Rangkuman .................................................................................... 110 Evaluasi .......................................................................................... 110 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 111 4 BAB. I PENDAHULUAN A. Rasional Penulisan Buku Program studi yang dibina di lingkungan Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja terdiri dari Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Studi Pendidikan Dasar, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Program Studi Pendidikan Matematika. Semua program studi yang ada dan dikelola di lingkungan Undiksha ini memiliki visi, misi dan tujuan masing-masing. Program Studi Adminsitrasi Pendidikan misalnya memiliki visi menjadikan Program Studi Administrasi Pendidikan memiliki kualitas yang unggul dan andal dalam pengembangan sumberdaya manusia, dapat mengikuti tantangan dan tuntutan kemajuan pembangunan pendidikan nasional, dan kompetitif dalam perkembangan dunia global. Misi Program Studi Administrasi Pendidikan adalah pertama menyelenggarakan program pendidikan yang menyiapkan tenaga ahli dalam bidang kependidikan, tenaga pendidik yang profesional (Dosen), calon kepala sekolah dari tingkat SD sampai pada SMTA, calon pengawas dari tingkat SD sampai pada tingkat SMTA, dan tenaga ahli perencanaan dalam bidang pendidikan, kedua menyelenggarakan penelitian dalam bidang pendidikan utamanya dalam bidang administtrasi pendidikan dalam arti yang luas, dan yang ketiga adalah menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat dalam rangka ikut memecahkan berbagai masalah dalam bidang kependidikan dan masalah-masalah pembangunan yang lainnya di tingkat 5 kabupaten, propinsi, dan tingkat nasional. Kemudian tujuan dari Program Studi Adminsitrasi Pendidikan adalah pertama menghasilkan lulusan sebagai tenaga ahli dalam bidang kependidikan, tenaga pendidik yang profesional (Dosen) dalam Administrasi Pendidikan, calon kepala sekolah tingkat SD sampai SMTA, pengawas dari tingkat SD sam-pai SMTA, tenaga ahli perecanaan, dan tenaga ahli perencanaan dalam bidang pendidikan, kedua menghasilkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan humaniora yang menunjang pengembangan ilmu kependidikan, dan pelaksanaan tugas profesi tenaga pendidikan (Dosen), utamanya dalam bidang administrasi pendidikan dalam arti yang yang luas, serta yang ketiga adalah menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat dalam rangka ikut memecahkan berbagai masalah dalam bidang kependidikan umumnya dan bidang manajemen pendidikan pada khususnya, dan masalah-masalah pembangunan yang lainnya di tingkat kabupaten, propinsi, dan tingkat nasional. Pada saat sekarang ini di tahun 2012 terungkap berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Program Pascasarjana Program S2 Undiksha Singaraja, khususnya program studi Administrasi Pendidikan, seperti masa studi mahasiswa adalah berkisar antara lima sampai dengan tujuh semester. Demikian pula IPK komulatif yang dicapai oleh para lulusan berkisar antara 3,00 sampai dengan 3, 50. Dilihat dari masa studi dan IPK yang dicapai mahasiswa menunjukkan bahwa proses penyelenggaraan pendidikan pada program Pascasarjana di Undiksha belum terlaksana secara maksimal. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penyelenggaraan pendidikan pada Program Pascasarjana Undiksha belum dapat dilaksanakan secara maksimal, 6 diantaranya adalah fasilitas yang mendukung perkuliahan seperti buku literatur yang tersedia baik di perpustakaan umum di Undiksha maupun di perpustakaan Program Pascasajana masih terbatas dan kurang lengkap. Keterbatasan pasilitas buku-buku di perpustakaan ini terungkap dalam laporan dan temuan penelitian Trecer Study yang dilakukan oleh tim dosen program pascasajana di Undiksha terhadap lulusan Program Pascasarjana yang dilakukan secara berturut-turut dalam waktu dua tahun terakhir ini yaitu tahun 2010 dan tahun 2011 (Koyan, dkk. 2010, 2011). Keterbatasan dan kelangkaan buku-buku literatur tersebut lebih diperparah dengan sulitnya dapat ditemukan dan sangat jarangnya dijual di toko-toko buku sehingga sulit dapat dicari dan dibeli untuk dimiliki bagi para mahasiswa. Permasalahan lainnya yang dihadapi oleh mahasiswa program Pascasarjana pada saat ini adalah bahwa sebagian besar inputnya berasal dari guru-guru mulai dari guru SD, SMTP, dan SMTA yang tersebar di seluruh pulau Bali. Untuk mengakses semua guru yang akan melanjutkan pada studi lanjut, maka perkuliahan untuk mahasiswa program Pascasarjana tersebut dikonsentrasikan di dua kampus yaitu kampus Singaraja, dan kampus Pegok Denpasar. Di sisi yang lain pada saat sekarang ini teknologi imformasi komunikasi begitu pesat perkembangannya dan sangat canggih. Lebih dari itu teknologi imformasi komunikasi sudah dikembangkan dalam penyelengagaran pendidikan jarak jauh pada beberapa jenjang pendidikan dan dapat berhasil dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan kelangkaan buku-buku yang mendukung kelancaran perkulihan mahasiswa yang berlokasi pada dua lokasi yang cukup berjauhan yaitu di kampus Singaraja dan kampus Pegok Denpasar tersebut, maka 7 perlu dilakukan penelitian pengembangan dengan mengangkat judul ”Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mata Kuliah Analisis Pengembangan Sumberdaya Pendidikan, Analisis Pengendalian Mutu Pendidikan, Supervisi Pendidikan, dan Problematika Kepemimpinan Pendidikan Berbasis E-Learning” Jadi dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan akan menghasilkan produk paling tidak empat buah buku yang diharapkan dapat mendukung materi perkulihan dalam mata kuliah: (1) Analisis pengembangan sumberdaya pendidikan, (2) Analisis pengendalian mutu pendidikan, (3) Supervisi pendidikan, dan (4) Problematika pendidikan dengan berbagai keterbatasannya yang dapat mengatasi kelangkaan ketersediaan buku-buku literatur, dan secara teknis ada peluang untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berbasis E-Learning. Jadi tujuan utama penulisan buku ini adalah pembangunan perangkat lunak (software) yang akan dipasang pada portal web e-learning Program Pascasarjana Undiksha untuk menyediakan sumber belajar alternatif kepada mahasiswa khususnya untuk mendukung materi mata analisis pengembangan sumberdaya tenaga kependidikan. B. Standar Kompetensi Melalui mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan, wawasan, pemahaman terhadap berbagai konsep dan teori tentang tentang sumberdaya pendidikan mampu menganalisis keterpaduan antara sumberdaya khususnya sumberdaya manusia yaitu pengawas dan tenaga kependidikan yang lainnya, mampu memecahkan berbagai masalah sumberdaya pendidikan serta 8 terampil dalam mengaplikasikannya sebagai tenaga kependidikan khususnya sebagai calon pengawas. 9 BAB. II HAKEKAT SUPERVISI PENGAJARAN A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Pengertian supervisi pedidikan Menjelaskan pengertian supervisi pendidikan. Pekembangan supervisi pendidikan Menjelaskan bagaimana perkembangan supervisi pendidikan di Indonesia. Tujuan supervisi pendidikan Menjelaskan tujuan supervisi pendidikan. Fungsi supervisi pendidikan Menjelaskan fungsi supervisi pendidikan Prinsip-prinsip supervisi pendidikan Menjelaskan Prinsip-prinsip supervisi pendidikan B. Pengertian Supervisi Pendidikan Pendidikan di sekolah adalah merupakan salah satu dari tri pusat pendidikan, di samping pendidikan dalam keluarga dan pendidikan dalam masyarakat (Dewantara.1977). Pendidikan di sekolah merupakan suatu sistem pendidikan yang dilakukan dan diorganisasikan secara formal. Sekolah sebagai organisasi pendidikan merupakan suatu sistem yang sangat kompleks, di dalamnya terdiri dari berbagai komponen yang mempunyai tugas dan fungsi secara sendiri-sendiri maupun saling berkaitan satu sama lainnya, dan berproses dalam rangka mencapai tujuannya. 10 Untuk dapat berfungsi dan berprosesnya berbagai komponen sekolah tersebut secara efektif dalam mencapai tujuan pendidikan, maka berbagai fungsi manajemen dalam lembaga pendidikan sekolah supaya dilakukan secara benar. Fungsi-fungsi manajemen yang dimaksudkan diantaranya adalah fungsi perencanaan, pengorgasian, komunikasi, pengarahan, kepemimpinan, pengawasan, evaluasi, monitoring, dan berbagai fungsi yang lainnya. Dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen tersebut khususnya fungsi pengawasan dalam penyelenggarakan pendidikan di sekolah dikenal dengan istilah supervisi pendidikan. Supervisi pendidikan dapat diberikan pengertian sebagai suatu pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru-guru agar menjadi guru atau personal yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya agar mampu meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar di sekolah (Nawawi. 1983). Supervisi pendidikan adalah usaha menstimuli, mengkordinasi, dan membimbing guru secara terus menerus baik secara individu maupun kolektif, dan usaha ini dilakukan oleh supervisor agar guru memahami secara efektif pelaksanaan aktivitas mengajar dalam rangka pertumbuhan murid secara kontinyu (Bordman. 1953), kemudian Glickman (1981) menyatakan supervisi adalah upaya yang dilakukan untuk membantu guru agar mau dan terus belajar untuk meningkatkan kualitas pembela-jarannya. Demikian juga masih terdapat pendapat yang lainnya yang menyatakan supervisi pendidikan adalah prosedur memberi arah dan mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pembelajaran (Nerney. 1951), dan barangkali dapat juga dikutif pendapat dari Burton dan Bruckner (1955) supervisi pendidikan adalah suatu teknik 11 pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan murid. Dari beberapa pengertian supervisi tersebut diatas, tampaknya cara pandang dari masing-masing para ahli tersebut adalah sangat berbeda-beda secara bahasa tergantung dari titik tolak dan cara pandang para ahli tersebut. Namun demikain sesungguhnya dapat diketahui bahwa supervisi pendidikan tersebut bisa dilihat sebagai; (1) suatu program yang berencana, (2) sebagai usaha memimpin guru guruguru dalam jabatan mengajar, (3) sebagai program inservice, (4) sebagai suatu penilaian, (5) dan sebagai upaya untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pertubuhan dan perkembangan pembelajaran murid, (6) sebagai suatu layanan, dan lain sebagai, oleh supervisor terhadap kliennya. C. Perkembangan Supervisi Pendidikan Istilah supervisi dalam bidang pendidikan secara nasional mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1975 bersamaan dengan diberlakukannya Kurikulum 1975. Kemudian dalam perkembangannya, tampaknya pada setiap pergantian kurikulum, supervisi dianggap sebagai bagian dari pelengkap pedoman kurikulum (Depdikbud. 1976), walaupun kata supervisi dianggap tidak mengandung makna yang sesuai dalam bidang pendidikan, karena diberi pemaknaan pembinaan, yaitu pembinaan professional guru sesuai dengan sistem pembinaan professional (SPP) sebagai hasil dari proyek Cianjur 1984 (Depdikbud. 1986). Tampaknya dalam hubungan ini kata pembinaan itu sendiri lebih dikenal di kalangan praktisi seperti 12 kepala sekolah, dan pengawas, dan sebaliknya kurang dikenal oleh guru, karena para guru merasa lebih familiar dengan istilah supervisi. Namun demikian secara akademis apapun istilah yang digunakan untuk supervisi pendidikan bukanlah sesuatu yang perlu dipertentangkan. Karena tugas pengawas dan supervisor dalam konteks pendidikan, dan pengajaran memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah: (1) tujuannya memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru, (2) berfungsi sebagai monitoring, (3) kegiatannya memiliki fungsi manajemen, (4) berorientasi pada tujuan pendidikan. Kemudian perbedaannya adalah bahwa kepengawasan lebih menekankan pada upaya untuk menemukan penyimpangan atau hambatan dari rencana yang telah ditetapkan, sedangkan supervisi lebih menekankan pada upayaupaya membantu guru untuk perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar. Supervisi pendidikan pada awalnya lebih bersifat umum karena dilakukan untuk memonitor berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah. Karena itu seringkali kesalahan para personil sekolah akan lebih banyak dieksploitasi dan ditonjolkan, bahkan jika melebihi batas atau melanggar suatu aturan atau kebijakan akan membawa konsekwensi seseorang personel tertentu dapat diberikan sanksi sampai pada pemecatan. Itulah sebabnya supervisi pada waktu itu lebih banyak dikonotasikan sifatnya lebih melecehkan supervisi dengan ungkapan snoopervision atau penembak jitu. Kemudian lebih lanjut dalam perkembangannya konsepsi supervisi lebih ditekankan kepada perbaikan proses belajar mengajar guru, sehingga para ahli membagi supervisi menjadi supervisi umum yaitu kegiatan supervisi yang ditujukan pada penunjang keberhasilan proses belajar mengajar, seperti sarana dan parasarana 13 dan lingkungannya yang berupa gedung, ruang kelas, media, alat-alat pelajaran, kafetaria, dan transfortasi dan tidak bersifat administratif. Kemudian supervisi pengajaran yang lebih bersifat khusus untuk membantu guru dalam bidang studi tertentu. Dalam hubungan ini kemudian Poerwanto (2006) memperjelas pengertian dan fungsi supervisor tersebut sebagai mitra guru, inovator, konselor, motivator, kolaborator, evaluator serta konsultan guru dalam meningkatkan proses belajar mengajarnya. Berdasarkan konsepsi bahwa supervisi untuk membantu guru dalam bidang studi tertentu, maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar. Konsepsi supervisi kemudian lebih memfokus pada kegiatan PBM, sehingga supervisi diberikan pengertian sebagai setiap layanan yang diberikan kepada guru, yang hasil akhirnya adalah untuk peningkatan atau perbaikan pengajaran guru, pembelajaran murid, dan perbaikan kurikulum (Neagley dan Evans. 1980). Supervisi sebagai usaha untuk mendorong, mengkoordinasikan, dan menuntun pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan di suatu sekolah, baik secara individu maupun secara kelompok dalam pengertian yang lebih baik, dan tindakan yang lebih efektif dalam fungsi pengajaran sehingga mereka dapat mampu untuk mendorong dan menuntun pertumbuhan setiap siswa secara berkesinambungan menuju partisipasi yang cerdas dan kaya dalam kehidupan masyarakat demokratis modern (Boardman, dkk. 1961), nilai supervisi terletak pada perkembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan para siswa (Mark, dkk.1974). Sejalan dengan perkembangan iptek supervisi juga mengalami perkembangan. Pada tahun 1983 P2LPTK Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi 14 Departemen P dan K juga memperkenalkan supervisi klinis yang merupakan hasil karya Morris Cogan dan Robert J. Krajewski yang telah dikembangkan pada tahun 1961. Model supervisi ini dianggap efektif, oleh karena itu banyak pakar yang ikut mengembangkannya antara lain Cogan, Mosher dan Perpel, Oliva, Robert Goldhamamer (Bafadal.1992). Perbedaan pengembangan di antara para pakar tersebut terletak pada langkah proses atau siklusnya, ada yang 3 langkah, 5 langkah, ada pula 8 langkah. Siklus yang paling banyak diikuti adalah yang terdiri dari 3 langkah, demikian juga penggunaan supervisi klinis hanya terbatas pada guru yang menghadapi masalah pengajaran, atau bagi guru yang ingin mencobakan hal-hal yang baru.Variasi dan perbedaan langkah proses dalam siklusnya tampak dalam bagan di bawah ini. BAGAN 2.1 DESKRIPSI SIKLUS SUPERVISI KLINIK Cogan (1973) Mosher dan Oliva (1984) Perpel (1972) Goldhammer, Bafadal. dkk. (1981). 1992 Membangun dan Kontak dan Pertemuan Tahap menetapkan komunikasi sebelum pertemu- hubungan. dengan guru observasi. an awal. untuk merenPerencanaan dengan guru. Perencanaan canakan observasi 15 Perencanaan kegiatan observasi Observasi kelas Observasi. Observasi Observasi kelas kelas Tahap observasi mengajar Analisis proses Evaluasi dan Tindak lanjut Analisis data belajar mengajar. analisis observasi. strategis. Perencanaan Pertemuan Tahap pertemuan. supervisi. pertemuan Pertemuan. Analisis sesudah balikan. pertemuan Penjajagan supervisi. pertemuan berikutnya. Sehubungan dengan tujuan, manfaat dan nilai dari supervisi pengajaran yang sangat begitu penting dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, maka permasalahan lainnya yang tampaknya juga perlu dibahas adalah apakah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat diangkat menjadi pengawas 16 Pengawas secara akademik adalah bisa bersifat formal yang berasal dari luar sekolah, yaitu kalau pengawas tersebut ditunjuk secara legal oleh Dinas Pendidikan pada tingkat kabupaten, provinsi, dan tingkat kecamatan, dan ada juga supervisor yang berasal dari dalam sekolah sendiri, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para ketua unit, dan para guru bidang studi yang sudah senior (Pidarta. 1986). Kemudian seseorang yang dapat diangkat menjadi supervisor terutama yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan sesuai dengan Permen Pendidikan Nasional RI No.12 Tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah/madrasah, untuk tingkat SMA harus memenuhi kualifikasi: (1) memiliki pendidikan minimum Magister (S2) Kependidikan dengan berbasis Sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran pada perguruan tinggi yang terkreditasi, (2) guru SMA bersertifikat pendidik sebagai guru dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di SMA, atau kepala sekolah SMA dengan pengalaman kerja empat tahun, untuk menjadi pengawas sesuai dengan rumpun mata pelajarannya, (3) memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c, (4) berusia setinggi-tingginya 50 tahun sejak diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan, (5) memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalaui uji kompetensi dan atau pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan pemerintah, (6) lulus seleksi pengawas satuan pendidikan. D. Tujuan Supervisi Pendidikan Berbagai macam pendapat yang dapat diuraikan dalam menjelaskan tentang tujuan supervisi pendidikan, seperti misalnya ada yang menyatakan bahwa tujuan 17 supervisi pendidikan adalah menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikanperbaikan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangannya agar diatasi dengan usaha sendiri (Nawawi. 1983). Ada juga pendapat lainnya yang menjelaskan bahwa tujuan dari supervisi pendidikan tersebut sebagai berikut: (1) mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah, (2) meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah, (3) mengembangkan seluruh staf di sekolah (Sahertian. 1977). Demikian pula pendapat yang lainnya yang menguraikan sebagai berikut bahwa tujuan supervisi pengajaran adalah (1) untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan siswa yang bersifat total. Dengan demikian akan terjadi peningkatan kualitas dari masyarakat, (2) membantu kepala sekolah dalam menyesuaikan program pendidikan dari waktu ke waktu secara berkelanjutan dalam rangka menghadapi tantangan dan perubahan, (3) mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat, dan (4) membina guru-guru agar dapat mendidik para siswa dengan baik, dan menegakan disiplin kerja secara manusiawi (Sergiovani.1971). Pendapat yang lainnya menyatakan bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah: (1) membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, (2) membantu guruguru dalam membimbing pengalaman belajar murid-murid, (3) membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar, (4) membantu guru-guru dalam menggunakan metode mengajar dan alat-alat bantu mengajar modern, (5) membantu guru-guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid, (6) membantu guruguru membantu guru-guru dalam hala menilai kemujuan murid, dan hasil pekerjaan guru itu sendiri, (7) membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral 18 kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi jabatan mereka, (8) membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya, (9) membantu guru-guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat, dan (10) membantu guru-guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah. Demikian juga ada pendapat yang menyatakan bahwa tujuan dilaksanakannya supervisi pendidikan adalah: (1) untuk membangkitkan dan mendorong semangat guru dan pegawai administrasi sekolah lainnya untuk menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, (2) agar guru serta pegawai administrasi lainnya berusaha melengkapi kekurangannya dalam penyelenggaraan pendidikan termasuk bermacam-macam media pembelajaran yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses pembelajaran, (3) bersama-sama berusaha mengembang-kan, mencari dan menggunakan metode baru dalam kemajuan proses belajar mengajar yang baik, dan (4) membina kerjasama yang harmonis antara guru, murid, dan pegawai sekolah, misalnya dengan mengadakan seminar, workshop, inservice ataupun training (Mukhtar dan Iskandar. 