Lampiran Penelitian Bibah Pascasarjana Tahun 2009

advertisement
SUPERVISI PENDIDIKAN
(SUATU KAJIAN TEORITIK
DAN BERBAGAI PERMASALAHANNYA)
OLEH
I NYOMAN NATAJAYA
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GENESHA
SINGARAJA
2012
1
PRAKATA
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Waca Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya, kami dapat menyelesaikan
penulisan buku ajar dengan judul Supervisi Pendidikan (Suatu Kajian Teoretik dan Berbagai
Permasalahannya) dapat dislesaikan tepat sesuai dengan jadwal waktu yang direncanakan.
Buku ajar adalah sebagai salah satu produk dari pelaksanaan penelitian
pengembangan perangkat pembelajaran pada Program Pascasarjana Undiksha Singaraja
dalam rangka untuk mendukung perkuliahan mata kuliah Supervisi Pendidikan
pada
Program Studi S2 Administrasi Pendidikan. Buku ajar ini dapat diselesaikan sudah tentunya
tidak dapat dilepaskan dari bantuan berbagai pihak terutama Direktur Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha yang berkenan membiayai penelitian dan penulisan buku
ajar ini. Lembaga Penelitian Undiksha Singaraja yang berkenan memfasilitasi secara
administrasi pelaksanaan penelitian dan penulisan buku ajar ini. Demikian juga pihak-pihak
lain yang telah membantu mencermati, mengkritisi dan memberikan saran yang diperlukan,
sehingga penelitian dan penulisan buku ajar ini dapat dilaksanakan dan selesai tepat sesuai
dengan waktu yang direncanakan. Melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa buku ajar sebagai produk dalam penelitian pengembangan
ini masih ada kekurangannya, oleh karena itu tegur sapa, masukkan dan koreksi dari berbagai
pihak terutama yang memiliki perhatian terhadap laporan penelitian dan buku ajar ini masih
tetap kami harapkan demi untuk menambah kesempurnaannya.
Singaraja,
2
Nopember 2012
Peneliti,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i
PRAKATA ............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB. I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Rasional Penulisan Buku ............................................................................ 1
B. Standar Kompetensi .................................................................................... 4
BAB. II HAKEKAT SUPERVISI PENDIDIKAN ..........................................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
6
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya ............................ 6
Pengertian Supervisi Pendidikan ...................................................... 6
Perkembangan Supervisi Pendidikan .............................................. 8
Tujuan Supervisi Pendidikan ......................................................... 13
Fungsi Supervisi Pendidikan ............................................................ 16
Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan .............................................. 21
Rangkuman ...................................................................................... 23
Evaluasi ............................................................................................ 25
BAB. III METODE DAN TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN ...... 26
A.
B.
C.
D.
E.
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannnya .........................
Metode Supervisi Pendidikan .........................................................
Teknik-teknik Supervisi Pendidikan …............................................
Rangkuman ……………………………..………………………...
Evaluasi ……………………...……………………………………
26
26
27
43
43
BAB. IV BEBERAPA PENDEKATAN SUPERVISI PENGAJARAN ……..... 44
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya ............................
B. Beberapa Pandangan Psikologi Belajar tentang Penedekatan
Supervisi Pendidikan dan Pembelajaran ........................................
C. Guru yang profesional ....................................................................
D. Beberapa Pendekatan Supervisi Pendidikan ....................................
E. Rangkuman ....................................................................................
F. Evaluasi ..........................................................................................
44
44
49
56
66
66
BAB. V KOMPETENSI DAN KETERAMPILAN PENGAWAS SEBAGAI
SUPERVISOR PENDIDIKAN .............................................................. 67
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya ........................... 67
3
B.
C.
D.
E.
F.
Pengertian Kompetensi ...................................................................
Kompetensi Pengawas Sebagai Supervisor Pendidikan .................
Berbagai Keterampilan yang Diperlukan Pengawas ......................
Rangkuman ......................................................................................
Evaluasi ...........................................................................................
BAB. VI SUPERVISI PENGAJAJARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN
KUALITAS PEMBELAJARAN GURU DAN KINERJA KEPALA
SEKOLAH ..........................................................................................
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya ...........................
B. Supervisi Akademik dalam Upaya Pembinaan Kualitas Pembelajaran Guru ...................................................................................
C. Supervisi Manajerial dalam Upaya Pembinaan Kualitas Kinerja
Kepala Sekolah ................................................................................
D. Rangkuman ......................................................................................
E. Evaluasi ...........................................................................................
67
71
80
86
87
88
88
88
91
96
96
BAB. VII. PENGEMBANGAN PERENCANAAN PROGRAM SUPERVISI
PENDIDIKAN ..................................................................................... 97
A.
B.
C.
D.
E.
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya ............................ 97
Pengembangan Perenecanaan Supervisi pendidikan ....................... 97
Penilaian program Supervisi Pendidikan ....................................... 104
Rangkuman .................................................................................... 110
Evaluasi .......................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA
........................................................................................ 111
4
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Rasional Penulisan Buku
Program studi yang dibina di lingkungan Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja terdiri dari Program Studi Administrasi
Pendidikan, Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Studi
Pendidikan Dasar, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Program
Studi Pendidikan Matematika. Semua program studi yang ada dan dikelola di
lingkungan Undiksha ini memiliki visi, misi dan tujuan masing-masing. Program
Studi Adminsitrasi Pendidikan misalnya memiliki visi menjadikan Program Studi
Administrasi Pendidikan memiliki kualitas yang unggul dan andal dalam pengembangan sumberdaya manusia, dapat mengikuti tantangan dan tuntutan kemajuan
pembangunan pendidikan nasional, dan kompetitif dalam perkembangan dunia
global. Misi Program Studi Administrasi Pendidikan adalah pertama menyelenggarakan program pendidikan yang menyiapkan tenaga ahli dalam bidang
kependidikan, tenaga pendidik yang profesional (Dosen), calon kepala sekolah dari
tingkat SD sampai pada SMTA, calon pengawas dari tingkat SD sampai pada tingkat
SMTA, dan tenaga ahli perencanaan dalam bidang pendidikan, kedua menyelenggarakan penelitian dalam bidang pendidikan utamanya dalam bidang administtrasi
pendidikan dalam arti yang luas, dan yang ketiga adalah menyelenggarakan
pengabdian pada masyarakat dalam rangka ikut memecahkan berbagai masalah dalam
bidang kependidikan dan masalah-masalah pembangunan yang lainnya di tingkat
5
kabupaten, propinsi, dan tingkat nasional. Kemudian tujuan dari Program Studi
Adminsitrasi Pendidikan adalah pertama menghasilkan lulusan sebagai tenaga ahli
dalam bidang kependidikan, tenaga pendidik yang profesional (Dosen) dalam
Administrasi Pendidikan, calon kepala sekolah tingkat SD sampai SMTA, pengawas
dari tingkat SD sam-pai SMTA, tenaga ahli perecanaan, dan tenaga ahli perencanaan
dalam bidang pendidikan, kedua menghasilkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan humaniora yang menunjang pengembangan ilmu kependidikan, dan pelaksanaan tugas profesi tenaga pendidikan (Dosen), utamanya dalam
bidang administrasi pendidikan dalam arti yang yang luas, serta yang ketiga adalah
menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat dalam rangka ikut memecahkan
berbagai masalah dalam bidang kependidikan umumnya dan bidang manajemen
pendidikan pada khususnya, dan masalah-masalah pembangunan yang lainnya di
tingkat kabupaten, propinsi, dan tingkat nasional.
Pada saat sekarang ini di tahun 2012 terungkap berbagai permasalahan yang
dihadapi oleh Program Pascasarjana Program S2 Undiksha Singaraja, khususnya
program studi Administrasi Pendidikan, seperti masa studi mahasiswa adalah berkisar
antara lima sampai dengan tujuh semester. Demikian pula IPK komulatif yang
dicapai oleh para lulusan berkisar antara 3,00 sampai dengan 3, 50. Dilihat dari masa
studi dan IPK yang dicapai mahasiswa menunjukkan bahwa proses penyelenggaraan
pendidikan pada program Pascasarjana di Undiksha belum terlaksana secara
maksimal.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan penyelenggaraan pendidikan
pada Program Pascasarjana Undiksha belum dapat dilaksanakan secara maksimal,
6
diantaranya adalah fasilitas yang mendukung perkuliahan seperti buku literatur yang
tersedia baik di perpustakaan umum di Undiksha maupun di perpustakaan Program
Pascasajana masih terbatas dan kurang lengkap. Keterbatasan pasilitas buku-buku di
perpustakaan ini terungkap dalam laporan dan temuan penelitian Trecer Study yang
dilakukan oleh tim dosen program pascasajana di Undiksha terhadap lulusan Program
Pascasarjana yang dilakukan secara berturut-turut dalam waktu dua tahun terakhir ini
yaitu tahun 2010 dan tahun 2011 (Koyan, dkk. 2010, 2011). Keterbatasan dan
kelangkaan buku-buku literatur tersebut lebih diperparah dengan sulitnya dapat
ditemukan dan sangat jarangnya dijual di toko-toko buku sehingga sulit dapat dicari
dan dibeli untuk dimiliki bagi para mahasiswa.
Permasalahan lainnya yang dihadapi oleh mahasiswa program Pascasarjana
pada saat ini adalah bahwa sebagian besar inputnya berasal dari guru-guru mulai dari
guru SD, SMTP, dan SMTA yang tersebar di seluruh pulau Bali. Untuk mengakses
semua guru yang akan melanjutkan pada studi lanjut, maka perkuliahan untuk
mahasiswa program Pascasarjana tersebut dikonsentrasikan di dua kampus yaitu
kampus Singaraja, dan kampus Pegok Denpasar. Di sisi yang lain pada saat sekarang
ini teknologi imformasi komunikasi begitu pesat perkembangannya dan sangat
canggih. Lebih dari itu teknologi imformasi komunikasi sudah dikembangkan dalam
penyelengagaran pendidikan jarak jauh pada beberapa jenjang pendidikan dan dapat
berhasil dengan baik.
Untuk mengatasi permasalahan kelangkaan buku-buku yang mendukung
kelancaran perkulihan mahasiswa yang berlokasi pada dua lokasi yang cukup
berjauhan yaitu di kampus Singaraja dan kampus Pegok Denpasar tersebut, maka
7
perlu dilakukan penelitian pengembangan dengan mengangkat judul ”Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Mata Kuliah Analisis Pengembangan Sumberdaya Pendidikan, Analisis Pengendalian Mutu Pendidikan, Supervisi Pendidikan, dan Problematika Kepemimpinan Pendidikan Berbasis E-Learning”
Jadi dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan akan menghasilkan
produk paling tidak empat buah buku yang diharapkan dapat mendukung materi
perkulihan dalam mata kuliah: (1) Analisis pengembangan sumberdaya pendidikan,
(2) Analisis pengendalian mutu pendidikan, (3) Supervisi pendidikan, dan (4)
Problematika pendidikan dengan berbagai keterbatasannya yang dapat mengatasi
kelangkaan ketersediaan buku-buku literatur, dan secara teknis ada peluang untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang berbasis E-Learning.
Jadi tujuan utama penulisan buku ini adalah pembangunan perangkat lunak
(software) yang akan dipasang pada portal web e-learning Program Pascasarjana
Undiksha untuk menyediakan sumber belajar alternatif kepada mahasiswa khususnya
untuk mendukung materi mata analisis pengembangan sumberdaya tenaga kependidikan.
B. Standar Kompetensi
Melalui mata kuliah ini mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan,
wawasan, pemahaman terhadap berbagai konsep dan teori tentang tentang
sumberdaya pendidikan mampu menganalisis keterpaduan antara sumberdaya
khususnya sumberdaya manusia yaitu pengawas dan tenaga kependidikan yang
lainnya, mampu memecahkan berbagai masalah sumberdaya pendidikan serta
8
terampil dalam mengaplikasikannya sebagai tenaga kependidikan khususnya sebagai
calon pengawas.
9
BAB. II
HAKEKAT SUPERVISI PENGAJARAN
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Pengertian supervisi pedidikan
Menjelaskan pengertian supervisi pendidikan.
Pekembangan supervisi pendidikan
Menjelaskan bagaimana perkembangan
supervisi pendidikan di Indonesia.
Tujuan supervisi pendidikan
Menjelaskan tujuan supervisi pendidikan.
Fungsi supervisi pendidikan
Menjelaskan fungsi supervisi pendidikan
Prinsip-prinsip supervisi pendidikan
Menjelaskan
Prinsip-prinsip
supervisi
pendidikan
B. Pengertian Supervisi Pendidikan
Pendidikan di sekolah adalah merupakan salah satu dari tri pusat pendidikan,
di samping pendidikan dalam keluarga dan pendidikan dalam masyarakat
(Dewantara.1977). Pendidikan di sekolah merupakan suatu sistem pendidikan yang
dilakukan dan diorganisasikan secara formal. Sekolah sebagai organisasi pendidikan
merupakan suatu sistem yang sangat kompleks, di dalamnya terdiri dari berbagai
komponen yang mempunyai tugas dan fungsi secara sendiri-sendiri maupun saling
berkaitan satu sama lainnya, dan berproses dalam rangka mencapai tujuannya.
10
Untuk dapat berfungsi dan berprosesnya berbagai komponen sekolah tersebut
secara efektif dalam mencapai tujuan pendidikan, maka berbagai fungsi manajemen
dalam lembaga pendidikan sekolah supaya dilakukan secara benar. Fungsi-fungsi
manajemen yang dimaksudkan diantaranya adalah fungsi perencanaan, pengorgasian,
komunikasi, pengarahan, kepemimpinan, pengawasan, evaluasi, monitoring, dan berbagai fungsi yang lainnya.
Dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen tersebut khususnya fungsi
pengawasan dalam penyelenggarakan pendidikan di sekolah dikenal dengan istilah
supervisi pendidikan. Supervisi pendidikan dapat diberikan pengertian sebagai suatu
pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru-guru agar menjadi
guru atau personal yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya agar mampu meningkatkan
efektifitas proses belajar mengajar di sekolah (Nawawi. 1983). Supervisi pendidikan
adalah usaha menstimuli, mengkordinasi, dan membimbing guru secara terus
menerus baik secara individu maupun kolektif, dan usaha ini dilakukan oleh
supervisor agar guru memahami secara efektif pelaksanaan aktivitas mengajar dalam
rangka pertumbuhan murid secara kontinyu (Bordman. 1953), kemudian Glickman
(1981) menyatakan supervisi adalah upaya yang dilakukan untuk membantu guru
agar mau dan terus belajar untuk meningkatkan kualitas pembela-jarannya.
Demikian juga masih terdapat pendapat yang lainnya yang menyatakan
supervisi pendidikan adalah prosedur memberi arah dan mengadakan penilaian secara
kritis terhadap proses pembelajaran (Nerney. 1951), dan barangkali dapat juga dikutif
pendapat dari Burton dan Bruckner (1955) supervisi pendidikan adalah suatu teknik
11
pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
murid.
Dari beberapa pengertian supervisi tersebut diatas, tampaknya cara pandang
dari masing-masing para ahli tersebut adalah sangat berbeda-beda secara bahasa
tergantung dari titik tolak dan cara pandang para ahli tersebut. Namun demikain
sesungguhnya dapat diketahui bahwa supervisi pendidikan tersebut bisa dilihat
sebagai; (1) suatu program yang berencana, (2) sebagai usaha memimpin guru guruguru dalam jabatan mengajar, (3) sebagai program inservice, (4) sebagai suatu
penilaian, (5) dan sebagai upaya untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pertubuhan dan perkembangan pembelajaran murid, (6) sebagai suatu layanan,
dan lain sebagai, oleh supervisor terhadap kliennya.
C. Perkembangan Supervisi Pendidikan
Istilah supervisi dalam bidang pendidikan secara nasional mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1975 bersamaan dengan diberlakukannya Kurikulum
1975. Kemudian dalam perkembangannya, tampaknya pada setiap pergantian
kurikulum, supervisi dianggap sebagai bagian dari pelengkap pedoman kurikulum
(Depdikbud. 1976), walaupun kata supervisi dianggap tidak mengandung makna
yang sesuai dalam bidang pendidikan, karena diberi pemaknaan pembinaan, yaitu
pembinaan professional guru sesuai dengan sistem pembinaan professional (SPP)
sebagai hasil dari proyek Cianjur 1984 (Depdikbud. 1986). Tampaknya dalam
hubungan ini kata pembinaan itu sendiri lebih dikenal di kalangan praktisi seperti
12
kepala sekolah, dan pengawas, dan sebaliknya kurang dikenal oleh guru, karena para
guru merasa lebih familiar dengan istilah supervisi. Namun demikian secara akademis
apapun istilah yang digunakan untuk supervisi pendidikan bukanlah sesuatu yang
perlu dipertentangkan. Karena tugas pengawas dan supervisor dalam konteks
pendidikan, dan pengajaran memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya
adalah: (1) tujuannya memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru, (2) berfungsi
sebagai monitoring, (3) kegiatannya memiliki fungsi manajemen, (4) berorientasi
pada tujuan pendidikan. Kemudian perbedaannya adalah bahwa kepengawasan lebih
menekankan pada upaya untuk menemukan penyimpangan atau hambatan dari
rencana yang telah ditetapkan, sedangkan supervisi lebih menekankan pada upayaupaya membantu guru untuk perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar.
Supervisi pendidikan pada awalnya lebih bersifat umum karena dilakukan
untuk memonitor berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah. Karena itu
seringkali kesalahan para personil sekolah akan lebih banyak dieksploitasi dan
ditonjolkan, bahkan jika melebihi batas atau melanggar suatu aturan atau kebijakan
akan membawa konsekwensi seseorang personel tertentu dapat diberikan sanksi
sampai pada pemecatan. Itulah sebabnya supervisi pada waktu itu lebih banyak
dikonotasikan sifatnya lebih melecehkan supervisi dengan ungkapan snoopervision
atau penembak jitu.
Kemudian lebih lanjut dalam perkembangannya konsepsi supervisi lebih
ditekankan kepada perbaikan proses belajar mengajar guru, sehingga para ahli
membagi supervisi menjadi supervisi umum yaitu kegiatan supervisi yang ditujukan
pada penunjang keberhasilan proses belajar mengajar, seperti sarana dan parasarana
13
dan lingkungannya yang berupa gedung, ruang kelas, media, alat-alat pelajaran,
kafetaria, dan transfortasi dan tidak bersifat administratif. Kemudian supervisi
pengajaran yang lebih bersifat khusus untuk membantu guru dalam bidang studi
tertentu. Dalam hubungan ini kemudian Poerwanto (2006) memperjelas pengertian
dan fungsi supervisor tersebut sebagai mitra guru, inovator, konselor, motivator,
kolaborator, evaluator serta konsultan guru dalam meningkatkan proses belajar
mengajarnya.
Berdasarkan konsepsi bahwa supervisi untuk membantu guru dalam bidang
studi tertentu, maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
perbaikan proses belajar mengajar. Konsepsi supervisi kemudian lebih memfokus
pada kegiatan PBM, sehingga supervisi diberikan pengertian sebagai setiap layanan
yang diberikan kepada guru, yang hasil akhirnya adalah untuk peningkatan atau
perbaikan pengajaran guru, pembelajaran murid, dan perbaikan kurikulum (Neagley
dan Evans. 1980). Supervisi sebagai usaha untuk mendorong, mengkoordinasikan,
dan menuntun pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan di suatu sekolah,
baik secara individu maupun secara kelompok dalam pengertian yang lebih baik, dan
tindakan yang lebih efektif dalam fungsi pengajaran sehingga mereka dapat mampu
untuk mendorong dan menuntun pertumbuhan setiap siswa secara berkesinambungan
menuju partisipasi yang cerdas dan kaya dalam kehidupan masyarakat demokratis
modern (Boardman, dkk. 1961), nilai supervisi terletak pada perkembangan dan
perbaikan situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan para siswa
(Mark, dkk.1974). Sejalan dengan perkembangan iptek supervisi juga mengalami
perkembangan. Pada tahun 1983 P2LPTK Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
14
Departemen P dan K juga memperkenalkan supervisi klinis yang merupakan hasil
karya Morris Cogan dan Robert J. Krajewski yang telah dikembangkan pada tahun
1961. Model supervisi ini dianggap efektif, oleh karena itu banyak pakar yang ikut
mengembangkannya antara lain Cogan, Mosher dan Perpel, Oliva, Robert
Goldhamamer (Bafadal.1992). Perbedaan pengembangan di antara para pakar
tersebut terletak pada langkah proses atau siklusnya, ada yang 3 langkah, 5 langkah,
ada pula 8 langkah. Siklus yang paling banyak diikuti adalah yang terdiri dari 3
langkah, demikian juga penggunaan supervisi klinis hanya terbatas pada guru yang
menghadapi masalah pengajaran, atau bagi guru yang ingin mencobakan hal-hal yang
baru.Variasi dan perbedaan langkah proses dalam siklusnya tampak dalam bagan di
bawah ini.
BAGAN 2.1
DESKRIPSI SIKLUS SUPERVISI KLINIK
Cogan (1973)
Mosher dan
Oliva (1984)
Perpel (1972)
Goldhammer,
Bafadal.
dkk. (1981).
1992
Membangun dan
Kontak dan
Pertemuan
Tahap
menetapkan
komunikasi
sebelum
pertemu-
hubungan.
dengan guru
observasi.
an awal.
untuk merenPerencanaan dengan
guru.
Perencanaan
canakan
observasi
15
Perencanaan
kegiatan observasi
Observasi kelas
Observasi.
Observasi
Observasi kelas
kelas
Tahap
observasi
mengajar
Analisis proses
Evaluasi dan
Tindak lanjut
Analisis data
belajar mengajar.
analisis
observasi.
strategis.
