HUBUNGAN PEMAHAMAN TINGKAT AGAMA (RELIGIUSITAS) DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMAN 1 BANGSAL MOJOKERTO Lutfiah Nur Aini, S.Kep.Ns ABSTRACT Adolescent of indonesian in this time is experiencing of change of social which quickly from traditional society go to modern society, which also alter norms, their life style and values. Behavior of indisposed sexual among adolescent adolescent specially which not yet wedding tend to increase. This research aim to to know is there any relation of is understanding of religion level with behavior of free seks at adolescent in SMAN 1 Bangsal Mojokerto. This Research design is correlation with sectional cross. Its population is Adolescent of class of XI in SMAN 1 Bangsal Mojokerto, big of sampel 173 taken responder by using sampling random simple. Independent variable is the understanding of religion level and variable its him is behavior of free seks. Instrument at this research use kuesioner and analysed with correlation test of spearman's rho with level mistake of value p < 0,05. Result of research show most understanding of religion level is good category (38,7%), and most behavior of free seks at adolescent is negative category (63%). After by statistical test of rho spearman's assess corelation -0,733 with the meaning H1 accepted, that there is relation between understanding of religion level with behavior of free seks at is adolescent. Conclusion of which can taken away from by this research is there is relation of understanding of religion level with behavior of free seks at is adolescent. See result of this research hence understanding of religion level of vital importance to lessen behavior of free seks. Is expected adolescent more is improving is understanding of its religion to avoid behavior of free seks. Keyword : Understanding , Religion level, Behavioral, Free Seks Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011 ABSTRAK Remaja indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilainilai dan gaya hidup mereka. Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan pemahaman tingkat agama (religiusitas) dengan perilaku seks bebas pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto. Desain penelitian ini adalah korelasi dengan cross sectional. Populasinya adalah Remaja kelas XI di SMAN 1 Bangsal Mojokerto, besar sampel 173 responden yang diambil dengan menggunakan simple random sampling. Variabel independen adalah pemahaman tingkat agama dan variabel dependennya adalah perilaku seks bebas. Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisa dengan uji korelasi spearman’s rho dengan tingkat kesalahan p value < 0,05 Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pemahaman tingkat agama adalah kategori baik (38,7%), dan sebagian besar perilaku seks bebas pada remaja adalah kategori negatif (63%). Setelah dilakukan uji statistik spearman’s rho nilai korelasi -0.733 yang artinya H1 diterima, bahwa ada hubungan antara pemahaman tingkat agama dengan perilaku seks bebas pada remaja. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah ada hubungan pemahaman tingkat agama dengan perilaku seks bebas pada remaja. Melihat hasil penelitian ini maka pemahaman tingkat agama sangat penting untuk mengurangi perilaku seks bebas tersebut. Diharapkan remaja lebih meningkatkan pemahaman agamanya untuk menghindari perilaku seks bebas. Kata kunci : Pemahaman, Religiusitas, Perilaku, Seks bebas Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011 PENDAHULUAN Remaja indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilainilai dan gaya hidup mereka (Suryoputro, 2006). Masalah agama belum menjadi upaya sungguh-sungguh dari orang tua dan guru terhadap diri remaja. Padahal saat ini banyak orangorang yang berusaha agar agama remaja makin tipis. Sebagian dari mereka sudah termakan kampanye barat dengan meniru gaya hidup mereka yang bebas terutama hubungan perempuan dengan laki-laki, seperti pergaulan bebas atau seks bebas (Willis, 2010). Ternyata di salah satu SMA di Mojokerto, masih ditemukan kejadian kehamilan di luar nikah. Hasil penelitian di sejumlah kota besar di Indonesia menunjukkan sekitar 20%-30% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks (Priono, 2008). Di Jakarta, menurut Riset Strategi Nasional Kesehatan Remaja yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2005 menyebutkan 5,3 % pelajar SMA di Jakarta pernah berhubungan seks. Survei yang dilakukan BKKBN tahun 2008 menyebut 63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan seks pra nikah (Utami, 2010). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan perilaku seksual remaja yang sedang pacaran, dimana semakin tinggi religiusitas maka perilaku seksual semakin rendah, dan sebaliknya (Idayanti, 2002). Dari hasil wawancara terhadap 39 siswa di SMAN 1 Bangsal Mojokerto, didapatkan sebanyak 24 siswa belum pernah mendapatkan informasi tentang seks bebas dan sudah pernah berpacaran dan juga mereka beranggapan bahwa berkencan, berpegangan tangan, berpelukan serta berciuman adalah hal yang wajar dalam berpacaran. Sedangkan sebanyak 15 siswa sudah pernah mendapatkan informasi tentang seks bebas dan belum pernah berpacaran. Menurut guru BK (Bimbingan dan Konseling) mengatakan bahwa, data kehamilan di luar nikah yang terjadi pada siswi SMAN 1 Bangsal Mojokerto tercatat sebanyak 4 orang pada tahun 2006, 5 orang pada tahun 2007 dan terakhir sampai nopember 2008 sebanyak 3 orang. Berbagai permasalahan di kalangan remaja sebagaimana disebutkan diatas pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor : media massa, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh faktor emosional dan pengaruh kebudayaan. Akibatnya remaja di masa puber, belum selektif terhadap pengaruh informasi yang salah, menyesatkan, dan tidak bertanggung jawab, mengingat masih labilnya kepribadian dan minimnya pengetahuan remaja tentang seks bebas. Hal ini membuat remaja terdorong untuk melakukan hubungan seksual di luar nikah tanpa mempedulikan dampak yang akan di timbulkan (Rahmawati, 2003). Sehingga dapat mengakibatkan kehamilan di luar nikah. Pemahaman agama yang baik akan menumbuhkan perilaku yang baik. Remaja memerlukan kemampuan pemecahan masalah yang baik, sehingga remaja mampu menyelesaikan masalah mereka dengan efektif. Sekolah dan orang tua harus bekerja sama bagaimana memberikan pemahaman agama secara baik, mantap, dan sesuai dengan kondisi remaja saat ini. Berdasarkan masalah diatas, penting bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang seks bebas. Peran orang tua dan guru juga penting dalam memberikan pengawasan serta mengarahkan remaja agar senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, sehingga remaja menyadari dampak dari seks bebas dan tidak mencoba. Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah (1) Mengidentifikasi pemahaman tingkat agama (religiusitas) pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto, (2) Mengidentifikasi perilaku seks bebas pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto dan (3) Menganalisis hubungan pemahaman tingkat agama (religiusitas) dengan perilaku seks bebas pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto. Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011 METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik Korelasi yang bertujuan untuk menegakkan hipotesis mengenai kemungkinan hubungan antar variabel. Jenis penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Cross Sectional. Pada penelitian ini populasinya ialah Remaja kelas XI di SMAN 1 Bangsal Mojokerto sebanyak 306 responden. Sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah remaja sebanyak 173 responden yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Instrument pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner tertutup. Untuk mengetahui hubungan pemahaman tingkat agama (religiusitas) dengan perilaku seks bebas dilakukan menggunakan uji Korelasi Spearman’s Rho dengan alpha 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Signifikan atau bermakna, apabila p value < 0,05. Seluruh pengelolaan data diolah dengan sistem komputerisasi menggunakan program SPSS 16.0 for windows. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden berdasarkan pemahaman tingkat agama (religiusitas) NO 1 2 3 PEMAHAMAN Kurang Cukup Baik FREKUENSI 66 40 67 PERSENTASE 38,2% 23,1% 38,7% Dari tabel diatas diketahui bahwa hampir setengah responden (38,7%) mempunyai pemahaman agama kategori baik. 2. Karakteristik responden berdasarkan perilaku seks bebas NO 1 2 PERILAKU Positif Negatif FREKUENSI 64 109 PERSENTASE 37% 63% Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden (63%) mempunyai perilaku seks bebas kategori negatif. Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011 3. Hubungan pemahaman berdasarkan pemahaman tingkat agama (religiusitas) dengan perilaku seks bebas pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto Pemahaman tingkat agama * Perilaku seks bebas remaja Crosstabulation Perilaku seks bebas remaja Pemahaman agama tingkat Kurang Cukup Baik Total Count Expected Count % of Total Count Expected Count % of Total Count Expected Count % of Total Count Expected Count % of Total Positif 0 24.4 .0% 10 14.8 5.8% 54 24.8 31.2% 64 64.0 37.0% Negatif 66 41.6 38.2% 30 25.2 17.3% 13 42.2 7.5% 109 109.0 63.0% Total 66 66.0 38.2% 40 40.0 23.1% 67 67.0 38.7% 173 173.0 100.0% Berdasarkan hasil tabel di atas, dari 66 responden (38,2%) yang mempunyai pemahaman kurang terdapat 66 responden (38,2%) berpemahaman kurang dan perilaku negatif, serta tidak ada satupun yang berpemahaman kurang dan perilaku positif. Sedangkan dari 40 responden (23,1%) yang mempunyai pemahaman agama cukup diantaranya yaitu, 30 responden (17,3%) berpemahaman cukup dan perilaku negatif, 10 responden (5,8%) berpemahaman cukup dan perilaku positif. Sedangkan dari 67 responden (38,7%) yang mempunyai pemahaman baik diantaranya yaitu, 13 responden (7,5%) berpemahaman baik dan perilaku seks negatif, 54 responden (31,2%) berpemahaman baik dan perilaku positif. Nonparametric Correlations Correlations Spearman's rho Pemahaman agama tingkat Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Perilaku seks bebas Correlation Coefficient remaja Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Pemahaman tingkat agama 1.000 . 173 ** -.733 .000 173 Perilaku seks bebas remaja ** -.733 .000 173 1.000 . 173 Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011 Berdasarkan hasil uji Spearman's rho diatas diperoleh nilai Sig. (2-tailed) atau p value 0,000 (karena p value < 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya “ada hubungan pemahaman tingkat agama (religiusitas) terhadap perilaku seks bebas pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto”. Nilai koefisien korelasi spearman sebesar - 0,733 yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi negatif dengan kekuatan korelasi kuat. Pembahasan 1. Pemahaman Tingkat Agama (Religiusitas) Pada Remaja Di SMAN 1 Bangsal Mojokerto Dari hasil penelitian pemahaman tingkat agama (religiusitas) pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto, dapat diketahui bahwa sebagian besar (38,7%) mempunyai pemahaman agama kategori baik. Menurut Ian, Pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak. Pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Menurut Nana Sudjana, menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori yaitu, tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip, tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok. tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi. Menurut Suke Silversius, menyatakan bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga yaitu: Pertama, Menterjemahkan (translation), pengertian menerjemahkan disini bukan saja pengalihan (translation), arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain, dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata-kata kedalam gambar grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan. Kedua, Menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi. Dan Ketiga, Mengektrapolasi (Extrapolation), tidak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Dalam hal ini menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi. Menurut Kompasiana (2007), Religiusitas merupakan penghayatan agama seseorang yang menyangkut simbol, keyakinan, nilai dan perilaku yang didorong oleh kekuatan spiritual. Untuk mengukur religiusitas ada tiga dimensi dalam Islam yaitu, aspek akidah (keyakinan), aspek syariah (praktik agama, ritual formal), dan aspek akhlak (pengamalan dari akidah dan syariah). Masalah agama pada remaja sebenarnya terletak pada tiga hal, yaitu: Pertama, keyakinan dan kesadaran beragama. Keyakinan dan kesadaran beragama harus ditumbuhkan dengan sengaja sejak anak masih kecil. Dan yang paling penting lagi ialaha membiasakan perbuatan-perbuatan yang terpuji seperti kasih sayang kepada saudara dan kepada orang lain sesama manusia, sopan-santun, jujur tak mau berbohong, taqwa, sabar, tawakal dan sebagainya. Pada masa remaja kebiasaan-kebiasaan yang telah ditanamkan diwaktu kecil akan mengalami tantangan dengan adanya pemikiran rasional dan adanya kenyataan hidup orang dewasa yang dilihatnya amat bertentangan dengan keyakinan yang telah ia terima. Kedua, pelaksanaan ajaran agama secara teratur. Jika keyakinan beragama atau kesadaran beragama sudah tumbuh dengan subur, untuk melaksanakan ajaran agama dengan konsekuen akan lebih mudah. Terutama sekali harus dibina disiplin menjalankan ajaran agama semenjak anak usia dini, sehingga di masa remaja kebiasaan itu mudah berkembang. Disiplin dalam agama timbul oleh tiga hal, yaitu: pertama, pengaruh dan contoh dari orang tua yang juga disiplin menjalankan ajaran agamanya. Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011 2. Kedua, menanamkan rasa kesadaran iman di dalam hati remaja , sehingga ia merasa takut kepada Tuhan jika meninggalkan syari’at agamanya dan berbuat kejahatan. Ketiga, pengaruh lingkungan yang beragama. Pemuda-pemuda diorganisir dalam kegiatankegiatan agama, sehingga mereka sendiri berpartisipasi di dalam mengurus semua kegiatan dan acara-acara agama. Kesadaran, disiplin dan mendarah dagingnya ajaran agama, akan membawa kepada perubahan sikap dan tingkah laku remaja kearah positif dan produktif. Ketiga, perubahan tingkah laku karena agama. Agama itu sebenarnya adalah pendidikan, dan ajaran agama dapat dikatakan alat pendidikan yang bisa mengubah tingkah laku manusia kearah yang diinginkan atau diridhoi Tuhan. Tingkah laku yang perlu ditumbuhkan kepada remaja ialah berbuat sesuatu adalah karena Tuhan, karena keinginan Tuhan, karena mengharapkan ridha Tuhan semata. Kuat lemahnya motif karena Tuhan amat banyak bergantung kepada situasi lingkungan. Jika pengaruhpengaruh negatif lebih dominan, maka motif berbuat karena Tuhan akan dikalahkan. Pemahaman tingkat agama menunjukkan bahwa kemampuan remaja dalam memahami dan mengetahui tentang agama. Oleh karena itu, Masalah komitmen beragama atau religiusitas adalah masalah yang sangat individual dan pribadi. Dengan demikian, remaja sangat perlu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mereka sesuai dengan agama yang dianutnya, karena pemahaman agama yang dimiliki remaja dapat juga mempengaruhi mereka dalam berperilaku. Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Di SMAN 1 Bangsal Mojokerto Dari hasil penelitian perilaku seks bebas pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (63%) mempunyai perilaku seks bebas kategori negatif. Menurut Notoatmodjo (2003), Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Menurut Umami, Seks bebas adalah perilaku seksual (hubungan seksual) yang dilakukan oleh sebagian besar remaja di luar nikah yang melanggar norma-norma agama dan hukum dan cenderung untuk mencari kenikmatan sesaat dari seringnya bergonta-ganti pasangan. Menurut Sarwono, Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. selain itu, ada beberapa faktor-faktor pembentukan perilaku diantaranya, faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu perilaku, faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors) meliputi semua karakter lingkungan dan semua sumber daya atau fasilitas yang mendukung atau memungkinkan terjadinya suatu perilaku, dan faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku antara lain tokoh masyarakat, teman atau kelompok sebaya, peraturan, undang-undang, surat keputusan dari para pejabat pemerintahan daerah atau pusat. Menurut Sarwono (2007), Perilaku seks bebas dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut : (1) Dampak psikologis, dampak psikologis dari perilaku seks bebas pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa. (2) Dampak Fisiologis, dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi. (3) Dampak sosial, dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. (4) Dampak fisik, dampak fisik lainnya adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011 3. seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS. Akhir-akhir ini permasalahan seksual dikalangan remaja semakin memprihatinkan, terutama remaja yang kurang baik taraf penanaman keimanan dan ketaqwaannya. Kitapun semakin disadarkan oleh kenyataan, bahwa sementara remaja yang walaupun semula mendapat proses penanaman keimanan dan ketaqwaan kemudian mereka bergaul dengan kondisi yang pornografis, maka bukanlah suatu yang mustahil terjatuh dalam berbagai tindakan yang asusila dan anormatif. Oleh karena itu, tanpa adanya pemahaman agama yang baik di dalam diri remaja, maka akan semakin banyak remaja yang mempunyai perilaku negatif. Hubungan Pemahaman Tingkat Agama (Religiusitas) Dengan Perilaku Seks Bebas Di SMAN 1 Bangsal Mojokerto Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat hubungan pemahaman tingkat agama (religiusitas) menunjukkan dari 173 responden, 67 responden memiliki pemahaman baik (38,7%), 40 responden memiliki pemahaman cukup (23,1%), dan 66 responden memiliki pemahaman kurang (38,2%). Perilaku seks bebas remaja menunjukkan dari 173 