2009). Bahkan masih ada pendapat yang lainnya yang menyebutkan tujuan supervisi pendidikan tersebut adalah sebagai berikut: (1) membantu guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan dan peranan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan, (2) membantu guru-guru untuk dapat lebih memamahami dan menyadari kebutuhan-kebutuhan dan kesulitan-kesulitan murid dan menolong mereka untuk mengatasinya, (3) memperbesar kesanggupan guru-guru untuk melengkapi dan mempersiapkan murid-muridnya menjadi anggota masyarakat yang efektif, (4) membantu guru mengadakan diagnosa secara kritis aktifitas-aktifitas 19 serta kesulitan-kesulitan mengajar dan belajar murid dan menolong mereka merencanakan perbaikannya, (5) membantu guru-guru untuk menilai aktivitas-aktivitasnya dalam pencapaian tujuan perkembangan pesrta didik, (6) meningkatkan kesadaran guru-guru trhadap tata kerja yang demokratis dan koopertaif serta memperbesar kesediaan untuk menolong dan ditolong, (7) memperbesar ambisi guru-guru dalam meningkatkan mutu karyanya secara maximal dalam bidang keahliannya, (8) membantu guru-guru untuk dapat lebih memanfaatkan pengalaman-pengalamansendiri, (9) membantu guru-guru untuk lebih mempopuler kan sekolah kepada masyarakat agar bertambah simpati, dan kesediaan masyarakat untuk membantu sekolah, (10) mengenalkan para guru dan karyawan baru kepada kepada situasi sekolah dan profesinya, (11) melindungi guru-guru dan karayawan pendidikan terhadap tuntutan-tuntutan yang tidak wajar dan kritik tidak sehat dari masyaraka, dan (12) mengenalkan kepada guru-guru dan karayawan baru rasa kesetia kawanan. E. Fungsi Supervisi Pendidikan Secara teoretik ada beberapa pendapat tentang fungsi supervisi pengajaran. Ada pendapat yang menyatakan bahwa fungsi supervisi pengajaran tersebut adalah: (1) fungsi penelitian. (2) penilaian, (3) perbaikan, dan (4) pembinaan (Ametembun. 1975). Fungsi penelitian yang dimaksudkan di sini adalah meneliti bagaimana situasi sekolah yang sebenarnya. Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan obyektif dengan melalui beberapa langkah, yaitu pertama adalah merumuskan masalah apa yang akan diteliti. Untuk dapat penelitian tersebut 20 terlaksana secara efektif maka masalah yang diteliti supaya dirumuskan dibatasi dengan tegas dan jelas. Langkah kedua adalah pengumpulan data, fakta, dan opini sebagai bahan pertimbangan. Teknik yang dipakai seperti observasi, wawancara, angket, dan lain sebagainya, dan demikian juga bisa dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Langkah yang ketiga adalah koreksi data, bahan-bahan yang telah terkumpul perlu dilakukan koreksi atau memeriksa data yang diperoleh agar memenuhi syarat-sayarat yang diperlukan, kemudian melakukan seleksi data dalam arti memilih data yang sesuai dengan yang diharapkan, melakukan klasifikasi data untuk menggolong-golongkan data yang sejenis sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya menurut jenis kelamin, pengalaman kerja, latar belakang pendidikan dan sebagainya. Kemudian juga melakukan komparasi data yang bersumber dari berbagai kelompok, dan barulah kemudian melakukan interpretasi atau analisis data. Ada kalanya dalam melakukan interpretasi atau analisis data ini juga memerlukan bantuan statistik untuk menghitung prosentase, membuat daftar tabel, dan akhirnya barulah seorang supervisor tersebut dapat mengambil suatu kesimpulan untuk dapat mengambil langkah-langkah yang berikutnya. Fungsi evaluasi dalam konsepsi supervisi pendidikan modern lebih menekankan pada asek-aspek yang positif, tidak semata-mata hanya mencari kesalahankesalahan oleh seorang guru yang sedang disupervisi. Penilaian dilakukan secara kooperatif diantara supervisor dan yang disupervisi bersama-sama menemukan aspek positif yang telah dicapai, bersama-sama meninjau aspek-aspek negatif yang masih ada. Bersama-sama mencari sebab masih adanya hambatan-lambatan kekurangankekurangan yang dialami. 21 Fungsi perbaikan yang dimaksudkan adalah mengadakan perbaikan oleh supervisor maupun yang disupervisi. Bersama-sama mengusahakan untuk mengatasi keukurangan-kekurangan dan hamabatan-hambatan yang dialami. Bersama-sama mencari jalan keluar untuk mempertahankan yang sudah baik, bahkan meningkatkan pelaksanaannya. Secara bersama-sama mencari jalan dalam upaya mempertahankan yang sudah dimiliki. Fungsi pembinaan merupakan tugas inti seorang supervisor pendidikan. Pembinaan diberikan oleh seorang supervisor berupa bimbingan kearah yang disupervisi dan perbaikan situasi serta pemanfaatan segala sumberdaya dan tenaga ke arah terwujudnya tujuan pendidikan. Pendapat yang lainnya menyatakan bahwa fungsi supervisi pengajaran adalah: (1) sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan, (2) sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang terkait dengan pendidikan, dan (3) sebagai kegiatan memimpin dan membimbing (Mukhtar dan Iskandar. 2009). Kemudian ada juga pendapat yang menyatakan bahwa fungsi supervisi pendidikan adalah sebagai berikut: (1) Mengkoordinasikan semua usaha sekolah. Dalam hubungan fungsi ini dapat digambarkan bagaimana sejumlah orang guru yang mengajar bidang studi yang sama ingin mngemukakan idenya dan menguraikan materi pelajaran menurut pandangannya dalam rangka untuk mening-katkan kualitas pembelajarannya. Oleh karena itu tampaknya perlu melakukan usaha-usaha koordinasi dengan guru-guru yang lainnya. Demikian juga dalam hal untuk dapat memecahkan berbagai hal dan merumuskan kebijakan, tujuan-tujuan kegiatan dan program sekolah sepanjang tahun, kemudian dalam upaya untuk pengembangan dan pertum- 22 buhkan jabatan melalui membaca buku-buku dan gagasan-gagasan baru guru-guru secara terus menerus yang bisa dilakukan dengan pelatihan, workshop, seminar, dan forum yang lainnya. Semuanya ini dapat dilaksanakan melalui usaha koordinasi sekolah. (2) Melengkapi kepemimpinan sekolah. Sekolah sebagai salah satu lembaga akan dapat berjalan dengan baik apabila dipimpin oleh seorang pemimpin yang demokratis. Kepemimpinan yang demokratis tersebut perlu dikembangkan, perlu dipelajari, dan harus dilatih secara terus menrus. Dengan melatih dan memperlengkapi guru-guru mereka memiliki keterampilan dalam kepemimpinan di sekolah apabila kelak menjadi kepala sekolah. (3) Memperluas pengalaman guru-guru. Manusia pada dasarnya akan selalu ingin maju yang seoptimal mungkin. Seorang yang ingin menjadi pemimpin dan berprestasi baik maka seharusnya mereka belajar dari pengalaman nyata di lapangan. Dengan demikian akan dapat memperkaya dirinya dengan pengalaman belajar yang baru. (4) Menstimuli usaha-usaha yang kreatif. Semua orang percaya pada suatu keyakinan bahwa manusia diciptakan dengan memiliki potensi untuk berkembang dan berkarya. Untuk dapat menciptakan suasana yang memungkinkan guru-guru dapat mening-katkan potensi-potensi kreatifitas dalam dirinya. Demikian pula guru-guru pada dasarnya adalah merupakan perilaku aktif dalam proses pembelajaran. Namun demikian untuk dapat lebih kreatif tampaknya masih tetap memerlukan pengawasan dalam bekerjanya. (5) Memberi fasilitas dan penilaian secara terus menerus. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya diperlukan penilaian terus menerus. Melalui penilaian dapat diketahui kelemahan dari proses belajar mengajar guru serta hasil belajar siswa. Penilaian ini harus dilakukan secara menyelutuh dalam arti menyangkut semua aspek kegiatan di 23 sekolah, dan secara kuntinyu dalam arti harus dilakukan pada setiap saat, pada saat awal, pertengahan dan di akhir pada akhir semester. Dengan demikian penilaian sebenarnyaadalah sebagai salah satu fungsi supervisi yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan yang lainnya seperti misalnya dengan melakukan penelitian. (6) Menganalisis situasi belajar mengajar. Tujuan supervisi pendidikan adalah memperbaiki situasi dan kualitas proses belajar mengajar. Agar tujuan supervisi pendidikan tersebut dapat dicapai, maka perlu dilakukan analisis terhadap hasil dan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar siswa memegang peranan penting. Dengan memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran akan dapat memberikan umpan balik dan pengalaman dalam rangka perbaikan pembelajaran yang pada akhirnya maka tujuan pendidikan akan dapat ditingkatkan mutunya. Menganalisis situasi belajar mengajar adalah merupakan salah satu fungsi supervisi pendidikan. (7) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf. Setiap guru memiliki potensi dan dorongan untuk berkembang. Supervisi pendidikan akan memberikan bantuan dan dorongan kepada guru-guru agar mengembangkan kemampuan dan pengetahuan, keterampilannya. Motivasi untuk memperbarui adlah merupakan fungsi supervisi pendidikan. (8) Mendudukan dan menyelaraskan tujuan pendidikan dan membentuk kemampuankemampuan guru. Untuk dapat mencapai suatu tujuan tertentu yang lebih tinggi, maka harus didasari oleh pada pencapaian tujuan yang sebelumnya. Terdapat hiarkhi kebutuhan yang harus selaras. Pada suatu saat seorang guru harus mampu mengukur kemampuannya. Mengembangkan kemampuan guru adalah salah satu fungsi supervisi pendidikan (Hariwung. 1989., Sahertian.2000). 24 Dari uraian berbagai pendapat tentang fungsi supervisi pendidikan tersebut, secara jelas tampak bahwa kunci supervisi pendidikan tersebut adalah untuk mengkoordinir, menstimulir, dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru. Demikian juga secara jelas tampak bahwa dengan adanya berbagai macam dari fungsi supervisi pendidikan tersebut tidak lain juga pada dasarnya adalah menggambarkan proses perubahan dan perkembangan masyarakat yang juga mengkontribusi dari dimensidimensi baru supervisi pendidikan. F. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan Seorang pengawas akan dapat melakasanakan tugasnya dengan baik apabila dalam melaksanakan tugasnya dengan berpegang dan berpedoman pada prinsipprinsip supervisi pendidikan. Prinsip-prinsip sepervisi yang dimasudkan adalah: (1) prinsip ilmiah. Prinsip ini bercirikan bahwa kegiatan supervisi tersebut hendaknya berlandaskan pada data obyektif yang diperoleh dari kenyataan yang dialami oleh guru dalam proses belajar mengajar guru. Untuk memperoleh data tersebut diperlukan berbagai alat perekam data, seperti angket, lembar observasi, cheklist, pedoman wawancara, dan yang lainnya. Ciri yang lainnya adalah dilakukan secara sistematis, berencana, dan berkelanjutan. (2) Prinsip demokrasi. Prinsip ini mengharapkan bahwa di dalam pelaksanaan tugas supervisi dilandasi oleh suatu hubungan kemanusiaan yang akrab dan hangat, menjumjung tinggi harga diri dan martabat guru, berdasarkan kesejawatan, bukan berdasarkan pada hubungan atasan dan bawahan, (3) Prinsip kerja sama. Prinsip ini mengembangkan usaha bersama, memberi dukungan, menstimulasi, sehingga guru merasa bertumbuh, kemudian (4) prinsip keempat 25 adalah konstruktif dan kreatif, supervisor harus mampu mengem-bangkan dan menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang menakutkan. (Bafadal. 1982., Sahertian. 2000., Wijono. 1989., Hariwung.19890., Suryobroto. 2004). Kemudian ada juga yang menguraikan bahwa prinsip supervisi pendidikan adalah: (1) kejelasan tujuan, (2) harapkan yang terbaik, (3) berpegang pada tujuan, dan (4) mendapatkan kometment (Dharma. 2003). Ametembun (1975) menguraikan secara lebih rinci bahwa prinsip-prinsip supervisi tersebut adalah sebagai berikut: (1) bersumber dari data kolektif bukan bersumber pada usaha-usaha yang hanya dilakukan oleh pengawas. Jadi pengawasan yang baik adalah kalau di dalam melaksanakan pembinaan terhadap guru-guru tersebut mempergunakan sumber-sumber dan usaha-usaha kelompok, bekerja secara bersama-sama, (2) berdasarkan atas hubungan profesional, bukan berdasarkan pada hubungan pribadi. Supervisor dan guru-guru harus saling menghargai status profesi masing-masing, dan berusaha untuk mencapai apa yang sudah disetujui secara bersama. Seorang supervisor harus ramah, informal tidak boleh merendahkan keliannya, (3) mengembangkan kesanggupan guru dan pegawai dalam segi-segi kekuatannya. Ini dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pertumbuhan jabatan guru dan karyawan lainnya secara berkelanjutan, (4) memperhatikan tingkat kesejahteraan dan hubungan bathin dan faktor sisi kemanusiaan dari guru-guru dalam kondisi yang menyangkut kelompok, diantaranya semangat kerja dari guru-guru, kelengkapan fasilitas pembelajaran, konflik-konflik antar pribadi, tidak boleh pembinaan yang dilakukan oleh pengawas yang berat sebelah, (5) dilakukan secara progresif dan bertahap dengan ketekunan, dalam arti bahwa supervisor harus 26 membantu guru-guru dan karyawan lainnya untuk dapat berkembang secara bertahap, (6) pengawasan hendaknya dilakukan berdasarkan pada kondisi dan kenyataan sebenarnya yang ada di lapangan. Jadi harus memahami permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru, karyawan dan murid, baru lebih lanjut untuk bertindak dalam rangka untuk perbaikan, (7) memperhitungkan sikap-sikap guru-guru, karyawan dan muridmurid yang disupervisi, mengenal kelemahan-kelemahan dan kegagalan-kegagalan mereka serta prasangka-prasangkanya, (9) hendalah dilakukan secara sederhana dan informal dalam pelaksanaannya, tidak muluk-muluk, menggunakan bahasa yang dapat dipahami, tidak berlebihan, tidak menjolok dan lain sebagainya, dan (10) hendaknya obyektif dan sanggup mengevaluasi secara jujur, dan obyektif dapat menilai dan menganalisis progres dan kemampuan serta kegagalan-kegagalan yang dialaminya. Prinsip-prinsip supervisi yang diuraikan di atas dalam pelaksanaannya sebaiknya didukung dengan menggunakan metode dan beberapa teknik yang dapat digunakan oleh seorang pengawas agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. G. Rangkuman Supervisi pendidikan pada awalnya lebih bersifat umum karena dilakukan untuk memonitor berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah. Kemudian lebih lanjut dalam perkembangannya konsepsi supervisi lebih ditekankan kepada perbaikan proses belajar mengajar guru, sehingga para ahli membagi supervisi menjadi supervisi umum yaitu kegiatan supervisi yang ditujukan pada penunjang keberhasilan proses belajar mengajar, seperti sarana dan parasarana dan lingkungannya yang 27 berupa gedung, ruang kelas, media, alat-alat pelajaran, kafetaria, dan transfortasi dan tidak bersifat administratif. Kemudian supervisi pengajaran yang lebih bersifat khusus untuk membantu guru dalam bidang studi tertentu. Supervisor tersebut berperan sebagai mitra guru, inovator, konselor, motivator, kolaborator, evaluator serta konsultan guru dalam meningkatkan proses belajar mengajarnya. Berdasarkan konsepsi bahwa supervisi untuk membantu guru dalam bidang studi tertentu, maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar. Konsepsi supervisi kemudian lebih memfokus pada kegiatan PBM, sehingga supervisi diberikan pengertian sebagai setiap layanan yang diberikan kepada guru, yang hasil akhirnya adalah untuk peningkatan atau perbaikan pengajaran guru, pembelajaran murid, dan perbaikan kurikulum. Supervisi sebagai usaha untuk mendorong, mengkoordinasikan, dan menuntun pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan di suatu sekolah, baik secara individu maupun secara kelompok dalam pengertian yang lebih baik, dan tindakan yang lebih efektif dalam fungsi pengajaran sehingga mereka dapat mampu untuk mendorong dan menuntun pertumbuhan setiap siswa secara berkesinambungan menuju partisipasi yang cerdas dan kaya dalam kehidupan masyarakat demokratis modern, nilai supervisi terletak pada perkembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan para siswa. Sejalan dengan perkembangan iptek supervisi juga mengalami perkembangan. Pada tahun 1983 P2LPTK Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen P dan K juga memperkenalkan supervisi klinis yang merupakan hasil karya Morris Cogan dan Robert J. Krajewski yang telah dikembangkan pada tahun 1961. Model supervisi ini dianggap efektif, oleh karena itu 28 banyak pakar yang ikut mengembangkannya antara lain Cogan, Mosher dan Perpel, Oliva, Robert Goldhamamer. H. Evaluasi 1. Jelaskan pengertian supervisi pendidikan !. 2. Jelaskan bagaimana perkembangan supervisi pendidikan di Indonesia !. 3. Jelaskan tujuan supervisi pendidikan !. 4. Diskusikanlah dengan beberapa orang guru di lapangan sudahkan fungsi supervisi pendidikan diiterapkan oleh para kepala sekolah dan pengawas!. 5. Diskusikanlah dengan beberapa orang guru di lapangan sudahkan prinsip-prinsip supervisi pendidikan tersebut dilakukan oleh para pengawas !. 29 BAB. III METODE DAN TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Memahami metode supervisi pendidikan Memilih metode supervisi pendidikan yang paling tepat. Memahami Teknik-teknik supervisi pen- Menggunakan teknik supervisi pendidikdidikan an dengan benar. B. Metode Supervisi Pendidikan Metode supervisi yang dimaksudkan adalah metode langsung dan tidak langsung (Ametembun. 1975). Metode langsung merupakan suatu cara dimana seorang pengawas secara pribadi langsung dapat berhadapan dengan guru yang disupervisi baik secara individu maupun secara kelompok. Kemudian metode tidak langsung apabila seorang pengawas dalam melaksanakan fungsinya dengan menggunakan alat perantara atau media terhadap guru yang disupervisinya. Pemilihan terhadap salah satu metode supervisi tersebut akan berkaitan erat dengan penggunaan suatu teknik supervisi. Pemilihan dan penggunaan metode supervisi langsung misalnya dapat digunakan secara bersamaan dengan teknik supervisi kunjungan kelas, pertemuan individual, dan rapat guru. Demikian pula pemilihan dan penggunaan metode supervisi tidak langsung, dapat digunakan secara bersamaan dengan teknik supervisi, misalnya, buleletin supervisi, papan pembinaan, angket, dan televisi. Dalam hubungan dengan pemilihan metode dan teknik supervisi 30 tersebut ada pendapat yang menekankan pada penggunaan metode langsung dan teknik individual, bahkan lebih jauh menyatakan bahwa pengawas dinyatakan belum melakukan kegiatan supervisi apabila tidak menggunakan metode angsung dan teknik individual tersebut. Dengan demikian seorang supervisor tersebut haruslah melakukan kunjungan kelas, observasi, dan percakapan, karena dengan kunjungan kelas inilah kelemahan dan kelebihan guru dalam mengajar dapat dideteksi (Neagley dan Evans. 1980). Sehubungan dengan pentingnya teknik kunjungan kelas, observasi yang didahului dengan percakapan, maka kunjungan kelas tersebut lebih lanjut disebut dengan tulang punggung supervisi. Untuk dapat memahami secara lebih dalam dan rinci dari masing-masing jenis teknik supervisi pengajaran seperti yang telah diuraikan di atas maka pembahasan ini akan dilanjutkan dengan pembahasan tentang teknik-teknik supervisi pendidikan. C. Teknik Supervisi Pendidikan Teknik supervisi pendidikan ada yang disebut dengan teknik individual, seperti kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, menilai diri sendiri, dan ada pula teknik supervisi bersifat kelompok, seperti: rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi sebagai proses kelompok, tukar menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar, simposium, demontrasi, perpustakaan jabatan, buletin supervisi, membaca langsung, mengikuti kursus, organisasi jabatan, perjalanan sekolah untuk staf sekolah (Sahertian dan Mataheru. 