hubungan antara frekuensi kemoterapi dengan

advertisement
HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI KEMOTERAPI DENGAN STATUS
FUNGSIONAL PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI
RSUP SANGLAH DENPASAR
Melia, E.KD.A., Putrayasa, I.D.P.Gd., Azis, A.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Abstract. Cancer is a condition in which cells have lost their control and normal
mechanism, is one of treatment for cancer therapy is chemotherapy. The frequency of
chemotherapy in cancer patients is the number of patients doing treatment with
cytostatic medicines. The functional status of cancer patients is an ability to perform
daily activities included at work, self-care and maintenance of family or social roles
that can be affect by the patient condition and the therapy. The aim of this research was
to analyze the relationship between the frequency of chemotherapy with the functional
status of cancer patients who undergone chemotherapy in RSUP Sanglah Denpasar.
This research include in descriptive correlational and used cross-sectional method
approach. Samples were taken from 38 patient with nonprobability sample selection
technique with the purposive sampling. The analysis technique of the data to examine
the hypothesis is correlation product moment (p<0.05). The result of this research
showed the average score of the chemotherapy frequency is four times with the minimal
frequency is two times and the maximal is eight times, the average score of functional
status is 24,03. The p-value is 0.000 which means p<0.05 so the H0 is rejected and the
r-value is (-0,745) with an absolute value is 0,745, then it can be stated there was a
strong correlation and inversely between the frequency of chemotherapy with the
functional status of cancer patients who undergone chemotherapy. Based on this result,
it can be suggest nurses should increase their roles in providing care for cancer
patients who undergone chemotherapy, to maintain their functional status during
chemotherapy.
Keyword: Cancer, Frequency of Chemotherapy, Functional Status.
PENDAHULUAN
Kanker merupakan suatu kondisi
utama kematian global, berdasarkan
dimana sel telah mengalami kehilangan
data yang dirilis International Agency
pengendalian
mekanisme
for Research on Cancer salah satu
mengalami
lembaga di bawah Badan Kesehatan
pertumbuhan yang tidak normal, cepat
Dunia Perserikatan Bangsa Bangsa
dan tidak terkendali (LeMone, 2008).
(PBB).
Kanker merupakan salah satu penyebab
mencapai 12,7 juta orang pada tahun
normalnya
dan
sehingga
Penderita
kanker
dunia
2008 dan mengakibatkan kematian 7,6
perubahan emosi, dan perubahan pada
juta penderita (Napitupulu, 2010).
sistem saraf (Nagla, 2010).
Menurut
data
Rumah
Sakit
Status
fungsional
merupakan
Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar
suatu kemampuan untuk melakukan
pada tahun 2010 jumlah penderita
tugas sehari-hari yang termasuk dalam
kanker yang dirawat di Instalasi Rawat
pekerjaan,
Inap
pemeliharaan
sebanyak
1922
pasien
dan
perawatan
keluarga
diri,
atau
peran
mengalami peningkatan pada tahun
sosial.
2011 yaitu sebanyak 2020 pasien.
menunjukkan bahwa efek kemoterapi
Kanker
merupakan
Beberapa
dan
penelitian
penyakit
dapat memperburuk status fungsional
yang kompleks dengan manifestasi yang
(mencakup ketidak mampuan dalam
bervariasi.Umumnya
menjalankan
pasien
kanker
perannya)
setelah
mengalami gejala fisik, psikologis, dan
pemberian kemoterapi pada periode
gangguan fungsional (Ogce & Ozkan,
kedua
2008). Menurut Persatuan Ahli Bedah
Ozkan, 2008).
Onkologi
Indonesia
(2005),
(Lee, 2005 dalam Ogce &
Dengan latar belakang diatas,
penatalaksanaan atau pengobatan utama
maka
penyakit kanker meliputi empat macam
hubungan antara frekuensi kemoterapi
yaitu
dengan status fungsional pasien kanker
pembedahan,
radioterapi,
kemoterapi dan terapi hormon.
