GAMBARAN PENGETAHUAN IBU YANG MEMPUNYAI BAYI TENTANG IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI LINGKUNGAN II KELURAHAN TANJUNG GUSTA MEDAN TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Ahli Madya Kebidanan Diajukan Oleh : RAFIKA TAMPUBOLON NIM : 10330206039 FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN Juli, 2013 0 ABSTRAK Imunisasi sangat penting bagi tumbuh kembang bayi atau anak. Jika tanpa ada imunisasi, maka beberapa bayi akan terserang penyakit tertentu yang bahkan bisa menyebabkan kematian. Menurut informasi yang bersumber dari data stastistik, kita bisa tahu bahwa tanpa imunisasi, kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak ; 2 dari 100 kelahiran anak meninggal karena batuk rejan ; 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus; dan dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai bayi tentang imunisasi dasar di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013. Jenis penelitian ini deskriptif, dengan menggunakan data primer dan sekunder, instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Total populasi sebanyak 49 orang. Kemudian diambil sampel sebanyak 49 orang. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan cara total sampling. Sampel diperoleh dengan cara personal interview (door to door). Dalam penelitian ini yang dijadikan responden adalah ibu yang mempunyai bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta medan tahun 2013. Hasil penelitian dari gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai bayi tentang imunisasi dasar pada bayi adalah mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 15 orang (45,45%), dan minoritas pengetahuan baik sebanyak 7 orang (21,22%). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa pengetahuan ibu yang mempunyai bayi tentang imunisasi dasar pada bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013 memiliki pengetahuan cukup. Saran dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi disarankan agar meningkatkan ilmu pengetahuannya tentang imunisasi dasar dimana ilmu kesehatan yang semakin berkembang. Kata Kunci : Pengetahuan ibu, imunisasi dasar Daftar Pustaka : 15 (2008-2012) i KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan serta kemampuan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013”. Keberhasilan peneliti dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapat bimbingan, dukungan moral maupun material yang peneliti terima dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, maka pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. dr. l. Nyoman E.L, M.Kes, AIFM selaku Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Prima Indonesia Medan yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu di Universitas Prima Indonesia Medan. 2. Prof. Dr. Djakobus Tarigan, AAI, DAAK, selaku Rektor Universitas Prima Indonesia Medan yang telah memberikan arahan dan dukungan selama mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Prima Indonesia Medan. ii 3. Chrismis Novalinda Ginting, SSiT, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan di Universitas Prima Indonesia yang telah banyak memberi bantuan selama masa pendidikan. 4. Subang Aini Nasution, SKM, M. Kes, selaku ketua program studi D-lll kebidanan Universitas Prima Indonesia yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal peneliti. 5. Mareli Napitu, S.Pd, SST, S.Kep, selaku Pembimbing yang sudah memberi arahan dan masukan demi penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Terima kasih kepada bapak Jumadi, selaku Kepala Lingkungan Kelurahan Tanjung Gusta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013. 7. Seluruh staf Pengajar Fakultas Keperawatan dan Kebidanan khususnya program studi D-lll Kebidanan yang telah banyak memberikan ilmu dan mendidik peneliti selama menjalani pendidikan. 8. Ayahanda dan ibunda tercinta (Harles Tampubolon dan Derlina Situmorang), serta kakak peneliti (Octavia Tampubolon) yang selalu memberikan kasih sayang, do’a, semangat serta dukungan moral dan material kepada peneliti sampai sekarang ini. Peneliti hanya mampu mengingat jasa baik dan mendo’akan segala kebaikan kedua orang iii tua, dan saat ini waktunya peneliti menghapus keringat dan membahagiakan dengan mendapat gelar Ahli Madya Kebidanan. Peneliti menyadari bahwa isi Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari isi maupun penyusunannya, peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti sendiri. Medan, Juli 2013 Peneliti, (Rafika Tampubolon) iv DAFTAR ISI Hal Abstrak ............................................................................................... Kata Pengantar .................................................................................. Daftar Isi ............................................................................................. Daftar Tabel ....................................................................................... Daftar Lampiran ................................................................................ i ii v viii ix BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1 A. Latar belakang .................................................................... 1 B. Perumusan masalah ........................................................... 4 C. Tujuan penelitian ................................................................. 