HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI KEMOTERAPI DENGAN STATUS FUNGSIONAL PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH DENPASAR Melia, E.KD.A., Putrayasa, I.D.P.Gd., Azis, A. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Abstract. Cancer is a condition in which cells have lost their control and normal mechanism, is one of treatment for cancer therapy is chemotherapy. The frequency of chemotherapy in cancer patients is the number of patients doing treatment with cytostatic medicines. The functional status of cancer patients is an ability to perform daily activities included at work, self-care and maintenance of family or social roles that can be affect by the patient condition and the therapy. The aim of this research was to analyze the relationship between the frequency of chemotherapy with the functional status of cancer patients who undergone chemotherapy in RSUP Sanglah Denpasar. This research include in descriptive correlational and used cross-sectional method approach. Samples were taken from 38 patient with nonprobability sample selection technique with the purposive sampling. The analysis technique of the data to examine the hypothesis is correlation product moment (p<0.05). The result of this research showed the average score of the chemotherapy frequency is four times with the minimal frequency is two times and the maximal is eight times, the average score of functional status is 24,03. The p-value is 0.000 which means p<0.05 so the H0 is rejected and the r-value is (-0,745) with an absolute value is 0,745, then it can be stated there was a strong correlation and inversely between the frequency of chemotherapy with the functional status of cancer patients who undergone chemotherapy. Based on this result, it can be suggest nurses should increase their roles in providing care for cancer patients who undergone chemotherapy, to maintain their functional status during chemotherapy. Keyword: Cancer, Frequency of Chemotherapy, Functional Status. PENDAHULUAN Kanker merupakan suatu kondisi utama kematian global, berdasarkan dimana sel telah mengalami kehilangan data yang dirilis International Agency pengendalian mekanisme for Research on Cancer salah satu mengalami lembaga di bawah Badan Kesehatan pertumbuhan yang tidak normal, cepat Dunia Perserikatan Bangsa Bangsa dan tidak terkendali (LeMone, 2008). (PBB). Kanker merupakan salah satu penyebab mencapai 12,7 juta orang pada tahun normalnya dan sehingga Penderita kanker dunia 2008 dan mengakibatkan kematian 7,6 perubahan emosi, dan perubahan pada juta penderita (Napitupulu, 2010). sistem saraf (Nagla, 2010). Menurut data Rumah Sakit Status fungsional merupakan Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar suatu kemampuan untuk melakukan pada tahun 2010 jumlah penderita tugas sehari-hari yang termasuk dalam kanker yang dirawat di Instalasi Rawat pekerjaan, Inap pemeliharaan sebanyak 1922 pasien dan perawatan keluarga diri, atau peran mengalami peningkatan pada tahun sosial. 2011 yaitu sebanyak 2020 pasien. menunjukkan bahwa efek kemoterapi Kanker merupakan Beberapa dan penelitian penyakit dapat memperburuk status fungsional yang kompleks dengan manifestasi yang (mencakup ketidak mampuan dalam bervariasi.Umumnya menjalankan pasien kanker perannya) setelah mengalami gejala fisik, psikologis, dan pemberian kemoterapi pada periode gangguan fungsional (Ogce & Ozkan, kedua 2008). Menurut Persatuan Ahli Bedah Ozkan, 2008). Onkologi Indonesia (2005), (Lee, 2005 dalam Ogce & Dengan latar belakang diatas, penatalaksanaan atau pengobatan utama maka penyakit kanker meliputi empat macam hubungan antara frekuensi kemoterapi yaitu dengan status fungsional pasien kanker pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan terapi hormon. Kemoterapi ingin mengetahui yang menjalani kemoterapi. Dengan untuk evidence base