Kemoterapi
ingin
mengetahui
yang menjalani kemoterapi. Dengan
untuk
evidence base ini diharapkan perawat
membunuh sel kanker dengan obat anti
dapat meningkatkan perannya sebagai
kanker (sitostatika) (Sukardja, 1996
care giver dalam merencanakan langkah
dalam
antisipasi
Lutfah,
pemberian
dilakukan
peneliti
2009).
pada
frekuensi
tertentu
dapat
pemberian kemoterapi, kaitanya dengan
menimbulkan beberapa efek yang dapat
perubahan pada status fungsional yang
memperburuk status fungsional pasien.
dialami oleh pasien dan meningkatkan
Efek kemoterapi yaitu supresi sumsum
kolaborasi dengan tim medis lainnya
tulang, gejala gastrointestinal seperti
dalam
mual, muntah, kehilangan berat badan,
meningkatkan status fungsional pasien
perubahan rasa, konstipasi, diare, dan
selama pemberian kemoterapi.
gejala
lainnya
kemoterapi
Frekuensi
alopesia,
fatigue,
mempertahankan
dan
METODE PENELITIAN
dan status fungsional menggunakan
Rancangan Penelitian
skala numerik.
Penelitian
penelitian
dengan
ini
termasuk
deskriptif
korelasional
menggunakan
metode
pendekatan cross-sectional. Sehingga
Prosedur Pengumpulan dan Analisis
Data
Dari
sampel
yang
terpilih
memungkinkan untuk mengungkapkan
diberikan penjelasan tentang manfaat
hubungan korelatif antar variabel.
dan tujuan penelitian. Kemudian sampel
menandatangani
Informed
consent
sebagai responden. Pengumpulan data
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah
frekuensi
kemoterapi
dan
data
seluruh pasien kanker yang menjalani
karakteristik responden yang didapatkan
kemoterapi di Ruang Cempaka Timur
melalui
dan Kamboja RSUP Sanglah Denpasar
responden yang ditulis dalam kuesioner
selama periode waktu pengumpulan
penelitian tentang frekuensi kemoterapi
data.
dan dilakukan validasi dari responden.
Peneliti
mengambil
sampel
dokumentasi
rekam
medik
berjumlah 38 orang sesuai dengan
Setelah data terkumpul maka
kriteria sampel. Pengambilan sampel
data diidentifikasi dan data status
disini dilakukan dengan cara
fungsional
Non
diberikan
skor
dengan
Probability Sampling dengan Teknik
ketentuan skor dalam SF-12 yaitu 12
Purposive Sampling.
skor minimla dan 44 skor maksimal.
Untuk menganalisis hubungan
antara frekuensi kemoterapi dengan
Instrumen Penelitian
Pengumpulan
dilakukan
status fungsional digunakan uji statistik
dengan cara dokumentasi untuk data
Korelasi Product Moment program
frekuensi kemoterapi dan karakteristik
SPSS for Windows dengan tingkat
responden
signifikansi
yang
data
diperoleh
melalui
rekam medik pasien oleh peneliti
p<
0,05
dan
tingkat
kepercayaan 95%.
sendiri dan kuesioner pertanyaan Short
Form
12
(SF-12)
untuk
status
fungsional pasien. frekuensi kemoterapi
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan
dari 38 responden sebagian besar berada
pada kelompok umur 41-60 tahun yang
ditemukan nilai p=0.000<0.05, sehingga
tergolong dewasa madya yaitu sebanyak
H0 ditolak dan nilai r sebesar (-0,745)
24 orang atau sebesar 63,2%, jenis
yang artinya tanda negatif hubungan
kelamin dengan persentase yang sama
berbanding
besar yaitu 50% atau masing-masing
hubungan kuat, maka dapat dinyatakan
sebanyak 19 orang, tingkat pendidikan
ada hubungan yang kuat dan berbanding
sebagian besar responden sekolah Dasar
terbalik
(SD) yaitu sebanyak
dengan status fungsional pasien kanker
21 orang atau
sebesar 55,26% dan responden lebih
terbalik
dan
kekuatan
antara frekuensi kemoterapi
yang menjalani kemoterapi.
banyak yang bekerja 73,68% dengan
sebagian besar pekerja kasar yaitu
PEMBAHASAN
buruh dan petani.