4 D. Keaslian penelitian .............................................................. 4 E. Manfaat penelitian ............................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 6 A. Pengetahuan ............................................................................ 6 1. Defenisi ............................................................................... 6 2. Jenis pengetahuan .............................................................. 7 3. Hakikat pengetahuan .......................................................... 8 4. Sumber pengetahuan ......................................................... 8 5. Tingkat pengetahuan .......................................................... 10 6. Cara memperoleh pengetahuan ......................................... 11 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ................ 13 8. Cara mengukur pengetahuan ............................................. 15 B. Imunisasi .................................................................................. 15 1. Pengertian imunisasi ........................................................... 15 2. Tujuan imunisasi ................................................................. 16 3. Manfaat imunisasi ............................................................... 17 v 4. Macam-macam imunisasi ................................................... 17 5. Efek Samping imunisasi ...................................................... 18 6. Kontraindikasi imunisasi ..................................................... 19 7. Pentingnya imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi .................................................. 20 8. Imunisasi wajib .................................................................... 21 9. Jadwal pemberian imunisasi ............................................... 24 10. Kontroversi yang timbul dalam imunisasi ............................ 27 11. Anjuran dan jalan keluar yang harus dilakukan .................. 30 C. Kerangka Konsep ..................................................................... 31 BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 32 A. Jenis Penelitian ........................................................................ 32 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 32 1. Lokasi penelitian ................................................................. 2. Waktu penelitian ................................................................. 32 32 C. Populasi dan Sampel ............................................................... 32 1. Populasi .............................................................................. 2. Sampel ................................................................................ D. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 32 33 33 E. Defenisi Operasional ................................................................ 34 F. Aspek Pengukuran ................................................................... 34 G. Pengolahan dan Analisa Data .................................................. 35 1. Pengolahan Data ................................................................ 2. Analisa Data ........................................................................ 35 36 BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................. 37 Pengetahuan Ibu .................................................................. 37 vi BAB V PEMBAHASAN ..................................................................... 38 Pengetahuan Ibu .................................................................. 38 BAB VI KESIMPULAN ...................................................................... 40 A. Kesimpulan ...................................................................... 40 B. Saran ............................................................................... 40 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii DAFTAR TABEL Hal Table 2.1. Jadwal imunisasi .............................................................. 24 Tabel 3.1. Defenisi Operasional ........................................................ 34 Tabel 4.1. Distribusi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013 ............................................... viii 37 DAFTAR LAMPIRAN 1. Kisi-kisi 2. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden 3. Lembaran Rahasia 4. Kuesioner Penelitian 5. Lembar Jawaban Kuesioner Penelitian 6. Master Data 7. Surat Penelitian 8. Surat Balasan Penelitian 9. Daftar Konsul Karya Tulis Ilmiah ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi itu sangat penting bagi tumbuh kembang bayi atau anak. Jika tanpa ada imunisasi, akan ada beberapa banyak bayi akan terserang penyakit tertentu yang bahkan bisa menyebabkan kematian. Menurut informasi yang bersumber dari data stastistik, kita bisa tahu bahwa tanpa imunisasi, kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak ; 2 dari 100 kelahiran anak meninggal karena batuk rejan ; 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus; dan dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio (Maulana, 2009). Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu. Walaupun pada saat ini fasilitas pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia di masyarakat, tetapi tidak semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap. (Maulana, 2009). Upaya imunisasi di Indonesia yang telah dilakukan sejak tahun 70-an pada bayi atau anak, merupakan program untuk memenuhi Konvensi Hak Anak yang diberlakukan sejak 2 september 1990 oleh PBB. Konvensi Hak Anak meliputi hak atas kelangsungan hidup (survival), hak untuk berkembang 1 (development), hak atas perlindungan (protection) dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (participation). Maka sebagai upaya nyata, pemerintah bersama orangtua mempunyai kewajiban memberikan upaya kesehatan terbaik demi tumbuh kembang anak, dan imunisasi merupakan upaya pencegahan yang efektif terhadap penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan (Ranuh dkk, 2011). Angka kematian bayi (AKB atau IMR) dalam dua dasawarsa terakhir ini menunjukkan penurunan yang bermakna, yaitu apabila pada tahun 1971 sampai 1980 memerlukan sepuluh tahun untuk menurunkan AKB dari 142 menjadi 112 per 1000 kelahiran hidup maka hanya dalam kurun waktu lima tahun, yaitu tahun 1985 sampai 1990 Indonesia berhasil menurunkan AKB dari 71 menjadi 54 dan bahkan dari data 2001 telah menunjukkan angka 48 per 1000 kelahiran hidup. Penurunan tersebut diikut dengan angka kematian balita atau AKB yang telah mencapai 56 per 1000 kelahiran hidup (Ranuh dkk, 2011). Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) diketahui bahwa pada dua tahun terakhir cakupan imunisasi dan kualitas vaksinasi tampak menurun. Penurunan cakupan imunisasi sangat dirasakan dengan ditemukannya kembali kasus polio dan difteria di Negara kita. Tiga ratus enam orang anak menderita poliomyelitis pada periode Mei 2005 sampai 2 dengan Februari 2006 sebagai akibat cakupan vaksinasi polio yang menurun di daerah Cidahu Sukabumi. Angka kejadian difteria yang masih tinggi pada tahun 2000 ditemukan 1036 kasus dan 174 kasus pada tahun 2007 merupakan bukti bahwa vaksinasi DPT tidak merata (Ranuh dkk, 2011). Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita di Indonesia maka perlu ditingkatkan peran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), serta penempatan bidan-bidan desa di Pos Persalinan Desa (Polindes), mengingat beban wilayah Indonesia yang sangat luas. Untuk itu, program pemerintah dalam memperbanyak bidan desa merupakan hal yang sangat “urgent” untuk memantau dan membantu kesehatan bayi dan balita yang jauh dari fasilitas kesehatan. Hal ini karena membawa bayi/balita yang sakit kerumah sakit bukanlah pemecahan yang baik, tetapi juga harus diaktifkan pusat-pusat pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan, termasuk bidan ditingkat desa yang dapat menjangkau masyarakat luas (Maryunani, 2010). Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan oleh peneliti di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan pada bulan Februari 2013 terhadap 6 dari 10 orang ibu yang mempunyai bayi yang kurang mengetahui tentang Imunisasi Dasar pada Bayi. Dengan data tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan Ibu 3 Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar pada Bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013. B. Perumusan Masalah Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah masih kurangnya mendapatkan informasi, serta rasa keingintahuan dan kepedulian ibu untuk mengetahui tentang imunisasi dasar pada bayi. Maka untuk itu, peneliti ingin mengetahui “Bagaimana Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar pada Bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013”. C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar pada Bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013. D. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan penulis, penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai bayi tentang imunisasi dasar pada bayi di lingkungan ll kelurahan tanjung gusta medan tahun 2013 belum pernah dilakukan. 4 E. Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Responden Sebagai sumber informasi bahwa imunisasi dasar pada bayi lengkap maka dapat mencegah penyakit dan sumber imunitas bagi tubuh si bayi. 2. Bagi Tempat Penelitian Sebagai masukan, tambahan ilmu dan informasi bagi petugas kesehatan dalam melaksanakan penyuluhan tentang imunisasi dasar pada bayi. 3. Bagi Pendidikan Sebagai sumber informasi bagi pembaca di perpustakaan Universitas Prima Indonesia. 4. Bagi Peneliti Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai penerapan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan khususnya tentang imunisasi dasar pada bayi. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa defenisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa defenisi tentang pengetahuan. Menurut Drs.Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu ( Bakhtiar, 2012). Menurut Mubarak (2011), pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang dialami. Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan 6 manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 2. Jenis Pengetahuan Jenis pengetahuan menurut Bakhtiar (2012), pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu: Pertama, pengetahuan biasa, adalah pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, musim kemarau akan mengeringkan sawah tadah hujan dan sebagainya. Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari sciene. Dalam pengertian yang sempit sciene diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat 7 lebih menekankan universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali. Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. 3. Hakikat Pengetahuan Menurut Bakhtiar (2012), ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu : Pertama, realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan. Kedua, idealisme, ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut. 4. Sumber Pengetahuan 8 Menurut Bakhtiar (2012), pengetahuan yang ada pada manusia diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain : Pertama, emperisme, kata ini berasal dari kata Yunani emperikos,artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dalam emperisme, sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data yang diperoleh dari pancaindera. Kedua, rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran emperisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan. Ketiga, intuisi, adalah hasil pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur. Keempat, wahyu, adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantaraan para nabi. Pengetahuan dengan jalan ini merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah yang membedakan mereka 9 dengan manusia-manusia lainnya. Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pngalaman, maupun yang mencakup masalah transedental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan segenap isinya serta kehidupan di akhirat nanti. 5. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni : Pertama, tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajarin sebelumnya. Oleh sebab itu,’tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Kedua, memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Ketiga, aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya) serta dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 10 Keempat, analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan katakata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. Kelima, sintesis (synthesis), menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. Keenam, evaluasi (evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada. 6. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni : 11 1. Cara Tradisional atau Nonilmiah Cara kuno atau tradisonal dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi : Pertama, cara coba salah (Trial and Error), dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain atau seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Kedua, secara kebetulan, terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. Ketiga, cara kekuasaan atau otoritas, diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan yang pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama didalam penemuan pengetahuan. Keempat, berdasarkan pengalaman pribadi, merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. 12 Kelima, cara akal sehat (common sense), kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Keenam, melalui jalan pikiran, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah mampu menggunakan penalarannya dan jalan pikirannya. 2. Cara Modern atau Ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (15611626). Ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum. 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Mubarak (2011), ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : Pertama, pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah mereka menerima informasi, daripada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. 13 Kedua, pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketiga, umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dsn psikologis (mental). Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. Keempat, minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Kelima, pengalaman, suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Keenam, kebudayaan, lingkungan sekitar sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan. Ketujuh, informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. 14 8. Cara mengukur pengetahun Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian responden (Mubarak, 2012). Menurut Arikunto (2006), dalam buku machfoedz (2009), penentuan tingkat pengetahuan responden penelitian tentang sub variabel dan variabel dengan cara mengkonversikan nilai sub variabel maupun variabel kedalam kategori kualitatif, sebagai berikut: a. Baik bila subjek mampu menjawab dengan benar 16-20 (76%100%) dari seluruh pertanyaan b. Cukup bila subjek mampu menjawab dengan benar 12-15(56%75%) dari seluruh pertanyaan c. Kurang bila mampu menjawab dengan benar <12 (40%-55%) dari seluruh pertanyaan. B. Imunisasi 1. Pengertian imunisasi Menurut Hidayat (2008), imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk 15 merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan Campak), dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten (Lisnawati, 2011). Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, poliomyelitis, dan campak dapat dicegah (Dewi, 2010). 2. Tujuan imunisasi Menurut Maryunani (2010), tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain : a. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia. b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak. 16 3. Manfaat imunisasi Menurut Marimbi (2010), manfaat imunisasi ada tiga, yaitu : Pertama, untuk anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. Kedua, untuk keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Ketiga, untuk Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara. 4. Macam-macam imunisasi Imunisasi dibagi menjadi dua macam menurut Maryanti, dkk (2011), yaitu : a. Imunisasi Aktif Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang secara aktif membentuk zat antibodi. b. Imunisasi Pasif Imunisasi ini adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar. 17 5. Efek samping imunisasi Menurut Maryunani (2010), efek samping imunisasi, yaitu : Pertama, imunisasi BCG, umumnya tidak ada. Namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (diselangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya sembuh sendiri. Kedua, imunisasi DPT, biasanya hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas bayi. Bisa juga memberikan minuman cairan lebih banyak dan tidak memakaikan pakaian terlalu banyak. Ketiga, imunisasi polio, hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang. Keempat, imunisasi campak, biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan atau bercak merah pada pipi dibawah telinga pada hari ke-7-8 setelah penyuntikan. Kelima, imunisasi hepatitis B, umumnya tidak terjadi. Jikapun terjadi (namun sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang 18 disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari. 6. Kontraindikasi imunisasi Kontraindikasi imunisasi menurut Maryunani (2010), yaitu : Pertama, BCG, imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat/menahun. Kedua, DPT, imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, anak-anak yang sedang demam/sakit keras dan yang mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma. Ketiga, polio, sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 38°C) ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan, penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, tidak diberikan imunisasi polio. Keempat, campak, yaitu dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam, penyakit gangguan kekebalan, penyakit TBC tanpa pengobatan, 19 kekurangan gizi berat, penyakit keganasan dan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin (antobiotik). Kelima, hepatitis B, tidak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat. 7. Pentingnya imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Menurut Maryanti dkk (2011), imunisasi salah satu cara yang efektif dan efesien dalam mencegah penyakit. Saat ini ada tujuh penyakit infeksi pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan. Ketujuh penyakit tersebut dimasukkan pada program imunisasi, yaitu : 1. Tuberculosis Tuberculosis (TBC) adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). 2. Difteri Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Corybacterium Diphtheriae merangsang saluran pernapasan terjadi pada balita dan bayi. 3. Pertusis Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Bordotella pertusis pada saluran pernapasan. 4. Tetanus 20 Penyakit tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman bakteri Clostridium Tetani. Penyakit ini sering terjadi pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum). Penyakit terjadi karena kuman clostridium tetani memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat yang kurang terawat. Untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini adalah dengan pemberian imunisasi. 5. Poliomyelitis Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio. 6. Campak Penyakit campak (measles) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular, menyerang hampir semua anak kecil. Virus ini menular melalui saluran pernapasan yang keluar saat penderita bernapas, batuk dan bersin (droplet). 7. Hepatitis B Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B. pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi hepatitis pada bayi. 8. Imunisasi wajib Jenis imunisasi yang wajib menurut Marimbi (2010), yaitu : 21 Pertama, BCG, vaksin BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Diberikan sebelum usia 2 bulan. Disuntikkan intrakutan di daerah deltoid kanan dengan dosis 0,05 ml. Kedua, hepatitis B, untuk mencegah penyakit yang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati. Penyakit ini menular melalui darah atau cairan tubuh yang lain dari orang yang terinfeksi. Diberikan sedini mungkin setelah lahir yang disuntikkan secara intra muscular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml. Ketiga, polio, imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang terinfeksi. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml) Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Keempat, DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus), vaksin yang melindungi terhadap difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius dan fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan melengking, dan juga menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Dosisnya 0,5 ml diberikan secara intra muscular dibagian luar paha. 22 Kelima, campak, penyakit menular yang dapat disebabkan oleh virus campak. Penularan melalui udara atau kontak langsung dengan penderita. Gejalanya adalah demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada kulit 35 hari setelah anak menderita demam. Komplikasi penyakit campak adalah radang paru-paru, infeksi pada telinga, radang saraf, radang sendi dan radang otak yang menyebabkan kerusakan otak permanen (menetap). Imunisasi ini akan menimbulkan kekebalan aktif dengan tujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak Sembilan bulan atau lebih. Dosisnya 0,5 ml diberikan secara subkutan di lengan kiri. Menurut Maryunani (2010), lima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun, yaitu : 1. Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan. 2. Imunisasi DPT, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu. 3. Imunisasi Polio, yang diberikan 4 (empat) kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu. 4. Imunisasi Campak, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal 4 minggu. 5. Imunisasi Hepatitis B, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal 4 minggu. 23 9. Jadwal pemberian imunisasi Menurut Wahyuni (2012), jadwal pemberian imunisasi, yaitu : Tabel 2.1 jadwal imunisasi Jadwal pemberian imunisasi Usia Vaksin Keterangan Saat lahir Hepatitis B-1 HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada usia 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berusia 7 hari. Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di rumah bersalin/rumah sakit polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain). 1 bulan Hepatitis B-2 Hb-2 diberikan pada usia 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan. Bayi prematur bila ibu HbsAG (-) imunisasi di tunda sampai bayi berusia 2 bulan atau berat badan 2000 gram. 0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada usia >3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG 24 diberikan apabila uji tuberkulin negatif. Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan. 2 bulan DPT-1 DPT-1 diberikan pada usia lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau Dtap. DPT-1 dengan interval 4-6 minggu. Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DPT-1. Interval pemberian polio 2, 3, 4 tidak kurang dari 4 minggu. Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4 selanjutnya usia 5-6 tahun. 4 bulan DPT-2 DPT-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T). 6 bulan Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DPT-2 DPT-3 DPT-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3. DPT ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi DPT 3 dan pada usia 5 tahun. DT diberikan pada anak usia 12 tahun. Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DPT-3. Hepatitis B-3 HB-3 diberikan usia 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepB-1 monovalen (uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi 25 DTwP/HepB pada usia 2-3-4 bulan. Imunisasi ulangan (booster) pada usia 5 tahun tidak diperlukan, idealnya pada usia ini dilakukan pemeriksaan anti-HBs. 9 bulan Campak Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan. Menurut Proverawati dan Andhini (2010), jadwal imunisasi pada anak, yaitu : 1. MMR : 15-18 bulan, apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan. Hib-4 : diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP) 2. DTP-4 : 18 bulan ,DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3. Polio-4 : diberikan bersamaan dengan DTP-4. 3. Hepatitis A : 2 tahun, Vaksin HepA direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan. 4. Tifoid : 2-3 tahun, Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun. 5. DTP-5 : 5 tahun, DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap). Polio-5 : diberikan bersamaan dengan DTP-5 26 6. MMR : 6 tahun, diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1. 7. dT/TT : 10 tahun, menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun. Varisela : vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun. 10. Kontroversi yang timbul dalam imunisasi Beberapa kontroversi yang timbul (Ranuh, dkk, 2011) yaitu : 1. Pelaksanaan program imunisasi Perbedaan pendapat seringkali terjadi diantara para ilmuwan dengan para penentu kebijakan di masa lampau dan bahkan sampai saat ini. Masalah yang dilontarkan adalah : Pertama, imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah telah merampas hak warganegara untuk memilih tidak diimunisasi (hak untuk menjadi sakit dan menjadi sumber penularan). Khusus di indonesia, Undang-undang wabah memberikan sanksi pada siapapun yang melalaikan atau menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah termasuk imunisasi. Kedua, imunisasi pada anak mementingkan kekebalan jangka pendek terhadap beberapa penyakit menular tertentu dan mengganggu kekebalan jangka panjang, penyakit tersebut pidah ke usia yang lebih tua. 27 Ketiga, imunisasi memindahkan satu penyakit dari satu masa ke penyakit lain pada masa lain dan juga menghilangkan satu penyakit tetapi menimbulkan penyakit lain. 2. Vaksin dan keamanannya Vaksin adalah suatu bahan yang dapat merangsang kekebalan atau benda biologik hidup yang aman sampai suatu saat dapat dibuktikan cacat. Kontroversi berasal dari : Pertama, jenis dan bahan vaksin.Vaksin hidup lebih banyak menuai tuduhan, karena proses pelemahan yang kurang kuat akan menyebabkan penyakit atau menyimpangnya respon imun penerima. Kedua, bahan dalam vaksin terutama adalah bahan pengawet, bahan antibeku, bahan pewarna dan bahan yang ikut dalam proses pembuatan vaksin. Contohnya pada bahan merkuri yang merupakan bahan yang diduga dapat merusak otak, seperti kasus keracunan merkuri di Minimata. Vaksin yang bebas merkuri adalah MMR, OPV, campak, BCG, dan HB yang dosis tunggal. Bahan yang ada dalam vaksin lainnya adalah sisa formaldehid, bahan antibekuetilen glikol, gelatin dan glutamat pada vaksin cacar air, neomisin dan streptomisin untuk mencegah tumbuhnya kuman dalam biakan sel. Bahan dianggap beracun. 