ini diharapkan perawat membunuh sel kanker dengan obat anti dapat meningkatkan perannya sebagai kanker (sitostatika) (Sukardja, 1996 care giver dalam merencanakan langkah dalam antisipasi Lutfah, pemberian dilakukan peneliti 2009). pada frekuensi tertentu dapat pemberian kemoterapi, kaitanya dengan menimbulkan beberapa efek yang dapat perubahan pada status fungsional yang memperburuk status fungsional pasien. dialami oleh pasien dan meningkatkan Efek kemoterapi yaitu supresi sumsum kolaborasi dengan tim medis lainnya tulang, gejala gastrointestinal seperti dalam mual, muntah, kehilangan berat badan, meningkatkan status fungsional pasien perubahan rasa, konstipasi, diare, dan selama pemberian kemoterapi. gejala lainnya kemoterapi Frekuensi alopesia, fatigue, mempertahankan dan METODE PENELITIAN dan status fungsional menggunakan Rancangan Penelitian skala numerik. Penelitian penelitian dengan ini termasuk deskriptif korelasional menggunakan metode pendekatan cross-sectional. Sehingga Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data Dari sampel yang terpilih memungkinkan untuk mengungkapkan diberikan penjelasan tentang manfaat hubungan korelatif antar variabel. dan tujuan penelitian. Kemudian sampel menandatangani Informed consent sebagai responden. Pengumpulan data Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah frekuensi kemoterapi dan data seluruh pasien kanker yang menjalani karakteristik responden yang didapatkan kemoterapi di Ruang Cempaka Timur melalui dan Kamboja RSUP Sanglah Denpasar responden yang ditulis dalam kuesioner selama periode waktu pengumpulan penelitian tentang frekuensi kemoterapi data. dan dilakukan validasi dari responden. Peneliti mengambil sampel dokumentasi rekam medik berjumlah 38 orang sesuai dengan Setelah data terkumpul maka kriteria sampel. Pengambilan sampel data diidentifikasi dan data status disini dilakukan dengan cara fungsional Non diberikan skor dengan Probability Sampling dengan Teknik ketentuan skor dalam SF-12 yaitu 12 Purposive Sampling. skor minimla dan 44 skor maksimal. Untuk menganalisis hubungan antara frekuensi kemoterapi dengan Instrumen Penelitian Pengumpulan dilakukan status fungsional digunakan uji statistik dengan cara dokumentasi untuk data Korelasi Product Moment program frekuensi kemoterapi dan karakteristik SPSS for Windows dengan tingkat responden signifikansi yang data diperoleh melalui rekam medik pasien oleh peneliti p< 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. sendiri dan kuesioner pertanyaan Short Form 12 (SF-12) untuk status fungsional pasien. frekuensi kemoterapi HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan dari 38 responden sebagian besar berada pada kelompok umur 41-60 tahun yang ditemukan nilai p=0.000<0.05, sehingga tergolong dewasa madya yaitu sebanyak H0 ditolak dan nilai r sebesar (-0,745) 24 orang atau sebesar 63,2%, jenis yang artinya tanda negatif hubungan kelamin dengan persentase yang sama berbanding besar yaitu 50% atau masing-masing hubungan kuat, maka dapat dinyatakan sebanyak 19 orang, tingkat pendidikan ada hubungan yang kuat dan berbanding sebagian besar responden sekolah Dasar terbalik (SD) yaitu sebanyak dengan status fungsional pasien kanker 21 orang atau sebesar 55,26% dan responden lebih terbalik dan kekuatan antara frekuensi kemoterapi yang menjalani kemoterapi. banyak yang bekerja 73,68% dengan sebagian besar pekerja kasar yaitu PEMBAHASAN buruh dan petani. Hasil pengamatan karakteristik Hasil penelitian menunjukkan frekuensi minimal kemoterapi responden, Ignatavicius & Workman (2006) mengungkapkan bahwa responden yaitu dua kali dan maksimal peningkatan masa hidup memungkinkan delapan kali, nilai rata-rata skor status memanjangnya fungsional sebesar 24,03, dengan skor karsinogen terkecil adalah 12 dan terbesar 37. Skor berbagai rata-rata sesuai penurunan berbagai fungsi