1982., Sagala. 2010). 31 Untuk lebih jelasnya dari masing-masing teknik supervisi tersebut maka dalam pemabahasan selanjutnya akan dijelaskan teknik supervisi pengajaran yang bersifat individual sebagai berikut di bawah ini. 1. Kunjungan Kelas. Seorang pengawas atau kepala sekolah datang ke dalam kelas di mana guru sedang mengajar. Pengawas atau kepala sekolah mengadakan pembinaan terhadap suasana belajar mengajar di kelas. Tujuan kunjungan kelas adalah dalam rangka menolong guru dalam upaya untuk mememcahkan berbagai masalah mengajar yang dihadapi oleh guru. Dalam kunjungan kelas yang diutamakan adalah mempelajari bagaimana kesulitan anak dalam belajar, bagaimana masalah yang dihadapi oleh guru dalam mengajar. Oleh karena kunjungan kelas ini sifatnya meninjau dan mempelajari kelas maka sering juga disebut dengan observasi kelas, walaupun antara kunjungan kelas dan observasi kelas dalam beberapa buku tetap dibedakan. Fungsi dari kunjungan kelas adalah untuk meningkatkan cara mengajar guru dan belajar murid atau untuk mengenalkan model pembelajaran yang baru bagi guru. Kunjungan kelas juga membantu guru dalam meneliti prinsip-prinsip dalam pelaksanaan pembelajaran. Kunjungan kelas ini ada beberapa jenis, (1) kunjungan kelas tanpa diberitahukan sebelumnya oleh pengawas atau kepala sekolah kepada guru. Kunjungan kelas ini dilakukan secara tiba-tiba datang ke kelas sementara guru sedang mengajar. (2) Kunjungan kelas yang diberitahukan sebelumnya oleh pengawas atau kepala sekolah 32 kepada guru, dan (3) kunjungan kelas atas dasar permintaan atau undangan dari guru. Seorang guru bisa mengundang pengawas atau kepala sekolah mengunjungi kelasnya untuk mengetahui suasana pembelajarannya. BAGAN 2.2 SIKLUS KEGIATAN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS 2. Kunjungan Kelas /Observasi 1. Percakapan sebelum kunjungan kelas 3. Percakapan setelah Kunjungan kelas. 2. Observasi Kelas Observasi kelas adalah kgiatan yang dilakukan oleh supervisor untuk mengamati guru yang sedang mengajar di suatu kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data dan informasi secara langsung mengenai segala sesuatu yang terjadi saat proses pembelajaran berjalan. Data dan infomrasi tersebut digunakan oleh supervisor sebagai dasar untuk melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi. Selama ada di dalam kelas supervisor melakukan pengamatan yang teliti dengan menggunakan instrumen tertentu untuk data yang obyektif. Sebelum supervisor melakukan pengamatan terlebih dahulu menjelaskan maksud kedatangannya untuk membantu guru-guru menemukan kelemahan-kelemahannya, yang semuanya dijadikan dasar untuk bersama-sama memperbaikinya. Jadi observasi dilakukan bukan untuk mencari-cari kesalahan, tetapi untuk meningkatkan kualitas guru dalam 33 mengajarnya setelah ditemukannya berbagai titik lemahnya. Agar hubungan supervisor dengan guru lebih menjamin proses observasi dapat dilakukan dengan baik, maka pengawas sebelum ke lapangan diberitahunkan terlebih dahulu kepada guru atau bisa sebaliknya tanpa memberitahuan sebelumnya kepada guru-guru, karena pada dasarnya kedua teknik tersebut memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangannya. 3. Percakapan Pribadi Dalam percakapan pribadi pengawas atau kepala sekolah sebaiknya berusaha untuk mempersamakan pengertian tentang pembelajaran yang baik. Dalam percakapan pribadi yang dibicarakan oleh pengawas dan guru adalah hal-hal yang dialami oleh guru yang dianggap sebagai masalah atau kesulitan dalam mengajarnya. Percakapan pribadi merupakan suatu teknik yang sangat penting dalam supervisi pengajajaran, karena dengan teknik ini pengawas dan guru secara terbuka dapat mendiskusikan dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru. Tujuan percakapan pribadi adalah membantu pertumbuhan jabatan guru, meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan proses pembelajaran yang lebih baik, memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang dilami oleh guru, dan menghilangkan berbagai prasangka yang tidak baik dalam kaitannya dengan pembelajaran. Demikian juga percakapan pribadi ini ada bermacam-macam, yaitu (1) percakapan pribadi setelah dilakukan kunjungan kelas, (2) percakapan pribadi melalui percakapan biasa. Sering juga percakapan pribadi melalui percakapan biasa dibedakan lagi atas percakapan pada saat murid-murid tidak ada di kelas, di 34 lakukan di ruang kepala sekolah, dilakukan secar kebetulan, atau dilakukan dengan melakukan kunjungan ke dalam kelas ketika guru sedang mengajar. 4. Saling mengunjungi Kelas Yang dimaksud dengan saling mengunjungi kelas adalah saling mengunjungi antar rekan guru yang satu dengan yang lainnya pada saat sedang mengajar. Berbagai kelebihan yang dapat dilihat dari saling mengunjungi kelas ini diantaranya adalah: (1) memberi kesempatan mengamati rekan lain yang sedang memberi pelajaran, (2) membantu guru-guru yang ingin memperoleh pengalaman atau keterampilan tentang teknik dan metode mengajar serta berguna bagi guru-guru yang menghadapi kesulitan tertentu dalam mengajar, dan (3) sifat bawahan terhadap pemimpin seperti halnya supervisor dan guru tidak ada sama sekali, sehingga diskusi dapat berlangsung secara wajar dan mudah mencari penyelesaian sesuatu persoalan yang bersifat musyawarah. Saling mengunjungi kelas ini dilakukan karena ada guru yang mengalami kesulitan sehingga supervisor mengarahkan dan menyarankan kepada guru tersebut untuk melihat rekan-rekan mereka yang sedangmengajar. Dalam teknik saling mengunjungi kelas ini yang akan dikunjungi sudah tentu guru yang memeiliki keahlian dan keterampilan yang lebih baik dalam menggunakan teknik-teknik mengajar. Saling mengunjungi kelas ini dilakukan juga disebabkan oleh karena dianjurkan oleh kepala sekolah agar guru-guru saling mengunjungi rekan-rekan di kelas atau di sekolah yang lain. 35 Saling mengunjungi kelas ini akan lebih bermanfaat jika direncanakan dengan baik, dengan prinsip kooperatif antara guru yang mengunjungi dan yang dikunjungi. Sebelum melakukan saling mengunjungi kelas tujuannya supaya ditetapkan terlebih dahulu dengan jelas, sehingga akan lebih mudah menetapkan guru mana yang akan dikunjungi maupun dalam menetapkan aktifitas-aktifitas yang akan dilakukan. Demikian juga saling mengunjungi kelas ini akan lebih meningkat manfaatnya apabila dilanjutkan dengan diskusi antara pengawas, guru yang mengunjungi dan dikunjungngi dalam menganalisa prosedur teknik mengajar yang baru dilihat. 5. Menilai Diri Sendiri. Teknik ini sesungguhnya adalah merupakan salah satu langkah yang dilakukan dalam percakapan pribadi. Dalam percakapan pribadi tersebut supervisor berusaha menyadarkan guru akan kelebihan dan kekurangannya, guru yang menilai dirinya sendiri apakah sudah melakukan hal yang benar atau belum. Penilaian diri guru ini dilayani oleh supervisor dan dicarikan pemecahannya agar guru dapat berkembang dengan baik. Kemudian berbagai teknik supervisi pengajaran yang bersifat kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut di bawah ini. 6. Rapat Guru. Dilihat dari sifat jenis kegiatan, tujuan, dan jumlah pesertanya, ada beberapa jenis rapat guru. Rapat guru yang dipimpin oleh seorang supervisor akan berhasil dengan baik jika sebelumnya sudah dibuatkan suatu perencanaan yang baik, sehingga pelaksanaannya juga dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan hasil kesepakatan. 36 Menurut Sagala (2010) terdapat beberapa hal yang penting yang semestinya oleh pengawas dalam perencanaan rapat yang harus diperhatikan bersama dengan guru, yaitu: (1) menegaskan masalah-masalah secara jelas dan kongkret, (2) masalahmasalah bahan rapat harus merupakan hal yang timbul dari guru-guru yang dianggap penting dan dibutuh dalam melaksanakan tugasnya mengajar, (3) masalah-masalah pribadi guru yang menyangkut kegiatan belajar mengajar yang diungkapkan dalam rapat perlu mendapat perhatian yang serus bagi pengawas, (4) pengalamanpengalaman baru yang diperoleh guru-guru dalam rapat supaya membawa mereka pada pertumbuhan pribadi dan jabatannya, (5) partisipasi guru sejak perencanaan sampai pada pelaksanaaan rapat sebaiknay dipikirkan secara baik, sehingga betul dirasakan sebagai menolong guru-guru dalam meningkatkan kualitasnya dalam mengajar, (6) kondisi setempat, waktu dan tempat rapat perlu menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan rapat sehingga kenyamanan dan keakraban dapat terbangun dengan baik. Lebih lanjut Sagala juga menjelaskan bahwa dalam rapat tersebut seorang pengawas supaya berhasil dengan baik maka pengawas dituntut untuk memeiliki beberapa kemampuan dalam rapat sperti: (1) mampu menciptakan suasana yang baik dengan sikap ramah tamah, menjadi pendengar yang baik, (3) menguasai ruang lingkup masalah dan materi rapat yang dibiarakan dalam rapat, (3) mampu menumbuhkembangkan motivasi pada diri para peserta untuk berpartisipasi secara aktif selama rapat berlangsung, membantu mereka yang kurang berpengalaman dalam mengemukan ide-ide atau pendapat dalam rapat, (4) mengatur arah dan fokus pembicaraan dalam rapat berlangsung sehingga penyimpangan dari masalah rapat dihindari, (5) memberikan penjelasan tamabahan dan interpretasi yang 37 obyektif tentang pendapat dan usul anggota rapat yang dirasakan kurang jelas, (6) mencari titik-titik persamaan dan menetralisasikan perbedaan pendapat yang menonjol di kalangan peserta rapat, dan (7) pengawas menutup dan mengakhiri rapat dengan manfaat yang besar dalam suasana yang dapat memuaskan. 7. Studi Kelompok antar Guru. Studi kelompok antar guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah guru yang memiliki keahlian dibidang tertentu, seperti misalnya IPA, Bahasa Indinesia, IPS. Studi kelompok antar guru mata pelajaran sudah terbentuk atau ada khususnya yang tergabung dalam organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Musyawarah Guru Bidang Studi (MGBS) di daerah masingmasing apakah di tingkat kecamatan ataupun di tingkat kabupaten. Studi kelompok yang terbangun dalam sistem pendidikan atau di sekolah akan dapat menciptakan komunitas belajar yang demokratis dan adil secara sosial. Biasanya sebelum melakukan pertemuan masing-masing guru mata pelajaran terlebih dahalu mempelajari masalahnya secara sendiri-sendiri barulah kemudian dalam pertemuan salah seorang diantara mereka menyajikannya, kemudian dikaji secara bersama. Hal-hal yang prinsip yang tidak dapat dipecahkan oleh guru-guru barulah kemudian meminta bantuan kepada pengawas selaku supervisor. 8. Tukar Menukar Pengalaman Tukar menukar pengalaman adalah merupakan suatu teknik supervisi pendidikan dimana guru saling memberi dan menerima, saling belajar satu dengan yang lainnya. Berbagi pengalaman yang dapat diberikan kepada guru yang lainnya 38 atau menerima dari guru yang lainnya. Dalam penerapan teknik tukar menukar pengalaman mempunyai landasan asumsi bahwa semua guru adalah sebagai orangorang sudah berpengalaman. Kemudian prosedur atau langkah yang dapat dilakukan adalah dengan perteama menentukan tujuan yang akan inggin dicapai, kedua menetapkan pokok bahasan yang akan dibahas dalam bentuk masalah, ketiga memberi kesempatan kepada setiap guru untuk menyumbangkan pendapatnya, dan yang keempat adalah membuat kesimpulan sementara dan memunculkan tema baru. Berbagai masalah atau yang dapat dijadikan tema misalnya bisa atau dapat mengenai penyusunan silabus, pembuatan media pembelajaran, penyusunan rencana pembelajaran. 9. Lokakarya. Lokakarya dalam kegiatan supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar kelompok yang dilakukan oleh sejumlah guru-guru atau pendidik yang mempunyai masalah yang relatif sama dan ingin memecahkan masalah secara bersama melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat perorangan. Berdasarkan pada pengertian lokakarya tersebut dapat dirumuskan ciricirinya sebagai berikut: (1) masalah yang dibahas bersifat hidup dan muncul dari peserta sendiri, (2) selalu menggunakan aktifitas mental dan fisik dalam kegiatannya secara optimal, sehingga tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula, terjadi perubahan yang berarti pada diri pserta setelah mengikuti kegiatan, (3) metode yang digunakan dalam bekerja adalah metode pemecahan masalah, musyawarah, praktik, dan penyelidikan, (4) dilakukan berdasar- 39 kan kebutuhan bersama untuk memecahkan masalah pengajaran, (5) menggunakan narasumber-resource perseon the resource material yang memberi bantuan yang besar sekali dalam mencapai hasil, dan (6) senantiasa memelihara kehidupan seimbang disamping mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perubahan tingkah laku. Supervisor sebagai fasilitator dalam lokakarya ini tentu lebih dahulu mempersiapkan perencanaan dalam bentuk proposal, menyiapkan bahan yang diperlukan, dan menyusun teknik-teknik fasilitasi selama lokakarya. Berbagai permasalahan yang relatif sama yang dihadapi oleh para guru dapat dapat dibahas dalam lokakkarya ini seperti misalnya penyusunan silabus, menyusun KTSP. Dalam melaksanakan kegiatan lokakarya ini seorang pengawas dapat dibantu oleh para narasumber lainnya, demikian pula lokakkarya ini pada akhirnya harus menghasilkan suatu produk yang berupa dokumen yang disusunnya sendiri. Prosdeur pelaksanaan lokakarya adalah sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan workshop, (2) merumuskan pokok-pokok masalah yang akan dibahas secara terperinci, (3) menetapkan prosedur pemecahan masalah yang emncakaup merumuskan masalah yang akan dibahas, tujuan pembahasan, metode pembahasan seperti misalnya membaca buku, mendengarkan pengarahan, mengerjakan tugas-tugas, mendiskusikan, merumuskan kesimpulan, menentukan alat dan bahan yang digunakan selama worshop, merumuskan kesulitan-kesulitan yang dihadpi dan merumuskan kesimpulan-kesimpulan. 40 10. Diskusi Panel. Diskusi penel adalah adalah suatu bentuk diwskusi yang dipentaskan dihadapan sejumlah partisipant atau pendengar. Biasanya diskusi panel ini dilakukan untuk memecahkan suatu masalah dan panelis terdiri dari orang-orang yang dianggap ahli dalam bidang yang didiskusikan. Tujuan adalah untuk menjajagi suatu masalah secaraq terbuka agar supaya dapat memperoleh lebih banyak pengetahuan dan pengertian tentang suatu masalah dari berbagai sudut. Tujuan yang lainnya adalah agar para pendengar mengrahkan perhatiannya terhadap masalah yang dibahas, melalui dinamika kelompok sebagai hasil interaksi daripada panelis. Prosedur diskusi panel adalah pertama moderator mengantarkan problema secara umum, kedua moderator menimbulkan masalah secara bertahap satu demi satu, sehingga terjadi diakusiantar panelis, ketiga moderator mengarahkan setiap masalah shingga tetap dalam ruang lingkup pembahasan, dan setiap masalah yang sudah dibahas lalu dirumuskan, keempat moderator memunculkan tema baru, dan kemudian pada akhirnya moderartor merumuskan pokok-pokok diskusi yang akan dibahas bersama dalam kelompok seluruhnya. 11. Seminar, Seminar dapat diberikan pengertian sebagai tempat belajar yang dipersamakan dengan perguruan tinggi, dan ada juga juga yang mengartikan sebagai suatu bentuk mengajar belajar berkemlompok di mana sejumlah kecil antara 10 sampai 15 orang yang mengadakan pendalaman atau penyelidikan tersendiri atau bersama-sama 41 terhadap berbagai masalah dengan dibimbing secara teliti oleh seorang atau lebih pengajar pada waktu tertentu. Kelompok ini berkumpul untuk mendengarkan laporan salah satu anggotanya atau untuk mendiskusikan masalah-masalah yang dikumpulkan oleh anggota kelompok. Seminar ini bisa juga dilakukan oleh suatu instansi pendidikan secara formal yang diikuti oleh banyak orang secara terbuka. Pengawas dan guru-guru dapat ikut berpartisipasi dalam seminar yang dislenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan tersebut dengan mengirim makalah atau menjadi pemakalah utama atau sebagai pembanding. Demikian juga pengawas dapat melakukan sendiri kegiatan seminar dengan menggunakan lembaga tempat bekerja pengawas dan guru yang difasilitasi oleh kepala sekolah. 12. Simposium. Simposium dalam supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu pertemuan, yang mana dalam pertemuan tersebut dilakukan peninjauan terhadap aspekaspek atau masalah-masalah pokok dalam pembelajaran, atau upaya dalam mengumpulkan beberapa sudut pandang tentang suatu masalah pengajaran yang dilakukan dihadapan semua peserta sebagai pendengar sismposium. Simposium adalah suatu pertemuan yang dalam pertemuan itu ada beberapa pembicara menyampaikan pikirannya secara singkat mengenai suatu topik masalah tentang pendidikan atau topik-topik yang berkaitan dengan masalah pembelajaran. Simposium dapat juga diartikan sebagai sebuah kumpulan karangan-karangan pendek 42 tentang sesuatu pokok yang ditulis oleh sejumlah ahli dan diterbitkan menjadi sebuah buku. Mengacu pada pengertai simposium sebagai suatu pertemuan maaka suatu masalah yang akan dibahas atau yang akan diterbitkan terlebih dahulu harus mendapat padangan-panadangan, pendapat, dan pertimbangan dari para ahli. Pendapat, pandangan dan pertimbangan para ahli ini kemudian dapat dijadikan sebagai dasar mencari jalan keluar atau pemecahan masalah dalam memcahkan masalah-msalah pendidikan dan pembelajaran. Dalam realitanya pengawas dapat juga memanfaatkan para ahli dari perguruan tinggi. 13. Demonstrasi. Teknik demonstrasi ini dilakukan dalam bentuk pemberian berbagai penjelasan oleh pengawas kepada guru-guru tentang mengajar yang baik setelah seseorang guru yang dianggap baik memberikan penjelasan kepada guru-guru yang dikunjunggi sbelumnya. Demontrasi mengajar yang baik bukan berati berhasil atau tidak, demomstrasi harus direncanakan dengan teliti dan mempunyai suatu tujuan tertentu, memberikan suatu kesempatan kepada guru-guru utnuk melihat metode-metode mengajar yang baru atau yang berbeda. Guru-guru yang memperhatikan dan sadar akan tujuan demonstrasi tersebut mencatatnya dengan teliti dan akan mendiskusikannya hal tersebut dengan peserta yang lainnya, guru atau pengawas setelah demonstrasi dilakukan. 43 14. Perpustakaan Jabatan Pada saat sekarang setiap sekolah dituntut dan sudah memiliki sebuah perpustakaan. Malah idealnya sebagai teknik supervisi maka sekolah seharusnya telah mengusahakan perpustakaan jabatan sendiri yang isinya adalah berupa buku-buku, majalah, brosur, dan bahan-bahan yang lainnya yang telah diseleksi dengan teliti mengenai suatu bidang studi tertentu. Perpustakan yang mengelola buku-buku tentang suatu bidang studi sangat memperkaya pengetahuan dan pengalaman guru sehingga guru dapat bertumbuh dalam profesi mengajarnya. Suatu rung yang penuh berisi buku-buku tentang tiap bidang ilmu, di mana guru dapat membaca dengan tenang dan nyaman sambil memperdalam pengetahuannya dalam bidang studi yang diajarnya. Guru yang mebaca banyak akan membantu dalam mengajarnya lebih kaya dan lebih menyenangkan. Walaupun sesungguhnya pada saat ini banyak penelitian yang menemukan tentang kelengkapan perpustakaan mengajar belum lengkap, lebihlebih perpustakaan yang mendukung jabatan seorang supervisor jelas belum ada. 15. Bulettin Supervisi. Bulettin supervisi adalah salah bentuk komunikasi tulisan yang dikeluarkan oleh staff supervisor yang digunakan sebagai alat untuk membanru guru-guru dalam memperbaiki situasi belajar mengajar. Ada tiga macam bulettin supervisi (Kyte. 1930), yaitu: pertama bulettin bagi instruksi hal-hal yang ada hubungannya dengan instruksi-instruksi daripimpinan sekolah dalam membantu guru-guru dalam melaksanakan tugas mereka, misalnya pernyataan singkat dari supervisor mengenai tujuan program pendidikan yang mana telah 44 ditetapkan, beberapa informasi mengenai metude-metode mengajar yang baru dan baik, ringkasan mengenai cara-cara belajar yang lebih efktif dan lain sebagainya. Kedua adalah bulettin supervisi khusus guru-guru sebagai persiapan dalam mengikuti rapat. Maksud dari bulettin ini adalah memberi kesempatan kepada guru-guru untuk membuat persiapan bagi sesuatu rapat yang akan disesuaikan dengan kemampuan mereka. Selain dari itu guru-guru dapat mengerti dengan jelas mengenai apa ayang dibacanya, dipelajarinya sebagai bahan persiapan diri mereka secara efektif dalam mengikuti rapat. Kemudian bulettin yang ketiga adalah bulettin tindak lanjut dari sesuatu rapat. Setelah suatu rapat selesai akan lebih baik apabila terlebih dahulu dipersiapkan bulettin yang berisikan tindak lanjut dari rapat itu. Bulettin ini dapat digunakan oleh guru-guru yang mengikuti rapat dan oleh supervisor sendiri. Bulettin supervisi dalam bentuk instruksi dapat diterbitkan dalam bentuk lembaran-lembaran dan ada juga dalam bentuk laporan-laporan yang dimuat dalam bentuk majalah. Penebittanya dapat disesuaikan dengan keperluan. 