Perencanaan
Pertemuan
Tahap
pertemuan.
supervisi.
pertemuan
Pertemuan.
Analisis sesudah
balikan.
pertemuan
Penjajagan
supervisi.
pertemuan
berikutnya.
Sehubungan dengan tujuan, manfaat dan nilai dari supervisi pengajaran yang
sangat begitu penting dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, maka
permasalahan lainnya yang tampaknya juga perlu dibahas adalah apakah syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat diangkat menjadi pengawas
16
Pengawas secara akademik adalah bisa bersifat formal yang berasal dari luar
sekolah, yaitu kalau pengawas tersebut ditunjuk secara legal oleh Dinas Pendidikan
pada tingkat kabupaten, provinsi, dan tingkat kecamatan, dan ada juga supervisor
yang berasal dari dalam sekolah sendiri, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
para ketua unit, dan para guru bidang studi yang sudah senior (Pidarta. 1986).
Kemudian seseorang yang dapat diangkat menjadi supervisor terutama yang ditunjuk
oleh Dinas Pendidikan sesuai dengan Permen Pendidikan Nasional RI No.12 Tahun
2007 tentang standar pengawas sekolah/madrasah, untuk tingkat SMA harus memenuhi kualifikasi: (1) memiliki pendidikan minimum Magister (S2) Kependidikan
dengan berbasis Sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran pada perguruan tinggi
yang terkreditasi, (2) guru SMA bersertifikat pendidik sebagai guru dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di
SMA, atau kepala sekolah SMA dengan pengalaman kerja empat tahun, untuk
menjadi pengawas sesuai dengan rumpun mata pelajarannya, (3) memiliki pangkat
minimum penata, golongan ruang III/c, (4) berusia setinggi-tingginya 50 tahun sejak
diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan, (5) memenuhi kompetensi sebagai
pengawas satuan pendidikan yang dapat diperoleh melalaui uji kompetensi dan atau
pendidikan dan pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan
pemerintah, (6) lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.
D. Tujuan Supervisi Pendidikan
Berbagai macam pendapat yang dapat diuraikan dalam menjelaskan tentang
tujuan supervisi pendidikan, seperti misalnya ada yang menyatakan bahwa tujuan
17
supervisi pendidikan adalah menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar
dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikanperbaikan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangannya
agar diatasi dengan usaha sendiri (Nawawi. 1983). Ada juga pendapat lainnya yang
menjelaskan bahwa tujuan dari supervisi pendidikan tersebut sebagai berikut: (1)
mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah, (2) meningkatkan
proses belajar mengajar di sekolah, (3) mengembangkan seluruh staf di sekolah
(Sahertian. 1977). Demikian pula pendapat yang lainnya yang menguraikan sebagai
berikut bahwa tujuan supervisi pengajaran adalah (1) untuk mencapai pertumbuhan
dan perkembangan siswa yang bersifat total. Dengan demikian akan terjadi
peningkatan kualitas dari masyarakat, (2) membantu kepala sekolah dalam
menyesuaikan program pendidikan dari waktu ke waktu secara berkelanjutan dalam
rangka menghadapi tantangan dan perubahan, (3) mengembangkan proses belajar
mengajar yang tepat, dan (4) membina guru-guru agar dapat mendidik para siswa
dengan baik, dan menegakan disiplin kerja secara manusiawi (Sergiovani.1971).
Pendapat yang lainnya menyatakan bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah: (1)
membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, (2) membantu guruguru dalam membimbing pengalaman belajar murid-murid, (3) membantu guru-guru
dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar, (4) membantu guru-guru
dalam menggunakan metode mengajar dan alat-alat bantu mengajar modern, (5)
membantu guru-guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid, (6) membantu guruguru membantu guru-guru dalam hala menilai kemujuan murid, dan hasil pekerjaan
guru itu sendiri, (7) membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral
18
kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi jabatan mereka, (8) membantu
guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang
diperolehnya, (9) membantu guru-guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian
terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat, dan
(10) membantu guru-guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam
pembinaan sekolah. Demikian juga ada pendapat yang menyatakan bahwa tujuan
dilaksanakannya supervisi pendidikan adalah: (1) untuk membangkitkan dan
mendorong semangat guru dan pegawai administrasi sekolah lainnya untuk
menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, (2) agar guru serta pegawai administrasi
lainnya berusaha melengkapi kekurangannya dalam penyelenggaraan pendidikan
termasuk bermacam-macam media pembelajaran yang diperlukan bagi kelancaran
jalannya proses pembelajaran, (3) bersama-sama berusaha mengembang-kan, mencari
dan menggunakan metode baru dalam kemajuan proses belajar mengajar yang baik,
dan (4) membina kerjasama yang harmonis antara guru, murid, dan pegawai sekolah,
misalnya dengan mengadakan seminar, workshop, inservice ataupun training
(Mukhtar dan Iskandar. 2009). Bahkan masih ada pendapat yang lainnya yang
menyebutkan tujuan supervisi pendidikan tersebut adalah sebagai berikut: (1)
membantu guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan dan peranan sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan, (2) membantu guru-guru untuk dapat lebih
memamahami dan menyadari kebutuhan-kebutuhan dan kesulitan-kesulitan murid
dan menolong mereka untuk mengatasinya, (3) memperbesar kesanggupan guru-guru
untuk melengkapi dan mempersiapkan murid-muridnya menjadi anggota masyarakat
yang efektif, (4) membantu guru mengadakan diagnosa secara kritis aktifitas-aktifitas
19
serta kesulitan-kesulitan mengajar dan belajar murid dan menolong mereka merencanakan perbaikannya, (5) membantu guru-guru untuk menilai aktivitas-aktivitasnya
dalam pencapaian tujuan perkembangan pesrta didik, (6) meningkatkan kesadaran
guru-guru trhadap tata kerja yang demokratis dan koopertaif serta memperbesar
kesediaan untuk menolong dan ditolong, (7) memperbesar ambisi guru-guru dalam
meningkatkan mutu karyanya secara maximal dalam bidang keahliannya, (8)
membantu guru-guru untuk dapat lebih memanfaatkan pengalaman-pengalamansendiri, (9) membantu guru-guru untuk lebih mempopuler kan sekolah kepada
masyarakat agar bertambah simpati, dan kesediaan masyarakat untuk membantu
sekolah, (10) mengenalkan para guru dan karyawan baru kepada kepada situasi
sekolah dan profesinya, (11) melindungi guru-guru dan karayawan pendidikan
terhadap tuntutan-tuntutan yang tidak wajar dan kritik tidak sehat dari masyaraka, dan
(12) mengenalkan kepada guru-guru dan karayawan baru rasa kesetia kawanan.
E. Fungsi Supervisi Pendidikan
Secara teoretik ada beberapa pendapat tentang fungsi supervisi pengajaran.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa fungsi supervisi pengajaran tersebut adalah:
(1) fungsi penelitian. (2) penilaian, (3) perbaikan, dan (4) pembinaan (Ametembun.
1975).
Fungsi penelitian yang dimaksudkan di sini adalah meneliti bagaimana situasi
sekolah yang sebenarnya. Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran
yang jelas dan obyektif dengan melalui beberapa langkah, yaitu pertama adalah
merumuskan masalah apa yang akan diteliti. Untuk dapat penelitian tersebut
20
terlaksana secara efektif maka masalah yang diteliti supaya dirumuskan dibatasi
dengan tegas dan jelas. Langkah kedua adalah pengumpulan data, fakta, dan opini
sebagai bahan pertimbangan. Teknik yang dipakai seperti observasi, wawancara,
angket, dan lain sebagainya, dan demikian juga bisa dilakukan secara langsung atau
tidak langsung. Langkah yang ketiga adalah koreksi data, bahan-bahan yang telah
terkumpul perlu dilakukan koreksi atau memeriksa data yang diperoleh agar
memenuhi syarat-sayarat yang diperlukan, kemudian melakukan seleksi data dalam
arti memilih data yang sesuai dengan yang diharapkan, melakukan klasifikasi data
untuk menggolong-golongkan data yang sejenis sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya, misalnya menurut jenis kelamin, pengalaman kerja, latar
belakang pendidikan dan sebagainya. Kemudian juga melakukan komparasi data
yang bersumber dari berbagai kelompok, dan barulah kemudian melakukan
interpretasi atau analisis data. Ada kalanya dalam melakukan interpretasi atau analisis
data ini juga memerlukan bantuan statistik untuk menghitung prosentase, membuat
daftar tabel, dan akhirnya barulah seorang supervisor tersebut dapat mengambil suatu
kesimpulan untuk dapat mengambil langkah-langkah yang berikutnya.
Fungsi evaluasi dalam konsepsi supervisi pendidikan modern lebih menekankan pada asek-aspek yang positif, tidak semata-mata hanya mencari kesalahankesalahan oleh seorang guru yang sedang disupervisi. Penilaian dilakukan secara
kooperatif diantara supervisor dan yang disupervisi bersama-sama menemukan aspek
positif yang telah dicapai, bersama-sama meninjau aspek-aspek negatif yang masih
ada. Bersama-sama mencari sebab masih adanya hambatan-lambatan kekurangankekurangan yang dialami.
21
Fungsi perbaikan yang dimaksudkan adalah mengadakan perbaikan oleh
supervisor maupun yang disupervisi. Bersama-sama mengusahakan untuk mengatasi
keukurangan-kekurangan dan hamabatan-hambatan yang dialami. Bersama-sama
mencari jalan keluar untuk mempertahankan yang sudah baik, bahkan meningkatkan
pelaksanaannya. Secara bersama-sama mencari jalan dalam upaya mempertahankan
yang sudah dimiliki.
Fungsi pembinaan merupakan tugas inti seorang supervisor pendidikan.
Pembinaan diberikan oleh seorang supervisor berupa bimbingan kearah yang
disupervisi dan perbaikan situasi serta pemanfaatan segala sumberdaya dan tenaga ke
arah terwujudnya tujuan pendidikan.
Pendapat yang lainnya menyatakan bahwa fungsi supervisi pengajaran adalah:
(1) sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan, (2) sebagai pemicu
atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang terkait dengan pendidikan, dan (3) sebagai kegiatan memimpin dan membimbing (Mukhtar dan Iskandar.
2009). Kemudian ada juga pendapat yang menyatakan bahwa fungsi supervisi
pendidikan adalah sebagai berikut: (1) Mengkoordinasikan semua usaha sekolah.
Dalam hubungan fungsi ini dapat digambarkan bagaimana sejumlah orang guru yang
mengajar bidang studi yang sama ingin mngemukakan idenya dan menguraikan
materi pelajaran menurut pandangannya dalam rangka untuk mening-katkan kualitas
pembelajarannya. Oleh karena itu tampaknya perlu melakukan usaha-usaha koordinasi dengan guru-guru yang lainnya. Demikian juga dalam hal untuk dapat memecahkan berbagai hal dan merumuskan kebijakan, tujuan-tujuan kegiatan dan program
sekolah sepanjang tahun, kemudian dalam upaya untuk pengembangan dan pertum-
22
buhkan jabatan melalui membaca buku-buku dan gagasan-gagasan baru guru-guru
secara terus menerus yang bisa dilakukan dengan pelatihan, workshop, seminar, dan
forum yang lainnya. Semuanya ini dapat dilaksanakan melalui usaha koordinasi
sekolah. (2) Melengkapi kepemimpinan sekolah. Sekolah sebagai salah satu lembaga
akan dapat berjalan dengan baik apabila dipimpin oleh seorang pemimpin yang
demokratis. Kepemimpinan yang demokratis tersebut perlu dikembangkan, perlu
dipelajari, dan harus dilatih secara terus menrus. Dengan melatih dan memperlengkapi guru-guru mereka memiliki keterampilan dalam kepemimpinan di sekolah
apabila kelak menjadi kepala sekolah. (3) Memperluas pengalaman guru-guru.
Manusia pada dasarnya akan selalu ingin maju yang seoptimal mungkin. Seorang
yang ingin menjadi pemimpin dan berprestasi baik maka seharusnya mereka belajar
dari pengalaman nyata di lapangan. Dengan demikian akan dapat memperkaya
dirinya dengan pengalaman belajar yang baru. (4) Menstimuli usaha-usaha yang
kreatif. Semua orang percaya pada suatu keyakinan bahwa manusia diciptakan
dengan memiliki potensi untuk berkembang dan berkarya. Untuk dapat menciptakan
suasana yang memungkinkan guru-guru dapat mening-katkan potensi-potensi
kreatifitas dalam dirinya. Demikian pula guru-guru pada dasarnya adalah merupakan
perilaku aktif dalam proses pembelajaran. Namun demikian untuk dapat lebih kreatif
tampaknya masih tetap memerlukan pengawasan dalam bekerjanya. (5) Memberi
fasilitas dan penilaian secara terus menerus. Untuk meningkatkan kualitas sumber
daya diperlukan penilaian terus menerus. Melalui penilaian dapat diketahui
kelemahan dari proses belajar mengajar guru serta hasil belajar siswa. Penilaian ini
harus dilakukan secara menyelutuh dalam arti menyangkut semua aspek kegiatan di
23
sekolah, dan secara kuntinyu dalam arti harus dilakukan pada setiap saat, pada saat
awal, pertengahan dan di akhir pada akhir semester. Dengan demikian penilaian
sebenarnyaadalah sebagai salah satu fungsi supervisi yang dapat dilakukan dalam
bentuk kegiatan yang lainnya seperti misalnya dengan melakukan penelitian. (6)
Menganalisis situasi belajar mengajar. Tujuan supervisi pendidikan adalah memperbaiki situasi dan kualitas proses belajar mengajar. Agar tujuan supervisi pendidikan
tersebut dapat dicapai, maka perlu dilakukan analisis terhadap hasil dan proses
pembelajaran. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar siswa memegang peranan
penting. Dengan memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran akan dapat memberikan umpan balik dan pengalaman dalam rangka
perbaikan pembelajaran yang pada akhirnya maka tujuan pendidikan akan dapat
ditingkatkan mutunya. Menganalisis situasi belajar mengajar adalah merupakan salah
satu fungsi supervisi pendidikan. (7) Memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada setiap anggota staf. Setiap guru memiliki potensi dan dorongan untuk
berkembang. Supervisi pendidikan akan memberikan bantuan dan dorongan kepada
guru-guru agar mengembangkan kemampuan dan pengetahuan, keterampilannya.
Motivasi untuk memperbarui adlah merupakan fungsi supervisi pendidikan. (8)
Mendudukan dan menyelaraskan tujuan pendidikan dan membentuk kemampuankemampuan guru. Untuk dapat mencapai suatu tujuan tertentu yang lebih tinggi,
maka harus didasari oleh pada pencapaian tujuan yang sebelumnya. Terdapat hiarkhi
kebutuhan yang harus selaras. Pada suatu saat seorang guru harus mampu mengukur
kemampuannya. Mengembangkan kemampuan guru adalah salah satu fungsi
supervisi pendidikan (Hariwung. 1989., Sahertian.2000).
24
Dari uraian berbagai pendapat tentang fungsi supervisi pendidikan tersebut,
secara jelas tampak bahwa kunci supervisi pendidikan tersebut adalah untuk
mengkoordinir, menstimulir, dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru. Demikian
juga secara jelas tampak bahwa dengan adanya berbagai macam dari fungsi supervisi
pendidikan tersebut tidak lain juga pada dasarnya adalah menggambarkan proses
perubahan dan perkembangan masyarakat yang juga mengkontribusi dari dimensidimensi baru supervisi pendidikan.
F. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Seorang pengawas akan dapat melakasanakan tugasnya dengan baik apabila
dalam melaksanakan tugasnya dengan berpegang dan berpedoman pada prinsipprinsip supervisi pendidikan. Prinsip-prinsip sepervisi yang dimasudkan adalah: (1)
prinsip ilmiah. Prinsip ini bercirikan bahwa kegiatan supervisi tersebut hendaknya
berlandaskan pada data obyektif yang diperoleh dari kenyataan yang dialami oleh
guru dalam proses belajar mengajar guru. Untuk memperoleh data tersebut diperlukan berbagai alat perekam data, seperti angket, lembar observasi, cheklist, pedoman
wawancara, dan yang lainnya. Ciri yang lainnya adalah dilakukan secara sistematis,
berencana, dan berkelanjutan. (2) Prinsip demokrasi. Prinsip ini mengharapkan
bahwa di dalam pelaksanaan tugas supervisi dilandasi oleh suatu hubungan kemanusiaan yang akrab dan hangat, menjumjung tinggi harga diri dan martabat guru,
berdasarkan kesejawatan, bukan berdasarkan pada hubungan atasan dan bawahan, (3)
Prinsip kerja sama. Prinsip ini mengembangkan usaha bersama, memberi dukungan,
menstimulasi, sehingga guru merasa bertumbuh, kemudian (4) prinsip keempat
25
adalah konstruktif dan kreatif, supervisor harus mampu mengem-bangkan dan
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang
menakutkan. (Bafadal. 1982., Sahertian. 2000., Wijono. 1989., Hariwung.19890.,
Suryobroto. 2004). Kemudian ada juga yang menguraikan bahwa prinsip supervisi
pendidikan adalah: (1) kejelasan tujuan, (2) harapkan yang terbaik, (3) berpegang
pada tujuan, dan (4) mendapatkan kometment (Dharma. 2003). Ametembun (1975)
menguraikan secara lebih rinci bahwa prinsip-prinsip supervisi tersebut adalah
sebagai berikut: (1) bersumber dari data kolektif bukan bersumber pada usaha-usaha
yang hanya dilakukan oleh pengawas. Jadi pengawasan yang baik adalah kalau di
dalam melaksanakan pembinaan terhadap guru-guru tersebut mempergunakan
sumber-sumber dan usaha-usaha kelompok, bekerja secara bersama-sama, (2)
berdasarkan atas hubungan profesional, bukan berdasarkan pada hubungan pribadi.
Supervisor dan guru-guru harus saling menghargai status profesi masing-masing, dan
berusaha untuk mencapai apa yang sudah disetujui secara bersama. Seorang
supervisor harus ramah, informal tidak boleh merendahkan keliannya, (3)
mengembangkan kesanggupan guru dan pegawai dalam segi-segi kekuatannya. Ini
dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pertumbuhan jabatan
guru dan karyawan lainnya secara berkelanjutan, (4) memperhatikan tingkat
kesejahteraan dan hubungan bathin dan faktor sisi kemanusiaan dari guru-guru dalam
kondisi yang menyangkut kelompok, diantaranya semangat kerja dari guru-guru,
kelengkapan fasilitas pembelajaran, konflik-konflik antar pribadi, tidak boleh
pembinaan yang dilakukan oleh pengawas yang berat sebelah, (5) dilakukan secara
progresif dan bertahap dengan ketekunan, dalam arti bahwa supervisor harus
26
membantu guru-guru dan karyawan lainnya untuk dapat berkembang secara bertahap,
(6) pengawasan hendaknya dilakukan berdasarkan pada kondisi dan kenyataan
sebenarnya yang ada di lapangan. Jadi harus memahami permasalahan yang dihadapi
oleh guru-guru, karyawan dan murid, baru lebih lanjut untuk bertindak dalam rangka
untuk perbaikan, (7) memperhitungkan sikap-sikap guru-guru, karyawan dan muridmurid yang disupervisi, mengenal kelemahan-kelemahan dan kegagalan-kegagalan
mereka serta prasangka-prasangkanya, (9) hendalah dilakukan secara sederhana dan
informal dalam pelaksanaannya, tidak muluk-muluk, menggunakan bahasa yang
dapat dipahami, tidak berlebihan, tidak menjolok dan lain sebagainya, dan (10)
hendaknya obyektif dan sanggup mengevaluasi secara jujur, dan obyektif dapat
menilai dan menganalisis progres dan kemampuan serta kegagalan-kegagalan yang
dialaminya.
Prinsip-prinsip supervisi yang diuraikan di atas dalam pelaksanaannya sebaiknya didukung dengan menggunakan metode dan beberapa teknik yang dapat digunakan oleh seorang pengawas agar dapat melaksanakan tugasnya secara efektif.
G. Rangkuman
Supervisi pendidikan pada awalnya lebih bersifat umum karena dilakukan
untuk memonitor berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah. Kemudian lebih
lanjut dalam perkembangannya konsepsi supervisi lebih ditekankan kepada perbaikan
proses belajar mengajar guru, sehingga para ahli membagi supervisi menjadi
supervisi umum yaitu kegiatan supervisi yang ditujukan pada penunjang keberhasilan
proses belajar mengajar, seperti sarana dan parasarana dan lingkungannya yang
27
berupa gedung, ruang kelas, media, alat-alat pelajaran, kafetaria, dan transfortasi dan
tidak bersifat administratif. Kemudian supervisi pengajaran yang lebih bersifat
khusus untuk membantu guru dalam bidang studi tertentu. Supervisor tersebut
berperan sebagai mitra guru, inovator, konselor, motivator, kolaborator, evaluator
serta konsultan guru dalam meningkatkan proses belajar mengajarnya.