tubuh yang karakteristik yang mempengaruhi paling meningkatkan kejadian kanker pada tinggi dimiliki pada responden dengan usia >40 tahun. Kanker bisa diderita umur >60 tahun yang tergolong dewasa oleh siapa saja tanpa memandang usia, akhir yaitu sebesar 28,50, jenis kelamim jenis kelamin, dan status sosial dimana perempuan yaitu sebesar 24,21, tingkat sebagian besar kasus kanker umumnya pendidikan SMP yaitu sebesar 26,86, muncul karena kebiasaan dan pola dan responden yang tidak bekerja yaitu hidup yang tidak sehat (Otto, 2003). status fungsional sebesar 24,21. Menurut paparan dan perubahan terhadap terakumulasinya genetik serta Pendidikan dan pekerja kasar hasil uji statistik seperti buruh/petani mempunyai hubungan antara frekuensi kemoterapi hubungan bermakna dengan kejadian dengan status fungsional. Dengan uji Kanker Leher Rahim (KLR) dengan statistik Korelasi Product Moment Nilai kata p sebesar 0,000 yang berarti (p<0,05) berpendidikan rendah merupakan faktor lain penderita KLR yang resiko yang memperngaruhi terjadinya terjadi pada saat sel terpapar dengan KLR, obat kemoterapi. Seringkali suatu sel hal ini disebabkan karena pendidikan yang rendah cenderung harus diikuti dengan status sosial ekonomi pembelahan yang rendah yang akan berpengaruh akhirnya mati. Oleh karena hanya terhadap dan sebagian sel yang mati akibat obat yang pemeliharaan kesehatan yang masih diberikan pada frekuensi tertentu, dosis kurang memudahkan kemoterapi yang berulang harus terus terjadinya infeksi yang menyebabkan diberikan untuk mengurangi jumlah sel daya imunitas tubuh menurun sehingga kanker. kebersihan, dan akan sanitasi, menimbulkan resiko terjadinya kanker, tingkat pendidikan yang melalui beberapa sebelum Penelitian tahap kemudian diperoleh rata-rata rendah skor status fungsional pasien adalah cenderung terjadi keterlambatan dalam 24,03 berarti berada pada kondisi status upaya diagnosis dini ke pelayanan fungsional yang masih buruk karena kesehatan akibat kurangnya paparan skor rata-rata belum melewati nilai informasi (Subakti E.,2004 dan Hidayat, tengah batas status fungsional dari 2001). buruk ke baik, rentang skor status Tjokronegoro menjelaskan (2006) bahwa pemberian fungsional 12-44 yaitu dengan perubahan status fungsional buruk ke kemoterapi tidak hanya diberikan sekali baik saja, namun diberikan secara berulang mengindikasikan (berseri) paling buruk dan 44 paling baik). artinya pasien menjalani kemoterapi setiap dua seri, tiga seri, pada Ogce skor 27-28 status & Ozkan (12 fungsional (2008) ataupun empat seri dimana setiap seri menyatakan gejala fisik dan psikologis terdapat proses pengobatan dengan yang ditimbulkan akibat pemberian kemoterapi diselingi dengan periode frekuensi kemoterapi terkait dengan pemulihan penurunan kemampuan dalam status kemudian dilanjutkan dengan periode pengobatan kembali dan fungsional selama menjalani begitu seterusnya sesuai dengan obat kemoterapi. Hal ini sejalan dengan kemoterapi yang diberikan. Teori lain beberapa penemuan yaitu penelitian yang sesuai dari Abdulmuthalib dalam Watters et al (2003), Lee at al (2005), Sudoyo dkk (2009) kematian sel tidak dan Ahlberg et al (2005) bahwa status fungsional pasien sebelum menjalani mengakibatkan perubahan kemoterapi mengalami penurunan, baik diri, harga diri, dan aktivitas sosial. pada aspek fungsi fisik yaitu fungsi peran, fungsi kesehatan sosial, dan gambaran Watters et al (2003) dalam status penelitiannya didapatkan hasil bahwa yang lebih luas setelah fungsi fisik, peran dan sosial pasien mendapatkan adjuvant kemoterapi. Hal kanker tersebut sesuai dengan yang dikatakan adjuvant Lee (2005) pada beberapa kondisi penurunan gejala-gejala yang berhubungan dengan sedangkan fungsi emosional pasien pemberian meningkat. kemoterapi dapat payudara yang kemoterapi selama menjalani mengalami kemoterapi menurunkan aktivitas sehari-hari