Hasil pengamatan karakteristik
Hasil penelitian menunjukkan
frekuensi
minimal
kemoterapi
responden, Ignatavicius & Workman
(2006)
mengungkapkan
bahwa
responden yaitu dua kali dan maksimal
peningkatan masa hidup memungkinkan
delapan kali, nilai rata-rata skor status
memanjangnya
fungsional sebesar 24,03, dengan skor
karsinogen
terkecil adalah 12 dan terbesar 37. Skor
berbagai
rata-rata
sesuai
penurunan berbagai fungsi tubuh yang
karakteristik yang mempengaruhi paling
meningkatkan kejadian kanker pada
tinggi dimiliki pada responden dengan
usia >40 tahun. Kanker bisa diderita
umur >60 tahun yang tergolong dewasa
oleh siapa saja tanpa memandang usia,
akhir yaitu sebesar 28,50, jenis kelamim
jenis kelamin, dan status sosial dimana
perempuan yaitu sebesar 24,21, tingkat
sebagian besar kasus kanker umumnya
pendidikan SMP yaitu sebesar 26,86,
muncul karena kebiasaan dan pola
dan responden yang tidak bekerja yaitu
hidup yang tidak sehat (Otto, 2003).
status
fungsional
sebesar 24,21.
Menurut
paparan
dan
perubahan
terhadap
terakumulasinya
genetik
serta
Pendidikan dan pekerja kasar
hasil
uji
statistik
seperti
buruh/petani
mempunyai
hubungan antara frekuensi kemoterapi
hubungan bermakna dengan kejadian
dengan status fungsional. Dengan uji
Kanker Leher Rahim (KLR) dengan
statistik Korelasi Product Moment Nilai
kata
p sebesar 0,000 yang berarti (p<0,05)
berpendidikan rendah merupakan faktor
lain
penderita
KLR
yang
resiko yang memperngaruhi terjadinya
terjadi pada saat sel terpapar dengan
KLR,
obat kemoterapi. Seringkali suatu sel
hal
ini
disebabkan
karena
pendidikan yang rendah cenderung
harus
diikuti dengan status sosial ekonomi
pembelahan
yang rendah yang akan berpengaruh
akhirnya mati. Oleh karena hanya
terhadap
dan
sebagian sel yang mati akibat obat yang
pemeliharaan kesehatan yang masih
diberikan pada frekuensi tertentu, dosis
kurang
memudahkan
kemoterapi yang berulang harus terus
terjadinya infeksi yang menyebabkan
diberikan untuk mengurangi jumlah sel
daya imunitas tubuh menurun sehingga
kanker.
kebersihan,
dan
akan
sanitasi,
menimbulkan resiko terjadinya kanker,
tingkat
pendidikan
yang
melalui
beberapa
sebelum
Penelitian
tahap
kemudian
diperoleh
rata-rata
rendah
skor status fungsional pasien adalah
cenderung terjadi keterlambatan dalam
24,03 berarti berada pada kondisi status
upaya diagnosis dini ke pelayanan
fungsional yang masih buruk karena
kesehatan akibat kurangnya paparan
skor rata-rata belum melewati nilai
informasi (Subakti E.,2004 dan Hidayat,
tengah batas status fungsional dari
2001).
buruk ke baik, rentang skor status
Tjokronegoro
menjelaskan
(2006)
bahwa
pemberian
fungsional
12-44
yaitu
dengan
perubahan status fungsional buruk ke
kemoterapi tidak hanya diberikan sekali
baik
saja, namun diberikan secara berulang
mengindikasikan
(berseri)
paling buruk dan 44 paling baik).