16. Membaca langsung. Bilaman asekolah memiliki banyak buku sumber yang berhubungan dengan bidang studi, maka teeknik yang paling sederhana adalah membaca langsung dan terbimbing. Membaca langsung memerlukan cukup waktu, serta dukungan motivasi dari guru-guru. Membaca langsung agak sulit dilakukan karena tugas guru sudah berat, lebih dari itu sehabis membaca harus membuat laporan atau review singkat dari hasil bacaan yang dilakukan. 45 17. Mengikuti Kursus. Mengikuti kursus sebenarnya adalah suatu teknik supervisi yang dapat digunakan untuk membantu guru-guru dalam mengembangkan pengetahuan profesi mengajar dan menambah keterampilan guru-guru dalam melengkapi profesi mereka. Dalam mengikuti kursus guru-guru diarahkan kepada dua hal yaitu pertama sebagai penyegaran dan yang kedua sebagai usaha dalam meningkatkan pengetahauan, keterampilan, dan sikap tertentu. Penyegaran adalah suatu irama hidup dalam proses pengabdian guru. Dalam kursus itu sebaiknya guru lebih banyak menghubungkan pengalaman yang elah diperoleh dengan sesuatu yang baru yang akan membantu pertumbuhan profesi mengajarnya. 18. Organisasi Jabatan. Organisasi yang sesuai dengan minat dan masalah yang disukai menjadi salah satu faktor yang mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap pengembangan diri seorang guru baik di pusat maupun di daerah. Banyak oraginisasi-organisasi nasional yang kuat dan mempunyai cabang-cabang dan bekerja secara efektif. Organisasiorganisasi ini biasanya dalam waktu atau setiap setahun sekali akan melakukan konperensi. Organisasi-organisasi ini karena mempunyai pengaruh yang kuat dalam pertumbuhan profesi guru maka sebaiknya perlu dipelihara dan dibangun berbagai organisasi yang lainnya. Demikian uraian beberapa teknik supervisi yang dapat dipilih dan digunakan sesuai dengan keadaan fasilitas, waktu, maupun tujuan yang ingin dipai. 46 D. Rangkuman Teknik supervisi pendidikan ada yang bersifat individual, seperti kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, menilai diri sendiri, dan ada pula teknik supervisi bersifat kelompok, seperti: rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi sebagai proses kelompok, tukar menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar, simposium, demontrasi, perpustakaan jabatan, buletin supervisi, membaca langsung, mengikuti kursus, organisasi jabatan, perjalanan sekolah untuk staf sekolah. Teknik supervisi pendidikan yang bersifat individual dan bersifat kelompok ini memiliki kelebihan dan kelemahan-kelemahannya tersendiri. Oleh karena itu maka dalam memilih dan menetapkan teknik supervisi ini supaya disesuaikan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru-guru yang akan disupervisi serta harus direncanakan dengan baik. E. Evaluasi 1. Observasilah kegiatan supervisi para pengawas di lapangan terutama dalam memilih metode supervisi pendidikan yang digunakan. Kemudian buatlah laporan observasi apakah yang menjadi dasar pemilihan suatu metode tersebut. 2. Observasilah kegiatan supervisi para kepala sekolah di lapangan, kemudian evaluasilah apakah sudah dapat menggunakan teknik supervisi pendidikan dengan benar? 47 BAB. IV BERBAGAI PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian B. Kompetensi Dasar C. Indikator Capaian Cara pandang terhadap pembelajaran dan Menjelaskan cara pandang psikologi supervisi pendidikan. belajar terhadap pembelajaran dan supervisi pendidikan. Pendekatan supervisi pendidikan. Menjelaskan berbagai pendekatan supervisi pendidikan. B. Beberapa Pandangan Psikologi Belajar tentang Pendekatan Supervisi Pendidikan dan Pembelajaran Dalam perkembangan supervisi pendidikan terdapat beberapa pandangan dari para ahli psikologi belajar dalam rangka untuk menemukan suatu pendekatan yang dianggap baik. Sahertian (2000) misalnya menjelaskan bahwa untuk dapat mencapai tujuan dilaksanakannya supervisi pendidikan secara efektif seorang supervisor dapat memilih dan menggunakan salah satu pendekatan dari berbagai pendekatan yang ada. Pertama adalah pendekatan supervisi pendidikan yang memiliki pijakan ilmiah, yaitu supervisi saintifik, artistik, dan klinik. Supervisi saintifik memiliki ciri-ciri: (1) dilaksanakan secara berencana dan kontinyu, (2) sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu, (3) menggunakan instrumen pengumpulan data, dan (4) data obyektif yang diperoleh dari keadaan riil, dan dianalisis. Supervisi artistik memandang bahwa mengajar itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan suatu 48 kiat. Lebih jauh dijelaskan bahwa supervisi bekerja menyangkut untuk orang lain, melalui orang lain. Oleh karena itu pekerjaan supervisi akan berhasil apabila ada kerelaan, kepercayaan, saling mengerti, dan saling mengakui dan menerima orang sebagaimana adanya, sehingga orang lain merasa aman dan mau maju. Supervisi klinik pada mulanya diperkenalkan oleh Moris L. Cogan, Robert Goldhammer, dan Richard Weller di Universitas Harvard pada akhir tahun lima puluhan dan awal tahun enam puluhan (Krajewski.1982). Supervisi klinik dirancang sebagai salah satu model atau pendekatan dalam mensupervisi calon guru yang berperaktek mengajar. Penekanannya adalah pada klinik atau dalam pengobatan dan penyembuhan, yang diwujudkan dalam bentuk tatap muka antara supervisor dengan calon guru. Supervisi klinik lebih memusatkan perhatiannya pada perilaku guru yang aktual di kelas. Kedua adalah pendekatan supervisi pendidikan yang bertitik tolak pada pijakan psikologi belajar. Pada tahun 80 an dalam perkembangan supervisi pengajaran menggunakan pendekatan yang bertitik tolak pada pijakan psikologi belajar, yaitu psikologi behavioral, humanistik, dan kognitif. Psikologi behavioral memandang belajar sebagai kondisioning individu dengan dunia di luar dirinya. Belajar adalah hasil peniruan atau latihan-latihan yang memperoleh ganjaran jika berhasil dan hukuman jika gagal. Psikilogi humanistik berdasarkan pemikiran bahwa belajar adalah hasil keingintahuan individu untuk menemukan rasionalitas dan keteraturan di alam ini, sehingga belajar dipandang sebagai proses pembawaan yang berkembang (terbuka). Guru menunjang keingintahuan individu dari hasil belajar melalui self-discovery. Psikologi kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil keterpaduan antara interaksi kegiatan individu dengan dunia di luar dirinya. Belajar 49 dianggap sebagai proses tindakan timbal balik antara guru dan murid. Belajar dianggap sebagai proses tindakan timbal balik antara guru dan murid, antara murid atau obyek yang dimanipulasi. Berdasarkan pendekatan di atas, supervisi dirumuskan sebagai proses perbaikan dan peningkatan kelas dan sekolah melalui kerjasama secara langsung dengan guru. Untuk itu, maka supervisor perlu memilih kegiatan supervisinya yang sesuai dengan tujuan perbaikan atau peningkatan pembelajaran tertentu. Pemilihan kegiatan supervisi yang bersumber dari pandangan mendasar itu menjadikan supervisi lebih kokoh karena memiliki pijakan ilmiah dan lebih efektif. Dengan memperhatikan tahapan perkembangan guru itu, tokohnya Carl D. Glickman menyebutnya supervisi perkembangan. Gambaran tentang belajar dan supervisi digambarkan, sebagai berikut di bawah ini: GAMBAR. 4.1 PANDANGAN PSIKOLOGI BELAJAR TENTANG BELAJAR Tanggungjawab siswa Tinggi Sedang Rendah Tanggungjawab guru Rendah Sedang Tinggi Pandangan psikologi Humanistik Kognitivistik Behavioralistik Menemukan Mencoba-coba Dikondisikan sendiri (Self- (eksperimentasi (conditioning). Discovery). ) tentang belajar. Metode belajar. 50 GAMBAR. 4.2 PANDANGAN PSIKOLOGI BELAJAR TENTANG SUPERVISI Tingkat komitmen guru Tinggi Sedang Rendah Tigkat abstraksi guru Tinggi Sedang Rendah Tanggungjawab Rendah Sedang Tinggi Orientasi supervisi Nondirektif Kollaboratif Direktif. Metode utama Penilaian diri Kontrak Menetapkan sendiri bersama pato-kan (Self (Delineated assessment) standard) supervisor Berdasarkan dua dimensi penting yang dimiliki oleh setiap individu guru, yaitu dimensi derajat komitmen dan dimensi kekomplekkan kognitif atau derajat abstraksi seperti yang disajikan dalam gambar 2 di atas, maka pendekatan supervisi pengajaran yang dapat dikembangkan adalah supervisi yang berorientasi pada pendekatan non-direktif, kolaboratif, dan direktif. Dalam hubungan ini Sergiovanni (1991) mengembangkan supervisi dengan menambahkan dua dimensi baru, yaitu bertitik tolak dari tanggungjawab guru yang bisa dilhat derajat kematangan dan derajat tanggungjawabnya. Dengan memadukan supervisi individual, kolegial, dan informal dengan membangun suatu kerangka berpikir yang baru dalam supervisi seperti yang ada dalam gambar di bawah ini. 51 GAMBAR 4.3 DIMENSI DERAJAT KOMITMEN DAN TANGGUNGJAWAB GURU Tinggi +Kuadran 3. Pengamat analitik Rendah -Kuadran 1 Guru DO D e r a j a t Derajat komitmen a b s t r a k s i ++ Kuadran 4. Profesional Tinggi -+ Kuadran 2. Guru kurang perhatian Rendah Supervisi direktif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa mengajar terdiri dari keterampilan teknis dengan standar dan kompetensi yang telah ditetapkan dan diketahui untuk semua guru agar pengajarannya efektif. Peran supervisor adalah mengimformasikan, mengarahkan, menjadi model, dan menilai kompetensi yang telah ditetapkan. Supervisi kolaboratif adalah pendekatan yang didasarkan atas asumsi bahwa mengajar pada dasarnya adalah pemecahan masalah, dalam pendekatan ini ada dua orang atau lebih orang ikut serta mengemukakan sebuah hipotesis dan sebuah masalah, eksperimen, dan mengimplementasikan strategi mengajar itu, yang dianggap lebih relevan dengan lingkungan sendiri. Peran supervisor membimbing ke proses 52 pemecahan masalah, para anggota aktif dalam interaksi dan menjaga agar guru tetap memusatkan perhatiannya pada masalah mereka. Supervisi nondirektif berasumsi bahwa belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi dimana individu pada akhirnya harus menemukan pemecahan masalah sendiri untuk memperbaiki pengalaman murid di dalam kelas. Peran supervisor adalah mendengarkan, tidak memberikan pertimbangan, membangkitan kesadaran sendiri dan mengklarifikasikan pengalaman guru (Glickman. 1990). Pengukuran kedua dimensi tersebut akan membantu guru dan supervisor dalam menetapkan pada posisi mana guru berada dan perlakuan supervisi yang bagaimana seharusnya dilakukan pada guru, dan pada gilirannya supervisi harus berkembang ketahapan yang lebih tinggi. Itulah sebabnya supervisi Glickman (1980) disebut supervisi perkembangan, karena tujuan supervisi menurutnya adalah ... membantu guru belajar bagaimana para guru meningkatkan kapasitas mereka untuk mewujudkan tujuan pembelajaran siswa yang telah ditetapkan. Di sisi lain perlu juga disadari bahwa essensi dari supervisi tersebut adalah proses bantuan, oleh karena itu maka bantuan supervisi tersebut sebaiknya diberikan apabila diperlukan oleh guru-guru. C. Guru yang Profesional Profesi merupakan suatu pekerjaan yang meminta pendidikan yang lebih tinggi, dan biasanya meliputi pekerjaan mental, bukan pekerjaan kasar yang mengandalkan tenaga secara fisik. Contoh profesi yang dapat disebutkan dalam tulisan ini, seperti mengajar, keinsinyuran, kedokteran, hukum dan lain sebagainya. Dokter dan insinyur harus melalui pendidikan tinggi yang cukup lama, dan 53 menjalankan pelatihan berupa pemagangan yang juga memerlukan waktu yang cukup lama sebelum memangku jabatannya. Demikian juga setelah memangku jabatannya mereka juga dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan tujuan untuk dapat meningkatkan kualitas layananannya kepada masyarakat. Demkian juga hasil pertemuan tim Pascasarjana LPTK Negeri se Indonesia 2007 yang diselenggarakan di Undiksha Singaraja, merumuskan profesi tersebut sebagai spesialisasi pekerjaan dan keahlian yang menuntut kemampuan terus-menerus berkembang dan menyesuaikan diri terhadap tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dengan demikian sebenarnya tidak semua pekerjaan itu bisa disebut dengan profesi, seperti halnya dalam keseharian yang sering kita temukan yang memaknai pengertian profesi itu secara salah, bahkan konotasinya negatif, seperti misalnya perampok yang profesional, pencuri yang profesional, tukang becak yang profesional, dan lain-lainnya. Contoh-contoh perbuatan atau pekerjaan seperti merampok, mencuri, pencopet profesi-onal tersebut, bukan sebagai pekerjaaan yang dapat ditekuni karena sebagai hasil yang dicapai melalui proses pendidikan yang lama dan pendidikan tinggi, bukan sebagai hasil-hasil pelatihan atau pemagangan, bukan pekerjaan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat secara baik, tetapi justru bertentangan dengan nilai-nilai, dan bertentangan dengan berbagai etika sosial dan norma-norma, seperti norma agama, norma hukum, norma kesusilaan dan norma kesopanan yang ada yang hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang meminta spesialisasi dan pendidikan yang relatif lama di perguruan tinggi dan diatur oleh suatu kode etik khusus (Sutisna, 1983. 54 Sanusi dkk, 1990, Situmorang, 1990. Makmun.1996). Profesi merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan persyaratan khusus, seperti: menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam, menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya, menuntut adanya tigkat pendidikan yang memadai, adanya kepekaan terhadap dampak kemasya-rakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya, memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan (Ali.1985). Kemudian Makmun lebih lanjut dengan mengutip pendapat Vollmer bahwa profesi sesungguhnya merupakan suatu jenis model atau tipe pekerjaan ideal, yang dalam realitasnya bukanlah hal yang mudah untuk dapat diwujudkan, namun demikian, bukanlah merupakan suatu yang mustahil pula untuk dapat mencapainya, asalkan ada upaya yang sungguh-sungguh kepada pencapaiannya. Merujuk pada kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa profesi itu merupakan suatu bidang pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya. Persyaratan khusus yang dimaksudkan kalau mengikuti uraian dari Sanusi dkk (1991) yang menyebut dengan istilah ciri-ciri profesi, maka ciri-cirinya adalah meliputi: 1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan. 2. Jabatan yang menuntut memiliki keterampilan/keahlian tertentu. 3. Keterapilan/keahlian yang dimiliki dan dituntut oleh suatu jabatan tersebut didapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode. 4. Suatu jabatan yang didasarkan pada batang tubuh disiplin keilmuan yang jelas, sistematik, eksplsit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum. 55 5. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama. 6. Proses jabatan untuk pendidikan itu merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri. 7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi. 8. Tiap organisasi profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terha-dap permasalahan profesi yang dihadapinya. 9. Dalam perakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari campur tangan orang luar. 10. Jabatan itu memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula. Pendapat yang lain tentang ciri-ciri profesi yang dapat dikutif sebagai perbandingnya adalah seperti yang dikemukakan oleh Ornsetein dan Levine (1984) sebagai berikut di bawah ini. 1. Melayani masyarakat merupakan karier yang dilaksanakan sepanjang hajat, jadi tidak berganti-ganti. 2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tetentu di luar jangkauan khalayak ramai yang tidak bisa dilakukan oleh setiap orang. 3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori keperaktek. 4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang. 5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk. 6. Otonomi dalam mebuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu. 56 7. Menerima tanggungjawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan berhubungan dengan layanan yang diberikan. Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku. 8. Mempunyai kometmen terhadap jabatan dan klien, dengan penekanan terhadap layanan yang akan diberikan. 9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya, relatif bebas dari super-visi dalam jabatan. 10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota organisasi profesi sendiri. 11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elit untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya, keberhasilan tugas dokter dievaluasi dan dihargai oleh organisasi IDI, bukan oleh Depkes. 12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan. 13. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri setiap anggotanya. 14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi bila dibandingkan dengan jabatan yang lainnya. Demikianlah secara umum gambaran pengertian tentang profesi. Persoalannya sekarang adalah bagaimnakah ciri-ciri dari profesi tenaga kependidikan khususnya profesi guru yang disebut profesional. Ada beberapa pendapat tentang gambaran atau ciri-ciri dari guru yang profesional. Seperti misalnya ciri-ciri profesi guru menurut National Education Association (NEA.1984) adalah sebagai berikut di bawah ini: 1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intektual. 57 2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus. 3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama. 4. Jabatan yang memerlukan yang latihan dalam jabatan yang berkesinambungan. 5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen. 6. Jabatan yang menentukan standarnya sendiri. 7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi. 8. Jabatan yang memiliki organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat. Kemudian pendapat yang lainnya menyatakan bahwa syarat-syarat profesi guru tersebut adalah mencakup: memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya, melakukan pengembangan diri secara terus menerus melalui organisas profesi, internet, buku, seminar, dan semacamnya (Kunandar. 2007). Berbeda dengan Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen tidak secara jelas menyebut dengan istilah kriteria atau ciri-ciri profesi guru, tetapi disebutkan guru sebagai suatu profesi dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. 2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan keimanan, ketaqwaan, dan ahklak mulia. 3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. 58 4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. 5. Memiliki tanggungjawab atas pelaksaaan tugas keprofesioanalan. 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan sesuai secara berkelan-jutan dengan belajar sepanjang hayat. 