pasien Penurunan fungsi fisik lebih kanker payudara dan menyebabkan dirasakan pada wanita dengan usia lebih mereka hanya bisa terbaring ditempat muda tidur dibandingkan wanita berusia lebih tua dan tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka dalam beraktivitas. Tsao & Stewart dalam Yeung yaitu usia 31-64 tahun yaitu usia 65-80 tahun dan pasien yang berusia lebih tua memiliki kemampuan (2009) supresi sumsum tulang dapat emosional mengakibatkan perubahan pada fungsi dibandingkan pasien yang lebih muda. fisik dan psikologis pasien, anemia Dalam penelitian didapatkan bahwa dilaporkan oleh 90% pasien yang pada wanita yang berusia lebih muda menerima kemoterapi dengan gejala memiliki harapan yang besar terhadap klinis mencangkup: fatigue, letargi, kesehatan dan kemampuan aktivitasnya, kelelahan, iritabilitas, dispnea yang sehingga merupakan penurunan pada fungsi fisik. kesehatannya Kemoterapi menimbulkan efek mual Sedangkan pada wanita yang berusia dan muntah yang akan berdampak pada lebih tua sedikit pengharapan terhadap kualitas hidup pasien atau penurunan fungsi kesehatan dan aktivitasnya dan pada status fungsional pasien selama pada pemberian Alopecia penurunan kesehatan dipandang sebagai merupakan salah satu efek samping perubahan yang wajar akibat semakin kemoterapi yang menyebabkan trauma bertambahnya psikologis kemoterapi. bagi pasien dan yang lebih perubahan usia akan sangat ini stabil dirasakan. penerimaan usia, status sehingga akan lebih dapat menerima perubahan kesehatan dengan tingkat kesejahteraan sosial/ yang dialami. keluarga. Dalam penelitian Sukma (2010) Taylor (1999) bahwa dukungan pada pasien kanker yang menjalani sosial adalah informasi dari orang lain kemoterapi ekonomi bahwa ia dicintai dan diperhatikan, rendah atau tidak bekerja mengalami dihargai, serta merupakan bagian dari peningkatan karena jaringan komunikasi. Menurut Smet dalam (1994) dengan status depresi ketidakmampuan pasien mengatakan bahwa dukungan mengeluarkan biaya besar pada setiap sosial merupakan salah satu fungsi dari kemoterapi. ikatan sosial yang menggambarkan Penelitian lain yang mendukung kualitas hubungan interpersonal. Ogce dan Ozkan (2008) didapatkan Hubungan pasien kanker payudara dengan tingkat sebagai pendidikan bekerja emosional dalam kehidupan individu. mempunyai tingkat dukungan sosial Dukungan sosial yang diterima dapat yang tinggi hal tersebut dikarenakan membuat individu merasa percaya diri, dengan tenang, tinggi aktivitas dan pendidikan dan pekerjaan akan membuat jalinan sosial seseorang semakin luas. Temuan-temuan interpersonal aspek dianggap kepuasan diperhatikan, dicintai, secara dan kompeten. Setelah dilakukan uji statistik studi dari Korelasi Product Moment program Kroenke et al (2006) dalam Ogce dan komputer SPSS for Windows dengan Ozkan (2008) adanya dukungan teman- tingkat kemaknaan p<0,05 didapatkan teman, anak-anak, dan kerabat dekat nilai p=0.000 jika dibandingkan dengan signifikan dengan tingkat kemaknaan, maka 0.000<0.05 kelangsungan hidup seseorang, mirip sehingga H0 ditolak dan nilai r sebesar dengan temuan oleh Friedman et al (-0,745) yang artinya tanda negatif (2005) dalam Ogce dan Ozkan (2008) hubungan menemukan wanita dengan tingkat kekuatan hubungan kuat, maka dapat kepuasan terhadap dukungan jaringan dinyatakan ada hubungan yang kuat dan sosialnya, berbanding terbalik berkaitan mereka memiliki status fungsional yang baik demikian juga berbanding terbalik dan antara frekuensi kemoterapi dengan status fungsional pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Status-Cancer (IFS-CA) sebelum mendapatkan kemoterapi sebesar 2,42 Penelitian Ogce dan Ozkan dan mengalami penurunan setelah (2008) pada 101 responden wanita mendapatkan kemoterapi dua kali yaitu dengan uji paired sample t test yang sebesar 2,30. digunakan untuk mengetahui peubahan Kemoterapi diberikan secara