artinya
pasien
menjalani
kemoterapi setiap dua seri, tiga seri,
pada
Ogce
skor
27-28
status
&
Ozkan
(12
fungsional
(2008)
ataupun empat seri dimana setiap seri
menyatakan gejala fisik dan psikologis
terdapat proses pengobatan dengan
yang ditimbulkan akibat pemberian
kemoterapi diselingi dengan periode
frekuensi kemoterapi terkait dengan
pemulihan
penurunan kemampuan dalam status
kemudian
dilanjutkan
dengan periode pengobatan kembali dan
fungsional
selama
menjalani
begitu seterusnya sesuai dengan obat
kemoterapi. Hal ini sejalan dengan
kemoterapi yang diberikan. Teori lain
beberapa penemuan yaitu penelitian
yang sesuai dari Abdulmuthalib dalam
Watters et al (2003), Lee at al (2005),
Sudoyo dkk (2009) kematian sel tidak
dan Ahlberg et al (2005) bahwa status
fungsional pasien sebelum menjalani
mengakibatkan perubahan
kemoterapi mengalami penurunan, baik
diri, harga diri, dan aktivitas sosial.
pada aspek fungsi fisik yaitu fungsi
peran,
fungsi
kesehatan
sosial,
dan
gambaran
Watters et al (2003) dalam
status
penelitiannya didapatkan hasil bahwa
yang lebih luas setelah
fungsi fisik, peran dan sosial pasien
mendapatkan adjuvant kemoterapi. Hal
kanker
tersebut sesuai dengan yang dikatakan
adjuvant
Lee (2005) pada beberapa kondisi
penurunan
gejala-gejala yang berhubungan dengan
sedangkan fungsi emosional pasien
pemberian
meningkat.
kemoterapi
dapat
payudara
yang
kemoterapi
selama
menjalani
mengalami
kemoterapi
menurunkan aktivitas sehari-hari pasien
Penurunan fungsi fisik lebih
kanker payudara dan menyebabkan
dirasakan pada wanita dengan usia lebih
mereka hanya bisa terbaring ditempat
muda
tidur
dibandingkan wanita berusia lebih tua
dan
tidak
bisa
memenuhi
kebutuhan mereka dalam beraktivitas.
Tsao & Stewart dalam Yeung
yaitu
usia
31-64
tahun
yaitu usia 65-80 tahun dan pasien yang
berusia lebih tua memiliki kemampuan
(2009) supresi sumsum tulang dapat
emosional
mengakibatkan perubahan pada fungsi
dibandingkan pasien yang lebih muda.
fisik dan psikologis pasien, anemia
Dalam penelitian didapatkan bahwa
dilaporkan oleh 90% pasien yang
pada wanita yang berusia lebih muda
menerima kemoterapi dengan gejala
memiliki harapan yang besar terhadap
klinis mencangkup: fatigue, letargi,
kesehatan dan kemampuan aktivitasnya,
kelelahan, iritabilitas, dispnea yang
sehingga
merupakan penurunan pada fungsi fisik.
kesehatannya
Kemoterapi menimbulkan efek mual
Sedangkan pada wanita yang berusia
dan muntah yang akan berdampak pada
lebih tua sedikit pengharapan terhadap
kualitas hidup pasien atau penurunan
fungsi kesehatan dan aktivitasnya dan
pada status fungsional pasien selama
pada
pemberian
Alopecia
penurunan kesehatan dipandang sebagai
merupakan salah satu efek samping
perubahan yang wajar akibat semakin
kemoterapi yang menyebabkan trauma
bertambahnya
psikologis
kemoterapi.
bagi
pasien
dan
yang
lebih
perubahan
usia
akan
sangat
ini
stabil
dirasakan.
penerimaan
usia,
status
sehingga
akan
lebih
dapat menerima perubahan kesehatan
dengan tingkat kesejahteraan sosial/
yang dialami.
keluarga.
Dalam penelitian Sukma (2010)
Taylor (1999) bahwa dukungan
pada pasien kanker yang menjalani
sosial adalah informasi dari orang lain
kemoterapi
ekonomi
bahwa ia dicintai dan diperhatikan,
rendah atau tidak bekerja mengalami
dihargai, serta merupakan bagian dari
peningkatan
karena
jaringan komunikasi. Menurut Smet
dalam
(1994)
dengan
status
depresi
ketidakmampuan
pasien
mengatakan bahwa dukungan
mengeluarkan biaya besar pada setiap
sosial merupakan salah satu fungsi dari
kemoterapi.
ikatan sosial yang menggambarkan
Penelitian lain yang mendukung
kualitas
hubungan
interpersonal.