Berdasarkan konsepsi bahwa supervisi untuk membantu guru dalam bidang
studi tertentu, maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
perbaikan proses belajar mengajar. Konsepsi supervisi kemudian lebih memfokus
pada kegiatan PBM, sehingga supervisi diberikan pengertian sebagai setiap layanan
yang diberikan kepada guru, yang hasil akhirnya adalah untuk peningkatan atau
perbaikan pengajaran guru, pembelajaran murid, dan perbaikan kurikulum. Supervisi
sebagai usaha untuk mendorong, mengkoordinasikan, dan menuntun pertumbuhan
guru-guru secara berkesinambungan di suatu sekolah, baik secara individu maupun
secara kelompok dalam pengertian yang lebih baik, dan tindakan yang lebih efektif
dalam fungsi pengajaran sehingga mereka dapat mampu untuk mendorong dan
menuntun pertumbuhan setiap siswa secara berkesinambungan menuju partisipasi
yang cerdas dan kaya dalam kehidupan masyarakat demokratis modern, nilai
supervisi terletak pada perkembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang
direfleksikan pada perkembangan para siswa. Sejalan dengan perkembangan iptek
supervisi juga mengalami perkembangan. Pada tahun 1983 P2LPTK Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen P dan K juga memperkenalkan supervisi
klinis yang merupakan hasil karya Morris Cogan dan Robert J. Krajewski yang telah
dikembangkan pada tahun 1961. Model supervisi ini dianggap efektif, oleh karena itu
28
banyak pakar yang ikut mengembangkannya antara lain Cogan, Mosher dan Perpel,
Oliva, Robert Goldhamamer.
H. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian supervisi pendidikan !.
2. Jelaskan bagaimana perkembangan supervisi pendidikan di Indonesia !.
3. Jelaskan tujuan supervisi pendidikan !.
4. Diskusikanlah dengan beberapa orang guru di lapangan sudahkan fungsi supervisi
pendidikan diiterapkan oleh para kepala sekolah dan pengawas!.
5. Diskusikanlah dengan beberapa orang guru di lapangan sudahkan prinsip-prinsip
supervisi pendidikan tersebut dilakukan oleh para pengawas !.
29
BAB. III
METODE DAN TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Memahami metode supervisi pendidikan
Memilih metode supervisi pendidikan
yang paling tepat.
Memahami Teknik-teknik supervisi pen- Menggunakan teknik supervisi pendidikdidikan
an dengan benar.
B. Metode Supervisi Pendidikan
Metode supervisi yang dimaksudkan adalah metode langsung dan tidak
langsung (Ametembun. 1975). Metode langsung merupakan suatu cara dimana
seorang pengawas secara pribadi langsung dapat berhadapan dengan guru yang
disupervisi baik secara individu maupun secara kelompok. Kemudian metode tidak
langsung apabila seorang pengawas dalam melaksanakan fungsinya dengan
menggunakan alat perantara atau media terhadap guru yang disupervisinya.
Pemilihan terhadap salah satu metode supervisi tersebut akan berkaitan erat
dengan penggunaan suatu teknik supervisi. Pemilihan dan penggunaan metode
supervisi langsung misalnya dapat digunakan secara bersamaan dengan teknik
supervisi kunjungan kelas, pertemuan individual, dan rapat guru. Demikian pula
pemilihan dan penggunaan metode supervisi tidak langsung, dapat digunakan secara
bersamaan dengan teknik supervisi, misalnya, buleletin supervisi, papan pembinaan,
angket, dan televisi. Dalam hubungan dengan pemilihan metode dan teknik supervisi
30
tersebut ada pendapat yang menekankan pada penggunaan metode langsung dan
teknik individual, bahkan lebih jauh menyatakan bahwa pengawas dinyatakan belum
melakukan kegiatan supervisi apabila tidak menggunakan metode angsung dan teknik
individual tersebut. Dengan demikian seorang supervisor tersebut haruslah
melakukan kunjungan kelas, observasi, dan percakapan, karena dengan kunjungan
kelas inilah kelemahan dan kelebihan guru dalam mengajar dapat dideteksi (Neagley
dan Evans. 1980). Sehubungan dengan pentingnya teknik kunjungan kelas, observasi
yang didahului dengan percakapan, maka kunjungan kelas tersebut lebih lanjut
disebut dengan tulang punggung supervisi.
Untuk dapat memahami secara lebih dalam dan rinci dari masing-masing jenis
teknik supervisi pengajaran seperti yang telah diuraikan di atas maka pembahasan ini
akan dilanjutkan dengan pembahasan tentang teknik-teknik supervisi pendidikan.
C. Teknik Supervisi Pendidikan
Teknik supervisi pendidikan ada yang disebut dengan teknik individual,
seperti kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi
kelas, menilai diri sendiri, dan ada pula teknik supervisi bersifat kelompok, seperti:
rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi sebagai proses kelompok, tukar
menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar, simposium, demontrasi,
perpustakaan jabatan, buletin supervisi, membaca langsung, mengikuti kursus,
organisasi jabatan, perjalanan sekolah untuk staf sekolah (Sahertian dan Mataheru.
1982., Sagala. 2010).
31
Untuk lebih jelasnya dari masing-masing teknik supervisi tersebut maka
dalam pemabahasan selanjutnya akan dijelaskan teknik supervisi pengajaran yang
bersifat individual sebagai berikut di bawah ini.
1. Kunjungan Kelas.
Seorang pengawas atau kepala sekolah datang ke dalam kelas di mana guru
sedang mengajar. Pengawas atau kepala sekolah mengadakan pembinaan terhadap
suasana belajar mengajar di kelas.
Tujuan kunjungan kelas adalah dalam rangka menolong guru dalam upaya
untuk mememcahkan berbagai masalah mengajar yang dihadapi oleh guru. Dalam
kunjungan kelas yang diutamakan adalah mempelajari bagaimana kesulitan anak
dalam belajar, bagaimana masalah yang dihadapi oleh guru dalam mengajar. Oleh
karena kunjungan kelas ini sifatnya meninjau dan mempelajari kelas maka sering juga
disebut dengan observasi kelas, walaupun antara kunjungan kelas dan observasi kelas
dalam beberapa buku tetap dibedakan.
Fungsi dari kunjungan kelas adalah untuk meningkatkan cara mengajar guru
dan belajar murid atau untuk mengenalkan model pembelajaran yang baru bagi guru.
Kunjungan kelas juga membantu guru dalam meneliti prinsip-prinsip dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Kunjungan kelas ini ada beberapa jenis, (1) kunjungan kelas tanpa diberitahukan sebelumnya oleh pengawas atau kepala sekolah kepada guru. Kunjungan kelas
ini dilakukan secara tiba-tiba datang ke kelas sementara guru sedang mengajar. (2)
Kunjungan kelas yang diberitahukan sebelumnya oleh pengawas atau kepala sekolah
32
kepada guru, dan (3) kunjungan kelas atas dasar permintaan atau undangan dari guru.
Seorang guru bisa mengundang pengawas atau kepala sekolah mengunjungi kelasnya
untuk mengetahui suasana pembelajarannya.
BAGAN 2.2
SIKLUS KEGIATAN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS
2. Kunjungan Kelas
/Observasi
1. Percakapan sebelum
kunjungan kelas
3. Percakapan setelah
Kunjungan kelas.
2. Observasi Kelas
Observasi kelas adalah kgiatan yang dilakukan oleh supervisor untuk
mengamati guru yang sedang mengajar di suatu kelas. Tujuannya adalah untuk
memperoleh data dan informasi secara langsung mengenai segala sesuatu yang terjadi
saat proses pembelajaran berjalan. Data dan infomrasi tersebut digunakan oleh
supervisor sebagai dasar untuk melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi. Selama ada di dalam kelas supervisor melakukan pengamatan yang teliti dengan
menggunakan instrumen tertentu untuk data yang obyektif. Sebelum supervisor
melakukan pengamatan terlebih dahulu menjelaskan maksud kedatangannya untuk
membantu guru-guru menemukan kelemahan-kelemahannya, yang semuanya
dijadikan dasar untuk bersama-sama memperbaikinya. Jadi observasi dilakukan
bukan untuk mencari-cari kesalahan, tetapi untuk meningkatkan kualitas guru dalam
33
mengajarnya setelah ditemukannya berbagai titik lemahnya. Agar hubungan
supervisor dengan guru lebih menjamin proses observasi dapat dilakukan dengan
baik, maka pengawas sebelum ke lapangan diberitahunkan terlebih dahulu kepada
guru atau bisa sebaliknya tanpa memberitahuan sebelumnya kepada guru-guru,
karena pada dasarnya kedua teknik tersebut memiliki kelebihan-kelebihan dan
kekurangan-kekurangannya.
3. Percakapan Pribadi
Dalam percakapan pribadi pengawas atau kepala sekolah sebaiknya berusaha
untuk mempersamakan pengertian tentang pembelajaran yang baik. Dalam percakapan pribadi yang dibicarakan oleh pengawas dan guru adalah hal-hal yang dialami
oleh guru yang dianggap sebagai masalah atau kesulitan dalam mengajarnya.
Percakapan pribadi merupakan suatu teknik yang sangat penting dalam supervisi
pengajajaran, karena dengan teknik ini pengawas dan guru secara terbuka dapat
mendiskusikan dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru.
Tujuan percakapan pribadi adalah membantu pertumbuhan jabatan guru,
meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan proses pembelajaran yang lebih
baik, memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang dilami
oleh guru, dan menghilangkan berbagai prasangka yang tidak baik dalam kaitannya
dengan pembelajaran. Demikian juga percakapan pribadi ini ada bermacam-macam,
yaitu (1) percakapan pribadi setelah dilakukan kunjungan kelas, (2) percakapan
pribadi melalui percakapan biasa. Sering juga percakapan pribadi melalui percakapan
biasa dibedakan lagi atas percakapan pada saat murid-murid tidak ada di kelas, di
34
lakukan di ruang kepala sekolah, dilakukan secar kebetulan, atau dilakukan dengan
melakukan kunjungan ke dalam kelas ketika guru sedang mengajar.
4. Saling mengunjungi Kelas
Yang dimaksud dengan saling mengunjungi kelas adalah saling mengunjungi
antar rekan guru yang satu dengan yang lainnya pada saat sedang mengajar. Berbagai
kelebihan yang dapat dilihat dari saling mengunjungi kelas ini diantaranya adalah: (1)
memberi kesempatan mengamati rekan lain yang sedang memberi pelajaran, (2)
membantu guru-guru yang ingin memperoleh pengalaman atau keterampilan tentang
teknik dan metode mengajar serta berguna bagi guru-guru yang menghadapi kesulitan
tertentu dalam mengajar, dan (3) sifat bawahan terhadap pemimpin seperti halnya
supervisor dan guru tidak ada sama sekali, sehingga diskusi dapat berlangsung secara
wajar dan mudah mencari penyelesaian sesuatu persoalan yang bersifat musyawarah.
Saling mengunjungi kelas ini dilakukan karena ada guru yang mengalami
kesulitan sehingga supervisor mengarahkan dan menyarankan kepada guru tersebut
untuk melihat rekan-rekan mereka yang sedangmengajar. Dalam teknik saling
mengunjungi kelas ini yang akan dikunjungi sudah tentu guru yang memeiliki
keahlian dan keterampilan yang lebih baik dalam menggunakan teknik-teknik
mengajar.
Saling mengunjungi kelas ini dilakukan juga disebabkan oleh karena
dianjurkan oleh kepala sekolah agar guru-guru saling mengunjungi rekan-rekan di
kelas atau di sekolah yang lain.
35
Saling mengunjungi kelas ini akan lebih bermanfaat jika direncanakan dengan
baik, dengan prinsip kooperatif antara guru yang mengunjungi dan yang dikunjungi.
Sebelum melakukan saling mengunjungi kelas tujuannya supaya ditetapkan terlebih
dahulu dengan jelas, sehingga akan lebih mudah menetapkan guru mana yang akan
dikunjungi maupun dalam menetapkan aktifitas-aktifitas yang akan dilakukan.
Demikian juga saling mengunjungi kelas ini akan lebih meningkat manfaatnya
apabila dilanjutkan dengan diskusi antara pengawas, guru yang mengunjungi dan
dikunjungngi dalam menganalisa prosedur teknik mengajar yang baru dilihat.
5. Menilai Diri Sendiri.
Teknik ini sesungguhnya adalah merupakan salah satu langkah yang
dilakukan dalam percakapan pribadi. Dalam percakapan pribadi tersebut supervisor
berusaha menyadarkan guru akan kelebihan dan kekurangannya, guru yang menilai
dirinya sendiri apakah sudah melakukan hal yang benar atau belum. Penilaian diri
guru ini dilayani oleh supervisor dan dicarikan pemecahannya agar guru dapat
berkembang dengan baik.
Kemudian berbagai teknik supervisi pengajaran yang bersifat kelompok dapat
dijelaskan sebagai berikut di bawah ini.
6. Rapat Guru.
Dilihat dari sifat jenis kegiatan, tujuan, dan jumlah pesertanya, ada beberapa
jenis rapat guru. Rapat guru yang dipimpin oleh seorang supervisor akan berhasil
dengan baik jika sebelumnya sudah dibuatkan suatu perencanaan yang baik, sehingga
pelaksanaannya juga dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan hasil kesepakatan.
36
Menurut Sagala (2010) terdapat beberapa hal yang penting yang semestinya oleh
pengawas dalam perencanaan rapat yang harus diperhatikan bersama dengan guru,
yaitu: (1) menegaskan masalah-masalah secara jelas dan kongkret, (2) masalahmasalah bahan rapat harus merupakan hal yang timbul dari guru-guru yang dianggap
penting dan dibutuh dalam melaksanakan tugasnya mengajar, (3) masalah-masalah
pribadi guru yang menyangkut kegiatan belajar mengajar yang diungkapkan dalam
rapat perlu mendapat perhatian yang serus bagi pengawas, (4) pengalamanpengalaman baru yang diperoleh guru-guru dalam rapat supaya membawa mereka
pada pertumbuhan pribadi dan jabatannya, (5) partisipasi guru sejak perencanaan
sampai pada pelaksanaaan rapat sebaiknay dipikirkan secara baik, sehingga betul
dirasakan sebagai menolong guru-guru dalam meningkatkan kualitasnya dalam
mengajar, (6)
kondisi setempat, waktu dan tempat rapat perlu menjadi bahan
pertimbangan dalam menyusun perencanaan rapat sehingga kenyamanan dan
keakraban dapat terbangun dengan baik. Lebih lanjut Sagala juga menjelaskan bahwa
dalam rapat tersebut seorang pengawas supaya berhasil dengan baik maka pengawas
dituntut untuk memeiliki beberapa kemampuan dalam rapat sperti: (1) mampu
menciptakan suasana yang baik dengan sikap ramah tamah, menjadi pendengar yang
baik, (3) menguasai ruang lingkup masalah dan materi rapat yang dibiarakan dalam
rapat, (3) mampu menumbuhkembangkan motivasi pada diri para peserta untuk
berpartisipasi secara aktif selama rapat berlangsung, membantu mereka yang kurang
berpengalaman dalam mengemukan ide-ide atau pendapat dalam rapat, (4) mengatur
arah dan fokus pembicaraan dalam rapat berlangsung sehingga penyimpangan dari
masalah rapat dihindari, (5) memberikan penjelasan tamabahan dan interpretasi yang
37
obyektif tentang pendapat dan usul anggota rapat yang dirasakan kurang jelas, (6)
mencari titik-titik persamaan dan menetralisasikan perbedaan pendapat yang
menonjol di kalangan peserta rapat, dan (7) pengawas menutup dan mengakhiri rapat
dengan manfaat yang besar dalam suasana yang dapat memuaskan.
7. Studi Kelompok antar Guru.
Studi kelompok antar guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sejumlah guru yang memiliki keahlian dibidang tertentu, seperti misalnya IPA,
Bahasa Indinesia, IPS. Studi kelompok antar guru mata pelajaran sudah terbentuk
atau ada khususnya yang tergabung dalam organisasi Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) atau Musyawarah Guru Bidang Studi (MGBS) di daerah masingmasing apakah di tingkat kecamatan ataupun di tingkat kabupaten. Studi kelompok
yang terbangun dalam sistem pendidikan atau di sekolah akan dapat menciptakan
komunitas belajar yang demokratis dan adil secara sosial. Biasanya sebelum
melakukan pertemuan masing-masing guru mata pelajaran terlebih dahalu mempelajari masalahnya secara sendiri-sendiri barulah kemudian dalam pertemuan salah
seorang diantara mereka menyajikannya, kemudian dikaji secara bersama. Hal-hal
yang prinsip yang tidak dapat dipecahkan oleh guru-guru barulah kemudian meminta
bantuan kepada pengawas selaku supervisor.
8. Tukar Menukar Pengalaman
Tukar menukar pengalaman adalah merupakan suatu teknik supervisi
pendidikan dimana guru saling memberi dan menerima, saling belajar satu dengan
yang lainnya. Berbagi pengalaman yang dapat diberikan kepada guru yang lainnya
38
atau menerima dari guru yang lainnya. Dalam penerapan teknik tukar menukar
pengalaman mempunyai landasan asumsi bahwa semua guru adalah sebagai orangorang sudah berpengalaman. Kemudian prosedur atau langkah yang dapat dilakukan
adalah dengan perteama menentukan tujuan yang akan inggin dicapai, kedua
menetapkan pokok bahasan yang akan dibahas dalam bentuk masalah, ketiga
memberi kesempatan kepada setiap guru untuk menyumbangkan pendapatnya, dan
yang keempat adalah membuat kesimpulan sementara dan memunculkan tema baru.
Berbagai masalah atau yang dapat dijadikan tema misalnya bisa atau dapat mengenai
penyusunan silabus, pembuatan media pembelajaran, penyusunan rencana pembelajaran.
9. Lokakarya.
Lokakarya dalam kegiatan supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan belajar kelompok yang dilakukan oleh sejumlah guru-guru atau pendidik
yang mempunyai masalah yang relatif sama dan ingin memecahkan masalah secara
bersama melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat
perorangan. Berdasarkan pada pengertian lokakarya tersebut dapat dirumuskan ciricirinya sebagai berikut: (1) masalah yang dibahas bersifat hidup dan muncul dari
peserta sendiri, (2) selalu menggunakan aktifitas mental dan fisik dalam kegiatannya
secara optimal, sehingga tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan
lebih baik dari semula, terjadi perubahan yang berarti pada diri pserta setelah
mengikuti kegiatan, (3) metode yang digunakan dalam bekerja adalah metode
pemecahan masalah, musyawarah, praktik, dan penyelidikan, (4) dilakukan berdasar-
39
kan kebutuhan bersama untuk memecahkan masalah pengajaran, (5) menggunakan
narasumber-resource perseon the resource material yang memberi bantuan yang
besar sekali dalam mencapai hasil, dan (6) senantiasa memelihara kehidupan
seimbang disamping mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perubahan
tingkah laku. Supervisor sebagai fasilitator dalam lokakarya ini tentu lebih dahulu
mempersiapkan perencanaan dalam bentuk proposal, menyiapkan bahan yang diperlukan, dan menyusun teknik-teknik fasilitasi selama lokakarya.
Berbagai permasalahan yang relatif sama yang dihadapi oleh para guru dapat
dapat dibahas dalam lokakkarya ini seperti misalnya penyusunan silabus, menyusun
KTSP. Dalam melaksanakan kegiatan lokakarya ini seorang pengawas dapat dibantu
oleh para narasumber lainnya, demikian pula lokakkarya ini pada akhirnya harus
menghasilkan suatu produk yang berupa dokumen yang disusunnya sendiri.
Prosdeur pelaksanaan lokakarya adalah sebagai berikut: (1) merumuskan
tujuan workshop, (2) merumuskan pokok-pokok masalah yang akan dibahas secara
terperinci, (3) menetapkan prosedur pemecahan masalah yang emncakaup merumuskan masalah yang akan dibahas, tujuan pembahasan, metode pembahasan seperti
misalnya membaca buku, mendengarkan pengarahan, mengerjakan tugas-tugas,
mendiskusikan, merumuskan kesimpulan, menentukan alat dan bahan yang digunakan selama worshop, merumuskan kesulitan-kesulitan yang dihadpi dan merumuskan
kesimpulan-kesimpulan.
40
10. Diskusi Panel.
Diskusi penel adalah adalah suatu bentuk diwskusi yang dipentaskan
dihadapan sejumlah partisipant atau pendengar. Biasanya diskusi panel ini dilakukan
untuk memecahkan suatu masalah dan panelis terdiri dari orang-orang yang dianggap
ahli dalam bidang yang didiskusikan.
Tujuan adalah untuk menjajagi suatu masalah secaraq terbuka agar supaya
dapat memperoleh lebih banyak pengetahuan dan pengertian tentang suatu masalah
dari berbagai sudut. Tujuan yang lainnya adalah agar para pendengar mengrahkan
perhatiannya terhadap masalah yang dibahas, melalui dinamika kelompok sebagai
hasil interaksi daripada panelis.
Prosedur diskusi panel adalah pertama moderator mengantarkan problema
secara umum, kedua moderator menimbulkan masalah secara bertahap satu demi
satu, sehingga terjadi diakusiantar panelis, ketiga moderator mengarahkan setiap
masalah shingga tetap dalam ruang lingkup pembahasan, dan setiap masalah yang
sudah dibahas lalu dirumuskan, keempat moderator memunculkan tema baru, dan
kemudian pada akhirnya moderartor merumuskan pokok-pokok diskusi yang akan
dibahas bersama dalam kelompok seluruhnya.
11. Seminar,
Seminar dapat diberikan pengertian sebagai tempat belajar yang dipersamakan
dengan perguruan tinggi, dan ada juga juga yang mengartikan sebagai suatu bentuk
mengajar belajar berkemlompok di mana sejumlah kecil antara 10 sampai 15 orang
yang mengadakan pendalaman atau penyelidikan tersendiri atau bersama-sama
41
terhadap berbagai masalah dengan dibimbing secara teliti oleh seorang atau lebih
pengajar pada waktu tertentu. Kelompok ini berkumpul untuk mendengarkan laporan
salah satu anggotanya atau untuk mendiskusikan masalah-masalah yang dikumpulkan oleh anggota kelompok.