8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dala melaksanakan tugas keprofesionalan, dan 9. Memiliki oganisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionlan guru. Demikian juga hasil pertemuan tim Pascasarjana LPTK Negeri se Indonesia 2007 yang diselenggarakan di Undiksha Singaraja, menjelaskan bahwa profesi guru menuntut memiliki kemampuan: (1) kompetensi paedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, (4) kompetensi profesional. Berdasarkan pada beberapa ciri dan prinsip dari profesi guru tersebut, lebih lanjut juga dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan profesi guru adalah merupakan pekerjaan bidang pendidikan yang menuntut memiliki kemampuan tertentu. Pengertian profesi guru yang agak lebih lengkap dapat dirumuskan sebagai suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian dan ketelatenan untuk menciptakan anak memiliki perilaku sesuai dengan yang diharapkan (Yamin. 2007). Bahkan lebih lanjut ada yang menyatakan profesi guru adalah suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan, walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan (Uno. 2007). 59 Berdasarkan kutipan kriteria profesi guru yang dimaksudkan oleh NEA dan prinsip profesi guru yang diatur dalam undang-undang guru dan dosen tersebut tampaknya kriteria profesi guru begitu luas dan komplek, sedangkan kriteria profesi yang dirumuskan oleh tim Pascasarjana se Indonesia tahun 2007 di Undiksha Singaraja tampaknya mempersempit makna kriteria profesi tersebut hanya dilihat dari sisi kemampuan profesionalnya saja, karena hanya melihat dari kriteria kompetensinya saja, yaitu: (1) kompetensi paedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, (4) kompetensi profesional, padahal kriteria dari profesi begitu luas dan kompleksnya. Kemudian pembahasan tentang kompetensi guru tersebut akan dikaji secara lebih dalam dan lebih luas dalam bagian khusus dari suatu bab dalam buku ini, khususnya bagian yang membahas kompetensi profesional guru. D. Beberapa Pendekatan Supervisi pendidikan Pengembangan model supervisi pendidikan yang disebut dengan supervisi direktif, supervisi kolaboratif, dan supervisi non direktif secara lebih lengkapnya akan diuraikan dalam pembahasan selanjutnya. a. Supervisi Pengajaran Direktif Supervisi direktif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa mengajar terdiri dari keterampilan teknis dengan standar dan kompetensi yang telah ditetapkan dan diketahui untuk semua guru agar pengajarannya efektif. Pendekatan supervisi pengajaran direktif oleh Sutjipto dan Raflis Kosasi (1999) disebut juga dengan pendekatan supervisi pengajaran berdasarkan kompetensi. Peran supervisor 60 dalam menerapkan pendekatan direktif ini adalah mengimformasikan, mengarahkan, menjadi model, dan menilai kompetensi yang telah ditetapkan. Langkah-langkah dalam supervisi dengan pendekatan direktif tersebut dimulai dengan: (1) pre conference, (2) observasi, (3) analisa dan interpretasi, (4) post conference, (5) post analysis, dan (6) diskusi (Sahertian. Ida Aleida Sahertian. 1990). Langkah-langkah ini yang semestinya dilakukan oleh seorang supervisor, yang dalam hal ini bisa jadi dilakukan oleh seorang pengawas terhadap guru-guru, ataupun oleh seorang kepala sekolah terhadap guru-guru dalam rangka meningkatkan kompetensinya dalam mengajar. Pre conference dilakukan oleh supervisor untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan dapat memilih permasalahan apa yang dihadapi oleh guru-guru, sehinggga seorang mengetahui dan mempunyai masalah apa saja yang akan diobservasinya, yangn lebih lanjut akan dapat menetapkan tindakan apa yang akan dapat dilaksanakan. Observasi, pada tahap ini supervisor berada di dalam kelas dan mengadakan observasi. Dalam melaksanakan observasi tersebut seorang supervisor mengamati perilaku siswa dari awal sampai akhir pelajaran. Untuk lebih mudahnya dalam melakukan supervisi alat yang berupa cheklist dapat digunakan, dan sudah tentunya berbagai perilaku siswa lainnya yang dianggap perlu juga dapat dan perlu dicatat. Analisa dan interpretasi, data yang didapat dalam melakukan observasi dibuatkan semacam tabulasi data tentang perilaku siswa, sehingga lebih lanjut data tersebut dapat dianalisis sehingga dapat diambil suatu kesimpulan terhadap perilaku siswa tersebut. Kesimpulan dari hasil analisis tersebut akan dapat menyimpulkan 61 bahwa bisa jadi perilaku siswa tersebut bisa positif ataupun negatif. Dalam proses pembelajaran selanjutnya berbagai perilaku negatif siswa tersebut perlu diperbaiki. Berdasarkan pada hasil analisis data observasi tersebut akan dapat disimpulkan bahwa guru tersebut sering mengalami kesulitan dalam menghadapi perilaku siswa, dan kondisi ini sangat perlu harus diberitahukan dan diketahui oleh guru. Post conference, dalam kegiatan ini supervisor dengan guru kembali membahas cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru, membuat rencana pembelajaran sebagai perbaikannya yang akan didemonstrasikan oleh pengawas, menetapkan jadwal observasi berikutnya setelah demonstrasi. Post analysis, dalam kegiatan ini dilaksanakan kembali evaluasi terhadap penerapan berbagai contoh yang telah diberikan dan dilakukan oleh supervisor dalam melaksanakan demosntrasi mengajar, yang lebih lanjut akan dicontoh dan dilaksnakan oleh guru. Kemudian lebih lanjut menetapkan program yang akan diambil pada masa-masa berikutnya. Diskusi, sebagai langkah terakhir dari pendekatan direktif ini, maka dibahas beberapa hal, (1) menjelaskan masalah-masalah guru sehingga dapat dipahami dengan jelas, (2) menampilkan ide-ide tentang informasi yang seharusnya dikumpulkan dan bagaimana mengumpulkannya, (3) mengarahkan dan memberi petunjuk kepada guru mengenai usaha apa yang diperlukan sesudah terkumpul dan dianalisa, (4) mendemontrasikan kepada guru bagaimana mengajar yang baik, agar guru mau saling mengunjungi dalam mengajar, (5) menstandarkan tolak ukur yang digunakan untuk dasar perbaikan, dan (6) meyakinkan atau menguatkan dengan berbagai cara untuk memberikan dorongan psychologis. (Sahertian. Ida Aleida 62 Sahaertian. 1990). Untuk lebih mudahnya dapat memahami langkah-langkah pendekatan supervisi pengajaran direktif dapat dibuatkan bagan sebagai berikut di bawah ini. PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN DIREKTIF 1. Mendengarkan 2. Klarifikasi 3. Mendorong 4. Presentasi 5. Pemecahan Masalah 6. Negoisasi 7 Demontrasi 8. Memastikan tindakan 9. Standarisasi 10. Penguatan g S Keterangan: Pengawas (Supervisor) mempunyai tanggungjawab yang besar, dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Klarifikasi (Mengajukan pertanyaan) 2. Mempresentasikan ide 3. Memastikan apa yang harus dilakukan. 4. Mendemonstrasikan 5 Menetapkan Standar b. Supervisi Pendidikan Kolaboratif. Supervisi kolaboratif adalah pendekatan yang didasarkan atas asumsi bahwa mengajar pada dasarnya adalah pemecahan masalah, dalam pendekatan ini ada dua orang atau lebih orang ikut serta mengemukakan sebuah hipotesis sebuah masalah, eksperimen, dan mengimplementasikan strategi mengajar itu, yang dianggap lebih relevan dengan lingkungan sendiri. Peran supervisor membimbing ke proses peme- 63 cahan masalah, para anggota aktif dalam interaksi dan menjaga agar guru tetap memusatkan perhatiannya pada masalah mereka. Penerapan pendekatan supervisi kolaboratif ini oleh Sutjipto dan Raflis Kosasi (1999) disebut juga supervisi klinis. Dalam pendekatan kolaboratif supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan masalah-masalah pengajaran di kelas. Masalah-masalah tersebut seringkali dipusatkan pada : (1) kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas mengajar, (2) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar, yang meliputi keterampilan dalam menggunakan variasi dalam mengajar dan menggunakan stimulus, keterampilan dalam melibatkan siswa dalam proses belajar, serta keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin siswa. Dalam melaksanakan supervisi dengan menggunakan pendekatan kolaboratif sebaiknya melalui lima langkah, yaitu: (1) pembicaraan praobservasi, (2) melaksanakan observasi, (3) melakukan analisis dan menetapkan strategi, (4) melaksanakan pembicaraan tentang hasil supervisi, dan (5) melakukan analisis setelah pembicaraan. Pelaksanaan pembicaraan praobservasi disebut juga engan istilah pembicaraan pendahuluan. Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana keterampilan apa yang akan diobservasi atau dicatat. Pada tahap ini memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengientifikasi keterampilan mana yang memerlukan perbaikan. Keterampilan yang dipilih kemudian dioperasionalkan dalam bentuk rumusan tingkah laku yang dapat diamati. Dalam pertemuan ini pula dibicarakan dan ditentukan jenis data apa ang akan dicatat selama pembelajaran berlangsung. Dala pembicaraan pra-observasi ini memerlukan komunikasi terbuka, sehingga tercipta ikatan kolegial antara supervisor dan guru yang 64 harmonis. Terdapat lima masalah yang harus dicermati dalam pembicaraan pendahuluan ini, yaitu: menciptakan suasana yang akrab antara supervisor dengan guru, meneliti ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran, mencermati kembali komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati, memilih dan mengembangkan instrumen observasi, dan membicarakan bersama untuk mendapatkan kesepakatan tentang instrumen obsrvasi yang dipilih. Pada tahap pelaksanaan observasi ini guru melakukan latihan dalam tingkah laku mengajar tertentu yang telah dipilih. Di sisi lain sementara guru berlatih, maka supervisor mengamati dan mencatat tingkah laku siswa, guru, interaksi antara guru dan siswa. Supervisor mengadakan analisis terhadap hasil catatan-catatan observasi di kelas. Tujuannya adalah mengartikan data yang diperoleh dan selanjutnya merencanakan pertemuan dengan guru untuk menususn strategi pembelajaran selanjutnya. Dalam melakukan analisis, supervisor harus menggunakan kategorisasi perilaku mengajar dan melihat data yang dikumpulkan itu atas kategori yang ditetapkan. Pembicaraan tentang hasil analisis ini adalah untuk memberikan balikan kepada guru dalam memperbaiki perilaku mengajarnya. Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam tahapan ini, yaitu: (1) menayakan perasaan guru secara umum, atau kesan umum guru ketika ia mengajar serta memberi penguatan, (2) mengamati kembali tujuan pembelajaran, (3) mencermati keterampilan serta perhatian utama guru, (4) menanyakan perasaan guru tenang jalannya pengajaran berdasarkan target, (5) menunjukan hasil data rekaman dan memberi kesempatan kepada guru menafsirkan data tersebut, (6) menginterpretasikan data rekaman secara bersama, (7) 65 menanyakan perasaan guru setelah melihat rekaman data tersebut, (8) menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan keinginan atau target guru dan apa sebernarnya yang telah terjadi dan dicapai, dan (9) menentukan secara bersamasama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya. Lagkah yang terakhir dari pelaksanaan supervisi kinis tersebut adalah analisis sesudah pembicaraan. Dalam tahap ini supervisor haus meneliti ulang apa yang telah yang telah dilakukan dalam menetapkan kriteria perilaku mengajar yang ditetapkan dalam pra-observasi dan kriteria yang dipakai dalam melakukan observasi. Di samping itu, perlu dibicarakan hasil evaluasi diri tentang keberhasilan supervisor dalam membantu guru. Kegiatan ini akan mudah dilakukan apabila supervisor mempunyai catatan yang lengkap tentang proses kegiatan yang dilakukan, kalau mungkin sebaiknya direkam dengan video. Untuk dapat lebih mudahnya memahami langkah-langkah dari pendekatan supervise pengajaran yang bersifat kolaboratif, maka dapat digambarkan dalam sebuah bagan sebagai berikut di bawah ini. 66 PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN KOLABORATIF. 1. Mendengarkan 2. Klarifikasi 3. Mendorong 4. Presentasi 5. Pemecahan Masalah 6. Negoisasi 7 Demontrasi 8. Memastikan tindakan 9. Standarisasi 10. Penguatan s G Keterangan: Pengawas (Supervisor) dan guru mempunyai tanggungjawab yang sama tau seimbang, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mempresentasikan 2. Klarifikasi (Mengajukan pertanyaan) 3. Mendengarkan 4. Mengajukan alternativ pemecahan masalah. 5. Negoisasi c. Supervisi Pendidikan Nondirektif Supervisi nondirektif berasumsi bahwa belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi dimana individu pada akhirnya harus menemukan pemecahan masalah sendiri untuk memperbaiki pengalaman murid di dalam kelas. Peran supervisor adalah mendengarkan, tidak memberikan pertimbangan, membangkitan kesadaran sendiri dan mengklarifikasikan pengalaman guru (Glickman. 1990). Supervisi nondirektif ini oleh Sutjipto dan Raflis Kosasi (1999) disebut juga dengan nama pendekatan humanistik. Pendekatan non direktif ini timbul dari keyakinan bahwa guru tersebut tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata dalam meningkatkan 67 kualitas belajar mengajar. Dalam proses pembinaan guru mengalami perkembangan secara terus menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti perkembangannya. Tugas supervisor adalah membimbing guru-guru sehingga makin lama guru makin dapat berdiri sendiri dan berkembang dalam jabatannya dengan usaha sendiri. Belajar dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang dialami secara real. Dengan demikian guru harus mencari sendiri pengalaman itu secara aktif. Dorongan dapat berasal dari yang bersifat fisiologis yang kemudian secara berangsur-angsur berubah menjadi dorongan yang bersifat dari dalam atau internal, yaitu karena guru-guru merasa bahwa belajar merupakan kewjiban yang harus dilakukan dalam tugasnya. Supervisor percaya bahwa guru mampu melakukan analisis dan memecahkan masalah yang dihadapinya dalam tugas mengajarnya. Guru merasakan adanya kebutuhan bahwa ia harus berkembang dan mengalami perubahan, dan ia bersedia mengambil tanggungjawab terjadinya dalam perubahan tersebut. Supervisor hanya befungsi sebagai fasilitator dengan menggunakan struktur formal sekecil mungkin. Supervisor yang menggunakan pendekatan ini di dalam melaksanakan supervisi tidak ditunut untuk menggunakan format yang standar, tetapi agar dissuaikan dengan kebutuhan guru. Bisa jadi kegiatan supervisi tersebut hanya terbatas melakukan observasi saja tanpa dilanjutkan dengan melakukan analisis dan interpretasi, atau bisa jadi hanya melakukan komunikasi yang berupa mendengar penjelasan guru tanpa memberi sumber bahan belajar yang diminta guru. Walaupun secara umumnya dapat disebutkan bahwa pelaksanaan supervisi pengajaran dengan pendekatan non 68 direktif tersebut ada tiga langkah, tetapi dapat secara lebih teknis dirinci sebagai berikut di bawah in. a. Pembicaraan awal, pada saat ini supervisor memancing apakah dalam mengajarnya guru tersebut mengalami masalah. Pembicaran tersebut dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan tersebut guru tidak memerlukan bantuan, maka proses supervisi akan berhenti. b. Observasi. Jika guru perlu, maka supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam melaksanakan observasi tersebut supervisor duduk di belakang tanpa menggunakan catatan-catatan, supervisor hanya mengamati kegiatan kelas. c. Analisis dan interpretasi. Setelah observasi dilakukan, supervisor kembali ke kantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melakasanakan proses belajarnya. Jika menurut supervisor, guru telah menemukan jawabannya maka supervisor tidak tidak perlu memberikan bantuannya. Apabila diminta oleh guru supervisor hanya menjelaskan dan melukiskan keadaan kelas tanpa dilengkapi dengan penilaian. Supervisor kemudian menanyakan kepada guru, apakah memerlukan saran, dan memberikan kesempatan untuk mencoba cara lain yang diperkirakan oleh guru lebih baik. d. Pembicaraan akhir. Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode tertentu guru dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir, mengenai apa yang sudah dicapai oleh guru, dan menjawab pertanyaan kalau ada guru yang masih memerlukan bantuan lagi. 69 1. guru e. Laporan. Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan penilaian supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah, atau atasan kepala sekolah untuk perbaikan di masa selanjutnya. Untuk dapat lebih mudahnya memahami langkah-langkah dari pendekatan supervise pengajaran yang bersifat kolaboratif, maka dapat digambarkan dalam sebuah bagan sebagai berikut di bawah ini PENDEKKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN NONDIREKTIF 1. Mendengarkan 2. Klarifikasi 3. Mendorong 4. Presentasi 5. Pemecahan Masalah 6. Negoisasi 7 Demontrasi 8. Memastikan tindakan 9. Standarisasi 10. Penguatan G s Keterangan: Pengawas (Supervisor) mempunyai tanggungjawab yang lebih kecil dari guru, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mendengarkan 2. Mendorong 3. Klarifikasi (Mengajukan pertanyaan) 4. Pemecahan Masalah 5. Memastikan Tindakan. 70 E. Rangkuman Dalam perkembangan supervisi pendidikan terdapat beberapa pandangan dari para ahli psikologi belajar dalam rangka untuk menemukan suatu pendekatan yang dianggap baik. Pertama adalah pendekatan supervisi pendidikan yang memiliki pijakan ilmiah, yaitu supervisi saintifik, artistik, dan klinik. Kedua adalah pendekatan supervisi pendidikan yang bertitik tolak pada pijakan psikologi belajar. Pada tahun 80 an dalam perkembangan supervisi pengajaran menggunakan pendekatan yang bertitik tolak pada pijakan psikologi belajar, yaitu psikologi behavioral, humanistik, dan kognitif. Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pada dua dimensi yang dimiliki dalam diri manusia, yaitu derajat dimensi kometmen dan abstraksi kemudian dikembangkan supervisi yang berorientasi pada pendekatan non-direktif, kolaboratif, dan direktif. F. Evaluasi. 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan supervisi yang memiliki pijakan ilmiah?. 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan supervisi yang memiliki pijakan psikologi belajar?. 3. Jelaskan bagaiman pendekatan supervisi pendidikan berdasarkan pada dimensi kometmen dan abstraksi guru. 71 BAB. V KOMPETENSI DAN KETRAMPILAN PENGAWAS SEBAGAI SUPERVISOR PENDIDIKAN A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Memahami pengertian kompetensi Menjelaskan pengertian kompetensi Memahami kompetensi pengawas seba- Menjelaskan kompetensi pengawas sebagai supervisor gai supervisor Memahami keterampilan-keterampilan Menjelaskan keterampilan-keterampilan pengawas pengawas B. Pengertian Kompetensi Kompetensi adalah merupakan salah satu kriteria dari suatu profesi. Pengawas sebagai suatu profesi juga dituntut untuk memenuhi kriteria kompetensi tersebut. Kompetensi bisa dilihat dari berbagai aspek seperti pengertiannya, karakteristiknya, maupun cara mengukur kompetensi tersebut. Dalam bab dua ini akan dibahas beberapa aspek dari kompetensi profesi tenaga kependidikan khususnya pengawas. Mengenai pengertian kompetensi sebagai salah satu ciri dari profesi dalam kepustakaan diberikan pengertian secara beraneka ragam tergantung dari sudut pandang para penulis. Keaneka ragaman pengertian kompetensi tersebut, dapat ditunjukkan dalam pembahasan ini, seperti, misalnya ada pendapat yang menyatakan bahwa kompetensi tersebut adalah suatu hal yang menggambarkan kemampuan seseorang, baik yang kuali-tatif maupun kuantitatif (Usman. 2005). Lebih lanjut 72 dijelaskan bahwa pengertian kompetensi seperti ini mengandung makna bahwa kompetensi tersebut dapat digunakan dalam dua kontek. Kontek pertama sebagai indikator yang menunjukkan kepada perbuatan yang diamati. Kontek kedua sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif. afektif, dan perbuatan, serta tahaptahap pelaksanaannya secara utuh. Kemudian kompetensi juga diberikan pengertian sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian darinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (Mulyasa. 2003). Kompetensi juga diberikan pengertian sebagai panguasaan terhadap tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk keberhasilan (Mulyasa. 