Ogce dan Ozkan (2008) didapatkan
Hubungan
pasien kanker payudara dengan tingkat
sebagai
pendidikan
bekerja
emosional dalam kehidupan individu.
mempunyai tingkat dukungan sosial
Dukungan sosial yang diterima dapat
yang tinggi hal tersebut dikarenakan
membuat individu merasa percaya diri,
dengan
tenang,
tinggi
aktivitas
dan
pendidikan
dan
pekerjaan akan membuat jalinan sosial
seseorang semakin luas.
Temuan-temuan
interpersonal
aspek
dianggap
kepuasan
diperhatikan,
dicintai,
secara
dan
kompeten.
Setelah dilakukan uji statistik
studi
dari
Korelasi Product Moment program
Kroenke et al (2006) dalam Ogce dan
komputer SPSS for Windows dengan
Ozkan (2008) adanya dukungan teman-
tingkat kemaknaan p<0,05 didapatkan
teman, anak-anak, dan kerabat dekat
nilai p=0.000 jika dibandingkan dengan
signifikan
dengan
tingkat kemaknaan, maka 0.000<0.05
kelangsungan hidup seseorang, mirip
sehingga H0 ditolak dan nilai r sebesar
dengan temuan oleh Friedman et al
(-0,745) yang artinya tanda negatif
(2005) dalam Ogce dan Ozkan (2008)
hubungan
menemukan wanita
dengan tingkat
kekuatan hubungan kuat, maka dapat
kepuasan terhadap dukungan jaringan
dinyatakan ada hubungan yang kuat dan
sosialnya,
berbanding terbalik
berkaitan
mereka
memiliki
status
fungsional yang baik demikian juga
berbanding
terbalik
dan
antara frekuensi
kemoterapi dengan status fungsional
pasien
kanker
yang
menjalani
kemoterapi.
Status-Cancer
(IFS-CA)
sebelum
mendapatkan kemoterapi sebesar 2,42
Penelitian
Ogce
dan
Ozkan
dan
mengalami
penurunan
setelah
(2008) pada 101 responden wanita
mendapatkan kemoterapi dua kali yaitu
dengan uji paired sample t test yang
sebesar 2,30.
digunakan untuk mengetahui peubahan
Kemoterapi
diberikan
secara
ada atau tidaknya hubungan antara
berkala untuk meminimalkan jumlah sel
kedua
kanker
variabel,
didapatkan
ada
yang
juga
menimbulkan
hubungan yang signifikan antara efek
kerusakan pada sel sehat sehingga
kemoterapi dengan gejala fisik dan
menimbulkan beberapa gejala yang
psikologis
dirasakan mengganggu bagi pasien. Hal
pada
status
fungsional
responden dengan p=0,001 atau p<0,01.
Moulin
et
al
(1997)
ini
sesuai
dengan
teori
yang
disampaikan oleh Smeltzer & Bare
mengevaluasi efek kemoterapi terhadap
(2002)
kualitas hidup pasien dengan kuesioner
pemberian
QLQ C-30 dimana status fungsional
semakin banyak sel kanker mengalami
dapat dievaluasi melalui kualitas hidup
kerusakan dan kematian, demikian juga
pasien, data yang didapatkan yaitu
pada sel sehat dalam tubuh, setelah
kualitas hidup pasien dengan kanker
beberapa periode, satu sampai tiga
payudara yang menjalani kemoterapi
minggu sel sehat pulih kembali namun
sampai enam kali mengalami penurunan
mengalami
yang sedang sejak pertama pemberian
sehingga akan mengalami penurunan
kemoterapi
mengalami
fungsi dan ketahanan tubuh pasien juga
penurunan sampai pemberian enam kali
akan menurun hal ini akan terus
kemoterapi yaitu dari 59,7 menjadi
berlanjut pada pemberian kemoterapi
46,9.