ada atau tidaknya hubungan antara berkala untuk meminimalkan jumlah sel kedua kanker variabel, didapatkan ada yang juga menimbulkan hubungan yang signifikan antara efek kerusakan pada sel sehat sehingga kemoterapi dengan gejala fisik dan menimbulkan beberapa gejala yang psikologis dirasakan mengganggu bagi pasien. Hal pada status fungsional responden dengan p=0,001 atau p<0,01. Moulin et al (1997) ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Smeltzer & Bare mengevaluasi efek kemoterapi terhadap (2002) kualitas hidup pasien dengan kuesioner pemberian QLQ C-30 dimana status fungsional semakin banyak sel kanker mengalami dapat dievaluasi melalui kualitas hidup kerusakan dan kematian, demikian juga pasien, data yang didapatkan yaitu pada sel sehat dalam tubuh, setelah kualitas hidup pasien dengan kanker beberapa periode, satu sampai tiga payudara yang menjalani kemoterapi minggu sel sehat pulih kembali namun sampai enam kali mengalami penurunan mengalami yang sedang sejak pertama pemberian sehingga akan mengalami penurunan kemoterapi mengalami fungsi dan ketahanan tubuh pasien juga penurunan sampai pemberian enam kali akan menurun hal ini akan terus kemoterapi yaitu dari 59,7 menjadi berlanjut pada pemberian kemoterapi 46,9. berikutnya. dan terus Penelitian Ogce & Ozkan (2008) mengenai kemoterapi kerusakan frekuensi maka yang Mekanisme akan berarti selanjutkan diungkapkan oleh Lee (2005) dalam kemoterapi Ogce & Ozkan (2008) akibat kerusakan didapatkan total rata-rata skor status sel tubuh yang sehat akan menurunkan fungsional status fisik, sosial, dan psikologis pasien yang kuesioner fungsional banyak pasien kanker status semakin menjalani yang diperoleh Inventory of melalui Functional dimana ketiga status tersebut merupakan komponen dalam dimensi fungsional pasien kanker status fungsional seseorang. Semakin menjalani kemoterapi. yang bertambah pemberian kemoterapi maka akan semakin banyak sel sehat yang KESIMPULAN DAN SARAN akan mengalami kerusakan sehingga akan menimbulkan beberapa gejala. Pemberian kemoterapi Pemberian kemoterapi pada frekuensi tertentu sesuai dengan jenis secara obat kemoterapi dapat mengakibatkan berkala menimbulkan berbagai macam perubahan efek samping (Nagla, 2010). Dalam responden akibat efek samping yang penelitian Tsao & Stewart dalam Yeung ditimbulkan. Menurut analisis hubungan (2009) gejala kemoterapi yang paling antara frekuensi kemoterapi dengan berat dirasakan oleh pasien adalah status kelemahan sumsum Korelasi Product Moment program tulang, alopecia, mual dan muntah komputer SPSS for Windows dengan gejala tersebut dapat mengakibatkan tingkat kemaknaan p<0,05 didapatkan perubahan nilai p=0.000 jika dibandingkan dengan akibat pada supresi fungsi fisik dan psikologis pasien. samping status fungsional fungsional menggunakan uji tingkat kemaknaan, maka 0.000<0.05 Alopecia merupakan salah satu efek pada kemoterapi yang sehingga H0 ditolak dan nilai r sebesar (-0,745) yang artinya tanda negatif menyebabkan trauma psikologis bagi hubungan pasien dan mengakibatkan perubahan kekuatan hubungan kuat, maka dapat gambaran diri, harga diri, dan aktivitas dinyatakan ada hubungan yang kuat dan sosial. berbanding terbalik Berdasarkan hal tersebut, berbanding terbalik dan antara frekuensi sebagian besar pasien akan mengalami kemoterapi dengan status fungsional penurunan energi dan kesulitan dalam pasien mengatur aktivitas sehari-harinya yang kemoterapi. merupakan integrasi dari status kanker yang menjalani Mengingat frekuensi kemoterapi fungsional pasien. Berdasarkan hasil dan penelitian didukung teori yang ada dan keterkaitan yang kuat, perawat dapat hasil serupa dengan penelitian lain, meningkatkan kolaborasi tim medis bahwa didapatkan frekuensi kemoterapi seperti ada paliatif, perawat, ahli gizi dan psikologi hubungannya dengan status status dokter fungsional spesialis memiliki onkologi, and Psychological Symptoms in Women Receiving Chemotherapy for Breast Cancer. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention. 9 : 449-452. dalam memantau kebutuhan edukasi, kesiapan terhadap kondisi yang dialami, nutrisi dan kebutuhan lainnya baik selama dirumah sakit atau setelah pulang kerumah, menindak lanjuti atau mengantisipasi perununan status fungsional yang telah dan akan dialami pasien seiring dengan Bagi peneliti lain agar melakukan mengenai intervensi seperti pemberian relaksasi otot progresif, reflexology foot massage, aroma terapi, dan intervensi komplementer lainnya, sehingga dapat ditemukan intervensi komplementer yang keperawatan paling efektif diberikan kepada pasien kanker yang menjalani kemoterapi sehingga pasien dapat mempertahankan fungsionalnya selama Asian Pacific Journal Prevention. 9: 601-604. penambahan frekuensi kemoterapi yang dijalani. penelitian Ogce, F. & Ozkan, S. 2008. Importance of Social Support for Functional Status in Breast Cancer Patients. status menjalani of Cancer Lutfah, U. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien Dengan Tindakan Kemoterapi Di Ruang Cendana Rsud Dr. Moewardi Surakarta Nagla H. et al. 2010. The Effect of Combining Herbal Therapy with Conventional Chemotherapy on the Incidence of Chemotherapy Side Effects in 2nd Stage Breast Cancer Patients. Journal of American Science, Medical-Surgical Nursing Department, Faculty of Nursing. 11 (6) : 748-801. Otto, S. E. 2003. Buku Saku Keperawatan Oncologi. Jakarta : EGC. 1-123 kemoterapi. DAFTAR PUSTAKA LeMone, P. et al. 2008. MedicalSurgical Nursing: Critical Thinking in Client Care. Volume 2 Napitupulu E.L. 2010. Kanker Semakin Mengancam. Error! Hyperlink reference not valid.. (Akses: 16 April 2012) Ogce, F. & Ozkan, S. 2008. Changes in Functional Status and Physical Ignatavicius, D.D. et al. 2006, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, 2nd edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia. Hidayati W.B. 2001. Kanker Serviks Displasia Dapat Disembuhkan. Medika No. 3 tahun 2008;97 Subakti E. 2004. Pendekatan Faktor Resiko Sebagai Rencana Alternatif Dalam Penanggulangan Kanker Serviks Uteri di RS Pirngadi Medan.Tesis. Sudoyo, A. W. dkk. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi V. Jakarta: InternaPublising. 14071519 Tjokronegoro, A. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan.Jilid kedua. Edisi Ketiga, Jakarta: FKUI. Watter J.M. et al. 2003. Functional Status Well Maintained in Older Women During anduvant Chemotherapy for Breast cancer. Europen Society for Medical Oncology. (14) : 1744-1750. Lee J. et al. 2005. Chemotherapyinduced nauseavomiting and functional status in women treated for breast cancer. Cancer Nursing, 28, 249-55. Ahlberg K. et al. 2005. Fatigue, psychological distress, coping resources, and functional status during radiotherapy for uterine cancer. Oncology Nursing Forum, 32, 633-40. Smet B. 1994. Psikologi Kesehatan (terjemahan S. Utami, Suparmi, A. Indarjati dan M. Mildawani). Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Taylor SE. 1999. Health Psychology (4th ed.). Boston : McGraw Hill. Yeung ,S.C. et al. 2009. Medical care of cancer patients. Amerika:BC Decker Inc. 18104 Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC. 1003-1565 Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC. 315-372. Moulin G. M. et al. 1997. Discordance between physicians' estimations and breast cancer patients' selfassessment of side-effects of chemotherapy: an issue for quality of care. British Journal of Cancer. 12 ( 76) :1640-1645. Nagla H. et al. 2010. The Effect of Combining Herbal Therapy with Conventional Chemotherapy on the Incidence of Chemotherapy Side Effects in 2nd Stage Breast Cancer Patients. Journal of American Science, MedicalSurgical Nursing Department, Faculty of Nursing. 11 (6) : 748801.