2003). Kemudian Gordon dalam Mulyasa (2005) memerinci beberapa aspek dari kompetensi, sebagai berikut. Pertama pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, seperti, misalnya seorang guru sekolah mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan bantuan yang diperlukan muridnya dalam melakukan pembelajaran dikelasnya. Kedua pemahaman yaitu kedalaman kognitif dan apektif yang dimiliki oleh individu, seperti misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pemebelajaran harus memiliki pemahaman yang luas tentang karekteristik dan kondisi muridnya agar dapat pembelajaran berjalan secara efktif. Ketiga kemampuan, yaitu suatu yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, seperti, misalnya kemam-puan guru dalam memilih dan membuat media pembelajaran yang diperlukan untuk lebih memotivasi dan memudahkan pembelajaran peserta didik. Keempat nilai, yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, seperti, misalnya standar 73 perilaku dalam pembelajaran, antara lain kejujuran, keterbukaan, demokratis, obyektif, adil. Kelima sikap, yaitu perasaan seperti perasaan senang dan tidak senang, suka tidak suka, atau reaksi terhadap terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, seperti reaksi terhadap krisis ekonomi, kenaikan gaji, dan sebagainya. Keenam minat yaitu kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan, seperti, misalnya, minat sesorang untuk melakukan sesuatu atau mempelajari sesuatu. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh suatu profesi adalah mencakup: kemampuan untuk mengembangkan pribadi, penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan, kemampuan berkarya, kemampuan menyikapi dan berprilaku dalam berkarya, dapat hidup bermasyarakat (Pusposutardjo. 2002). Pengertian kompetensi lainnya yang lebih konseptual sifatnya menguaraikan bahwa kompetensi tersebut mengandung tiga pengertian. (1) pengertian kompetensi itu pada dasarnya merupakan kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan, (2) menunjuk pada pengertian bahwa kompetensi itu merupakan sifat orang-orang, yang memiliki kecakapan, kemampuan, otoritas, kemahiran, pengetahuan dan lain sebagainya untuk dapat mengerjakan sesuatu yang diperlukan, dan (3) bahwa kompetensi merupakan tindakan atau kinerja rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi yang diharapkan (Makmun.1996, Depdikbud.1978, Depdikbud. 1984). Lebih jauh Makmun (1996) menyatakan bahwa berpijak pada pengertian kompetensi tersebut dapat juga dijelaskan bahwa sesungguhnya seseorang yang dapat disebut sebagai profesional yang kompeten, kalau menunjukkan karakteristik: (1) mampu melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional, dalam arti, ia memiliki visi dan misi yang jelas, ia 74 melakukan sesuatu berdasarkan pada hasil analitis kritis dan pertimbangan logis dalam membuat pilihan dan mengambil keputusan tentang apapun yang akan dikerjakan, (2) menguasai perangkat pengetahuan yaitu teori, konsep, prinsip dan kaidah, hipotesis dan generalisasi, data dan imformasi lainnya tentang seluk beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya, (3) menguasai perangkat keterampilan yang mencakup strategi dan taktik, metode dan teknik, prosedur dan mekanisme, sarana dan instrumen, tentang cara melakukan tugas pekerjaannya, (4) menguasai perangkat persyaratan ambang tentang ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dari proses yang dapat ditoleransikan dan kriteria keberhasilan yang dapat diterima dari apa yang dilakukannya, (5) memiliki daya dan citra unggulan dalam melakukan tugas pekerjaannya. Ia bukan sekedar puas dengan memadai persyaratan minimal, melainkan berusaha mencapai yang sebaik mungkin, dan (6) memiliki kewenangan yang memancar atas penguasaan perang-kat kompetensi yang dalam batas tertentu dapat didemontrasikan dan teruji sehinga memungkinkan memperoleh pengakuan pihak berwewenang. Jadi demikian variasi pengertian tentang kompetensi dari para penulis, dengan demikian berdasarkan pada pengertian kompetensi yang begitu beragam tersebut menam-bah wawasan dan khasanah para calon guru, dan lebih lanjut akan memiliki pijakan yang lebih luas dan kuat dalam mempelajari serta memahami kompetensi profesi kependidikan khususnya profesi pengawas tersebut. 75 C. Kompetensi Pengawas Sebagai Supervisor Pendidikan Pengawas secara akademik bisa bersifat formal dan informal. Pengawas formal adalah pengawas yang diangkat oleh dinas pendidikan tingkat provinsi, kabupaten, dan tingkat kecamatan berasal dari luar sekolah. Pengawas informal adalah pengawas yang bersal dari dalam sekolah sendiri, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para ketua unit, dan para guru bidang studi yang sudah senior (Pidarta. 1986). Kedua jenis pengawas tersebut harus memiliki kompetensi kepengawasan. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki meliputi: (1) kemampuan mengembangkan kurikulum, (2) mengorganisasikan pengajaran, (3) menyiapkan staf pengajar, (4) menyiapkan fasilitas belajar, (5) menyiapkan bahan-bahan pelajaran, (6) menyelenggarakan penataran guru-guru, (7) memberikan konsultasi dan membina anggota staf pengajar, (8) mengkordinasikan layanan terhadap para siswa, (10) mengembangkan hubungan dengan masyarakat, dan (11) menilai pelajaran (Neagley dan Evans. 1980). Demikian pula Sagala (2010) menjelaskan untuk dapat pengawas sekolah berhasil mencapai tujuan dari supervisi pendidikan maka dituntut untuk memiliki beberapa kemampuan, seperti: (1) membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya, dan peranan sekolah mencapai tujuan itu, (2) memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, (3) membantu kepala sekolah dan guru-guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-aktivitas dan kesulitankesulitan belajar mengajar, serta menolong mereka merencanakan perbaikanperbaikan, (4) meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga 76 sekolah lainnya terhadap tatakerja yang demokratis dan koperatif, dengan memperbesar kesediaan untuk tolong menolong, (5) memperbesar ambisi guru-guru untuk meningkatkan mutu karyanya secara maksimal dalam bidang profesinya, (6) membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan sekolahnya kepada masyarakat dalam pengembangan program-program pendidikan, (7) melindung orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan-tuntutan yang tidak wajar damn kritik-kritik yang sehat dari masyarakat, (8) membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat menevaluasi aktivitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta didik, dan (9) mengembangkan spirit korp guru-guru, yaitu adanya rasa kesatuan dan persatuan antar guru-guru. Edangkan Nurtain (1989) berpendapat bahwa ada delapan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pengawas, yaitu harus memiliki kompetensi: (1) sebagai pengembang tenaga manusia, (2) sebagai pengembang kurikulum, (3) sebagai spesialis pengajaran, (4) sebagai penghubung antar manusia, (5) sebagai tenaga pngembang staf, (6) sebagai seorang administrator, (7) sebagai manjer perubahan, dan (8) sebagai seorang penilai. Tampaknya semua komptensi yang disebutkan di atas berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Secara lebih legal persyaratan kompetensi pengawas telah dituangkan dalam bentuk kebijakan pemerintah yaitu Permendiknas No.12 Tahun 2007. Kompetensi yang dituntut terhadap seorang pengawas adalah (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi supervisi manajerial, (3) kompetensi supervisi akademik, (4) kompetensi evaluasi pendidikan, (5) kompetensi penelitian pengembangan, dan (6) kompetensi sosial. 77 Secara lebih rinci kompetensi yang dituntut terhadap seorang pengawas tersebut terutama sesuai dengan Permendiknas No.12 Tahun 2007 adalah sebagai berikut. KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH ATAS/ MADRASAH ALIYAH Dimensi Kompetensi Kompetensi 1. Kompetensi keperiba- 1.1 dian Memiliki tanggungjawab sebagai pengawas satuan pendidikan. 1.2 Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas jabatannya. 1.3 Memiliki rasa ingintahu akan hal-hal baru tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi dan seni yang menunjang tugas pokok dan tanggungjawabnya. 1.4 Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder pendidikan. 2. Kompetensi Supervisi 2.1 Manajerial. Menguasai metode, teknik dan prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah yang sejenis. 2.2 Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-misi-tujuan dan program pendidikan sekolah menengah yang sejenis. 78 2.3 Menyusun metode kerja, instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi kepengawasan di sekolah menengah yang sejenis. 2.4 Menyusun laporan hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah menengah yang sejenis. 2.5 Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah menengah yang sejenis. 2.6 Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah menengah yang sejenis. 2.7 Mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah mene-ngah yang sejenis. 2.8 Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akre- 79 ditasi sekolah menengah yang sejenis. 3. Kompetensi supervisi 3.1 akademik. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecendrungan perkembangan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 3.2 Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakeristik, dan kecendrungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 3.3 Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis berlandaskan standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP. 3.4 Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/ bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di Sekolah menengah yang sejenis. 80 3.5 Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 3.6 Membimbing dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan atau di di lapangan) untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 3.7 Membimbing guru dalam mengelola, merawat, Mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 3.8 Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 4. Kompetensi evaluasi Pendidikan. 4.1 Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 81 4.2 Membimbing guru dalam menentukan aspekaspek yang penting dinilai dalam pembelajaran/ bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 4.3 Menilai kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan staf sekolah lainnya dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggungjawab untuk meningkatkan mutu mutu pendidikan dan pembelajaran/bim bingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 4.4 Memantau pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar siswa serta menganlisisnya untuk perbaikan mutu pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 4.5 Mebina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran/ bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 82 4.6 Mengolah dan menganlisis data hasil penilaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan staf lsekolah di sekolah menengah yang sejenis. 5. Kompetensi penelitian 5.1 Pengembangan. Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian dalam pendidikan. 5.2 Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk keperluan tugas kepengawasan maupun untuk pengembangan karirnya sebagai pengawas. 5.3 Menyusun proposal penelitian pendidikan proposal penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif. 5.4 Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah pendidikan, dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok tangjawabnya. 5.5 Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik data kualitatif maupun kuantitatif. 5.6 Menulis karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan dan atau dalam bidang kepengawasan dan memanfaatkannya untuk perbaikan mutu 83 pendidikan. 5.7 Menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul yang diperlukan untuk melaksnakan tugas pengawasan di sekolah menengah yang sejenis. 5.8 Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas, baik perencanaan maupun pelaksanaannya di sekolah menengah yang sejenis. 6. Kompetensi sosial 6.1 Bekerjasama dengan beberapa pihak dalam rangka meningkatkan kualitas diri untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. 6.2 Aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas satuan pendidikan. Dari uraian kompetensi supervisi akademik dan supervisi manajerial terutama pengawas Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah tersebut dapat diketahui bahwa aspek-aspek pengawasan supervisi manjerial adalah mencakup membina kepala sekolah dalam pengelolaaan dan administrasi satuan pendidikan, membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah, membimbing guru dalam menyusun silabus, membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan potensi siswa melalui mata pelajaran, membina kepala sekolah dan guru 84 dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya, memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan, dan membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi. Demikian juga aspek-aspek yang dimonitoring dalam pelaksanaan supervisi akademik adalah mencakup membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan, membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan, membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membimbing guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, laboratorium atau lapangan, membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran, memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi. Agar seorang pengawas dapat melaksanakan tugasnya dengan baik tampaknya di samping dituntut memiliki kompetensi seperti yang diuraikan di atas juga dilengkapi dan didukung dengan berbagai pemahaman dan pengayaan yang lain, seperti metode, dan teknik supervisi. Seorang pengawas harus dapat merencanakan program supervisi dan melaporkan hasilnya. D. Berbagai Keterampilan yang Diperlukan Pengawas Untuk dapat lebih efektifnya pelaksanaan supervisi pendidikan oleh seorang pengawas, maka pengawas tersebut dituntut memiliki berbagai keterampilan. Keterampilan yang dimaksudkan tersebut adalah mencakup: (1) keterampilan teknis, dan 85 (2) ketetrampilan interaksi (Dharma. 2003). Keterampilan teknis yang dimaksudkan adalah pengetahuan tentang segi-segi teknis dari pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahannya atau keliennya. Keterampilan teknis tersebut sangat penting bagi pengawas karena akan diperlukan dalam menyusun dan melaksanakan perencanaan, menyusun jadwal, mengevaluasi kinerja, dan mengambil keputusan. Kemudian keterampilan interaksi yang dimaksudkan adalah mencakup semua teknik yang diperlukan dan digunakan oleh pengawas untuk dapat berhubungan dengan bawahan dalam mengarahkan, mengikutsertakan, mendelegasikan, melancarkan dan memantau. Misalnya dalam penilaian kinerja, memimpin rapat, menugaskan pekerjaan, membahas upaya peningakatan kerja, memperbaiki kesalahan, mengatasi keluhan, meningkatkan motivasi, serta mendiskusikan kemajuan pelaksanaan pekerjaan. Kemudian kedua jenis keetrampilan tersebut bagi seorang supervisor sama pentingnya. Keterampilan teknis tanpa dilengkapi dengan keterampilan interaksi seorang supervsisor tidak akan dapat berinteraksi dengan guru yang disupervisinya, demikian juga sebaliknya bagaimanapun hebatnya seorang supervisor mampu berinteraksi tanpa dilengkapi dengan keterampilan teknis maka seorang supervisor akan dipandang dengan sebelah mata karena benar-benar tidak mengetahui dan tidak terampil secara teknis. Pendapat yang lainnya yang mnjelaskan tentang keterampilan seorang supervisor pendidikan adalah seperti yang dikemukakan oleh Pidarta (1986), Wahjosumidjo. (2008), dan Balanchard. dkk. (1986), yang menjelaskan seorang supervisor dituntut untuk memiliki keterampilan konseptual, keterampilan hubungan manusiawi, dan keterampilan teknik. Untuk dapat lebih mudahnya dapat memahami 86 keterampilan supervisor tersebut, maka secara visualisasinya dapat digambarkan dengan sebuah gambar sebagai berikut di bawah ini. Posisi Manajer Keterampilan manajer Keterampilan konseptual Manajer Puncak Manajer Menengah Manajer Supervisor Hubungan mnausiawi Keterampilan teknik Kemudian secara lebih rinci dijelaskan oleh Wahjosumidjo (2008) bahwa masing-masing keterampilan tersebut mempunyai beberapa indikator. Keterampilan konseptual misalnya terdiri dari: (1) kemampuan anlisis, (2) kemampuan berpikir rasional, (3) ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi, (4) mampu menganalisis berbagai kejadian, serta mampu memahami berbagai kecendrungan, (5) mampu mengantisipasikan perintah, (6) mampu mengenali berbagai macam kesempatan dan problem sosial. Keterampilan hubungan manusiawi terdiri dari: (1) kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan proses kerjasama, (2) kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain, mengapa mereka berkata dan berperilaku, (3) kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif, (4) kemampuan untuk menciptakan kerjasama yang efektif, kooperatif, praktis dan diplomatis, (5) mampu berperilaku yang dapat diterima. Kemudian keterampilan teknis terdiri dari: (1) menguasai tentang merode, proses, prosedur dan teknik untuk melaksanakan suatu kegiatan 87 khusus, dan (2) kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut. Dengan rumusan yang agak berbeda Danim (2006) menjelaskan masing-masing keterampilan tersebut sebagai berikut. Keterampilan teknis adalah keterampilan dalam menerapkan pengetahuan teoritis kedalam tindakan praktis, kemampuan menyelesaikan tugas dengan baik dan sistematis. Keterampilan teknis ini biasanya dominan dimiliki oleh tenaga kerja bawahan, yang indikatornya mencakup: (1) keterampilan dalam menyusun laporan pertanggungjawaban, (2) keterampilan menyusun program tertulus, (3) keterampilan, (3) kamampuan untuk membuat data statistik sekolah, (4) keterampilan merealisasikan keputusan, (5) keterampilan mengetik, (6) keterampilan menata ruang, (7) keterampilan membuat surat. Keterampilan hubungan manusiawi adalah keterampilan untuk menempatkan diri dalam kelompok kerja dan keterampilan menjalin komunikasi yang mampu menciptakan kepuasan semua warga sekolah. Hubungan manusiawi ini akan melahirkan situasi kooperatif dan menciptakan kontak manusiawi diantara para warga sekolah. Hubungan manusiawi ini mencakup: (1) kemampuan menempatkan diri dalam kelompok, (2) kemampuan untuk menciptakan kepuasan pada diri bawahan, (3) sikap terbuka pada kelompok kerja, (4) kemampuan mengambil hati melalui keramah tamahan, (5) penghargaan terhadap nilai-nilai etis, (6) pemerataan tugas dan tanggungjawab, dan (7) itikad baik, adil, menghormati, dan menghargai orang lain. Kemudian keterampilan konseptual yang dimaksudkan adalah kecakapan untuk memformulasikan pikiran, memahami teori-teori, melakukan aplikasi, melihat kecendrungan berdasarkan kemampuan teoritis yang dibutuhkan di dalam dunia kerja. Kepala sekolah dituntut memahami konsep dan teori yang erat hubungannya 88 dengan pekerjaan. Demikian juga indikator dari ketrampilan konseptual tersebut disebutkan adalah mencakup: (1) pemahaman terhadap teori secara luas dan mendalam, (2) kemampuan mengorganisasikan pikiran, (3) keberanian mengeluarkan pendapat secara akademik, dan (4) kemampuan untuk mengkorelasikan bidang ilmu yang dimiliki dengan berbagai situasi. Alfonso dkk (1981) menyatakan ada tiga keerampilan yang sebaiknya dimiliki oleh supervisor, yaitu: pertama keterampilan teknis, keterampilan yang berkenaan dengan pengetahuan khusus yang diperlukan untuk memferformansikan fungsi-fungsi pokok atau tuga-tugas yang berkenaan dengan posisi supervisor. Kedua keketrampilan hubungan manusiawi, keterampilan yang berkenaan dengan kemampuan seorang supervisor bekerjasama dengan orang lain dan memotivasi mereka agar bersungguh-sungguh dalam bekerja, dan yang ketiga adalah keterampilan manajerial, keterampilan yang berkenaan dengan kemampuan membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan penting dalam mencapai tujuan. Dijelaskan juga oleh Alfonso dkk bahwa seorang supervisor dalam mengerjakan tugasnya memerlukan keterampilan teknis sebesar 50 %, keterampilan hubungan manusiawi sebesar 30 % dan keterampilan manajerial sekitar 20 %. Ini berarti seorang supervisor memerlukan dan memiliki keterampilan teknis yang cukup memadai, yang keterampilan ini akan diperlukan dalam mengobservasi kelas, menetapkan tujuan pembelajaran, mendemonstrasikan pengajaran, mengembangkan prosedur penilaian dan lain sebagainya. Apabila keterampilan supervisor tersebut dibuatkan visualisasinya akan terlihat sebagai berikut. 