Seminar ini bisa juga dilakukan oleh suatu instansi pendidikan secara formal
yang diikuti oleh banyak orang secara terbuka. Pengawas dan guru-guru dapat ikut
berpartisipasi dalam seminar yang dislenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan
tersebut dengan mengirim makalah atau menjadi pemakalah utama atau sebagai
pembanding. Demikian juga pengawas dapat melakukan sendiri kegiatan seminar
dengan menggunakan lembaga tempat bekerja pengawas dan guru yang difasilitasi
oleh kepala sekolah.
12. Simposium.
Simposium dalam supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu pertemuan, yang mana dalam pertemuan tersebut dilakukan peninjauan terhadap aspekaspek atau masalah-masalah pokok dalam pembelajaran, atau upaya dalam mengumpulkan beberapa sudut pandang tentang suatu masalah pengajaran yang dilakukan
dihadapan semua peserta sebagai pendengar sismposium.
Simposium adalah suatu pertemuan yang dalam pertemuan itu ada beberapa
pembicara menyampaikan pikirannya secara singkat mengenai suatu topik masalah
tentang pendidikan atau topik-topik yang berkaitan dengan masalah pembelajaran.
Simposium dapat juga diartikan sebagai sebuah kumpulan karangan-karangan pendek
42
tentang sesuatu pokok yang ditulis oleh sejumlah ahli dan diterbitkan menjadi sebuah
buku.
Mengacu pada pengertai simposium sebagai suatu pertemuan maaka suatu
masalah yang akan dibahas atau yang akan diterbitkan terlebih dahulu harus
mendapat padangan-panadangan, pendapat, dan pertimbangan dari para ahli.
Pendapat, pandangan dan pertimbangan para ahli ini kemudian dapat dijadikan
sebagai dasar mencari jalan keluar atau pemecahan masalah dalam memcahkan
masalah-msalah pendidikan dan pembelajaran. Dalam realitanya pengawas dapat juga
memanfaatkan para ahli dari perguruan tinggi.
13. Demonstrasi.
Teknik demonstrasi ini dilakukan dalam bentuk pemberian berbagai
penjelasan oleh pengawas kepada guru-guru tentang mengajar yang baik setelah
seseorang guru yang dianggap baik memberikan penjelasan kepada guru-guru yang
dikunjunggi sbelumnya.
Demontrasi mengajar yang baik bukan berati berhasil atau tidak, demomstrasi
harus direncanakan dengan teliti dan mempunyai suatu tujuan tertentu, memberikan
suatu kesempatan kepada guru-guru utnuk melihat metode-metode mengajar yang
baru atau yang berbeda. Guru-guru yang memperhatikan dan sadar akan tujuan
demonstrasi tersebut mencatatnya dengan teliti dan akan mendiskusikannya hal
tersebut dengan peserta yang lainnya, guru atau pengawas setelah demonstrasi
dilakukan.
43
14. Perpustakaan Jabatan
Pada saat sekarang setiap sekolah dituntut dan sudah memiliki sebuah
perpustakaan. Malah idealnya sebagai teknik supervisi maka sekolah seharusnya telah
mengusahakan perpustakaan jabatan sendiri yang isinya adalah berupa buku-buku,
majalah, brosur, dan bahan-bahan yang lainnya yang telah diseleksi dengan teliti
mengenai suatu bidang studi tertentu. Perpustakan yang mengelola buku-buku
tentang suatu bidang studi sangat memperkaya pengetahuan dan pengalaman guru
sehingga guru dapat bertumbuh dalam profesi mengajarnya. Suatu rung yang penuh
berisi buku-buku tentang tiap bidang ilmu, di mana guru dapat membaca dengan
tenang dan nyaman sambil memperdalam pengetahuannya dalam bidang studi yang
diajarnya. Guru yang mebaca banyak akan membantu dalam mengajarnya lebih kaya
dan lebih menyenangkan. Walaupun sesungguhnya pada saat ini banyak penelitian
yang menemukan tentang kelengkapan perpustakaan mengajar belum lengkap, lebihlebih perpustakaan yang mendukung jabatan seorang supervisor jelas belum ada.
15. Bulettin Supervisi.
Bulettin supervisi adalah salah bentuk komunikasi tulisan yang dikeluarkan
oleh staff supervisor yang digunakan sebagai alat untuk membanru guru-guru dalam
memperbaiki situasi belajar mengajar.
Ada tiga macam bulettin supervisi (Kyte. 1930), yaitu: pertama bulettin bagi instruksi
hal-hal yang ada hubungannya dengan instruksi-instruksi daripimpinan sekolah dalam
membantu guru-guru dalam melaksanakan tugas mereka, misalnya pernyataan
singkat dari supervisor mengenai tujuan program pendidikan yang mana telah
44
ditetapkan, beberapa informasi mengenai metude-metode mengajar yang baru dan
baik, ringkasan mengenai cara-cara belajar yang lebih efktif dan lain sebagainya.
Kedua adalah bulettin supervisi khusus guru-guru sebagai persiapan dalam mengikuti
rapat. Maksud dari bulettin ini adalah memberi kesempatan kepada guru-guru untuk
membuat persiapan bagi sesuatu rapat yang akan disesuaikan dengan kemampuan
mereka. Selain dari itu guru-guru dapat mengerti dengan jelas mengenai apa ayang
dibacanya, dipelajarinya sebagai bahan persiapan diri mereka secara efektif dalam
mengikuti rapat. Kemudian bulettin yang ketiga adalah bulettin tindak lanjut dari
sesuatu rapat. Setelah suatu rapat selesai akan lebih baik apabila terlebih dahulu
dipersiapkan bulettin yang berisikan tindak lanjut dari rapat itu. Bulettin ini dapat
digunakan oleh guru-guru yang mengikuti rapat dan oleh supervisor sendiri.
Bulettin supervisi dalam bentuk instruksi dapat diterbitkan dalam bentuk
lembaran-lembaran dan ada juga dalam bentuk laporan-laporan yang dimuat dalam
bentuk majalah. Penebittanya dapat disesuaikan dengan keperluan.
16. Membaca langsung.
Bilaman asekolah memiliki banyak buku sumber yang berhubungan dengan
bidang studi, maka teeknik yang paling sederhana adalah membaca langsung dan
terbimbing. Membaca langsung memerlukan cukup waktu, serta dukungan motivasi
dari guru-guru. Membaca langsung agak sulit dilakukan karena tugas guru sudah
berat, lebih dari itu sehabis membaca harus membuat laporan atau review singkat dari
hasil bacaan yang dilakukan.
45
17. Mengikuti Kursus.
Mengikuti kursus sebenarnya adalah suatu teknik supervisi yang dapat
digunakan untuk membantu guru-guru dalam mengembangkan pengetahuan profesi
mengajar dan menambah keterampilan guru-guru dalam melengkapi profesi mereka.
Dalam mengikuti kursus guru-guru diarahkan kepada dua hal yaitu pertama sebagai
penyegaran dan yang kedua sebagai usaha dalam meningkatkan pengetahauan,
keterampilan, dan sikap tertentu. Penyegaran adalah suatu irama hidup dalam proses
pengabdian guru. Dalam kursus itu sebaiknya guru lebih banyak menghubungkan
pengalaman yang elah diperoleh dengan sesuatu yang baru yang akan membantu
pertumbuhan profesi mengajarnya.
18. Organisasi Jabatan.
Organisasi yang sesuai dengan minat dan masalah yang disukai menjadi salah
satu faktor yang mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap pengembangan diri
seorang guru baik di pusat maupun di daerah. Banyak oraginisasi-organisasi nasional
yang kuat dan mempunyai cabang-cabang dan bekerja secara efektif. Organisasiorganisasi ini biasanya dalam waktu atau setiap setahun sekali akan melakukan
konperensi. Organisasi-organisasi ini karena mempunyai pengaruh yang kuat dalam
pertumbuhan profesi guru maka sebaiknya perlu dipelihara dan dibangun berbagai
organisasi yang lainnya.
Demikian uraian beberapa teknik supervisi yang dapat dipilih dan digunakan
sesuai dengan keadaan fasilitas, waktu, maupun tujuan yang ingin dipai.
46
D. Rangkuman
Teknik supervisi pendidikan ada yang bersifat individual, seperti kunjungan
kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, menilai diri
sendiri, dan ada pula teknik supervisi bersifat kelompok, seperti: rapat guru, studi
kelompok antar guru, diskusi sebagai proses kelompok, tukar menukar pengalaman,
lokakarya, diskusi panel, seminar, simposium, demontrasi, perpustakaan jabatan,
buletin supervisi, membaca langsung, mengikuti kursus, organisasi jabatan, perjalanan sekolah untuk staf sekolah.
Teknik supervisi pendidikan yang bersifat individual dan bersifat kelompok
ini memiliki kelebihan dan kelemahan-kelemahannya tersendiri. Oleh karena itu
maka dalam memilih dan menetapkan teknik supervisi ini supaya disesuaikan dengan
masalah-masalah yang dihadapi oleh guru-guru yang akan disupervisi serta harus
direncanakan dengan baik.
E. Evaluasi
1. Observasilah kegiatan supervisi para pengawas di lapangan terutama dalam
memilih metode supervisi pendidikan yang digunakan. Kemudian buatlah
laporan observasi apakah yang menjadi dasar pemilihan suatu metode tersebut.
2. Observasilah kegiatan supervisi para kepala sekolah di lapangan, kemudian
evaluasilah apakah sudah dapat menggunakan teknik supervisi pendidikan dengan
benar?
47
BAB. IV
BERBAGAI PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
B. Kompetensi Dasar
C. Indikator Capaian
Cara pandang terhadap pembelajaran dan
Menjelaskan cara pandang psikologi
supervisi pendidikan.
belajar terhadap pembelajaran dan
supervisi pendidikan.
Pendekatan supervisi pendidikan.
Menjelaskan berbagai pendekatan
supervisi pendidikan.
B. Beberapa Pandangan Psikologi Belajar tentang Pendekatan Supervisi Pendidikan dan Pembelajaran
Dalam perkembangan supervisi pendidikan terdapat beberapa pandangan dari
para ahli psikologi belajar dalam rangka untuk menemukan suatu pendekatan yang
dianggap baik. Sahertian (2000) misalnya menjelaskan bahwa untuk dapat mencapai
tujuan dilaksanakannya supervisi pendidikan secara efektif seorang supervisor dapat
memilih dan menggunakan salah satu pendekatan dari berbagai pendekatan yang
ada. Pertama adalah pendekatan supervisi pendidikan yang memiliki pijakan ilmiah,
yaitu supervisi saintifik, artistik, dan klinik. Supervisi saintifik memiliki ciri-ciri: (1)
dilaksanakan secara berencana dan kontinyu, (2) sistematis dan menggunakan
prosedur serta teknik tertentu, (3) menggunakan instrumen pengumpulan data, dan (4)
data obyektif yang diperoleh dari keadaan riil, dan dianalisis. Supervisi artistik
memandang bahwa mengajar itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan suatu
48
kiat. Lebih jauh dijelaskan bahwa supervisi bekerja menyangkut untuk orang lain,
melalui orang lain. Oleh karena itu pekerjaan supervisi akan berhasil apabila ada
kerelaan, kepercayaan, saling mengerti, dan saling mengakui dan menerima orang
sebagaimana adanya, sehingga orang lain merasa aman dan mau maju. Supervisi
klinik pada mulanya diperkenalkan oleh Moris L. Cogan, Robert Goldhammer, dan
Richard Weller di Universitas Harvard pada akhir tahun lima puluhan dan awal tahun
enam puluhan (Krajewski.1982). Supervisi klinik dirancang sebagai salah satu model
atau pendekatan dalam mensupervisi calon guru yang berperaktek mengajar.
Penekanannya adalah pada klinik atau dalam pengobatan dan penyembuhan, yang
diwujudkan dalam bentuk tatap muka antara supervisor dengan calon guru. Supervisi
klinik lebih memusatkan perhatiannya pada perilaku guru yang aktual di kelas.
Kedua adalah pendekatan supervisi pendidikan yang bertitik tolak pada
pijakan psikologi belajar. Pada tahun 80 an dalam perkembangan supervisi
pengajaran menggunakan pendekatan yang bertitik tolak pada pijakan psikologi
belajar, yaitu psikologi behavioral, humanistik, dan kognitif. Psikologi behavioral
memandang belajar sebagai kondisioning individu dengan dunia di luar dirinya.
Belajar adalah hasil peniruan atau latihan-latihan yang memperoleh ganjaran jika
berhasil dan hukuman jika gagal. Psikilogi humanistik berdasarkan pemikiran bahwa
belajar adalah hasil keingintahuan individu untuk menemukan rasionalitas dan
keteraturan di alam ini, sehingga belajar dipandang sebagai proses pembawaan yang
berkembang (terbuka). Guru menunjang keingintahuan individu dari hasil belajar
melalui self-discovery. Psikologi kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil
keterpaduan antara interaksi kegiatan individu dengan dunia di luar dirinya. Belajar
49
dianggap sebagai proses tindakan timbal balik antara guru dan murid. Belajar
dianggap sebagai proses tindakan timbal balik antara guru dan murid, antara murid
atau obyek yang dimanipulasi.
Berdasarkan pendekatan di atas, supervisi dirumuskan sebagai proses perbaikan dan peningkatan kelas dan sekolah melalui kerjasama secara langsung dengan
guru. Untuk itu, maka supervisor perlu memilih kegiatan supervisinya yang sesuai
dengan tujuan perbaikan atau peningkatan pembelajaran tertentu. Pemilihan kegiatan
supervisi yang bersumber dari pandangan mendasar itu menjadikan supervisi lebih
kokoh karena memiliki pijakan ilmiah dan lebih efektif. Dengan memperhatikan
tahapan perkembangan guru itu, tokohnya Carl D. Glickman menyebutnya supervisi
perkembangan.
Gambaran tentang belajar dan supervisi digambarkan, sebagai berikut di
bawah ini:
GAMBAR. 4.1
PANDANGAN PSIKOLOGI BELAJAR TENTANG BELAJAR
Tanggungjawab siswa
Tinggi
Sedang
Rendah
Tanggungjawab guru
Rendah
Sedang
Tinggi
Pandangan psikologi
Humanistik
Kognitivistik
Behavioralistik
Menemukan
Mencoba-coba
Dikondisikan
sendiri (Self-
(eksperimentasi
(conditioning).
Discovery).
)
tentang belajar.
Metode belajar.
50
GAMBAR. 4.2
PANDANGAN PSIKOLOGI BELAJAR TENTANG SUPERVISI
Tingkat komitmen guru
Tinggi
Sedang
Rendah
Tigkat abstraksi guru
Tinggi
Sedang
Rendah
Tanggungjawab
Rendah
Sedang
Tinggi
Orientasi supervisi
Nondirektif
Kollaboratif
Direktif.
Metode utama
Penilaian diri
Kontrak
Menetapkan
sendiri
bersama
pato-kan
(Self
(Delineated
assessment)
standard)
supervisor
Berdasarkan dua dimensi penting yang dimiliki oleh setiap individu guru,
yaitu dimensi derajat komitmen dan dimensi kekomplekkan kognitif atau derajat
abstraksi seperti yang disajikan dalam gambar 2 di atas, maka pendekatan supervisi
pengajaran yang dapat dikembangkan adalah supervisi yang berorientasi pada pendekatan non-direktif, kolaboratif, dan direktif. Dalam hubungan ini Sergiovanni (1991)
mengembangkan supervisi dengan menambahkan dua dimensi baru, yaitu bertitik
tolak dari tanggungjawab guru yang bisa dilhat derajat kematangan dan derajat
tanggungjawabnya. Dengan memadukan supervisi individual, kolegial, dan informal
dengan membangun suatu kerangka berpikir yang baru dalam supervisi seperti yang
ada dalam gambar di bawah ini.
51
GAMBAR 4.3
DIMENSI DERAJAT KOMITMEN DAN TANGGUNGJAWAB GURU
Tinggi
+Kuadran 3.
Pengamat analitik
Rendah
-Kuadran 1
Guru DO
D
e
r
a
j
a
t
Derajat komitmen
a
b
s
t
r
a
k
s
i
++
Kuadran 4. Profesional
Tinggi
-+
Kuadran 2.
Guru kurang perhatian
Rendah
Supervisi direktif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa
mengajar terdiri dari keterampilan teknis dengan standar dan kompetensi yang telah
ditetapkan dan diketahui untuk semua guru agar pengajarannya efektif. Peran supervisor adalah mengimformasikan, mengarahkan, menjadi model, dan menilai kompetensi yang telah ditetapkan.
Supervisi kolaboratif adalah pendekatan yang didasarkan atas asumsi bahwa
mengajar pada dasarnya adalah pemecahan masalah, dalam pendekatan ini ada dua
orang atau lebih orang ikut serta mengemukakan sebuah hipotesis dan sebuah
masalah, eksperimen, dan mengimplementasikan strategi mengajar itu, yang dianggap
lebih relevan dengan lingkungan sendiri. Peran supervisor membimbing ke proses
52
pemecahan masalah, para anggota aktif dalam interaksi dan menjaga agar guru tetap
memusatkan perhatiannya pada masalah mereka.
Supervisi nondirektif berasumsi bahwa belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi dimana individu pada akhirnya harus menemukan pemecahan masalah
sendiri untuk memperbaiki pengalaman murid di dalam kelas. Peran supervisor
adalah mendengarkan, tidak memberikan pertimbangan, membangkitan kesadaran
sendiri dan mengklarifikasikan pengalaman guru (Glickman. 1990). Pengukuran
kedua dimensi tersebut akan membantu guru dan supervisor dalam menetapkan pada
posisi mana guru berada dan perlakuan supervisi yang bagaimana seharusnya
dilakukan pada guru, dan pada gilirannya supervisi harus berkembang ketahapan
yang lebih tinggi. Itulah sebabnya supervisi Glickman (1980) disebut supervisi
perkembangan, karena tujuan supervisi menurutnya adalah ... membantu guru belajar
bagaimana para guru meningkatkan kapasitas mereka untuk mewujudkan tujuan
pembelajaran siswa yang telah ditetapkan. Di sisi lain perlu juga disadari bahwa
essensi dari supervisi tersebut adalah proses bantuan, oleh karena itu maka bantuan
supervisi tersebut sebaiknya diberikan apabila diperlukan oleh guru-guru.
C. Guru yang Profesional
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang meminta pendidikan yang lebih
tinggi, dan biasanya meliputi pekerjaan mental, bukan pekerjaan kasar yang
mengandalkan tenaga secara fisik. Contoh profesi yang dapat disebutkan dalam
tulisan ini, seperti mengajar, keinsinyuran, kedokteran, hukum dan lain sebagainya.
Dokter dan insinyur harus melalui pendidikan tinggi yang cukup lama, dan
53
menjalankan pelatihan berupa pemagangan yang juga memerlukan waktu yang cukup
lama sebelum memangku jabatannya. Demikian juga setelah memangku jabatannya
mereka juga dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dengan tujuan untuk dapat meningkatkan kualitas layananannya kepada masyarakat.
Demkian juga hasil pertemuan tim Pascasarjana LPTK Negeri se Indonesia 2007
yang diselenggarakan di Undiksha Singaraja, merumuskan profesi tersebut sebagai
spesialisasi pekerjaan dan keahlian yang menuntut kemampuan terus-menerus
berkembang dan menyesuaikan diri terhadap tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
Dengan demikian sebenarnya tidak semua pekerjaan itu bisa disebut dengan
profesi, seperti halnya dalam keseharian yang sering kita temukan yang memaknai
pengertian profesi itu secara salah, bahkan konotasinya negatif, seperti misalnya
perampok yang profesional, pencuri yang profesional, tukang becak yang profesional,
dan lain-lainnya. Contoh-contoh perbuatan atau pekerjaan seperti merampok,
mencuri, pencopet profesi-onal tersebut, bukan sebagai pekerjaaan yang dapat
ditekuni karena sebagai hasil yang dicapai melalui proses pendidikan yang lama dan
pendidikan tinggi, bukan sebagai hasil-hasil pelatihan atau pemagangan, bukan
pekerjaan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat secara baik, tetapi justru
bertentangan dengan nilai-nilai, dan bertentangan dengan berbagai etika sosial dan
norma-norma, seperti norma agama, norma hukum, norma kesusilaan dan norma
kesopanan yang ada yang hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang meminta spesialisasi dan pendidikan yang
relatif lama di perguruan tinggi dan diatur oleh suatu kode etik khusus (Sutisna, 1983.
54
Sanusi dkk, 1990, Situmorang, 1990. Makmun.1996). Profesi merupakan suatu
pekerjaan yang memerlukan persyaratan khusus, seperti: menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam,
menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya, menuntut adanya tigkat pendidikan yang memadai, adanya kepekaan
terhadap
dampak
kemasya-rakatan
dari
pekerjaan
yang
dilaksanakannya,
memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan (Ali.1985).
Kemudian Makmun lebih lanjut dengan mengutip pendapat Vollmer bahwa profesi
sesungguhnya merupakan suatu jenis model atau tipe pekerjaan ideal, yang dalam
realitasnya bukanlah hal yang mudah untuk dapat diwujudkan, namun demikian,
bukanlah merupakan suatu yang mustahil pula untuk dapat mencapainya, asalkan ada
upaya yang sungguh-sungguh kepada pencapaiannya.
Merujuk pada kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa profesi itu merupakan
suatu bidang pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus sehingga
meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya. Persyaratan
khusus yang dimaksudkan kalau mengikuti uraian dari Sanusi dkk (1991) yang
menyebut dengan istilah ciri-ciri profesi, maka ciri-cirinya adalah meliputi:
1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan.
2. Jabatan yang menuntut memiliki keterampilan/keahlian tertentu.
3. Keterapilan/keahlian yang dimiliki dan dituntut oleh suatu jabatan tersebut
didapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode.
