PENANGAN DAMPAK LINGKUNGAN TERHADAP LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Oleh: Najid Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Email : [email protected] Mobile Phone : 0818156673 Abstrak Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Bab XII pasal 209 dan 210 juga telah mengamanahkan kepada Pemerintah untuk mengatur dampak lingkungan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan yang didalamnya terdapat pengaturan mengenai pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup di bidang lalu lintas dan angkutan jalan untuk menjamin kelestarian lingkungan dalam setiap kegiatan dibidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dampak lingkungan sangat luas di antaranya polusi udara, polusi suara, penyinaran, getaran, polusi air, polusi tanah dan muatan. Penanganan dampak lingkungan dilakukan dengan berbagai alternative penanganan masalah dan membuat analisis kinerja dan output dari setiap alternative tersebut. Studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan bagi pihak yang bertanggung jawab dan terkait dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, baik di tingkat pusat, provinsi, maupun di tingkat kabupaten dan kota, Kata Kunci : Dampak Lingkungan, Kegiatan Lalu Lintas, Penanganan Dampak 1. Latar Belakang Kegiatan lalu lintas dapat menimbulkan dampak lingkungan diantaranya polusi udara, emisi karbon, kemacetan dan kecelakaan Kemacetan itu menimbulkan berbagai kerugian, baik kerugian materil maupun non materil diantaranya terbuangnya bahan bakar minyak, hilangnya waktu mayarakat, polusi udara, polusi suara, dan terganggunya kesehatan masyarakat. VII-1 Terkait dengan polusi, sektor transportasi merupakan salah satu sektor penyumbang polusi terbesar. Pemerintah tengah berusaha menurunkan emisi gas rumah kaca yang dituangkan melalui Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Dalam Peraturan Presiden tersebut, dimuat program-program yang harus dilakukan di sektor transportasi guna menurunkan emisi gas rumah kaca. Sejalan dengan peraturan di atas, Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Bab XII pasal 209 dan 210 juga telah mengamanahkan kepada Pemerintah untuk mengatur dampak lingkungan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan yang didalamnya terdapat pengaturan mengenai pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup di bidang lalu lintas dan angkutan jalan untuk menjamin kelestarian lingkungan dalam setiap kegiatan dibidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan ketentuan mengenai tata cara, persyaratan, dan prosedur penanganan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor. Penanganan terhadap dampak lingkungan dapat dilakukan dengan kebijakan manajemen transportasi baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penyediaan/suplai dan dengan kebijakan rekayasa lingkungan. 2. Ruang Lingkup Pengertian Dampak lingkungan hidup bidang lalu lintas dan angkutan jalan ini memberikan petunjuk dan penjelasan tentang ketentuan-ketentuan yang harus diacu pada kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan. Lingkup dari pedoman ini menguraikan mengenai kegiatan lalu lintas yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup dan penerapan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup.Dampak lingkungan dimaksud adalah polusi udara dan polusi suara (kebisingan). 3. Alternatif Penanganan Dampak Lingkungan 3.1. Elemen Kebijakan VII-2 Dari sisi manajemen transportasi dikenal dengan kebijakan Restraint (avoid), Split (change) dan Improvement (Technology), yang diuraikan sebagai berikut: Restraint yaitu mambatasi permintaan perjalanan melalui strategi efisiensi pada perencanaan kota, teknologi komunikasi dan kegiatan konsolidasi. Split yaitu pergantian moda perjalanan orang dan barang yang dipindahkan ke arah yang lebih berkelanjutan seperti berjalan kaki, bersepeda, angkutan umum, kereta api dan atau transportasi air. Technology yaitu meningkatkan kinerja lingkungan kendaraan dengan mengadopsi teknologi yang rendah emisi dan efisien bahan bakar. Kerangka penanganan atau pengelolaan tersebut beserta dampaknya