89 Teknis MManajerial hubungan manusiawi Demikian secara lebih lengkapnya dijelaskan bahwa masing-masing keterampilan tersebut memiliki indikator-indikator sebagai berikut. Keterampilan teknis indikatornya adalah: (1) menetapkan kriteria penyeleksian sumber-sumber pengajaran, (2) menggunkan sistem observasi kelas, (3) menganalisis data obseravasi kelas, (4) menetapkan tujuan pengajaran, (5) mengelompokan tujuan-tujuan pengajaran, (6) mengklasifikasikan temuan-temuan penelitian, (7) menganalisis latar pembelajaran, (8) mengembangkan sistem pengajaran, (9) mengembangkan prosedur pengajaran, (10) menganalisis tugas-tugas pengajaran, dan (11) mendemonstrasikan keterampilan mengajar. Keterampilan hubungan manusiawi indikatornya adalah: (1) merspon perbedaan individu, (2) mendiagnosa kelebihan atau potensi individual, (3) mengklasifikasikan niai, (4) verifikasi persepsi, (5) menetukan komitmen tujuan, (6) memimpin diskusi, (7) mendengar, (8) berkonferensi, (9) memimpin interaksi secara kooperatif, (10) memimpin interaksi assertif, 911) memecahkan konflik, (12) menstimulasi sikap kebersamaan, dan (13) memberi contoh. 90 Keterampilan manajerial indikatornya terdiri dari: (1) mengidentidifikasi karakteristik anggota, (2) mengukur kebutuhan guru, (3) menetapkan prioritas, (4) menganlisis lingkungan pendidikan, (5) menggunakan sistem perencanaan, (6) mendesaian alternatif contingency, dan (7) memonitor dan mengontrol aktifitas. Dalam hubungan dengan keterampilan kepala sekolah Bordman, dkk (1961) menyatakan bahwa seorang supervisor pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan profesional guru, mengembangkan program supervisi, dan merangsang guru untuk berpartisipasi aktif di dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dengan demikian seorang supervisor pendidikan harus memiliki ketiga keterampilan tersebut karena pada dasarnya seorang supervisor tersebut posisinya adalah sebagai manajer paling bawah yang di dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor selalu harus mengaplikasikan secara proporsional, artinya keterampilan konseptual mungkin akan dituntut agak lebih rendah, ketimbang keterampilan hubungan manusiawi dan keterampilan teknis yang lebih tinggi harus dimiliki, sehingga dalam melaksanakan tugasnya dapat berjalan dengan baik. E. Rangkuman Ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pengawas. Tampaknya dari beberapa komptensi pengawas yang disebutkan tersebut pada intinya semuanya berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Secara legal formal kompetensi pengawas telah dituangkan Permendiknas No.12 Tahun 2007. Kompetensi pengawas tersebut adalah sebagai berikut: (1) 91 kompetensi kepribadian, (2) kompetensi supervisi manajerial, (3) kompetensi supervisi akademik, (4) kompetensi evaluasi pendidikan, (5) kompetensi penelitian pengembangan, dan (6) kompetensi sosial. F. Evaluasi 1. Jelaskan pengertian kompetensi ! 2. Jelaskan kompetensi pengawas sebagai supervisor ! 3. Jelaskan keterampilan-keterampilan pengawas! 92 BAB.VI SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM MEMBANTU PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN GURU DAN KINERJA KEPALA SEKOLAH A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya Kompetensi Dasar Memahami supervisi akademik sebagai Indikator Pencapaian Menjelaskan supervisi akademik sebagai upaya pembinaan kualitas pembelajaran upaya pembinaan kualitas pembelajaran guru guru Memahami supervisi manajerial sebagai Menjelaskan supervisi manajerial seba- upaya pembinaan kualitas kinerja kepala gai upaya pembinaan kualitas kinerja sekolah. kepala sekolah. B. Supervisi Pendidikan dalam Membantu Peningkatan Kualitas Pembelajaran Guru Sahertien (2000) menyatakan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan adalah usaha memberikan layanan kepada pihak-pihak terkait dengan pendidikan terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Kemudian Burhanuddin (1990) menyatakan bahwa hakekat pengawasan pendidikan adalah sebagai upaya bantuan profesional kesejawatan pengawas pendidikan kepada pihakpihak terkait dengan pendidikan terutama guru yang ditujukan pada perbaikanperbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. 93 Pendapat Sahertien dan Burhanuddin tersebut menegaskan bahwa bantuan profesional yang diberikan kepada guru dalam rangka pembinaan dan perbaikan pembelajaran. Jika dilihat pembelajaran tersebut dari sisi bagaimana dalam persiapan dilakukan, sisi pelaksanaannya, sistem evaluasi yang dilakukan guru dan fasilitas yang diberikan oleh kepala sekolah, nampaknya pembelajaran tersebut akan selalu terjadi dan mengalami perkembangan. Oleh karena itu maka dalam pelaksanaan supervisi pendidikan tersebut oleh para pengawas difokuskan pada pengawasan akademik. Pengawasan akademik yang dimaksudkan suatu pengawasan yang berfokus pada: (1) standar dan prestasi yang diperoleh oleh siswa, (2) kualitas layanan kepada siswa di sekolah, pembelajaran yang efektif kualitas program kegiatan sekolah, kualitas bimbingan siswa, dan (3) kepemimpinan dan manajemen sekolah. Agar bantuan pengawas tersebut lebih tepat pada sasaran, maka bantuan yang diberikan oleh pengawas kepada guru-guru binaannya harus berdasarkan pada penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang obyektif serta mendalam. Berbagai hal yang dapat dibinakan oleh pengawas kepada guru-guru adalah pengembangan silabus dan perencanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh guru-guru sendiri, sehingga dalam praktek pengawas dapat mereview silabus dan perencanaan yang dibuat oleh guru. Pengawas atau supervisor dapat membantu guruguru untuk mampu memilih menempatkan model metode dan strategi mengajar yang tepat. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat dirumuskan bahwa supervisi akademik adalah bantuan profesional kesejawatan yang dilakukan oleh pengawas 94 melalui dialog kajian masalah pendidikan menggunakan teknik-teknik supervisi atau pengembangan untuk menemukan solusi, atau berbagai alternatif pengembangan dalam upaya peningkatan kemampuan profesional dan komitmen guru, kepala sekolah, dan staf yang lainnya guna meningkatkan prestasi belajar siswa, dan kinerja sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, relevansi, efisiensi dan akuntabilitas pendidikan. Dari uraian tentang pengertian pengawasan atau supervisi akademik tersebut maka dapat dipahami bahwa arah supervisi akademik yang akan dituju adalah: (1) membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa, (2) melakukan pembinaaan akademik dengan cara memonitoring pelaksanaan program pembelajaran di sekolah beserta pengembangan kurikulum yang bebasis kompetensi, (3) melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah dari aspek manajerial maupun akademik secara kolaboratif dengan pihak-pihak terkait sekolah. Sejalan dengan uraian pendapat di atas Permendiknas No. 12 tahun 2007 maka seorang pengawas dalam melaksanakan supervisi akademik dituntut untuk melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap berbagai kemampuan guru untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya. Pembinaan dan bimbingan yang dimaksudkan tersebut adalah mulai dari menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan, membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bim-bingan, membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membimbing guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, laboratorium atau lapangan, membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan 95 dan fasilitas pembelajaran, memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi. Secara lebih rinci pembinaan yang dilakukan oleh pengawas terhadap guru-guru tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Melakukan pembinaan dan bimbingan bagi guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran 2. Melakukan pembinaan dan bimbingan bagi guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan, 3. Melakukan pembinaan dan bimbingan bagi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. 4. Melakukan pembinaan dan bimbingan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, di laboratorium atau di lapangan. 5. Melakukan pembinaan dan bimbingan bagi guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran, 6. Melakukan pembinaan dan bimbingan dan memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi. C. Supervisi Pendidikan dalam Membantu Peningkatan Kualitas Kinerja Kepala Sekolah. Pada dasarnya secarakonseptual administrasi yang baik menduduki tempat yang sangat penting dalam struktur dan sistem manajemen pendidikan di sekolah. Tugas kepala sekolah sebagai administrator dalam konteks struktur dan sistem manajemen (Danim .2002., Suryobroto. 2004., Sutjipto dan Kosasi. 1999) adalah mengarahkan, memgkordinasikan, dan mendorong ke arah keberhasilan tugas dan pekerjaan semua staf dengan cara mendefinisikan tujuan, mengevaluasi kinerja, 96 mengelola sumber-sumber oragnisasi dan lain-lainnya. Peran administrator adalah melakukan perubahan semua ke arah yang lebih berkualitas dan menyeluruh sehingga sekolah yang dipimpinnya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap tatanan sosial berpengaruh pada semua guru dan personel sekolah dan peserta anak didik di sekolah tersebut. Kepala sekolah sebagai administrator merupakan motor penggerak, menentukan arah kebijakan sekolah, akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya dapat direalisasikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kepala sekolah dituntut untuk meningkatkan efektifitas dalam melaksanakan tugas-tugasnya, yang kalau mengikuti pendapat Sagala (2010) dengan mengutip pendapat Poerbakawatja dan Harahap mencakup: (1) perencanaan, yaitu menguraikan dalam garis-garis besar hal-hal yang harus dilakukan dan cara kearah pelaksanaan tujuan, (2) pengorganisasian, yaitu penentuan suatu kerangka yang menunjukkan wewenang untuk mengatur bagian-bagian dan membatasinya, serta mengkoordinasikannya untuk tujuan tertentu, (3) menyusun suatu staf, yaitu memasukkan dan melatih personel dan memelihara pekerjaan yang menguntungkan, (4) memimpin suatu tugas terus menerus, yaitu membuat keputusan-keputusan dan merumuskan dalam peraturan-peraturan umum dan instruksi-instruksi yang berfungsi sebagai pimpinan dalam uasaha, (5) mengkoordinasikan, yaitu menghubung-hubungkan dari bagian pekerjaan agar semua anggota kelompok mendapat keputusan yang sama, (6) membuata laporan untuk atasan, yang berarti pimpinan dan para bawahannya melalui catatan-catatan , penyelidikan-penyelidikan, pengawas yang selalu mengkikuti seluk beluk dari pekerjaan, (7) menetukan anggaran belanja, suatu 97 perencanaan mengenai keuangan, pertanggungjawaban dan kontrol, Tugas-tugas administrator ini mengambarkan kebijakan penting yang dapat ditentukan oleh kepala sekolah, yang akan tergambar dalam kinerjanya. Dengan tugas-tugas kepala sekolah yang begitu kompleks dan setrategis tersebut, maka administrasi sekolah akan dapat memberikan hasil yang memuaskan. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah sebagai administrator sesungguhnya adalah menggambarkan segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Sehubungan dengan itu kualitas kinerja kepala sekolah sebagai adminstrator pendidikan dapat dilihat dari: (1) mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pebelajaran dengan baik, lancar dan produktif, (2) dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, (3) mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan, (4) berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai di sekolah, (5) bekerja dengan tim manajemen serta, (6) berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Demikian juga untuk dapat efktifitas dan efisiensi manajemen sekolah dapat terwujud maka seorang kepala sekolah menurut Stoner yang dikutif oleh Wahjosumidjo (2008) mampu melaksanakan fungsi manajemen sebagai berikut: (1) Kepala sekolah harus mampu bekerja dengan atau melalui orang lain. Jadi orang lain yang dimaksudkan disini adalah para guru, siswa, dan pegawai adminitrasi, termasuk atasan kepala sekolah dalam hal ini adalah pemerintah. Dalam fungsi seperti ini kepala sekolah berperilaku sebagai 98 saluran komunikasi di lingkungan sekolah. (2) Kepala sekolah harus bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan terhadap keberhasilan atau kegagalan sebagai seorang manajer. Bertangungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh guru, siswa, staf dan orang tua tidak dapat lepas dari tanggungjawab kepala sekolah. (3) Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasannya seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara tepat. Bahkan ada kalanya seorang kepala sekolah harus dapat menentukan suatu prioritas bilamana terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah. (4) Kepala sekolah harus memiliki kemampuan berpikir analistik dan konsepsional. Kepala sekolah di dalam memecahkan suatu permasalahan harus melalui suatu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan suatu solusi yang feasible. Kepala sekolah harus mampu melihat setiap tugas sebagai suatu kseluruhan yang saling berkaitan, dan memandang persoalan yang timbul sebagai bagian yang terpisahkan dari suatu kesluruhan. (5) Kepala sekolah harus mampu sebagai mediator. Kepala sekolah harus turun tangan sebagai penengah di sekolah, sekolah sebagai suatu organisasi tidak akan terelakan dari adanya suatu perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan atau konflik satu dengan yang lainnya sebagai warga sekolah. (6) Kepala sekolah harus sebagai politisi. Sebagai kepala sekolah harus selalu berusaha untuk meningkatkan tujuan sekolah serta mengembangkan program jauh ke depan. Untuk itu sebagai seorang politisi kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan. Peran politisi atau kecakapan politisi seorang kepala sekolah dapat berkembang secara efektif apabila memiliki prinsip jaringan 99 saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, terbentuk suatu aliansi atau kualisi seperti organisasi profesi PGRI, K3S dll, terciptanya kerja sama dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan. (7) Kepala sekolah harus mampu sebagai seorang diplomat. Kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yanhg dipimpinnya. Dalam peran sebagai diplomat berbagai macam pertemuan akan diikuti. (8) Kepala sekolah sebagai pengambil keputusan yang sulit. Tidak ada suatu organisasi apapun yang berjalan mulus tanpa problem. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari problem, seperti biaya, pegawai, perbedaan pendapat, dll. Apabila terjadi persoalan seperti tersebut kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut. Dalam rangka menguatkan dan memberdayakan tugas serta fungsi kepala sekolah seperti yang sudah dijelaskan di atas, maka perlu dilakukan supervisi pendidikan yang dilakukan oleh pengawas dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja kepala sekolah yang menurut Permendiknas No. 12 tahun 2007 disebut dengan supervisi manajerial. Dalam melaksanakan supervisi manajerial tersebut secara lebih spesifik sesoarang pengawas disebutkan supaya melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap kepala sekolah dalam bidang pengelolaaan dan administrasi satuan pendidikan, membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah, membimbing guru dalam menyusun silabus, membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan potensi siswa melalui mata pelajaran, membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, 100 mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya, memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan, dan membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi. D. Rangkuman Supervisi pendidikan adalah usaha memberikan layanan kepada pihak-pihak terkait dengan pendidikan terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Demikian juga dinyatakan bahwa hakekat pengawasan pendidikan adalah sebagai upaya bantuan profesional kesejawatan pengawas pendidikan kepada pihak-pihak terkait dengan pendidikan terutama guru dan kepala sekolah yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran dan administrasi sekolah. Berdasarkan pada masalah atau fokus sasaran yang dibinanya tersebut maka supervisi pendidikan kemudian dibedakan atas dua macam, yaitu supervisi akademik dan supervisi manajerial. E. Evaluasi 1. Jelaskan supervisi akademik sebagai upaya pembinaan kualitas pembelajaran guru 2. Jelaskan supervisi manajerial sebagai upaya pembinaan kualitas kinerja kepala sekolah. 