4. Suatu jabatan yang didasarkan pada batang tubuh disiplin keilmuan yang jelas,
sistematik, eksplsit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
55
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang
cukup lama.
6. Proses jabatan untuk pendidikan itu merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai
profesional itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi berpegang teguh
pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
8. Tiap organisasi profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement
terha-dap permasalahan profesi yang dihadapinya.
9. Dalam perakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari
campur tangan orang luar.
10. Jabatan itu memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat dan oleh karenanya
memperoleh imbalan yang tinggi pula.
Pendapat yang lain tentang ciri-ciri profesi yang dapat dikutif sebagai perbandingnya adalah seperti yang dikemukakan oleh Ornsetein dan Levine (1984) sebagai
berikut di bawah ini.
1. Melayani masyarakat merupakan karier yang dilaksanakan sepanjang hajat, jadi
tidak berganti-ganti.
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tetentu di luar jangkauan khalayak
ramai yang tidak bisa dilakukan oleh setiap orang.
3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori keperaktek.
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk.
6. Otonomi dalam mebuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu.
56
7. Menerima tanggungjawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang
ditampilkan
berhubungan
dengan
layanan
yang
diberikan.
Mempunyai
sekumpulan unjuk kerja yang baku.
8. Mempunyai kometmen terhadap jabatan dan klien, dengan penekanan terhadap
layanan yang akan diberikan.
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya, relatif bebas dari
super-visi dalam jabatan.
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota organisasi profesi sendiri.
11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elit untuk mengetahui dan
mengakui keberhasilan anggotanya, keberhasilan tugas dokter dievaluasi dan
dihargai oleh organisasi IDI, bukan oleh Depkes.
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
13. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan diri
setiap anggotanya.
14. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi bila dibandingkan dengan
jabatan yang lainnya.
Demikianlah secara umum gambaran pengertian tentang profesi. Persoalannya
sekarang adalah bagaimnakah ciri-ciri dari profesi tenaga kependidikan khususnya
profesi guru yang disebut profesional. Ada beberapa pendapat tentang gambaran atau
ciri-ciri dari guru yang profesional. Seperti misalnya ciri-ciri profesi guru menurut
National Education Association (NEA.1984) adalah sebagai berikut di bawah ini:
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intektual.
57
2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
4. Jabatan yang memerlukan yang latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.
6. Jabatan yang menentukan standarnya sendiri.
7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
8. Jabatan yang memiliki organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Kemudian pendapat yang lainnya menyatakan bahwa syarat-syarat profesi
guru tersebut adalah mencakup: memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai,
memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan
produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya,
melakukan pengembangan diri secara terus menerus melalui organisas profesi,
internet, buku, seminar, dan semacamnya (Kunandar. 2007).
Berbeda dengan Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
tidak secara jelas menyebut dengan istilah kriteria atau ciri-ciri profesi guru, tetapi
disebutkan guru sebagai suatu profesi dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai
berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan keimanan, ketaqwaan,
dan ahklak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas.
58
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
5. Memiliki tanggungjawab atas pelaksaaan tugas keprofesioanalan.
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan sesuai secara
berkelan-jutan dengan belajar sepanjang hayat.
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dala melaksanakan tugas keprofesionalan,
dan
9. Memiliki oganisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionlan guru.
Demikian juga hasil pertemuan tim Pascasarjana LPTK Negeri se Indonesia
2007 yang diselenggarakan di Undiksha Singaraja, menjelaskan bahwa profesi guru
menuntut memiliki kemampuan: (1) kompetensi paedagogik, (2) kompetensi
kepribadian, (3) kompetensi sosial, (4) kompetensi profesional. Berdasarkan pada
beberapa ciri dan prinsip dari profesi guru tersebut, lebih lanjut juga dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan profesi guru adalah merupakan pekerjaan bidang pendidikan
yang menuntut memiliki kemampuan tertentu. Pengertian profesi guru yang agak
lebih lengkap dapat dirumuskan sebagai suatu pekerjaan yang membutuhkan
pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian dan ketelatenan untuk menciptakan
anak memiliki perilaku sesuai dengan yang diharapkan (Yamin. 2007). Bahkan lebih
lanjut ada yang menyatakan profesi guru adalah suatu jabatan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar
bidang pendidikan, walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di
luar bidang kependidikan (Uno. 2007).
59
Berdasarkan kutipan kriteria profesi guru yang dimaksudkan oleh NEA dan
prinsip profesi guru yang diatur dalam undang-undang guru dan dosen tersebut
tampaknya kriteria profesi guru begitu luas dan komplek, sedangkan kriteria profesi
yang dirumuskan oleh tim Pascasarjana se Indonesia tahun 2007 di Undiksha
Singaraja tampaknya mempersempit makna kriteria profesi tersebut hanya dilihat dari
sisi
kemampuan profesionalnya
saja, karena hanya melihat dari kriteria
kompetensinya saja, yaitu: (1) kompetensi paedagogik, (2) kompetensi kepribadian,
(3) kompetensi sosial, (4) kompetensi profesional, padahal kriteria dari profesi begitu
luas dan kompleksnya. Kemudian pembahasan tentang kompetensi guru tersebut akan
dikaji secara lebih dalam dan lebih luas dalam bagian khusus dari suatu bab dalam
buku ini, khususnya bagian yang membahas kompetensi profesional guru.
D. Beberapa Pendekatan Supervisi pendidikan
Pengembangan model supervisi pendidikan yang disebut dengan supervisi
direktif, supervisi kolaboratif, dan supervisi non direktif secara lebih lengkapnya akan
diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.
a. Supervisi Pengajaran Direktif
Supervisi direktif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan bahwa
mengajar terdiri dari keterampilan teknis dengan standar dan kompetensi yang telah
ditetapkan dan diketahui untuk semua guru agar pengajarannya efektif. Pendekatan
supervisi pengajaran direktif oleh Sutjipto dan Raflis Kosasi (1999) disebut juga
dengan pendekatan supervisi pengajaran berdasarkan kompetensi. Peran supervisor
60
dalam menerapkan pendekatan direktif ini adalah mengimformasikan, mengarahkan,
menjadi model, dan menilai kompetensi yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah dalam supervisi dengan pendekatan direktif tersebut dimulai
dengan: (1) pre conference, (2) observasi, (3) analisa dan interpretasi, (4) post
conference, (5) post analysis, dan (6) diskusi (Sahertian. Ida Aleida Sahertian. 1990).
Langkah-langkah ini yang semestinya dilakukan oleh seorang supervisor, yang dalam
hal ini bisa jadi dilakukan oleh seorang pengawas terhadap guru-guru, ataupun oleh
seorang kepala sekolah terhadap guru-guru dalam rangka meningkatkan kompetensinya dalam mengajar.
Pre conference dilakukan oleh supervisor untuk mendapatkan gambaran yang
jelas dan dapat memilih permasalahan apa yang dihadapi oleh guru-guru, sehinggga
seorang mengetahui dan mempunyai masalah apa saja yang akan diobservasinya,
yangn lebih lanjut akan dapat menetapkan tindakan apa yang akan dapat dilaksanakan.
Observasi, pada tahap ini supervisor berada di dalam kelas dan mengadakan
observasi. Dalam melaksanakan observasi tersebut seorang supervisor mengamati
perilaku siswa dari awal sampai akhir pelajaran. Untuk lebih mudahnya dalam
melakukan supervisi alat yang berupa cheklist dapat digunakan, dan sudah tentunya
berbagai perilaku siswa lainnya yang dianggap perlu juga dapat dan perlu dicatat.
Analisa dan interpretasi, data yang didapat dalam melakukan observasi
dibuatkan semacam tabulasi data tentang perilaku siswa, sehingga lebih lanjut data
tersebut dapat dianalisis sehingga dapat diambil suatu kesimpulan terhadap perilaku
siswa tersebut. Kesimpulan dari hasil analisis tersebut akan dapat menyimpulkan
61
bahwa bisa jadi perilaku siswa tersebut bisa positif ataupun negatif. Dalam proses
pembelajaran selanjutnya berbagai perilaku negatif siswa tersebut perlu diperbaiki.
Berdasarkan pada hasil analisis data observasi tersebut akan dapat disimpulkan
bahwa guru tersebut sering mengalami kesulitan dalam menghadapi perilaku siswa,
dan kondisi ini sangat perlu harus diberitahukan dan diketahui oleh guru.
Post conference, dalam kegiatan ini supervisor dengan guru kembali membahas cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru, membuat rencana
pembelajaran sebagai perbaikannya yang akan didemonstrasikan oleh pengawas,
menetapkan jadwal observasi berikutnya setelah demonstrasi.
Post analysis, dalam kegiatan ini dilaksanakan kembali evaluasi terhadap
penerapan berbagai contoh yang telah diberikan dan dilakukan oleh supervisor dalam
melaksanakan demosntrasi mengajar, yang lebih lanjut akan dicontoh dan dilaksnakan oleh guru. Kemudian lebih lanjut menetapkan program yang akan diambil pada
masa-masa berikutnya.
Diskusi, sebagai langkah terakhir dari pendekatan direktif ini, maka dibahas
beberapa hal, (1) menjelaskan masalah-masalah guru sehingga dapat dipahami
dengan jelas, (2) menampilkan ide-ide tentang informasi yang seharusnya
dikumpulkan dan bagaimana mengumpulkannya, (3) mengarahkan dan memberi
petunjuk kepada guru mengenai usaha apa yang diperlukan sesudah terkumpul dan
dianalisa, (4) mendemontrasikan kepada guru bagaimana mengajar yang baik, agar
guru mau saling mengunjungi dalam mengajar, (5) menstandarkan tolak ukur yang
digunakan untuk dasar perbaikan, dan (6) meyakinkan atau menguatkan dengan
berbagai cara untuk memberikan dorongan psychologis. (Sahertian. Ida Aleida
62
Sahaertian. 1990). Untuk lebih mudahnya dapat memahami langkah-langkah
pendekatan supervisi pengajaran direktif dapat dibuatkan bagan sebagai berikut di
bawah ini.
PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN DIREKTIF
1. Mendengarkan
2. Klarifikasi
3. Mendorong
4. Presentasi
5. Pemecahan Masalah
6. Negoisasi
7 Demontrasi
8. Memastikan tindakan
9. Standarisasi
10. Penguatan
g
S
Keterangan:
Pengawas (Supervisor) mempunyai tanggungjawab yang besar, dengan langkahlangkah sebagai berikut:
1. Klarifikasi (Mengajukan pertanyaan)
2. Mempresentasikan ide
3. Memastikan apa yang harus
dilakukan.
4. Mendemonstrasikan
5 Menetapkan Standar
b. Supervisi Pendidikan Kolaboratif.
Supervisi kolaboratif adalah pendekatan yang didasarkan atas asumsi bahwa
mengajar pada dasarnya adalah pemecahan masalah, dalam pendekatan ini ada dua
orang atau lebih orang ikut serta mengemukakan sebuah hipotesis sebuah masalah,
eksperimen, dan mengimplementasikan strategi mengajar itu, yang dianggap lebih
relevan dengan lingkungan sendiri. Peran supervisor membimbing ke proses peme-
63
cahan masalah, para anggota aktif dalam interaksi dan menjaga agar guru tetap
memusatkan perhatiannya pada masalah mereka. Penerapan pendekatan supervisi
kolaboratif ini oleh Sutjipto dan Raflis Kosasi (1999) disebut juga supervisi klinis.
Dalam pendekatan kolaboratif supervisor dan guru merupakan teman sejawat
dalam memecahkan masalah-masalah pengajaran di kelas. Masalah-masalah tersebut
seringkali dipusatkan pada : (1) kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan
tugas mengajar, (2) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam
mengajar, yang meliputi keterampilan dalam menggunakan variasi dalam mengajar
dan menggunakan stimulus, keterampilan dalam melibatkan siswa dalam proses
belajar, serta keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin siswa.
Dalam melaksanakan supervisi dengan menggunakan pendekatan kolaboratif
sebaiknya melalui lima langkah, yaitu: (1) pembicaraan praobservasi, (2) melaksanakan observasi, (3) melakukan analisis dan menetapkan strategi, (4) melaksanakan
pembicaraan tentang hasil supervisi, dan (5) melakukan analisis setelah pembicaraan.
Pelaksanaan pembicaraan praobservasi disebut juga engan istilah pembicaraan
pendahuluan. Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan
rencana keterampilan apa yang akan diobservasi atau dicatat. Pada tahap ini
memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengientifikasi keterampilan mana yang memerlukan perbaikan. Keterampilan yang dipilih kemudian
dioperasionalkan dalam bentuk rumusan tingkah laku yang dapat diamati. Dalam
pertemuan ini pula dibicarakan dan ditentukan jenis data apa ang akan dicatat selama
pembelajaran berlangsung. Dala pembicaraan pra-observasi ini memerlukan komunikasi terbuka, sehingga tercipta ikatan kolegial antara supervisor dan guru yang
64
harmonis. Terdapat lima masalah yang harus dicermati dalam pembicaraan pendahuluan ini, yaitu: menciptakan suasana yang akrab antara supervisor dengan guru,
meneliti ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran, mencermati kembali komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati, memilih dan mengembangkan
instrumen observasi, dan membicarakan bersama untuk mendapatkan kesepakatan
tentang instrumen obsrvasi yang dipilih.
Pada tahap pelaksanaan observasi ini guru melakukan latihan dalam tingkah
laku mengajar tertentu yang telah dipilih. Di sisi lain sementara guru berlatih, maka
supervisor mengamati dan mencatat tingkah laku siswa, guru, interaksi antara guru
dan siswa.
Supervisor mengadakan analisis terhadap hasil catatan-catatan observasi di
kelas. Tujuannya adalah mengartikan data yang diperoleh dan selanjutnya merencanakan pertemuan dengan guru untuk menususn strategi pembelajaran selanjutnya.
Dalam melakukan analisis, supervisor harus menggunakan kategorisasi perilaku
mengajar dan melihat data yang dikumpulkan itu atas kategori yang ditetapkan.
Pembicaraan tentang hasil analisis ini adalah untuk memberikan balikan
kepada guru dalam memperbaiki perilaku mengajarnya. Ada beberapa langkah yang
dilakukan dalam tahapan ini, yaitu: (1) menayakan perasaan guru secara umum, atau
kesan umum guru ketika ia mengajar serta memberi penguatan, (2) mengamati
kembali tujuan pembelajaran, (3) mencermati keterampilan serta perhatian utama
guru, (4) menanyakan perasaan guru tenang jalannya pengajaran berdasarkan target,
(5) menunjukan hasil data rekaman dan memberi kesempatan kepada guru menafsirkan data tersebut, (6) menginterpretasikan data rekaman secara bersama, (7)
65
menanyakan perasaan guru setelah melihat rekaman data tersebut, (8) menyimpulkan
hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan keinginan atau target guru dan
apa sebernarnya yang telah terjadi dan dicapai, dan (9) menentukan secara bersamasama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau
diperhatikan pada kesempatan berikutnya.
Lagkah yang terakhir dari pelaksanaan supervisi kinis tersebut adalah analisis
sesudah pembicaraan. Dalam tahap ini supervisor haus meneliti ulang apa yang telah
yang telah dilakukan dalam menetapkan kriteria perilaku mengajar yang ditetapkan
dalam pra-observasi dan kriteria yang dipakai dalam melakukan observasi. Di
samping itu, perlu dibicarakan hasil evaluasi diri tentang keberhasilan supervisor
dalam membantu guru. Kegiatan ini akan mudah dilakukan apabila supervisor
mempunyai catatan yang lengkap tentang proses kegiatan yang dilakukan, kalau
mungkin sebaiknya direkam dengan video.
Untuk dapat lebih mudahnya memahami langkah-langkah dari pendekatan
supervise pengajaran yang bersifat kolaboratif, maka dapat digambarkan dalam
sebuah bagan sebagai berikut di bawah ini.
66
PENDEKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN KOLABORATIF.
1. Mendengarkan
2. Klarifikasi
3. Mendorong
4. Presentasi
5. Pemecahan Masalah
6. Negoisasi
7 Demontrasi
8. Memastikan tindakan
9. Standarisasi
10. Penguatan
s
G
Keterangan:
Pengawas (Supervisor) dan guru mempunyai tanggungjawab yang sama tau seimbang, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mempresentasikan
2. Klarifikasi (Mengajukan pertanyaan)
3. Mendengarkan
4. Mengajukan alternativ pemecahan masalah.
5. Negoisasi
c. Supervisi Pendidikan Nondirektif
Supervisi nondirektif berasumsi bahwa belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi dimana individu pada akhirnya harus menemukan pemecahan masalah
sendiri untuk memperbaiki pengalaman murid di dalam kelas. Peran supervisor
adalah mendengarkan, tidak memberikan pertimbangan, membangkitan kesadaran
sendiri dan mengklarifikasikan pengalaman guru (Glickman. 1990). Supervisi nondirektif ini oleh Sutjipto dan Raflis Kosasi (1999) disebut juga dengan nama
pendekatan humanistik. Pendekatan non direktif ini timbul dari keyakinan bahwa
guru tersebut tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata dalam meningkatkan
67
kualitas belajar mengajar. Dalam proses pembinaan guru mengalami perkembangan
secara terus menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti
perkembangannya. Tugas supervisor adalah membimbing guru-guru sehingga makin
lama guru makin dapat berdiri sendiri dan berkembang dalam jabatannya dengan
usaha sendiri. Belajar dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang
dialami secara real. Dengan demikian guru harus mencari sendiri pengalaman itu
secara aktif. Dorongan dapat berasal dari yang bersifat fisiologis yang kemudian
secara berangsur-angsur berubah menjadi dorongan yang bersifat dari dalam atau
internal, yaitu karena guru-guru merasa bahwa belajar merupakan kewjiban yang
harus dilakukan dalam tugasnya. Supervisor percaya bahwa guru mampu melakukan
analisis dan memecahkan masalah yang dihadapinya dalam tugas mengajarnya. Guru
merasakan adanya kebutuhan bahwa ia harus berkembang dan mengalami perubahan,
dan ia bersedia mengambil tanggungjawab terjadinya dalam perubahan tersebut.
Supervisor hanya befungsi sebagai fasilitator dengan menggunakan struktur formal
sekecil mungkin.
Supervisor yang menggunakan pendekatan ini di dalam melaksanakan supervisi tidak ditunut untuk menggunakan format yang standar, tetapi agar dissuaikan
dengan kebutuhan guru. Bisa jadi kegiatan supervisi tersebut hanya terbatas melakukan observasi saja tanpa dilanjutkan dengan melakukan analisis dan interpretasi,
atau bisa jadi hanya melakukan komunikasi yang berupa mendengar penjelasan guru
tanpa memberi sumber bahan belajar yang diminta guru. Walaupun secara umumnya
dapat disebutkan bahwa pelaksanaan supervisi pengajaran dengan pendekatan non
68
direktif tersebut ada tiga langkah, tetapi dapat secara lebih teknis dirinci sebagai
berikut di bawah in.
a. Pembicaraan awal, pada saat ini supervisor memancing apakah dalam mengajarnya guru tersebut mengalami masalah. Pembicaran tersebut dilakukan secara
informal. Jika dalam pembicaraan tersebut guru tidak memerlukan bantuan, maka
proses supervisi akan berhenti.
b. Observasi. Jika guru perlu, maka supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam
melaksanakan observasi tersebut supervisor duduk di belakang tanpa menggunakan catatan-catatan, supervisor hanya mengamati kegiatan kelas.
c. Analisis dan interpretasi. Setelah observasi dilakukan, supervisor kembali ke
kantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melakasanakan proses
belajarnya. Jika menurut supervisor, guru telah menemukan jawabannya maka
supervisor tidak tidak perlu memberikan bantuannya. Apabila diminta oleh guru
supervisor hanya menjelaskan dan melukiskan keadaan kelas tanpa dilengkapi
dengan penilaian. Supervisor kemudian menanyakan kepada guru, apakah
memerlukan saran, dan memberikan kesempatan untuk mencoba cara lain yang
diperkirakan oleh guru lebih baik.
d. Pembicaraan akhir. Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode tertentu guru dan
supervisor mengadakan pembicaraan akhir, mengenai apa yang sudah dicapai
oleh guru, dan menjawab pertanyaan kalau ada guru yang masih memerlukan
bantuan lagi.
69
1. guru
e. Laporan. Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan
penilaian supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah, atau atasan
kepala sekolah untuk perbaikan di masa selanjutnya.
Untuk dapat lebih mudahnya memahami langkah-langkah dari pendekatan
supervise pengajaran yang bersifat kolaboratif, maka dapat digambarkan dalam
sebuah bagan sebagai berikut di bawah ini
PENDEKKATAN SUPERVISI PENDIDIKAN NONDIREKTIF
1. Mendengarkan
2. Klarifikasi
3. Mendorong
4. Presentasi
5. Pemecahan Masalah
6. Negoisasi
7 Demontrasi
8. Memastikan tindakan
9. Standarisasi
10. Penguatan
G
s
Keterangan:
Pengawas (Supervisor) mempunyai tanggungjawab yang lebih kecil dari guru,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mendengarkan
2. Mendorong
3. Klarifikasi (Mengajukan pertanyaan)
4. Pemecahan Masalah
5. Memastikan Tindakan.
70
E. Rangkuman
Dalam perkembangan supervisi pendidikan terdapat beberapa pandangan dari
para ahli psikologi belajar dalam rangka untuk menemukan suatu pendekatan yang
dianggap baik. Pertama adalah pendekatan supervisi pendidikan yang memiliki
pijakan ilmiah, yaitu supervisi saintifik, artistik, dan klinik. Kedua adalah pendekatan
supervisi pendidikan yang bertitik tolak pada pijakan psikologi belajar. Pada tahun 80
an dalam perkembangan supervisi pengajaran menggunakan pendekatan yang bertitik
tolak pada pijakan psikologi belajar, yaitu psikologi behavioral, humanistik, dan
kognitif. Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pada dua dimensi yang
dimiliki dalam diri manusia, yaitu derajat dimensi kometmen dan abstraksi kemudian
dikembangkan supervisi yang berorientasi pada pendekatan non-direktif, kolaboratif,
dan direktif.