berikutnya.
dan
terus
Penelitian Ogce & Ozkan (2008)
mengenai
kemoterapi
kerusakan
frekuensi
maka
yang
Mekanisme
akan
berarti
selanjutkan
diungkapkan oleh Lee (2005) dalam
kemoterapi
Ogce & Ozkan (2008) akibat kerusakan
didapatkan total rata-rata skor status
sel tubuh yang sehat akan menurunkan
fungsional
status fisik, sosial, dan psikologis pasien
yang
kuesioner
fungsional
banyak
pasien
kanker
status
semakin
menjalani
yang
diperoleh
Inventory
of
melalui
Functional
dimana
ketiga
status
tersebut
merupakan komponen dalam dimensi
fungsional
pasien
kanker
status fungsional seseorang. Semakin
menjalani kemoterapi.
yang
bertambah pemberian kemoterapi maka
akan semakin banyak sel sehat yang
KESIMPULAN DAN SARAN
akan mengalami kerusakan sehingga
akan menimbulkan beberapa gejala.
Pemberian
kemoterapi
Pemberian
kemoterapi
pada
frekuensi tertentu sesuai dengan jenis
secara
obat kemoterapi dapat mengakibatkan
berkala menimbulkan berbagai macam
perubahan
efek samping (Nagla, 2010). Dalam
responden akibat efek samping yang
penelitian Tsao & Stewart dalam Yeung
ditimbulkan. Menurut analisis hubungan
(2009) gejala kemoterapi yang paling
antara frekuensi kemoterapi dengan
berat dirasakan oleh pasien adalah
status
kelemahan
sumsum
Korelasi Product Moment program
tulang, alopecia, mual dan muntah
komputer SPSS for Windows dengan
gejala tersebut dapat mengakibatkan
tingkat kemaknaan p<0,05 didapatkan
perubahan
nilai p=0.000 jika dibandingkan dengan
akibat
pada
supresi
fungsi
fisik
dan
psikologis pasien.
samping
status
fungsional
fungsional
menggunakan
uji
tingkat kemaknaan, maka 0.000<0.05
Alopecia merupakan salah satu
efek
pada
kemoterapi
yang
sehingga H0 ditolak dan nilai r sebesar
(-0,745) yang artinya tanda negatif
menyebabkan trauma psikologis bagi
hubungan
pasien dan mengakibatkan perubahan
kekuatan hubungan kuat, maka dapat
gambaran diri, harga diri, dan aktivitas
dinyatakan ada hubungan yang kuat dan
sosial.
berbanding terbalik
Berdasarkan
hal
tersebut,
berbanding
terbalik
dan
antara frekuensi
sebagian besar pasien akan mengalami
kemoterapi dengan status fungsional
penurunan energi dan kesulitan dalam
pasien
mengatur aktivitas sehari-harinya yang
kemoterapi.
merupakan
integrasi
dari
status
kanker
yang
menjalani
Mengingat frekuensi kemoterapi
fungsional pasien. Berdasarkan hasil
dan
penelitian didukung teori yang ada dan
keterkaitan yang kuat, perawat dapat
hasil serupa dengan penelitian lain,
meningkatkan kolaborasi tim medis
bahwa didapatkan frekuensi kemoterapi
seperti
ada
paliatif, perawat, ahli gizi dan psikologi
hubungannya
dengan
status
status
dokter
fungsional
spesialis
memiliki
onkologi,
and Psychological Symptoms in
Women Receiving Chemotherapy
for Breast Cancer. Asian Pacific
Journal of Cancer Prevention. 9 :
449-452.
dalam memantau kebutuhan edukasi,
kesiapan terhadap kondisi yang dialami,
nutrisi dan kebutuhan lainnya baik
selama dirumah sakit atau setelah
pulang kerumah, menindak lanjuti atau
mengantisipasi
perununan
status
fungsional yang telah dan akan dialami
pasien seiring dengan
Bagi peneliti lain agar melakukan
mengenai
intervensi
seperti
pemberian
relaksasi
otot
progresif, reflexology foot massage,
aroma
terapi,
dan
intervensi
komplementer lainnya, sehingga dapat
ditemukan
intervensi
komplementer
yang
keperawatan
paling
efektif
diberikan kepada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi sehingga pasien
dapat
mempertahankan
fungsionalnya
selama
Asian Pacific Journal
Prevention. 9: 601-604.