dapat dilihat secara lebih jelas pada Gambar 1.1 berikut ini. Tindakan Perubahan Perilaku dan manajemen permintaan Kontrol akses dan manajemen Hasil Restraint Dampak Mengurangi Kepadatan lalu lintas Arus dan Kecepatan lalu lintas Split Rendah Emisi Mempromosikan kendaraan rendah emisi Improvement Aplikasi Teknologi kendaraan Gambar 1. Kerangka Penanganan Dampak Emisi Akibat Lalu Lintas 3.2. Strategi Pembatasan Permintaan Perjalanan VII-3 1). Besaran daerah permukiman, permukiman yang lebih besar dapat menawarkan kesempatan perjalanan di dalam wilayah tersebut, mengurangi kebutuhan untuk perjalanan antar kota,. menawarkan guna lahan campuran seperti toko-toko, layanan dan pekerjaan serta dapat mendukung akses yang lebih baik pada pengembangan transportasi publik.. 2). Lokasi pembangunan strategis, perumahan baru/ non perumahan (perkantoran, rekreasi dan retail) harus terletak sedemikian rupa untuk meminimalkan jarak perjalanan. Idealnya itu harus ditempatkan dalam area perkotaan yang ada. Pemilihan lokasi juga harus mempertimbangkan jaringan transportasi publik yang ada dan dampak lingkungan yang potensi ditimbulkan. 3). Jaringan transportasi strategis, yang mengacu pada kebutuhan infrastruktur transportasi yang mendukung perjalanan jarak menengah dan jauh di sepanjang koridor utama di perkotaan. Jaringan perlu mempertimbangkan semua moda perjalanan dan mengintegrasikannya. Pola pembangunan yang mendukung penggunaan transportasi umum dengan menempatkan lokasi pembangunan wilayah dekat dengan simpul transportasi umum yang memiliki kapasitas yang memadai. 4). Keragaman peruntukan lahan, biasanya dapat mengurangi perjalanan sebesar 5-15%, namun lokasi fasilitas ritel dekat dengan wilayah pemukiman dapat mengakibatkan masalah seperti suara dari kendaraan pengiriman. 5). Desain dan tata letak jalan, yang menciptakan alam perkotaan berkualitas tinggi dengan rute yang aman, nyaman untuk berjalan dan bersepeda dengan jarak perjalanan satu atau dua mil. 3.3. Strategi Pengalihan Permintaan Perjalanan Perjalanan Multimodal dengan informasi perjalanan yang real-time yang dapat membantu pengguna jalan dan wisatawan. Sistem ticketing pintar juga dapat membantu perjalanan multimodal lebih terpadu dan mengurangi kehilangan pendapatan bagi operator angkutan umum. VII-4 Pelatihan Eco-driver yaitu percepatan lembut (mengurangi akselerasi keras), mengurangi kebutuhan pengereman, sehingga dapat mengurangi kadar pollutan NOx dan partikulat serta menhemat penggunaan bakar (karena berhubungan dengan kecepatan mesin dan beban) 3.4. Strategi Peningkatan Teknologi a) Mempromosikan kendaraan rendah emisi Teknologi yang menghilangkan emisi knalpot konvensional, seperti baterai listrik dan sel bahan bakar hidrogen, akan memberikan manfaat terbesar pada kualitas udara. Namun, biaya dan keterbatasan teknologi ini pada saat ini membatasi penjualan atau pemakaiannya b).Infrastruktur kendaraan rendah emisi Penyediaan infrastruktur yang sesuai untuk mendukung kendaraan emisi rendah sangat penting untuk diperkenalkan. Untuk operator kendaraan komersial, kasus keuangan untuk berinvestasi dalam kendaraan baterai listrik sangat tergantung pada kebijakan yang dapat memaksimalkan penggunaannya, misalnya teknologi baterai dengan pengisian cepat sampai 80% dalam 20 menit dan penggunaan gas alam sebagai pengganti bahan bakar minyak. c) Insentif fiskal Menciptakan situasi di mana ada manfaat keuangan yang jelas misalnya subsidi harga, pajak, dan kemudahan lain untuk pembelian kendaraan dengan teknologi rendah emisi dengan tujuan akan merangsang penyerapan pasar. Pemerintah menentukan pajak dan biaya yang diterapkan untuk penjualan kendaraan tersebut. Tahapan atau bagan alir penanganan dampak lingkungan akibat kegiatan lalu lintas. 4. Metodologi Metodologi dari studi dapat dilihat berdasarkan berdasarkan bagan alir proses studi yang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini: VII-5 Kegiatan Lalu Lintas Identifikasi Dampak Baku Mutu Analisis Masyarakat Terpapar Dampak Rendah Dampak Sedang Dampak Tinggi Penanganan Penanganan Penanganan Analisis Hasil Pengumpulan Data Kesimpulan dan Rekomendasi Gambar 1 Bagan Alir Penanganan Dampak Lingkungan Akibat Kegiatan lalu dan Angkutan Jalan 5. Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data didasarkan pada pendapat dan opini dari pakar dan pejabat terkait dibidang lalu lintas dan lingkungan terkait berbagai kebijakan, strategi dan teknis penanganan dampak lingkungan akibat kegiatan lalu lintas terutama dampak lingkungan polusi udara dan kebisingan. VII-6 5.1. Analisis Kebijakan Pada tabel 1 berikut ini disampaikan rangkuman perbandingan dari masing-masing strategi penanganan dampak lingkungan dan opini atau pendapat dari para pakar dan pejabat terkait : Tabel 1 : Perbandingan Masing-masing Strategi Strategi Biaya Dampak Sangat Mahal Sangat Luas Split (Change) Murah Luas Technology Mahal Lebih Luas Restraint (Avoid) Improvement Kontrol akses dan pembatasan alami merupakan tindakan yang bertujuan menghilangkan sumber masalah pencemaran, yang biayanya tergolong mahal dan tidak popular secara politik jika tidak ditangani secara sensitif seperti sosialisasi yang melibatkan stakeholders. .5.2. Analisis Strategi Klasifikasi dan penjelasan dari masing-masing penanganan dampak lingkungan akibat kegiatan lalu lintas tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. berikut ini: Tabel 2. Penanganan Pengelolaan Dampak Lingkungan Pendekatan Penanga nan Hin dari Be ral ih Perencan aan SAUM TOD O O Modifika si perilaku O O O Hasil Tingkat kan La lu Li nt as Tekno logi Lingku ngan Besara n Biaya ++ ++ Renda h ++ ++ Renda h Renda h/Mene ngah VII-7 perjalana n Eco Driving Berbagi moda Pentarifa n O O Pembatas an lalu lintas Kawasan Rendah Emisi Manajem en Parkir Manajem en Lalu Lintas + O + + + + Renda h Menen gah Menen gah/Ti nggi O ++ ++ O ++ + +++ Menen gah Tinggi/ Menen gah Renda h Menen gah O O ++ +++ ++ O O + + + O O + Kebijaka n fiscal Infrastruk tur 5.3. O + O ++ ++ O + ++ Menen gah Tinggi Analisis Teknis Penanganan Analisis teknis penanganan terkait dengan jenis jalan, jarak dan lokasi penempatan dari bangunan penahan kebisingan suara dan polusi udara akibat kegiatan lalu lintas dapat diilihat pada table 3 berikut ini: Tabel 3. Lokasi Penempatan BPB No 1 2 Sumber : Fungsi/ Panjang Status Daerah Dalam Jalan Kasus Arteri 300 m Lokasi Penempatan Minimum di Keteran gan Damija >5m Damija > 10 m Damaja Tol 100 m --- Pusat Litbang Jalan Dep. PU Baku Mutu Polusi Udara Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1999 ditetapkan baku mutu kualitas udara ambient seperti ditunjukkan oleh tabel 4. berikut ini: Tabel 4. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien VII-8 No. Parameter Baku Mutu Metode Pengukuran 1 NOx 10.000 DIR NDIR Analyzer 2 CO 400 Saltzman Spektrofotometer 3 TSP (Debu) 230 Gravimetric Hi-Vol Peralatan Sumber: PP RI Nomor 41 tahun 1999 6. Kesimpulan dan Rekomendasi : 6.1. Kesimpulan 1. Kebijakan yang efektif untuk menurunkan polusi udara akibat lalu lintas adalah : - Uji emisi kendaraan bermotor untuk perpanjangan STNK - Penanaman pohon di sepanjang jalan di areal yang memungkinkan 2. Kebijakan yang efektif untuk menurunkan polusi udara akibat lalu lintas adalah : - Melakukan pemilihan penggunaan teknologi produksi dan alat transportasi yang minimum menghasilkan suara bising. - Meminimumkan pemotongan/penebangan pohon yang sudah ada, khususnya di daerah yang berdekatan dengan permukiman. - Pengadaan zona penyangga (buffer zone) 6.2. Rekomendasi : Perlu dibuat zona tingkat polusi udara dan zona tingkat kebisingan berdasarkan studi ini dan didukung survey lapangan yang lebih intensif untuk mengukur dampak polusi udara dan dampak kebisingan akibat lalu lintas pada berbagai wilayah. 7. Daftar Pustaka : Jansen,F, 2011, Tingkat Pencemaran Udara CO Akibat Lalu Lintas dengan Model Pediksi Polusi Udara Skala Mikro, Jurnal Ilmiah Media Engineering, Vol.1 No.2. VII-9 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Peraturan Presiden No. 71 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventori Gas Rumah Kaca Nasional; Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; Undang-undang Nomor 32 Tahun 2011 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; VII-10