F. Evaluasi.
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan supervisi yang memiliki pijakan
ilmiah?.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan supervisi yang memiliki pijakan
psikologi belajar?.
3. Jelaskan bagaiman pendekatan supervisi pendidikan berdasarkan pada dimensi
kometmen dan abstraksi guru.
71
BAB. V
KOMPETENSI DAN KETRAMPILAN PENGAWAS
SEBAGAI SUPERVISOR PENDIDIKAN
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Memahami pengertian kompetensi
Menjelaskan pengertian kompetensi
Memahami kompetensi pengawas seba- Menjelaskan kompetensi pengawas sebagai supervisor
gai supervisor
Memahami keterampilan-keterampilan
Menjelaskan keterampilan-keterampilan
pengawas
pengawas
B. Pengertian Kompetensi
Kompetensi adalah merupakan salah satu kriteria dari suatu profesi. Pengawas
sebagai suatu profesi juga dituntut untuk memenuhi kriteria kompetensi tersebut.
Kompetensi bisa dilihat dari berbagai aspek seperti pengertiannya, karakteristiknya,
maupun cara mengukur kompetensi tersebut. Dalam bab dua ini akan dibahas
beberapa aspek dari kompetensi profesi tenaga kependidikan khususnya pengawas.
Mengenai pengertian kompetensi sebagai salah satu ciri dari profesi dalam
kepustakaan diberikan pengertian secara beraneka ragam tergantung dari sudut
pandang para penulis. Keaneka ragaman pengertian kompetensi tersebut, dapat
ditunjukkan dalam pembahasan ini, seperti, misalnya ada pendapat yang menyatakan
bahwa kompetensi tersebut adalah suatu hal yang menggambarkan kemampuan
seseorang, baik yang kuali-tatif maupun kuantitatif (Usman. 2005). Lebih lanjut
72
dijelaskan bahwa pengertian kompetensi seperti ini mengandung makna bahwa
kompetensi tersebut dapat digunakan dalam dua kontek. Kontek pertama sebagai
indikator yang menunjukkan kepada perbuatan yang diamati. Kontek kedua sebagai
konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif. afektif, dan perbuatan, serta tahaptahap pelaksanaannya secara utuh. Kemudian kompetensi juga diberikan pengertian
sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang
yang telah menjadi bagian darinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya (Mulyasa. 2003).
Kompetensi juga diberikan pengertian sebagai panguasaan terhadap tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk keberhasilan (Mulyasa. 2003).
Kemudian Gordon dalam Mulyasa (2005) memerinci beberapa aspek dari kompetensi, sebagai berikut. Pertama pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,
seperti, misalnya seorang guru sekolah mengetahui cara melakukan identifikasi
kebutuhan bantuan yang diperlukan muridnya dalam melakukan pembelajaran
dikelasnya. Kedua pemahaman yaitu kedalaman kognitif dan apektif yang dimiliki
oleh individu, seperti misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pemebelajaran
harus memiliki pemahaman yang luas tentang karekteristik dan kondisi muridnya
agar dapat pembelajaran berjalan secara efktif. Ketiga kemampuan, yaitu suatu yang
dimiliki oleh seseorang untuk dapat melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan
kepadanya, seperti, misalnya kemam-puan guru dalam memilih dan membuat media
pembelajaran yang diperlukan untuk lebih memotivasi dan memudahkan pembelajaran peserta didik. Keempat nilai, yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini
dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, seperti, misalnya standar
73
perilaku dalam pembelajaran, antara lain kejujuran, keterbukaan, demokratis,
obyektif, adil. Kelima sikap, yaitu perasaan seperti perasaan senang dan tidak senang,
suka tidak suka, atau reaksi terhadap terhadap suatu rangsangan yang datang dari
luar, seperti reaksi terhadap krisis ekonomi, kenaikan gaji, dan sebagainya. Keenam
minat yaitu kecendrungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan, seperti,
misalnya, minat sesorang untuk melakukan sesuatu atau mempelajari sesuatu. Ada
juga pendapat yang menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh suatu
profesi adalah mencakup: kemampuan untuk mengembangkan pribadi, penguasaan
ilmu pengetahuan dan keterampilan, kemampuan berkarya, kemampuan menyikapi
dan berprilaku dalam berkarya, dapat hidup bermasyarakat (Pusposutardjo. 2002).
Pengertian kompetensi lainnya yang lebih konseptual sifatnya menguaraikan bahwa
kompetensi tersebut mengandung tiga pengertian. (1) pengertian kompetensi itu pada
dasarnya merupakan kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu
pekerjaan, (2) menunjuk pada pengertian bahwa kompetensi itu merupakan sifat
orang-orang, yang memiliki kecakapan, kemampuan, otoritas, kemahiran, pengetahuan dan lain sebagainya untuk dapat mengerjakan sesuatu yang diperlukan, dan (3)
bahwa kompetensi merupakan tindakan atau kinerja rasional yang dapat mencapai
tujuan-tujuannya
secara
memuaskan
berdasarkan
kondisi
yang
diharapkan
(Makmun.1996, Depdikbud.1978, Depdikbud. 1984). Lebih jauh Makmun (1996)
menyatakan bahwa berpijak pada pengertian kompetensi tersebut dapat juga
dijelaskan bahwa sesungguhnya seseorang yang dapat disebut sebagai profesional
yang kompeten, kalau menunjukkan karakteristik: (1) mampu melakukan sesuatu
pekerjaan tertentu secara rasional, dalam arti, ia memiliki visi dan misi yang jelas, ia
74
melakukan sesuatu berdasarkan pada hasil analitis kritis dan pertimbangan logis
dalam membuat pilihan dan mengambil keputusan tentang apapun yang akan
dikerjakan, (2) menguasai perangkat pengetahuan yaitu teori, konsep, prinsip dan
kaidah, hipotesis dan generalisasi, data dan imformasi lainnya tentang seluk beluk apa
yang menjadi bidang tugas pekerjaannya, (3) menguasai perangkat keterampilan yang
mencakup strategi dan taktik, metode dan teknik, prosedur dan mekanisme, sarana
dan instrumen, tentang cara melakukan tugas pekerjaannya, (4) menguasai perangkat
persyaratan ambang tentang ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dari
proses yang dapat ditoleransikan dan kriteria keberhasilan yang dapat diterima dari
apa yang dilakukannya, (5) memiliki daya dan citra unggulan dalam melakukan tugas
pekerjaannya. Ia bukan sekedar puas dengan memadai persyaratan minimal,
melainkan berusaha mencapai yang sebaik mungkin, dan (6) memiliki kewenangan
yang memancar atas penguasaan perang-kat kompetensi yang dalam batas tertentu
dapat didemontrasikan dan teruji sehinga memungkinkan memperoleh pengakuan
pihak berwewenang.
Jadi demikian variasi pengertian tentang kompetensi dari para penulis, dengan
demikian berdasarkan pada pengertian kompetensi yang begitu beragam tersebut
menam-bah wawasan dan khasanah para calon guru, dan lebih lanjut akan memiliki
pijakan yang lebih luas dan kuat dalam mempelajari serta memahami kompetensi
profesi kependidikan khususnya profesi pengawas tersebut.
75
C. Kompetensi Pengawas Sebagai Supervisor Pendidikan
Pengawas secara akademik bisa bersifat formal dan informal. Pengawas
formal adalah pengawas yang diangkat oleh dinas pendidikan tingkat provinsi,
kabupaten, dan tingkat kecamatan berasal dari luar sekolah. Pengawas informal
adalah pengawas yang bersal dari dalam sekolah sendiri, yaitu kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, para ketua unit, dan para guru bidang studi yang sudah senior
(Pidarta. 1986). Kedua jenis pengawas tersebut harus memiliki kompetensi kepengawasan. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki meliputi: (1) kemampuan
mengembangkan kurikulum, (2) mengorganisasikan pengajaran, (3) menyiapkan staf
pengajar, (4) menyiapkan fasilitas belajar, (5) menyiapkan bahan-bahan pelajaran, (6)
menyelenggarakan penataran guru-guru, (7) memberikan konsultasi dan membina
anggota staf pengajar, (8) mengkordinasikan layanan terhadap para siswa, (10)
mengembangkan hubungan dengan masyarakat, dan (11) menilai pelajaran (Neagley
dan Evans. 1980). Demikian pula Sagala (2010) menjelaskan untuk dapat pengawas
sekolah berhasil mencapai tujuan dari supervisi pendidikan maka dituntut untuk
memiliki beberapa kemampuan, seperti: (1) membina kepala sekolah dan guru-guru
untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya, dan peranan sekolah
mencapai tujuan itu, (2) memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru
untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang berguna
dan bermanfaat bagi masyarakat, (3) membantu kepala sekolah dan guru-guru
mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-aktivitas dan kesulitankesulitan belajar mengajar, serta menolong mereka merencanakan perbaikanperbaikan, (4) meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga
76
sekolah lainnya terhadap tatakerja yang demokratis dan koperatif, dengan
memperbesar kesediaan untuk tolong menolong, (5) memperbesar ambisi guru-guru
untuk meningkatkan mutu karyanya secara maksimal dalam bidang profesinya, (6)
membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan sekolahnya kepada masyarakat
dalam pengembangan program-program pendidikan, (7) melindung orang-orang yang
disupervisi terhadap tuntutan-tuntutan yang tidak wajar damn kritik-kritik yang sehat
dari masyarakat, (8) membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat
menevaluasi aktivitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan
peserta didik, dan (9) mengembangkan spirit korp guru-guru, yaitu adanya rasa
kesatuan dan persatuan antar guru-guru. Edangkan Nurtain (1989) berpendapat
bahwa ada delapan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pengawas, yaitu
harus memiliki kompetensi: (1) sebagai pengembang tenaga manusia, (2) sebagai
pengembang kurikulum, (3) sebagai spesialis pengajaran, (4) sebagai penghubung
antar manusia, (5) sebagai tenaga pngembang staf, (6) sebagai seorang administrator,
(7) sebagai manjer perubahan, dan (8) sebagai seorang penilai.
Tampaknya semua komptensi yang disebutkan di atas berkaitan dengan
pengembangan kurikulum. Secara lebih legal persyaratan kompetensi pengawas telah
dituangkan dalam bentuk kebijakan pemerintah yaitu Permendiknas No.12 Tahun
2007. Kompetensi yang dituntut terhadap seorang pengawas adalah (1) kompetensi
kepribadian, (2) kompetensi supervisi manajerial, (3) kompetensi supervisi akademik,
(4) kompetensi evaluasi pendidikan, (5) kompetensi penelitian pengembangan, dan
(6) kompetensi sosial.
77
Secara lebih rinci kompetensi yang dituntut terhadap seorang pengawas
tersebut terutama sesuai dengan Permendiknas No.12 Tahun 2007 adalah sebagai
berikut.
KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH MENENGAH ATAS/
MADRASAH ALIYAH
Dimensi Kompetensi
Kompetensi
1. Kompetensi keperiba-
1.1
dian
Memiliki tanggungjawab sebagai pengawas
satuan pendidikan.
1.2
Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah
baik yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya
maupun tugas-tugas jabatannya.
1.3
Memiliki rasa ingintahu akan hal-hal baru tentang
pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi dan
seni yang menunjang tugas pokok dan tanggungjawabnya.
1.4
Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan
pada stakeholder pendidikan.
2. Kompetensi Supervisi
2.1
Manajerial.
Menguasai metode, teknik dan prinsip supervisi
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah menengah yang sejenis.
2.2
Menyusun program kepengawasan berdasarkan
visi-misi-tujuan dan program pendidikan sekolah
menengah yang sejenis.
78
2.3
Menyusun metode kerja, instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi kepengawasan di sekolah menengah yang sejenis.
2.4
Menyusun laporan hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah menengah yang sejenis.
2.5
Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan
administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah
menengah yang sejenis.
2.6
Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah
menengah yang sejenis.
2.7 Mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah mene-ngah
yang sejenis.
2.8
Memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akre-
79
ditasi sekolah menengah yang sejenis.
3. Kompetensi supervisi
3.1
akademik.
Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecendrungan perkembangan tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang
relevan di sekolah menengah yang sejenis.
3.2
Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakeristik, dan kecendrungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran
dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
3.3
Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap
mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran
yang relevan di sekolah menengah yang sejenis
berlandaskan standar isi, standar kompetensi, dan
kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
3.4
Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/ bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai
potensi siswa melalui mata pelajaran dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan di Sekolah
menengah yang sejenis.
80
3.5
Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
3.6 Membimbing dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan
atau di di lapangan) untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
3.7
Membimbing guru dalam mengelola, merawat,
Mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap
mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran
yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
3.8
Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi
informasi untuk pembelajaran/bimbingan tiap
mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran
yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
4. Kompetensi evaluasi
Pendidikan.
4.1
Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan
pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap
mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran
yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
81
4.2
Membimbing guru dalam menentukan aspekaspek yang penting dinilai dalam pembelajaran/
bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun
mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah
yang sejenis.
4.3
Menilai kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan
staf sekolah lainnya dalam melaksanakan tugas
pokok dan tanggungjawab untuk meningkatkan
mutu mutu pendidikan dan pembelajaran/bim
bingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata
pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang
sejenis.
4.4
Memantau pelaksanaan pembelajaran/bimbingan
dan hasil belajar siswa serta menganlisisnya
untuk perbaikan mutu pembelajaran/bimbingan
tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran
yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
4.5
Mebina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian
untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran/
bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun
mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah
yang sejenis.
82
4.6
Mengolah dan menganlisis data hasil penilaian
kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan staf
lsekolah di sekolah menengah yang sejenis.
5. Kompetensi penelitian
5.1
Pengembangan.
Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian dalam pendidikan.
5.2
Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk keperluan tugas kepengawasan maupun untuk pengembangan karirnya sebagai pengawas.
5.3
Menyusun proposal penelitian pendidikan proposal penelitian kualitatif maupun penelitian
kuantitatif.
5.4 Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah pendidikan, dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok tangjawabnya.
5.5
Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian
pendidikan baik data kualitatif maupun kuantitatif.
5.6 Menulis karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang
pendidikan dan atau dalam bidang kepengawasan
dan memanfaatkannya untuk perbaikan mutu
83
pendidikan.
5.7
Menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul yang diperlukan untuk melaksnakan tugas
pengawasan di sekolah menengah yang sejenis.
5.8
Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas, baik perencanaan maupun
pelaksanaannya di sekolah menengah yang sejenis.
6. Kompetensi sosial
6.1
Bekerjasama dengan beberapa pihak dalam rangka meningkatkan kualitas diri untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.
6.2
Aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas satuan
pendidikan.
Dari uraian kompetensi supervisi akademik dan supervisi manajerial terutama
pengawas Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah tersebut dapat diketahui
bahwa aspek-aspek pengawasan supervisi manjerial adalah mencakup membina
kepala sekolah dalam pengelolaaan dan administrasi satuan pendidikan, membina
kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah,
membimbing guru dalam menyusun silabus, membimbing guru dalam memilih dan
menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan potensi siswa melalui mata pelajaran, membina kepala sekolah dan guru
84
dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, mendorong guru dan kepala sekolah
dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya, memantau pelaksanaan standar
nasional pendidikan, dan membantu kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi.
Demikian juga aspek-aspek yang dimonitoring dalam pelaksanaan supervisi
akademik adalah mencakup membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan, membimbing guru dalam
memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan, membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membimbing guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, laboratorium atau lapangan,
membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan
media pendidikan dan fasilitas pembelajaran, memotivasi guru untuk memanfaatkan
teknologi informasi.
Agar seorang pengawas dapat melaksanakan tugasnya dengan baik tampaknya di samping dituntut memiliki kompetensi seperti yang diuraikan di atas juga
dilengkapi dan didukung dengan berbagai pemahaman dan pengayaan yang lain,
seperti metode, dan teknik supervisi. Seorang pengawas harus dapat merencanakan
program supervisi dan melaporkan hasilnya.
D. Berbagai Keterampilan yang Diperlukan Pengawas
Untuk dapat lebih efektifnya pelaksanaan supervisi pendidikan oleh seorang
pengawas, maka pengawas tersebut dituntut memiliki berbagai keterampilan. Keterampilan yang dimaksudkan tersebut adalah mencakup: (1) keterampilan teknis, dan
85
(2) ketetrampilan interaksi (Dharma. 2003). Keterampilan teknis yang dimaksudkan
adalah pengetahuan tentang segi-segi teknis dari pekerjaan yang dilaksanakan oleh
bawahannya atau keliennya. Keterampilan teknis tersebut sangat penting bagi
pengawas karena akan diperlukan dalam menyusun dan melaksanakan perencanaan,
menyusun jadwal, mengevaluasi kinerja, dan mengambil keputusan. Kemudian
keterampilan interaksi yang dimaksudkan adalah mencakup semua teknik yang
diperlukan dan digunakan oleh pengawas untuk dapat berhubungan dengan bawahan
dalam mengarahkan, mengikutsertakan, mendelegasikan, melancarkan dan memantau. Misalnya dalam penilaian kinerja, memimpin rapat, menugaskan pekerjaan,
membahas upaya peningakatan kerja, memperbaiki kesalahan, mengatasi keluhan,
meningkatkan motivasi, serta mendiskusikan kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
Kemudian kedua jenis keetrampilan tersebut bagi seorang supervisor sama
pentingnya. Keterampilan teknis tanpa dilengkapi dengan keterampilan interaksi
seorang supervsisor tidak akan dapat berinteraksi dengan guru yang disupervisinya,
demikian juga sebaliknya bagaimanapun hebatnya seorang supervisor mampu
berinteraksi tanpa dilengkapi dengan keterampilan teknis maka seorang supervisor
akan dipandang dengan sebelah mata karena benar-benar tidak mengetahui dan tidak
terampil secara teknis.
Pendapat yang lainnya yang mnjelaskan tentang keterampilan seorang
supervisor pendidikan adalah seperti yang dikemukakan oleh Pidarta (1986),
Wahjosumidjo. (2008), dan Balanchard. dkk. (1986), yang menjelaskan seorang
supervisor dituntut untuk memiliki keterampilan konseptual, keterampilan hubungan
manusiawi, dan keterampilan teknik. Untuk dapat lebih mudahnya dapat memahami
86
keterampilan supervisor tersebut, maka secara visualisasinya dapat digambarkan
dengan sebuah gambar sebagai berikut di bawah ini.
Posisi Manajer
Keterampilan manajer
Keterampilan konseptual
Manajer Puncak
Manajer
Menengah
Manajer
Supervisor
Hubungan mnausiawi
Keterampilan teknik
Kemudian secara lebih rinci dijelaskan oleh Wahjosumidjo (2008) bahwa
masing-masing keterampilan tersebut mempunyai beberapa indikator. Keterampilan
konseptual misalnya terdiri dari: (1) kemampuan anlisis, (2) kemampuan berpikir
rasional, (3) ahli atau cakap dalam berbagai macam konsepsi, (4) mampu
menganalisis berbagai kejadian, serta mampu memahami berbagai kecendrungan, (5)
mampu mengantisipasikan perintah, (6) mampu mengenali berbagai macam
kesempatan dan problem sosial. Keterampilan hubungan manusiawi terdiri dari: (1)
kemampuan untuk memahami perilaku manusia dan proses kerjasama, (2)
kemampuan untuk memahami isi hati, sikap dan motif orang lain, mengapa mereka
berkata dan berperilaku, (3) kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan
efektif, (4) kemampuan untuk menciptakan kerjasama yang efektif, kooperatif,
praktis dan diplomatis, (5) mampu berperilaku yang dapat diterima. Kemudian
keterampilan teknis terdiri dari: (1) menguasai tentang merode, proses, prosedur dan
teknik untuk melaksanakan suatu kegiatan
87
khusus, dan (2) kemampuan untuk
memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan
dalam
mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut. Dengan rumusan yang agak
berbeda Danim (2006) menjelaskan masing-masing keterampilan tersebut sebagai
berikut. Keterampilan teknis adalah keterampilan dalam menerapkan pengetahuan
teoritis kedalam tindakan praktis, kemampuan menyelesaikan tugas dengan baik dan
sistematis. Keterampilan teknis ini biasanya dominan dimiliki oleh tenaga kerja
bawahan, yang indikatornya mencakup: (1) keterampilan dalam menyusun laporan
pertanggungjawaban, (2) keterampilan menyusun program tertulus, (3) keterampilan,
(3) kamampuan untuk membuat data statistik sekolah, (4) keterampilan merealisasikan keputusan, (5) keterampilan mengetik, (6) keterampilan menata ruang, (7)
keterampilan membuat surat. Keterampilan hubungan manusiawi adalah keterampilan
untuk menempatkan diri dalam kelompok kerja dan keterampilan menjalin komunikasi yang mampu menciptakan kepuasan semua warga sekolah. Hubungan manusiawi
ini akan melahirkan situasi kooperatif dan menciptakan kontak manusiawi diantara
para warga sekolah. Hubungan manusiawi ini mencakup: (1) kemampuan menempatkan diri dalam kelompok, (2) kemampuan untuk menciptakan kepuasan pada diri
bawahan, (3) sikap terbuka pada kelompok kerja, (4) kemampuan mengambil hati
melalui keramah tamahan, (5) penghargaan terhadap nilai-nilai etis, (6) pemerataan
tugas dan tanggungjawab, dan (7) itikad baik, adil, menghormati, dan menghargai
orang lain. Kemudian keterampilan konseptual yang dimaksudkan adalah kecakapan
untuk memformulasikan pikiran, memahami teori-teori, melakukan aplikasi, melihat
kecendrungan berdasarkan kemampuan teoritis yang dibutuhkan di dalam dunia
kerja. Kepala sekolah dituntut memahami konsep dan teori yang erat hubungannya
88
dengan pekerjaan. Demikian juga indikator dari ketrampilan konseptual tersebut
disebutkan adalah mencakup: (1) pemahaman terhadap teori secara luas dan mendalam, (2) kemampuan mengorganisasikan pikiran, (3) keberanian mengeluarkan
pendapat secara akademik, dan (4) kemampuan untuk mengkorelasikan bidang ilmu
yang dimiliki dengan berbagai situasi. Alfonso dkk (1981) menyatakan ada tiga
keerampilan yang sebaiknya dimiliki oleh supervisor, yaitu: pertama keterampilan
teknis, keterampilan yang berkenaan dengan pengetahuan khusus yang diperlukan
untuk memferformansikan fungsi-fungsi pokok atau tuga-tugas yang berkenaan
dengan posisi supervisor. Kedua keketrampilan hubungan manusiawi, keterampilan
yang berkenaan dengan kemampuan seorang supervisor bekerjasama dengan orang
lain dan memotivasi mereka agar bersungguh-sungguh dalam bekerja, dan yang
ketiga adalah keterampilan manajerial, keterampilan yang berkenaan dengan
kemampuan membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan penting dalam
mencapai tujuan. Dijelaskan juga oleh Alfonso dkk bahwa seorang supervisor dalam
mengerjakan tugasnya memerlukan keterampilan teknis sebesar 50 %, keterampilan
hubungan manusiawi sebesar 30 % dan keterampilan manajerial sekitar 20 %. Ini
berarti seorang supervisor memerlukan dan memiliki keterampilan teknis yang cukup
memadai, yang keterampilan ini akan diperlukan dalam mengobservasi kelas,
menetapkan tujuan pembelajaran, mendemonstrasikan pengajaran, mengembangkan
prosedur penilaian dan lain sebagainya. Apabila keterampilan supervisor tersebut
dibuatkan visualisasinya akan terlihat sebagai berikut.