penambahan
frekuensi kemoterapi yang dijalani.
penelitian
Ogce, F. & Ozkan, S. 2008. Importance
of Social Support for Functional
Status in Breast Cancer Patients.
status
menjalani
of
Cancer
Lutfah, U. 2009. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Tingkat
Kecemasan
Pasien
Dengan
Tindakan Kemoterapi Di Ruang
Cendana Rsud Dr. Moewardi
Surakarta Nagla H. et al. 2010.
The Effect of Combining Herbal
Therapy
with
Conventional
Chemotherapy on the Incidence of
Chemotherapy Side Effects in 2nd
Stage Breast Cancer Patients.
Journal of American Science,
Medical-Surgical
Nursing
Department, Faculty of Nursing.
11 (6) : 748-801.
Otto,
S. E. 2003. Buku Saku
Keperawatan Oncologi. Jakarta :
EGC. 1-123
kemoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
LeMone, P. et al. 2008. MedicalSurgical
Nursing:
Critical
Thinking in Client Care. Volume
2
Napitupulu E.L. 2010. Kanker Semakin
Mengancam. Error! Hyperlink
reference not valid.. (Akses: 16
April 2012)
Ogce, F. & Ozkan, S. 2008. Changes in
Functional Status and Physical
Ignatavicius, D.D. et al. 2006, Medical
Surgical Nursing, A Nursing
Process Approach, 2nd edition,
W.B.
Saunders
Company,
Philadelphia.
Hidayati W.B. 2001. Kanker Serviks
Displasia Dapat Disembuhkan.
Medika No. 3 tahun 2008;97
Subakti E. 2004. Pendekatan Faktor
Resiko Sebagai Rencana Alternatif
Dalam Penanggulangan Kanker
Serviks Uteri di RS Pirngadi
Medan.Tesis.
Sudoyo, A. W. dkk. 2009. Buku Ajar
Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi V.
Jakarta: InternaPublising. 14071519
Tjokronegoro, A. 2006. Buku Ajar Ilmu
Keperawatan.Jilid kedua. Edisi
Ketiga, Jakarta: FKUI.
Watter J.M. et al. 2003. Functional
Status Well Maintained in Older
Women
During
anduvant
Chemotherapy for Breast cancer.
Europen Society for Medical
Oncology. (14) : 1744-1750.
Lee
J.
et
al.
2005.
Chemotherapyinduced
nauseavomiting and functional status in
women treated for breast cancer.
Cancer Nursing, 28, 249-55.
Ahlberg K. et al. 2005. Fatigue,
psychological distress, coping
resources, and functional status
during radiotherapy for uterine
cancer. Oncology Nursing Forum,
32, 633-40.
Smet B. 1994. Psikologi Kesehatan
(terjemahan S. Utami, Suparmi, A.
Indarjati dan M. Mildawani).
Jakarta
:
PT
Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Taylor SE. 1999. Health Psychology
(4th ed.). Boston : McGraw Hill.
Yeung ,S.C. et al. 2009. Medical care
of
cancer
patients.
Amerika:BC Decker Inc. 18104
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 2.
Jakarta: EGC. 1003-1565
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 1.
Jakarta: EGC. 315-372.
Moulin G. M. et al. 1997. Discordance
between physicians' estimations
and breast cancer patients' selfassessment of side-effects of
chemotherapy: an issue for quality
of care. British Journal of Cancer.
12 ( 76) :1640-1645.
Nagla H. et al. 2010. The Effect of
Combining Herbal Therapy with
Conventional Chemotherapy on
the Incidence of Chemotherapy
Side Effects in 2nd Stage Breast
Cancer Patients. Journal of
American
Science,
MedicalSurgical Nursing Department,
Faculty of Nursing. 11 (6) : 748801.
Download