101 BAB. VIII PENGEMBANGAN PERENCANAAN PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Memahami prosedur pengembangan pe - Dapat menyusun perencanaan program rencanaan program supervisi pendidik. supervisi pendidikan Memahami proses penyusunan perencana Dapat menyusun rencana program kepe- -program kepengawasan Akademik ngawasan akademik Memahami proses penyusunan rencana Dapat menyusun rencana program kepe- program kepengawasan manajerial ngawasan manajerial. Memahami manfaat dilaksanakannya Dapat menjelaskan manfaat dilaksana- evaluasi program kepengawasan. kannya evaluasi program kepengawasan. B. Pengembangan Perencanaan Program Supervisi Pendidikan Dalam pembahasan tentang kompetensi supervisi akademik dan supervisi manajerial terutama pengawas Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah tersebut dapat diketahui bahwa supervisi pendidikan mencakup aspek-aspek pengawasan supervisi akademik yang dalam pelaksanaan supervisi akademik tersebut mencakup aspek-aspek monitoring dan membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan, membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan, membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mem- 102 bimbing guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, laboratorium atau lapangan, membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran, memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi. Demikian pula supervisi manjerial adalah mencakup aspek-aspek pembinaan dan monotoring kepala sekolah dalam pengelolaaan dan administrasi satuan pendidikan, membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah, membimbing guru dalam menyusun silabus, membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi /metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan potensi siswa melalui mata pelajaran, membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya, memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan, dan membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi. Dalam upaya pengembangan prencanaan program supervisi akademik dan supervisi manajerial tersebut seorang pengawas dituntut untuk mampu mengembangkan beberapa program perencanaan, seperti rencana program kepengawasan akademik dan rencana kepengawasan manajerial, rencana program tahunan, dan rencana program semester. Berbagai prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun suatu perencanaan supervisi pendidikan, diantaranya adalah bahwa: (1) perencanaan tersebut harus kooperatif. Supervisi adalah merupakan karya bersama. Oleh karena itu semua pihak 103 yang berkepentingan orang tua, masyarakat, dan guru supaya diikutkan dalam menyusun perencanaan tersebut. Supervisor hendakalah perannya hanya sebagai koordinator dan bijakasana dalam menstimulir guru-guru untuk dapat bertidak produktif, (2) perencanaan supervisi pendidikan supaya kreatif. Banyak faktor yang harus diperhitungan oleh supervisor dalam menyusun suatu perencanaan, apa yang harus dilakukan apa yang ingin dicapai, bagaiman melakukannya metode, teknik, dan prosedur yang bagaimana yang akan digunakan, mengapa tujuan, metode, teknik, prosedur tersebut yang digunakan, kapan dan dimana akan dilaksanakan apakah akan memerlukan biaya termasuk sistuasi dan kondisi juga harus dipikirkan, siapa yang perlu dikikutkan dalam menyusun perencanaan, (3) perencanaan supervisi pendidikan harus komprehensif. Tujuan supervisi begitu luasnya oleh karena itu maka di dalam menyusun perencanaan hendaknya ada prioritas, prioritas dalam satu triwulun, catur wulan, semester dan tahunan. Jadi walaupun ada prioritas namun tetap perencanaan tersebut merupakan suatu kesatuan dan berkelanjutan untuk mencapai tujuannya, (4) perencanaan supervisi pendidikan harus fleksibel. Suatu perencanaan supervisi pendiddikan yang baik apabila mampu mengadakan penyesuaian dengan perkembangan situasi dan kondisi dan tututan-tuntutan yang wajar, dan prinsip yang ke 5 adalah harus berkelanjutan. Perencanaan supervisi pendidikan harus terus menerus berlangsung. Supervisor dan guru-guru hendaklah secara berkelanjutan mengembangkan rencana-rencana yang tentatif bersifat percobaan dan beruasaha memperluas perencanaan berdasarkan pada pengalaman-pengalaman di lapangan. Karena situasisituasi baru yang terjadi di lapangan akan memerlukan nrencana-rencana baru pula. 104 Kemudian hal yang lainnya harus diperhatikan oleh seorang supervisor dalam menyusun suatu perencanaan program supervisi pendidikan agar perencanaan supervisi tersebaik adalah: (1) pandangan atau tilikan yang jelas tentang tujuan supervisi pendidikan. Suatu tilikan yang jelas tentang tujuan supervisi yang dimaksudkan adalah bahwa dalam merencanakan perencanaan tersebut tujuan supervisi pendidikan tersebut bukan hanya untuk memuaskan supervisor tetapi juga membawa guru-gur ke arah pertumbuhan dan perkembangan profesional guru, (2) pandangan tentang mengajar yang baik. Seorang supervisor dalam melaksanakan pembinaan selalu senantiasa menghubungkan setiap fase dari program supervisi adalah untuk perbaikan proses belajar mengajar guru-guru yang dibinanya, (3) pengalaman mengajar. Seorang supervisor harus mempunyai pengetahuan tentang pengalaman belajar, sehingga setiap rencana program supervisi pendidikanakan memungkinkan untuk perbaikan pengalaman belajar untuk semua murid, (4) memiliki pengetahuan tentang guru-guru. Guru-guru adalah teman sejawat supervisor di dalam merencakan program supervisi tersebut. Oleh karena itu untuk dapat menyusun suatu perencanaan yang baik tidak dapat dilakukan tanpa mengetahui tentang guru-guru tersebut. Hal-hal yang perlu diketahui oleh supervisor misalnya berbagai kelebihan dan kelemahannya dalam melaksanakan aktifitas mengajarnya, (5) pengetahuan tentang murid-muridnya. Dalam penyusunan suatu program perencanaan supervisi suatu yang wajar supaya dilandasi dengan berbagai informasi tentang muridnya. Informsi tentang murid tersebut bisa berupa hasil belajar, hasil-hasil tes, bakat, minat, kesehatan kesulitan khususnya, sikap-sikap murid, aktivitas-aktivitas belajar murid dan sebagainya, (6) pengetahuan tentang masyarakat. Seorang 105 supervisor perlu mengetahuai tentang nilai-nilai positif masyarakat yang memungkinkan kerjasama dalam perencanaan perbaikan pendidikan, (7) pengetahuan tentang sumber-sumber fisik. Suatu rencana program supervisi pendidikan yang baik juga harus mempertimbangkan sumber-sumber fisik atau material yang bermanfaat untuk terwujudnya tugas-tugas supervisi pendidikan. Termasuk sumber-sumber fisik ini adalah bagunan sekolah, kelas atau ruang belajar, halaman, lapangan olahraga, perpustakaan, laboratorium, buku-buku, alat-alat pelajaran dan lain sebagainya, (8) waktu dan biaya. Supervisor hendaknya menentukan waktu dan biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Jadwal hendaknya disusun serealistis mungkin Berdasarkan pada penjelasan tentang prinsip-prinsip, dan syarat dalam menyusun perencanaan supervisi, maka dapat dipahami bahwa dalam semua jenis rencana program tersebut di dalamnya supaya mencakup: (1) aspek masalah, (2) Tujuan, (3) indikator, keberhasilan, (4) strategi/metode kerja (teknik supervisi yang digunakan), (5) sekenario kegiatan, (6) sumber biaya, (7) penilaian dan instrumen, dan (8) rencana tindak lanjut. Beberapa jenis rencana program kepengawasan tersebut dapat dilihat dalam beberapa tabel seperti contoh di bawah ini. 1. Rencana Program Kepengawasan Akademik Rencana program kepengawasan akademik mencakup masalah yang akan disupervisi, waktu pelaksanaan dalam semester berapa, tahun berapa, sekolah yang disupervisi, dan skor rata-rata yang diberikan oleh pengawas. 106 RENCANA PROGRAM KEPENGAWASAN AKADEMIK (RKA) No Aspek yang disupervisi Semester/Tahun Sekolah sasaran Skor (Yang diisi pengawas). 1 2 3 Rata-rata skor 2. Rencana Program Kepengawasan Manajerial (RKM) Rencana program kepengawasan manajerial mencakup masalah yang akan disupervisi, waktu pelaksanaan dalam semester berapa, tahun berapa, sekolah yang disupervisi, dan skor rata-rata yang diberikan oleh pengawas. RENCANA PROGRAM KEPENGAWASAN MANAJERIAL (RKM) No Aspek yang disupervisi Semester/Tahun Sekolah sasaran 1 2 Rata-rata skor 107 Skor (Yang diisi pengawas). 3. Rencana Program tahunan Rencana program tahunan dan semster berisi no, jenis sarana, tahun/semester pelaksanaan, jumlah sekolah, dan skor yang akan diisi oleh pengawas. RENCANA PROGRAM TAHUNAN No Jenis rencana Tahun Jumlah sekolah binaan Skor yang diisi oleh pengawas RENCANA PROGRAM SEMESTERAN No Jenis rencana Semester Jumlah sekolah binaan Skor yang diisi oleh pengawas Di samping menyusun rencana program kepengawasan dengan beberapa jenisnya seperti yang telah diuraikan di atas, pengawas dituntut juga untuk melaporkan hasil kepengawasan yang dilakukannya tersebut. Demikian juga pelaporannya dilakukan secara tertulis dengan mengikuti suatu penulisan yang sistematikannya mengikuti suatu prosedur dan langkah tertentu. Sistematika penulisan laporan tersebut meliputi komponen sebagai berikut di bawah ini. 108 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN KEPENGAWASAN Bab. I Pendahuluan a. Latar belakang masalah b. Fokus masalah c. Tujuan dan sasaran pengawasan. d. Ruang lingkup pengawasan. Bab. II Kerangka Berpikir dan Pemecahan Masalah Bab. III Pendekatan dan Metode Bab. IV Hasil Pengawasan a. Hasil Pengawasan b. Pembahasan Hasil Bab. VI Penutup a. Simpulan. b. Saran. C. Penilaian Program Supervisi Pendidikan Penilaian program supervisi pendidikan adalah suatu proses pemberian estimasi terhadap program supervisi pendidikan dalam rangka menetapkan keefektifannya dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar. Penilaian program supervisi pendidikan dapat juga didefinisikan sebagai proses sistematik menetapkan seberapa jauh tujuan program supervisi pendidikan dicapai (Bafadal. 1992). 109 Dari pengertian evaluasi program supervisi pendidikan di atas dapat diketahui bahwa yang menjadi obyek penilaian program supervisi pendidikan adalah rencana program, pelaksanaan program dan hasil dari program supervisi pendidikan. Demikian tujuan dari program supervisi pendidikan tersebut secara jelas dapat diketahui yaitu untuk membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses belajar mengajar. Penilaian program supervisi pendidikan harus dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program supervisi pendidikan tersebut dicapai di sekolah dalam rangka meningkatkan kemampuan guru mengelola proses belajar mengajar dan meningkatkan motivasi kerja guru dalam mengelola proses belajar mengajar, apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan sebelumnnya. Melalui penilaian pelaksanaan program supervisi pendidikan sesungguhnya juga akan dapat diketahui tahap-tahap pencapaian dari tujuan program supervisi pendidikan, lebih dari itu juga akan dapat mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan program supervisi pendidikan, kekurangan-kekurangan dan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Dengan mengetahuai berbagai hal tentang kelebihan dan kekurangan dari pelakasanan program supervisi pendidikan tersebut akan dapat dijadikan sebagai masukakan maupun pertimbangan dalam menyusun rencana program supervisi pendidikan di masa yang berikutnya. Dalam melihat pengaruh supervisi pendidikan terhadap keberhasilan dalam meningkatakan mutu pendidikan maka dalam memilih pendekatan yang dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi program supervisi pendidikan tersebut dapat menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan yang pertama adalah melalui penilaian perilaku supervisi pendidikan, asumsinya adalah bahwa semakin baik supervisi 110 penendidikan maka hasilnya akan semakin baik. Pendekatan yang kedua adalah melalui penilaian perilaku mengajar guru, asumsi yang mendasarinya adalah bahwa peningkatan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar adalah merupakan produk dari program supervisi pendidikan. Kemudian pendekatan yang ketiga adalah melalui penilaian prestasi murid. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa prestasi murid itu merupakan produk yang dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengelola belajar mengajar, sedangkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah merupakan produk dari perilaku supervisi pendidikan. Dengan demikian dapat dimpulkan menilai program supervisi pendidikan melalui pendekatan pertama berarti menilai program supervisi pendidikan dengan menggunakan pendekatan proses, sedangkan menilai program supervisi pendidikan melalui pendekatan yang kedua dan ketiga berarti menilai program supervisi pendidikan dengan menggunakan pendekatan hasil. Penilaian terhadap program supervisi pendidikan ini dapat dilakukan oleh siapa saja yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan supervisi pendidikan (Gwynn. 1961), seperti oleh guru, staf administrasi atau oleh supervisor sendiri. Guru dapat melakukan penilaian terhadap pelaksanaan program supervisi pendidikan yang dilakukan oleh supervisor dengan mengisi instrumen pengukuran yang dapat diisi oleh guru. Berbagai pertanyaan yang dapat diajukan dan digunakan dalam menilai pelaksanaan program supervisi pendidikan terutama untuk penilaian yang dilakukan oleh guru, seperti misalnya: 1. Apakah program supervisi tahun ini meningkatkan kualitas pengajaran anda? 111 2. Apakah program supervisi pendidikan meningkatkan kesadaran anda untuk memahmi dan mengetahui kelebihan dan kekurangan anda dalam pengajaran anda? 3. Apakah program supervisi pendidikan meningkatkan kesadaran anda untuk menggunakan berbagai macam metode pebelajaran? 4. Apakah program supervisi pendidikan meningkatkan kesadaran anda untuk menggunakan berbagai macam media atau alat bantu mengajar? 5. Apakah program supervisi pendidikan meningkatkan kesadaran anda untuk menggunakan dan mengembangkan berbagai alat evaluasi pebelajaran? Demikian beberapa contoh angket terbuka yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan penilaian terhadap program supervisi pendidikan khususnya yang dilakukan oleh guru. Kemudian jenis penilaian yang lainnya adalah penilaian pelaksanaan program supervisi pendidikan yang dilakukan oleh supervisor sendiri. Supervisor dapat juga menilai dirinya sendiri Neagley dan Evans (1980) menyatakan bahwa menilai diri sendiri merupakan komponen yang sangat penting dalam penilaian program supevisi pendidikan. Dalam upaya menggunakan teknik ini diperlukan instrumen pengukuran yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh supervisor sendiri, seperti misalnya pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. 1. Apakah saya selalu membuat rencana sebelum melaksanakan aktivitas supervise pendidikan? 2. Apakah perencanaan supervisi saya selalu fleksibel? 112 3. Apakah saya selalu membantu guru-guru dalam mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran? 4. Apakah saya selalu membantu guru-guru dalam memperbaiki kelemahankelemahan dalam mengajar? 5. Apakah saya selalu membantu guru-guru dalam mengembangkan kemampuannya dalam menganalisis pembelajaran? Kedua contoh penilaian pelaksanaan program supevisi pendidikan yang telah diuraikan di atas adalah merupakan penilaian program supervisi dengan menggunakan pendekatan proses. Contoh penggunaan pendekatan proses yang lainnya adalah dengan menggunakan teknik menilai ferformansi guru. Penilaian terhadap ferformansi guru pada dasarnya adalah melihat apakah ada peningkatan performansi guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses belajar mengajar sebagai hasil dari pelaksanaan supervisi pendidikan. Ada sejumlah instrumen yang digunakan untuk menilai performansi guru dalam proses belajar mengajar. Diantaranya adalah observasi. Melalui observasi atau pengamatan langsung supervisor dapat mengukur kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajarnya. Dalam melaksanakan observasi ini perlu dikembangkan suatu alat pengukuran yang dapat dikembangkan sendiri oleh supervisor. Berbeda dengan pendekatan penilaian proses terhadapa pelaksanaan program supervisi pendidikan, maka tampaknya perlu pula diketahui pendekatan penilaian hasil, yaitu pendekatan penilaian hasil belajar murid. Pendekatan penilaian hasil belajar murid, menilai keberhasilan belajar murid berarti suatu proses menentukan prestasi belajar murid dari sisi kognitif, sikap dan psikomotornya. Ada sejumlah 113 teknik dalam menilai hasil belajar murid yang pada dasarnya dapat dibedakan kedalam dua kelompok, yaitu kelompok teknik tes dan keleompok teknik non-tes. Teknik tes adalah suatu teknik penilaian yang digunakan untuk menilai hasil belajar murid dengan menggunakan alat tes. Sedang teknik non tes adalah merupakan suatu teknik penilaian yang digunakan untuk menilai hasil belajar murid dengan tidak menggunakan alat tes, tetapi melalui pengamatan, wawancara, angket dan studi kasus. Hal lainnya yang tampaknya juga penting dan perlu dibahas dalam bab ini adalah tentang proses pelaksanaan penilaian program supervisi pendidikan. Seperti telah dijelaskan terdahulu bahwa penilaian program supervisi pendidikan adalah merupakan suatu proses. Ada empat langkah yang perlu dilakukan dalam melaksanakan evaluasi pelaksanaan program supervisi pendidikan. Pertama perencanaan penilaian, ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan oleh seorang supervisor dalam merencanakan kegiatan penilaian, yaitu: (1) menetapkan tujuan penilaian program supervisi pendidikan, (2) menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai baik proses maupun hasilnya, (3) memilih pendekatan metode dan teknik yang akan digunakan dalam mengukur proses maupun hasilnya, dan (4) menyusun instrumen pengukuran. Kedua adalah mengumpulkan informasi, dalam kegiatan ini supervisor mengumpulkan berbagai data tentang proses pelaksanaan maupun hasil program supervisi pendidikan dengan menggunakan berbagai instrumen. Ketiga adalah pengolahan data atau informasi, setelah data terkumpul, selanjutnya data tersebut diolah menurut cara tertentu, yaitu diperiksa, diklasifikasi, dianalisis dan diinterpretasi, dan langkah yang keempat adalah menyimpulkan hasil penilaian. 114 Demikian beberapa hal yang dapat dijelaskan berkaitan dengan penentuan pendekatan penilaian program supervisi pendidikan, dengan tidak menutup kemungkinan masih ada hal-hal lainnya yang dapat dibahas dalam usaha untuk memperjelas penilaian program supervisi pendidikan yang dirasakan sangat penting sebagai bahan petunjuk praktis dalam melaksanakan supervisi pendidikan. D. Rangkuman Untuk dapat seorang supervisor melaksanakan kepengawasan dengan baik, maka seorang pengawas dituntut untuk mampu mengembangkan beberapa program perencanaan, seperti rencana program kepengawasan akademik dan rencana kepengawasan manajerial, rencana program tahunan, rencana program semester, di sampin juga dituntut memiliki pemahaman secara teknis tentang evaluasi program supervisi pendidikan. Ada beberapa prinsip dan persyaratan yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan oleh seorang suppervisor dalam menyusun suatu perencanaan supervisi pendidikan supaya dapat disusun dengan baik dan efektif. E. Evaluasi 1. Diskusikan dengan baik dengan beberapa orang teman kemudianlah susunlah perencanaan program supervisi kepengawasan akademik !. 2. Diskusikan dengan baik dengan beberapa orang teman kemudianlah susunlah rencana program kepengawasan manajerial !. 3. Jelaskan manfaat dilaksanakannya evaluasi program kepengawasan !. 115 DAFTAR PUSTAKA Alfonso, RJ. Dkk (1981). Instructional supervision: a behavioral system. Boston: Allyn and Bacon. Inc. Ametembun, N. A. (1975). Supervisi pendidikan penuntun bagi para Pembina kepala sekolah dan guru-guru. Bandung: Karya Remaja. Bafadal, I. (1992). Supervisi pengajaran. Teori dan aplikasinya dalam membina profesional guru. Jakarta: Bumi Aksara. Boardman, dkk (1961). Democratic supervision in secondary schools. Cambridge: Reverside Press. Cogan, M. L. (1973). Clinical supervision. Boston: Houghton Mifflin, Co. Dharma, A. (20030. Manajemen supervisi (Petunjuk praktis bagi supervisor). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Dewantara, K. H. (1977). Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Depdikbud. (1976). Kurikulum SD tahun 1975. GBPP. Buku IIID. Pedoman administrasi dan supervisi. Jakarta: PN Bali Pustaka. Depdikbud. (1986). Kurikulum pedoman pembinaan guru. Jakarta Balitbangdikbud. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Glickman, C. D. (1990). Supervision of instruction: a developmentat approach. Needham Heights: Allyn and Bacon. Glickman, C. D. (1980). Developmental supervision. Alternative practice for helping teachers improve instruction. Virginia, Alexandria: ASCD. Gwynn, J.M. (1961). Theory and practice of supervision. New York: Dood, Mead & Company. Hariwung, A. J. (1989). Supervisi pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudyaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Kyte G.C. (1930). How to supervise. New York: 116 Krajewski, R. J. (1982). Clinical supervison: a conceptual frame work. Journal of research and development in education. Volume 15. Number 2. Mukhtar, H. dan Iskandar (209). Orientasi baru supervisi pendidikan. Jakarta: Gaung Persada (GP). Marks, dkk (1980). Handbook of educational supervision. Boston: Allyn and Bacon Inc. Mc. Nerny. CH. T. (1951). Educational supervision. New York: Mc Graw Hill Book Company. Neagley, Ross L. dan Evans N Dean. (1980). Handbook for effective supervision. Englewood Cliffs. Nj: Printice Hall. Pidarta, M. (1986). Pemikiran tentang supervisi pendidikan. Jakarta: Sarana Press. Purwanto, N. (1990). Psikologi pendidikan. Bandung: Tarsito. Rivai, H.V., dan HJ. Sylviana Murni (2009). Education manajement, Analisis Teori dan praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sagala, H.S. (2009). Kemampuan professional guru dan tenaga kependidikan. Bandung: Alfabeta. Sagala, H.S. (2010). Supervisi pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sahertian, P. A. (2000). Konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sahertian, P. A. dan F. Mataheru (1982). Prinsip dan teknik supervisi pendidikan. Surabaya: Nasional. Sergiovanni, T. J. (1991). The principalship: a refelective practice perspective. Needham Height: Alliyn and Bacon. Soetjipto dan Raflis Kosasi. (1999). Profesi keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Suryosubroto, B. (2010). Manajemen pendidikan di sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Usman, H. (2006). Manajemen, teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara. 117 Wahjosumidjo (1999). Kepemimpinan kepala sekolah. Tinjauan teoritik dan permasalahannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Wijono (1989). Administrasi dan supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudyaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 118