89
Teknis
MManajerial
hubungan
manusiawi
Demikian secara lebih lengkapnya dijelaskan bahwa masing-masing keterampilan
tersebut memiliki indikator-indikator sebagai berikut.
Keterampilan teknis indikatornya adalah: (1) menetapkan kriteria penyeleksian sumber-sumber pengajaran, (2) menggunkan sistem observasi kelas, (3) menganalisis data obseravasi kelas, (4) menetapkan tujuan pengajaran, (5) mengelompokan
tujuan-tujuan pengajaran, (6) mengklasifikasikan temuan-temuan penelitian, (7)
menganalisis latar pembelajaran, (8) mengembangkan sistem pengajaran, (9)
mengembangkan prosedur pengajaran, (10) menganalisis tugas-tugas pengajaran, dan
(11) mendemonstrasikan keterampilan mengajar.
Keterampilan hubungan manusiawi indikatornya adalah: (1) merspon
perbedaan individu, (2) mendiagnosa kelebihan atau potensi individual, (3)
mengklasifikasikan niai, (4) verifikasi persepsi, (5) menetukan komitmen tujuan, (6)
memimpin diskusi, (7) mendengar, (8) berkonferensi, (9) memimpin interaksi secara
kooperatif, (10) memimpin interaksi assertif, 911) memecahkan konflik, (12)
menstimulasi sikap kebersamaan, dan (13) memberi contoh.
90
Keterampilan manajerial indikatornya terdiri dari: (1) mengidentidifikasi
karakteristik anggota, (2) mengukur kebutuhan guru, (3) menetapkan prioritas, (4)
menganlisis lingkungan pendidikan, (5) menggunakan sistem perencanaan, (6)
mendesaian alternatif contingency, dan (7) memonitor dan mengontrol aktifitas.
Dalam hubungan dengan keterampilan kepala sekolah Bordman, dkk (1961)
menyatakan bahwa seorang supervisor pendidikan harus mampu mengembangkan
kemampuan profesional guru, mengembangkan program supervisi, dan merangsang
guru untuk berpartisipasi aktif di dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan.
Dengan demikian seorang supervisor pendidikan harus memiliki ketiga
keterampilan tersebut karena pada dasarnya seorang supervisor tersebut posisinya
adalah sebagai manajer paling bawah yang di dalam melaksanakan tugasnya sebagai
supervisor selalu harus mengaplikasikan secara proporsional, artinya keterampilan
konseptual mungkin akan dituntut agak lebih rendah, ketimbang keterampilan
hubungan manusiawi dan keterampilan teknis yang lebih tinggi harus dimiliki,
sehingga dalam melaksanakan tugasnya dapat berjalan dengan baik.
E. Rangkuman
Ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang pengawas. Tampaknya dari beberapa komptensi pengawas yang
disebutkan tersebut pada intinya semuanya berkaitan dengan pengembangan
kurikulum. Secara legal formal kompetensi pengawas telah dituangkan Permendiknas
No.12 Tahun 2007. Kompetensi pengawas tersebut adalah sebagai berikut: (1)
91
kompetensi kepribadian, (2) kompetensi supervisi manajerial, (3) kompetensi
supervisi akademik, (4) kompetensi evaluasi pendidikan, (5) kompetensi penelitian
pengembangan, dan (6) kompetensi sosial.
F. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian kompetensi !
2. Jelaskan kompetensi pengawas sebagai supervisor !
3. Jelaskan keterampilan-keterampilan pengawas!
92
BAB.VI
SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM MEMBANTU PENINGKATAN
KUALITAS PEMBELAJARAN GURU DAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya
Kompetensi Dasar
Memahami supervisi akademik sebagai
Indikator Pencapaian
Menjelaskan supervisi akademik sebagai
upaya pembinaan kualitas pembelajaran
upaya pembinaan kualitas pembelajaran
guru
guru
Memahami supervisi manajerial sebagai
Menjelaskan supervisi manajerial seba-
upaya pembinaan kualitas kinerja kepala
gai upaya pembinaan kualitas kinerja
sekolah.
kepala sekolah.
B. Supervisi Pendidikan dalam Membantu Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Guru
Sahertien (2000) menyatakan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan
adalah usaha memberikan layanan kepada pihak-pihak terkait dengan pendidikan
terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam
usaha untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Kemudian
Burhanuddin (1990) menyatakan bahwa hakekat pengawasan pendidikan adalah
sebagai upaya bantuan profesional kesejawatan pengawas pendidikan kepada pihakpihak terkait dengan pendidikan terutama guru yang ditujukan pada perbaikanperbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran.
93
Pendapat Sahertien dan Burhanuddin tersebut menegaskan bahwa bantuan
profesional yang diberikan kepada guru dalam rangka pembinaan dan perbaikan
pembelajaran. Jika dilihat pembelajaran tersebut dari sisi bagaimana dalam persiapan
dilakukan, sisi pelaksanaannya, sistem evaluasi yang dilakukan guru dan fasilitas
yang diberikan oleh kepala sekolah, nampaknya pembelajaran tersebut akan selalu
terjadi dan mengalami perkembangan. Oleh karena itu maka dalam pelaksanaan
supervisi pendidikan tersebut oleh para pengawas difokuskan pada pengawasan
akademik. Pengawasan akademik yang dimaksudkan suatu pengawasan yang
berfokus pada: (1) standar dan prestasi yang diperoleh oleh siswa, (2) kualitas
layanan kepada siswa di sekolah, pembelajaran yang efektif kualitas program
kegiatan sekolah, kualitas bimbingan siswa, dan (3) kepemimpinan dan manajemen
sekolah.
Agar bantuan pengawas tersebut lebih tepat pada sasaran, maka bantuan yang
diberikan oleh pengawas kepada guru-guru binaannya harus berdasarkan pada
penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang obyektif serta mendalam.
Berbagai hal yang dapat dibinakan oleh pengawas kepada guru-guru adalah
pengembangan silabus dan perencanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh
guru-guru sendiri, sehingga dalam praktek pengawas dapat mereview silabus dan
perencanaan yang dibuat oleh guru. Pengawas atau supervisor dapat membantu guruguru untuk mampu memilih menempatkan model metode dan strategi mengajar yang
tepat.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat dirumuskan bahwa supervisi
akademik adalah bantuan profesional kesejawatan yang dilakukan oleh pengawas
94
melalui dialog kajian masalah pendidikan menggunakan teknik-teknik supervisi atau
pengembangan untuk menemukan solusi, atau berbagai alternatif pengembangan
dalam upaya peningkatan kemampuan profesional dan komitmen guru, kepala
sekolah, dan staf yang lainnya guna meningkatkan prestasi belajar siswa, dan kinerja
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, relevansi, efisiensi dan akuntabilitas
pendidikan. Dari uraian tentang pengertian pengawasan atau supervisi akademik
tersebut maka dapat dipahami bahwa arah supervisi akademik yang akan dituju
adalah: (1) membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa, (2) melakukan pembinaaan
akademik dengan cara memonitoring pelaksanaan program pembelajaran di sekolah
beserta pengembangan kurikulum yang bebasis kompetensi, (3) melakukan penilaian
terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah dari aspek manajerial
maupun akademik secara kolaboratif dengan pihak-pihak terkait sekolah.
Sejalan dengan uraian pendapat di atas Permendiknas No. 12 tahun 2007
maka seorang pengawas dalam melaksanakan supervisi akademik dituntut untuk
melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap berbagai kemampuan guru untuk
dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya. Pembinaan dan bimbingan
yang
dimaksudkan tersebut adalah mulai dari menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan, membimbing guru dalam memilih dan
menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bim-bingan, membimbing guru
dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), membimbing guru dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas, laboratorium atau lapangan, membimbing guru
dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan
95
dan fasilitas pembelajaran, memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi
informasi. Secara lebih rinci pembinaan yang dilakukan oleh pengawas terhadap
guru-guru tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Melakukan pembinaan dan bimbingan bagi guru dalam menyusun silabus tiap
mata pelajaran
2. Melakukan pembinaan dan bimbingan bagi guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan,
3. Melakukan pembinaan dan bimbingan bagi guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran.
4. Melakukan pembinaan dan bimbingan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran
di kelas, di laboratorium atau di lapangan.
5. Melakukan pembinaan dan bimbingan bagi guru dalam mengelola, merawat,
mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran,
6. Melakukan pembinaan dan bimbingan dan memotivasi guru untuk memanfaatkan
teknologi informasi.
C. Supervisi Pendidikan dalam Membantu Peningkatan Kualitas Kinerja
Kepala Sekolah.
Pada dasarnya secarakonseptual administrasi yang baik menduduki tempat
yang sangat penting dalam struktur dan sistem manajemen pendidikan di sekolah.
Tugas kepala sekolah sebagai administrator dalam konteks struktur dan sistem
manajemen (Danim .2002., Suryobroto. 2004., Sutjipto dan Kosasi. 1999) adalah
mengarahkan, memgkordinasikan, dan mendorong ke arah keberhasilan tugas dan
pekerjaan semua staf dengan cara mendefinisikan tujuan, mengevaluasi kinerja,
96
mengelola sumber-sumber oragnisasi dan lain-lainnya. Peran administrator adalah
melakukan perubahan semua ke arah yang lebih berkualitas dan menyeluruh sehingga
sekolah yang dipimpinnya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap tatanan sosial
berpengaruh pada semua guru dan personel sekolah dan peserta anak didik di sekolah
tersebut.
Kepala sekolah sebagai
administrator
merupakan motor penggerak,
menentukan arah kebijakan sekolah, akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan
sekolah dan pendidikan pada umumnya dapat direalisasikan. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka kepala sekolah dituntut untuk meningkatkan efektifitas dalam
melaksanakan tugas-tugasnya, yang kalau mengikuti pendapat Sagala (2010) dengan
mengutip pendapat Poerbakawatja dan Harahap mencakup: (1) perencanaan, yaitu
menguraikan dalam garis-garis besar hal-hal yang harus dilakukan dan cara kearah
pelaksanaan tujuan, (2) pengorganisasian, yaitu penentuan suatu kerangka yang
menunjukkan wewenang untuk mengatur bagian-bagian dan membatasinya, serta
mengkoordinasikannya untuk tujuan tertentu, (3) menyusun suatu staf, yaitu memasukkan dan melatih personel dan memelihara pekerjaan yang menguntungkan, (4)
memimpin suatu tugas terus menerus, yaitu membuat keputusan-keputusan dan
merumuskan dalam peraturan-peraturan umum dan instruksi-instruksi yang berfungsi
sebagai pimpinan dalam uasaha, (5) mengkoordinasikan, yaitu menghubung-hubungkan dari bagian pekerjaan agar semua anggota kelompok mendapat keputusan yang
sama, (6) membuata laporan untuk atasan, yang berarti pimpinan dan para
bawahannya melalui catatan-catatan , penyelidikan-penyelidikan, pengawas yang
selalu mengkikuti seluk beluk dari pekerjaan, (7) menetukan anggaran belanja, suatu
97
perencanaan mengenai keuangan, pertanggungjawaban dan kontrol, Tugas-tugas
administrator ini mengambarkan kebijakan penting yang dapat ditentukan oleh kepala
sekolah, yang akan tergambar dalam kinerjanya. Dengan tugas-tugas kepala sekolah
yang begitu kompleks dan setrategis tersebut, maka administrasi sekolah akan dapat
memberikan hasil yang memuaskan. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah sebagai
administrator sesungguhnya adalah menggambarkan segala upaya yang dilakukan
dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah di sekolahnya untuk mewujudkan
tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Sehubungan dengan itu kualitas kinerja
kepala sekolah sebagai adminstrator pendidikan dapat dilihat dari: (1) mampu
memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pebelajaran dengan baik,
lancar dan produktif, (2) dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan, (3) mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan
masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka
mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan, (4) berhasil menerapkan prinsip
kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai di sekolah,
(5) bekerja dengan tim manajemen serta, (6) berhasil mewujudkan tujuan sekolah
secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Demikian juga untuk
dapat efktifitas dan efisiensi manajemen sekolah dapat terwujud maka seorang kepala
sekolah menurut Stoner yang dikutif oleh Wahjosumidjo (2008) mampu melaksanakan fungsi manajemen sebagai berikut: (1) Kepala sekolah harus mampu bekerja
dengan atau melalui orang lain. Jadi orang lain yang dimaksudkan disini adalah para
guru, siswa, dan pegawai adminitrasi, termasuk atasan kepala sekolah dalam hal ini
adalah pemerintah. Dalam fungsi seperti ini kepala sekolah berperilaku sebagai
98
saluran komunikasi di lingkungan sekolah. (2) Kepala sekolah harus bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan terhadap keberhasilan atau kegagalan sebagai
seorang manajer. Bertangungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh
bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh guru, siswa, staf dan orang tua tidak dapat
lepas dari tanggungjawab kepala sekolah. (3) Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasannya seorang kepala sekolah
harus dapat mengatur pemberian tugas secara tepat. Bahkan ada kalanya seorang
kepala sekolah harus dapat menentukan suatu prioritas bilamana terjadi konflik antara
kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah. (4) Kepala sekolah harus
memiliki kemampuan berpikir analistik dan konsepsional. Kepala sekolah di dalam
memecahkan suatu permasalahan harus melalui suatu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan suatu solusi yang feasible. Kepala sekolah harus mampu
melihat setiap tugas sebagai suatu kseluruhan yang saling berkaitan, dan memandang
persoalan yang timbul sebagai bagian yang terpisahkan dari suatu kesluruhan. (5)
Kepala sekolah harus mampu sebagai mediator. Kepala sekolah harus turun tangan
sebagai penengah di sekolah, sekolah sebagai suatu organisasi tidak akan terelakan
dari adanya suatu perbedaan-perbedaan dan pertentangan-pertentangan atau konflik
satu dengan yang lainnya sebagai warga sekolah. (6) Kepala sekolah harus sebagai
politisi. Sebagai kepala sekolah harus selalu berusaha untuk meningkatkan tujuan
sekolah serta mengembangkan program jauh ke depan. Untuk itu sebagai seorang
politisi kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui
pendekatan persuasi dan kesepakatan. Peran politisi atau kecakapan politisi seorang
kepala sekolah dapat berkembang secara efektif apabila memiliki prinsip jaringan
99
saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, terbentuk suatu aliansi atau
kualisi seperti organisasi profesi PGRI, K3S dll, terciptanya kerja sama dengan
berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan. (7) Kepala
sekolah harus mampu sebagai seorang diplomat. Kepala sekolah adalah wakil resmi
sekolah yanhg dipimpinnya. Dalam peran sebagai diplomat berbagai macam
pertemuan akan diikuti. (8) Kepala sekolah sebagai pengambil keputusan yang sulit.
Tidak ada suatu organisasi apapun yang berjalan mulus tanpa problem. Demikian
pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari problem, seperti biaya,
pegawai, perbedaan pendapat, dll. Apabila terjadi persoalan seperti tersebut kepala
sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang
sulit tersebut.
Dalam rangka menguatkan dan memberdayakan tugas serta fungsi kepala
sekolah seperti yang sudah dijelaskan di atas, maka perlu dilakukan supervisi
pendidikan yang dilakukan oleh pengawas dalam rangka meningkatkan kualitas
kinerja kepala sekolah yang menurut Permendiknas No. 12 tahun 2007 disebut
dengan supervisi manajerial. Dalam melaksanakan supervisi manajerial tersebut
secara lebih spesifik sesoarang pengawas disebutkan supaya melakukan pembinaan
dan bimbingan terhadap kepala sekolah dalam bidang pengelolaaan dan administrasi
satuan pendidikan, membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan
bimbingan konseling di sekolah, membimbing guru dalam menyusun silabus,
membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan potensi siswa melalui mata pelajaran,
membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan dan konseling,
100
mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya
untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya,
memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan, dan membantu kepala sekolah
dalam mempersiapkan akreditasi.
D. Rangkuman
Supervisi pendidikan adalah usaha memberikan layanan kepada pihak-pihak
terkait dengan pendidikan terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun
secara kelompok dalam usaha untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Demikian juga dinyatakan bahwa hakekat pengawasan pendidikan
adalah sebagai upaya bantuan profesional kesejawatan pengawas pendidikan kepada
pihak-pihak terkait dengan pendidikan terutama guru dan kepala sekolah yang
ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran dan
administrasi sekolah. Berdasarkan pada masalah atau fokus sasaran yang dibinanya
tersebut maka supervisi pendidikan kemudian dibedakan atas dua macam, yaitu
supervisi akademik dan supervisi manajerial.
E. Evaluasi
1. Jelaskan supervisi akademik sebagai upaya pembinaan kualitas pembelajaran guru
2. Jelaskan supervisi manajerial sebagai upaya pembinaan kualitas kinerja kepala
sekolah.
101
BAB. VIII
PENGEMBANGAN PERENCANAAN
PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaiannya
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Memahami prosedur pengembangan pe -
Dapat menyusun perencanaan program
rencanaan program supervisi pendidik.
supervisi pendidikan
Memahami proses penyusunan perencana
Dapat menyusun rencana program kepe-
-program kepengawasan Akademik
ngawasan akademik
Memahami proses penyusunan rencana
Dapat menyusun rencana program kepe-
program kepengawasan manajerial
ngawasan manajerial.
Memahami manfaat dilaksanakannya
Dapat menjelaskan manfaat dilaksana-
evaluasi program kepengawasan.
kannya evaluasi program kepengawasan.
B. Pengembangan Perencanaan Program Supervisi Pendidikan
Dalam pembahasan tentang kompetensi supervisi akademik dan supervisi
manajerial terutama pengawas Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah tersebut
dapat diketahui bahwa supervisi pendidikan mencakup aspek-aspek pengawasan
supervisi akademik yang dalam pelaksanaan supervisi akademik tersebut mencakup
aspek-aspek monitoring dan membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan, membimbing guru dalam
memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan, membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mem-
102
bimbing guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, laboratorium atau lapangan,
membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan
media pendidikan dan fasilitas pembelajaran, memotivasi guru untuk memanfaatkan
teknologi informasi.
Demikian pula supervisi manjerial adalah mencakup aspek-aspek pembinaan
dan monotoring kepala sekolah dalam pengelolaaan dan administrasi satuan
pendidikan, membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan
konseling di sekolah, membimbing guru dalam menyusun silabus, membimbing guru
dalam memilih dan menggunakan strategi /metode/teknik pembelajaran/bimbingan
yang dapat mengembangkan potensi siswa melalui mata pelajaran, membina kepala
sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, mendorong guru
dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk
menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya,
memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan, dan membantu kepala sekolah
dalam mempersiapkan akreditasi.
Dalam upaya pengembangan prencanaan program supervisi akademik dan
supervisi manajerial tersebut seorang pengawas dituntut untuk mampu mengembangkan beberapa program perencanaan, seperti rencana program kepengawasan
akademik dan rencana kepengawasan manajerial, rencana program tahunan, dan
rencana program semester.