responden, 109 responden memiliki perilaku negatif (63%), 64 responden memiliki perilaku positif (37%). Hubungan pemahaman tingkat agama dengan perilaku seks bebas pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto menunjukkan bahwa remaja yang pemahaman tingkat agamanya baik dengan perilaku seks bebas yang positif sebanyak 54 responden (31,2%) lebih tinggi daripada perilaku seks bebas yang negatif yaitu 13 responden (7,5%). Sedangkan remaja yang pemahaman tingkat agamanya cukup dengan perilaku seks bebas yang positif sebanyak 10 responden (5,8%) lebih rendah dibandingkan dengan perilaku seks bebas yang negatif sebanyak 30 responden (17,3%), sedangkan remaja yang pemahaman tingkat agamanya kurang dengan perilaku seks bebas yang negatif sebanyak 66 responden (38,2%) dan tidak ada satupun responden yang pemahaman tingkat agamanya kurang dengan perilaku seks bebas positif. Menurut Adawiyah (2007), dari hasil penelitiannya ada perbedaan yang sangat signifikan antara perilaku dengan hubungan seksual pranikah antara remaja yang religiusitasnya tinggi dengan remaja yang religiusitasnya rendah. Pemahaman agama yang baik akan menumbuhkan perilaku yang baik. Remaja memerlukan kemampuan pemecahan masalah yang baik, sehingga remaja mampu menyelesaikan masalah mereka dengan efektif. Orang tua perlu memberikan bekal materi, intelektual yang berupa pendidikan formal, serta bekal spiritual yang berupa pendidikan agama bagi remaja. Pemahaman tingkat agama yang baik menghasilkan tauhid dan kepercayaan terhadap remaja untuk menghindari perilaku yang menyimpang. Remaja yang religiusitasnya tinggi menunjukkan perilaku terhadap hubungan seksual bebas rendah (menolak), sedangkan remaja yang religiusitasnya rendah menunjukkan perilaku terhadap hubungan seksual bebas tinggi (menerima). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara pemahaman tingkat agama (religiusitas) dengan perilaku seks bebas pada remaja, dimana semakin tinggi pemahaman tingkat agama (religiusitas) maka perilaku seks bebas semakin rendah, dan sebaliknya. Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011 SIMPULAN 1. 2. 3. Pemahaman tingkat agama (religiusitas) pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto hampir setengah (38,7%) adalah kategori baik. Perilaku seks bebas pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto sebagian besar (63%) adalah kategori negatif. Ada hubungan pemahaman tingkat agama (religiusitas) terhadap perilaku seks bebas pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto. Dengan nilai p value 0,000 dan nilai koefisien korelasi spearman sebesar -0,733. Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011 DAFTAR PUSTAKA Al-Mighwar M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia Azwar S. 2005. Sikap Manusia Dan Pengukurannya. Jakarta : Pustaka Pelajar Badriyah. 2007. Pengertian Pemahaman. <http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2137417- pengertian-pemahaman-siswa/>. Depkes. 2002. Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Dian. 2006. Apa Itu Seks ?. http://senibercinta.com/2006/12/apa-itu-seks-bebas/. Diknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta : Balai Pustaka Glevinno A. 2007. Remaja dan Seks. http://umum.kompasiana.com/2008/12/29/remaja-danseks. Gunarsa Y.S.D. 2001. Psikologi Remaja. Jakarta : Gunung Mulia Haditono. et al. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Hurlock E.B. 2004. Adolescent Development, Fourth Edition. Tokyo : Mc Grawhill Monks J.F. et al. 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Edisi keempatbelas. Yogyakarta : Gadjah Mada University Perss Muda.A.K.A. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran. Edisi revisi. Surabaya : Gramedia Press Nugraha D.B. 2004. Problema Seks dan Cinta Remaja. Jakarta : Sinar Grafika Offset Nursalam. 2003. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo S. 2007. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Priono Y. 2005. Memotret Perilaku Seks Remaja. http://payjoro+sujarwo.blogspot.com/2005/04/memotret-perilaku-seks-remaja.html. Rahmawati. 2003. Satu Miliar Remaja Berperilaku Seksual Membahayakan. http://umum.kompasiana.com/2003/12/29/remaja-dan-seks. Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Sugiono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta Suryoputro Antono.et al. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah. http://journal.ui.ac.id/aploud/artikel/pdf. Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01/ Januari 2011 – Desember 2011