Berbagai prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun suatu perencanaan
supervisi pendidikan, diantaranya adalah bahwa: (1) perencanaan tersebut harus
kooperatif. Supervisi adalah merupakan karya bersama. Oleh karena itu semua pihak
103
yang berkepentingan orang tua, masyarakat, dan guru supaya diikutkan dalam
menyusun perencanaan tersebut. Supervisor hendakalah perannya hanya sebagai
koordinator dan bijakasana dalam menstimulir guru-guru untuk dapat bertidak
produktif, (2) perencanaan supervisi pendidikan supaya kreatif. Banyak faktor yang
harus diperhitungan oleh supervisor dalam menyusun suatu perencanaan, apa yang
harus dilakukan apa yang ingin dicapai, bagaiman melakukannya metode, teknik, dan
prosedur yang bagaimana yang akan digunakan, mengapa tujuan, metode, teknik,
prosedur tersebut yang digunakan, kapan dan dimana akan dilaksanakan apakah akan
memerlukan biaya termasuk sistuasi dan kondisi juga harus dipikirkan, siapa yang
perlu dikikutkan dalam menyusun perencanaan, (3) perencanaan supervisi pendidikan
harus komprehensif. Tujuan supervisi begitu luasnya oleh karena itu maka di dalam
menyusun perencanaan hendaknya ada prioritas, prioritas dalam satu triwulun, catur
wulan, semester dan tahunan. Jadi walaupun ada prioritas namun tetap perencanaan
tersebut merupakan suatu kesatuan dan berkelanjutan untuk mencapai tujuannya, (4)
perencanaan supervisi pendidikan harus fleksibel. Suatu perencanaan supervisi
pendiddikan yang baik apabila mampu mengadakan penyesuaian dengan perkembangan situasi dan kondisi dan tututan-tuntutan yang wajar, dan prinsip yang ke 5
adalah harus berkelanjutan. Perencanaan supervisi pendidikan harus terus menerus
berlangsung. Supervisor dan guru-guru hendaklah secara berkelanjutan mengembangkan rencana-rencana yang tentatif bersifat percobaan dan beruasaha memperluas
perencanaan berdasarkan pada pengalaman-pengalaman di lapangan. Karena situasisituasi baru yang terjadi di lapangan akan memerlukan nrencana-rencana baru pula.
104
Kemudian hal yang lainnya harus diperhatikan oleh seorang supervisor dalam
menyusun suatu perencanaan program supervisi pendidikan agar perencanaan
supervisi tersebaik adalah: (1) pandangan atau tilikan yang jelas tentang tujuan
supervisi pendidikan. Suatu tilikan yang jelas tentang tujuan supervisi yang
dimaksudkan adalah bahwa dalam merencanakan perencanaan tersebut tujuan
supervisi pendidikan tersebut bukan hanya untuk memuaskan supervisor tetapi juga
membawa guru-gur ke arah pertumbuhan dan perkembangan profesional guru, (2)
pandangan tentang mengajar yang baik. Seorang supervisor dalam melaksanakan
pembinaan selalu senantiasa menghubungkan setiap fase dari program supervisi
adalah untuk perbaikan proses belajar mengajar guru-guru yang dibinanya, (3)
pengalaman mengajar. Seorang supervisor harus mempunyai pengetahuan tentang
pengalaman belajar, sehingga setiap rencana program supervisi pendidikanakan
memungkinkan untuk perbaikan pengalaman belajar untuk semua murid, (4)
memiliki pengetahuan tentang guru-guru. Guru-guru adalah teman sejawat supervisor
di dalam merencakan program supervisi tersebut. Oleh karena itu untuk dapat
menyusun suatu perencanaan yang baik tidak dapat dilakukan tanpa mengetahui
tentang guru-guru tersebut. Hal-hal yang perlu diketahui oleh supervisor misalnya
berbagai kelebihan dan kelemahannya dalam melaksanakan aktifitas mengajarnya, (5)
pengetahuan tentang murid-muridnya. Dalam penyusunan suatu program perencanaan supervisi suatu yang wajar supaya dilandasi dengan berbagai informasi tentang
muridnya. Informsi tentang murid tersebut bisa berupa hasil belajar, hasil-hasil tes,
bakat, minat, kesehatan kesulitan khususnya, sikap-sikap murid, aktivitas-aktivitas
belajar murid dan sebagainya, (6) pengetahuan tentang masyarakat. Seorang
105
supervisor perlu mengetahuai tentang nilai-nilai positif masyarakat yang memungkinkan kerjasama dalam perencanaan perbaikan pendidikan, (7) pengetahuan tentang
sumber-sumber fisik. Suatu rencana program supervisi pendidikan yang baik juga
harus mempertimbangkan sumber-sumber fisik atau material yang bermanfaat untuk
terwujudnya tugas-tugas supervisi pendidikan. Termasuk sumber-sumber fisik ini
adalah bagunan sekolah, kelas atau ruang belajar, halaman, lapangan olahraga,
perpustakaan, laboratorium, buku-buku, alat-alat pelajaran dan lain sebagainya, (8)
waktu dan biaya. Supervisor hendaknya menentukan waktu dan biaya yang
diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Jadwal hendaknya
disusun serealistis mungkin
Berdasarkan pada penjelasan tentang prinsip-prinsip, dan syarat dalam
menyusun perencanaan supervisi, maka dapat dipahami bahwa dalam semua jenis
rencana program tersebut di dalamnya supaya mencakup: (1) aspek masalah, (2)
Tujuan, (3) indikator, keberhasilan, (4) strategi/metode kerja (teknik supervisi yang
digunakan), (5) sekenario kegiatan, (6) sumber biaya, (7) penilaian dan instrumen,
dan (8) rencana tindak lanjut. Beberapa jenis rencana program kepengawasan tersebut
dapat dilihat dalam beberapa tabel seperti contoh di bawah ini.
1. Rencana Program Kepengawasan Akademik
Rencana program kepengawasan akademik mencakup masalah yang akan
disupervisi, waktu pelaksanaan dalam semester berapa, tahun berapa, sekolah yang
disupervisi, dan skor rata-rata yang diberikan oleh pengawas.
106
RENCANA PROGRAM KEPENGAWASAN AKADEMIK (RKA)
No Aspek yang disupervisi
Semester/Tahun Sekolah
sasaran
Skor (Yang
diisi pengawas).
1
2
3
Rata-rata skor
2. Rencana Program Kepengawasan Manajerial (RKM)
Rencana program kepengawasan manajerial mencakup masalah yang akan
disupervisi, waktu pelaksanaan dalam semester berapa, tahun berapa, sekolah yang
disupervisi, dan skor rata-rata yang diberikan oleh pengawas.
RENCANA PROGRAM KEPENGAWASAN MANAJERIAL (RKM)
No Aspek yang disupervisi
Semester/Tahun Sekolah
sasaran
1
2
Rata-rata skor
107
Skor (Yang
diisi pengawas).
3. Rencana Program tahunan
Rencana program tahunan dan semster berisi no, jenis sarana, tahun/semester
pelaksanaan, jumlah sekolah, dan skor yang akan diisi oleh pengawas.
RENCANA PROGRAM TAHUNAN
No
Jenis rencana
Tahun
Jumlah sekolah binaan
Skor yang diisi oleh
pengawas
RENCANA PROGRAM SEMESTERAN
No
Jenis rencana
Semester Jumlah sekolah binaan
Skor yang diisi oleh
pengawas
Di samping menyusun rencana program kepengawasan dengan beberapa
jenisnya seperti yang telah diuraikan di atas, pengawas dituntut juga untuk
melaporkan hasil kepengawasan yang dilakukannya tersebut. Demikian juga
pelaporannya dilakukan secara tertulis dengan mengikuti suatu penulisan yang
sistematikannya mengikuti suatu prosedur dan langkah tertentu. Sistematika
penulisan laporan tersebut meliputi komponen sebagai berikut di bawah ini.
108
SISTEMATIKA
PENULISAN LAPORAN KEPENGAWASAN
Bab.
I Pendahuluan
a. Latar belakang masalah
b. Fokus masalah
c. Tujuan dan sasaran pengawasan.
d. Ruang lingkup pengawasan.
Bab. II Kerangka Berpikir dan Pemecahan Masalah
Bab. III Pendekatan dan Metode
Bab. IV
Hasil Pengawasan
a. Hasil Pengawasan
b. Pembahasan Hasil
Bab. VI Penutup
a. Simpulan.
b. Saran.
C. Penilaian Program Supervisi Pendidikan
Penilaian program supervisi pendidikan adalah suatu proses pemberian
estimasi terhadap program supervisi pendidikan dalam rangka menetapkan keefektifannya dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
belajar mengajar. Penilaian program supervisi pendidikan dapat juga didefinisikan
sebagai proses sistematik menetapkan seberapa jauh tujuan program supervisi
pendidikan dicapai (Bafadal. 1992).
109
Dari pengertian evaluasi program supervisi pendidikan di atas dapat diketahui
bahwa yang menjadi obyek penilaian program supervisi pendidikan adalah rencana
program, pelaksanaan program dan hasil dari program supervisi pendidikan.
Demikian tujuan dari program supervisi pendidikan tersebut secara jelas dapat
diketahui yaitu untuk membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya dalam
mengelola proses belajar mengajar. Penilaian program supervisi pendidikan harus
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program supervisi pendidikan
tersebut dicapai di sekolah dalam rangka meningkatkan kemampuan guru mengelola
proses belajar mengajar dan meningkatkan motivasi kerja guru dalam mengelola
proses belajar mengajar, apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan sebelumnnya.
Melalui penilaian pelaksanaan program supervisi pendidikan sesungguhnya
juga akan dapat diketahui tahap-tahap pencapaian dari tujuan program supervisi
pendidikan, lebih dari itu juga akan dapat mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
program supervisi pendidikan, kekurangan-kekurangan dan hambatan-hambatan
dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Dengan mengetahuai berbagai hal tentang
kelebihan dan kekurangan dari pelakasanan program supervisi pendidikan tersebut
akan dapat dijadikan sebagai masukakan maupun pertimbangan dalam menyusun
rencana program supervisi pendidikan di masa yang berikutnya.
Dalam melihat pengaruh supervisi pendidikan terhadap keberhasilan dalam
meningkatakan mutu pendidikan maka dalam memilih pendekatan yang dapat
digunakan dalam melaksanakan evaluasi program supervisi pendidikan tersebut dapat
menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan yang pertama adalah melalui penilaian
perilaku supervisi pendidikan, asumsinya adalah bahwa semakin baik supervisi
110
penendidikan maka hasilnya akan semakin baik. Pendekatan yang kedua adalah
melalui penilaian perilaku mengajar guru, asumsi yang mendasarinya adalah bahwa
peningkatan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar adalah
merupakan produk dari program supervisi pendidikan. Kemudian pendekatan yang
ketiga adalah melalui penilaian prestasi murid. Asumsi yang mendasarinya adalah
bahwa prestasi murid itu merupakan produk yang dipengaruhi oleh kemampuan guru
dalam mengelola belajar mengajar, sedangkan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran adalah merupakan produk dari perilaku supervisi pendidikan. Dengan
demikian dapat dimpulkan menilai program supervisi pendidikan melalui pendekatan
pertama berarti menilai program supervisi pendidikan dengan menggunakan
pendekatan proses, sedangkan menilai program supervisi pendidikan melalui
pendekatan yang kedua dan ketiga berarti menilai program supervisi pendidikan
dengan menggunakan pendekatan hasil.
Penilaian terhadap program supervisi pendidikan ini dapat dilakukan oleh
siapa saja yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan supervisi pendidikan
(Gwynn. 1961), seperti oleh guru, staf administrasi atau oleh supervisor sendiri. Guru
dapat melakukan penilaian terhadap pelaksanaan program supervisi pendidikan yang
dilakukan oleh supervisor dengan mengisi instrumen pengukuran yang dapat diisi
oleh guru. Berbagai pertanyaan yang dapat diajukan dan digunakan dalam menilai
pelaksanaan program supervisi pendidikan terutama untuk penilaian yang dilakukan
oleh guru, seperti misalnya:
1. Apakah program supervisi tahun ini meningkatkan kualitas pengajaran anda?
111
2. Apakah program supervisi pendidikan meningkatkan kesadaran anda untuk
memahmi dan mengetahui kelebihan dan kekurangan anda dalam pengajaran
anda?
3. Apakah program supervisi pendidikan meningkatkan kesadaran anda untuk
menggunakan berbagai macam metode pebelajaran?
4. Apakah program supervisi pendidikan meningkatkan kesadaran anda untuk
menggunakan berbagai macam media atau alat bantu mengajar?
5. Apakah program supervisi pendidikan meningkatkan kesadaran anda untuk
menggunakan dan mengembangkan berbagai alat evaluasi pebelajaran?
Demikian beberapa contoh angket terbuka yang dapat digunakan sebagai alat
untuk melakukan penilaian terhadap program supervisi pendidikan khususnya yang
dilakukan oleh guru.
Kemudian jenis penilaian yang lainnya adalah penilaian pelaksanaan program
supervisi pendidikan yang dilakukan oleh supervisor sendiri. Supervisor dapat juga
menilai dirinya sendiri Neagley dan Evans (1980) menyatakan bahwa menilai diri
sendiri merupakan komponen yang sangat penting dalam penilaian program supevisi
pendidikan. Dalam upaya menggunakan teknik ini diperlukan instrumen pengukuran
yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh supervisor sendiri, seperti
misalnya pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. Apakah saya selalu membuat rencana sebelum melaksanakan aktivitas supervise
pendidikan?
2. Apakah perencanaan supervisi saya selalu fleksibel?
112
3. Apakah saya selalu membantu guru-guru dalam mengidentifikasi tujuan-tujuan
pembelajaran?
4. Apakah saya selalu membantu guru-guru dalam memperbaiki kelemahankelemahan dalam mengajar?
5. Apakah saya selalu membantu guru-guru dalam mengembangkan kemampuannya
dalam menganalisis pembelajaran?
Kedua contoh penilaian pelaksanaan program supevisi pendidikan yang telah
diuraikan di atas adalah merupakan penilaian program supervisi dengan
menggunakan pendekatan proses. Contoh penggunaan pendekatan proses yang
lainnya adalah dengan menggunakan teknik menilai ferformansi guru. Penilaian
terhadap ferformansi guru pada dasarnya adalah melihat apakah ada peningkatan
performansi guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses belajar
mengajar sebagai hasil dari pelaksanaan supervisi pendidikan.
Ada sejumlah instrumen yang digunakan untuk menilai performansi guru
dalam proses belajar mengajar. Diantaranya adalah observasi. Melalui observasi atau
pengamatan langsung supervisor dapat mengukur kemampuan guru dalam mengelola
proses belajar mengajarnya. Dalam melaksanakan observasi ini perlu dikembangkan
suatu alat pengukuran yang dapat dikembangkan sendiri oleh supervisor.
Berbeda dengan pendekatan penilaian proses terhadapa pelaksanaan program
supervisi pendidikan, maka tampaknya perlu pula diketahui pendekatan penilaian
hasil, yaitu pendekatan penilaian hasil belajar murid. Pendekatan penilaian hasil
belajar murid, menilai keberhasilan belajar murid berarti suatu proses menentukan
prestasi belajar murid dari sisi kognitif, sikap dan psikomotornya. Ada sejumlah
113
teknik dalam menilai hasil belajar murid yang pada dasarnya dapat dibedakan
kedalam dua kelompok, yaitu kelompok teknik tes dan keleompok teknik non-tes.
Teknik tes adalah suatu teknik penilaian yang digunakan untuk menilai hasil belajar
murid dengan menggunakan alat tes. Sedang teknik non tes adalah merupakan suatu
teknik penilaian yang digunakan untuk menilai hasil belajar murid dengan tidak
menggunakan alat tes, tetapi melalui pengamatan, wawancara, angket dan studi
kasus.
Hal lainnya yang tampaknya juga penting dan perlu dibahas dalam bab ini
adalah tentang proses pelaksanaan penilaian program supervisi pendidikan. Seperti
telah dijelaskan terdahulu bahwa penilaian program supervisi pendidikan adalah
merupakan suatu proses. Ada empat langkah yang perlu dilakukan dalam melaksanakan evaluasi pelaksanaan program supervisi pendidikan. Pertama perencanaan
penilaian, ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan oleh seorang supervisor dalam
merencanakan kegiatan penilaian, yaitu: (1) menetapkan tujuan penilaian program
supervisi pendidikan, (2) menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai baik proses
maupun hasilnya, (3) memilih pendekatan metode dan teknik yang akan digunakan
dalam mengukur proses maupun hasilnya, dan (4) menyusun instrumen pengukuran.
Kedua
adalah
mengumpulkan
informasi,
dalam
kegiatan
ini
supervisor
mengumpulkan berbagai data tentang proses pelaksanaan maupun hasil program
supervisi pendidikan dengan menggunakan berbagai instrumen. Ketiga adalah
pengolahan data atau informasi, setelah data terkumpul, selanjutnya data tersebut
diolah menurut cara tertentu, yaitu diperiksa, diklasifikasi, dianalisis dan
diinterpretasi, dan langkah yang keempat adalah menyimpulkan hasil penilaian.
114
Demikian beberapa hal yang dapat dijelaskan berkaitan dengan penentuan
pendekatan penilaian program supervisi pendidikan, dengan tidak menutup
kemungkinan masih ada hal-hal lainnya yang dapat dibahas dalam usaha untuk
memperjelas penilaian program supervisi pendidikan yang dirasakan sangat penting
sebagai bahan petunjuk praktis dalam melaksanakan supervisi pendidikan.
D. Rangkuman
Untuk dapat seorang supervisor melaksanakan kepengawasan dengan baik,
maka seorang pengawas dituntut untuk mampu mengembangkan beberapa program
perencanaan, seperti rencana program kepengawasan akademik dan rencana
kepengawasan manajerial, rencana program tahunan, rencana program semester, di
sampin juga dituntut memiliki pemahaman secara teknis tentang evaluasi program
supervisi pendidikan.
Ada beberapa prinsip dan persyaratan yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan oleh seorang suppervisor dalam menyusun suatu perencanaan
supervisi pendidikan supaya dapat disusun dengan baik dan efektif.
E. Evaluasi
1. Diskusikan dengan baik dengan beberapa orang teman kemudianlah susunlah
perencanaan program supervisi kepengawasan akademik !.
2. Diskusikan dengan baik dengan beberapa orang teman kemudianlah susunlah
rencana program kepengawasan manajerial !.
3. Jelaskan manfaat dilaksanakannya evaluasi program kepengawasan !.
115
DAFTAR PUSTAKA
Alfonso, RJ. Dkk (1981). Instructional supervision: a behavioral system. Boston:
Allyn and Bacon. Inc.
Ametembun, N. A. (1975). Supervisi pendidikan penuntun bagi para Pembina kepala
sekolah dan guru-guru. Bandung: Karya Remaja.
Bafadal, I. (1992). Supervisi pengajaran. Teori dan aplikasinya dalam membina profesional guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Boardman, dkk (1961). Democratic supervision in secondary schools. Cambridge:
Reverside Press.
Cogan, M. L. (1973). Clinical supervision. Boston: Houghton Mifflin, Co.
Dharma, A. (20030. Manajemen supervisi (Petunjuk praktis bagi supervisor).
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Dewantara, K. H. (1977). Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman
Siswa.
Depdikbud. (1976). Kurikulum SD tahun 1975. GBPP. Buku IIID. Pedoman administrasi dan supervisi. Jakarta: PN Bali Pustaka.
Depdikbud. (1986). Kurikulum pedoman pembinaan guru. Jakarta Balitbangdikbud.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002). Strategi belajar mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Glickman, C. D. (1990). Supervision of instruction: a developmentat approach.
Needham Heights: Allyn and Bacon.
Glickman, C. D. (1980). Developmental supervision. Alternative practice for helping
teachers improve instruction. Virginia, Alexandria: ASCD.
Gwynn, J.M. (1961). Theory and practice of supervision. New York: Dood, Mead &
Company.
Hariwung, A. J. (1989). Supervisi pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudyaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Kyte G.C. (1930). How to supervise. New York:
116
Krajewski, R. J. (1982). Clinical supervison: a conceptual frame work. Journal of
research and development in education. Volume 15. Number 2.
Mukhtar, H. dan Iskandar (209). Orientasi baru supervisi pendidikan. Jakarta: Gaung
Persada (GP).
Marks, dkk (1980). Handbook of educational supervision. Boston: Allyn and Bacon
Inc.
Mc. Nerny. CH. T. (1951). Educational supervision. New York: Mc Graw Hill Book
Company.
Neagley, Ross L. dan Evans N Dean. (1980). Handbook for effective supervision.
Englewood Cliffs. Nj: Printice Hall.
Pidarta, M. (1986). Pemikiran tentang supervisi pendidikan. Jakarta: Sarana Press.
Purwanto, N. (1990). Psikologi pendidikan. Bandung: Tarsito.
Rivai, H.V., dan HJ. Sylviana Murni (2009). Education manajement, Analisis Teori
dan praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sagala, H.S. (2009). Kemampuan professional guru dan tenaga kependidikan.
Bandung: Alfabeta.
Sagala, H.S. (2010). Supervisi pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sahertian, P. A. (2000). Konsep dasar dan teknik supervisi pendidikan dalam rangka
pengembangan sumberdaya manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sahertian, P. A. dan F. Mataheru (1982). Prinsip dan teknik supervisi pendidikan.
Surabaya: Nasional.
Sergiovanni, T. J. (1991). The principalship: a refelective practice perspective.
Needham Height: Alliyn and Bacon.
Soetjipto dan Raflis Kosasi. (1999). Profesi keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryosubroto, B. (2010). Manajemen pendidikan di sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Usman, H. (2006). Manajemen, teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta: Bumi
Akasara.
117
Wahjosumidjo (1999). Kepemimpinan kepala sekolah. Tinjauan teoritik dan permasalahannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Wijono (1989). Administrasi dan supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudyaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
118
Download