28 Ketiga, manfaat dan efikasi vaksin. Efikasi vaksin harus lebih besar dari reaktogenisitas vaksin, dinyatakan pada perbandingan besaran outcome dan besaran reaksi imunisasi. Keempat, kecenderungan genetik yang menyimpang. Tiap individu mempunyai kemungkinan hidup dengan pola genetik yang menyimpang, sehingga seringkali tidak dapat memberikan respons imun yang diharapkan. 3. Respon imun penerima vaksin Resipien atau si-penerima vaksinasi yang sakit berat atau yang pertahanan tubuhnya tidak normal besar kemungkinannya akan menjadi sakit, atau menjadi karier sehat. 4. Adanya pemicu Beberapa pemicu masalah besar antara lain : Pertama, autisme, wakefield dan montgomerry telah mengajukan laporan penelitian yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara vaksin MMR dan kejadian autisme pada anak. Kedua, reaksi neurologik, beberapa vaksin diduga menyebabkan reaksi pada susunan saraf. Reaksi ini sangat jarang dan belum jelas patogenesisnya. Ketiga, reaksi imunologik, vaksin dapat menimbulkan penyimpangan respons imun sebagai reaksi tubuh terhadap bahan tambahan maupun bahan dasar vaksin itu sendiri. 29 11. Anjuran dan jalan keluar yang harus dilakukan Ada beberapa tip yang bisa membantu para sejawat mencari jalan keluar kontroversi imunisasi (Ranuh, dkk, 2011) . 1. Penjelasan yang jujur Penjelasan yang jujur dan benar kepada orang tua sangat diperlukan untuk mengimbangi segala informasi penetang imunisasi yang seolah-olah berdasar alasan yang kuat dan disertai dengan riset yang mendalam. Penjelasan mencakup manfaat imunisasi dan kemungkinan adanya reaksi samping. 2. Menunjukkan empati dan perhatikan yang besar Memberikan penjelasan tidak cukup tetapi harus disertai dengan memberikan keyakinan, perhatian yang besar kepada anak sehingga keraguan dan keyakinan orang tua untuk ikut dalam kelompok penentang imunisasi dapat dibatasi. 3. Menghindari pertempuran emosi Menghadapi orangtua yang kecewa atau marah dengan kemarahan yang tidak rasional,sebaiknya kita menanggapi dengan cara mendengarkan, karena dengan begitu maka akan membawa hasil yang lebih baik. 4. Membekali diri dengan pengetahuan Membekali diri dengan pengetahuan yang cukup perihal pokok-pokok dasar imunisasi. Termasuk diantaranya pengetahuan tentang sifat tiap vaksin yang digunakan. 30 C. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013. Variabel Tunggal Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu untuk gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai bayi tentang imunisasi dasar pada bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian dilakukan pada tanggal13-22 Juni 2013. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Notoatmodjo (2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Adapun Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi yang berada di Lingkungan ll Kelurahan 32 Tanjung Gusta Medan Tahun 2013, pada bulan Mei dan Juni yang berjumlah 49 orang. 2. Sampel Menurut Notoatmodjo (2010), sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti atau dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode Total Sampling. Total sampling adalah total populasi yang dijadikan objek penelitian di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013. Dalam penelitian ini sampel diperoleh dengan cara door to door. Yang dijadikan sampel adalah ibu yang mempunyai bayi yang berada di rumah dan bersedia menjadi responden. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 49 orang. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden dengan cara membagikan kuesioner kepada responden. Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak 33 langsung, yaitu data yang diambil dari data yang sudah ada di tempat penelitian dengan menggunakan rekam medik. E. Defenisi Operasional Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Pengetahuan Defenisi Operasional Segala ibu yang sesuatu yang imunisai mempunyai diketahui ibu b. Jenis-jenis bayi tentang tentang imunisasi imunisasi dasar pada dasar bayi Parameter a. Defenisi Alat Ukur Kuesioner imunisasi Skala Ordinal Skor 1. Baik, bila jawaban benar 16-20 soal (76100%) (kode1) c. Jadwal imunisasi d. Tujuan dan Manfaat 2. Cukup, bila jawaban benar 12-15 soal (56%75%) (kode2) imunisasi e. Efek samping imunisasi f. Kontra- 3. Kurang, bila jawaban benar <12 soal (40 %55%) (kode3) indikasi imunisasi F. Aspek Pengukuran Aspek pengukuran dilakukan terhadap tingkat pengetahuan berdasarkan pada jawaban responden dan semua pertanyaan yang diberikan dengan jumlah 20 pertanyaan. 34 Menurut Arikunto (2006), dalam buku Machfoedz (2010), skala pengukuran untuk pengetahuan dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Baik, bila menjawab pertanyaan dengan benar 16-20 soal (76%-100%) 2. Cukup, bila menjawab pertanyaan dengan benar 12-15 soal (56%-75%) 3. Kurang, bila menjawab pertanyaan dengan benar < 12 soal (40%-55%) G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan data Menurut Notoatmodjo (2010), Pengolahan data merupakan proses yang dilakukan setelah data diperoleh dari penelitian melalui kuesioner dan harus dikelompokkan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing (Pemeriksaan Data) Hasil wawancara yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, pertanyaan yang terlewatkan dan peneliti kembali menanyakan pertanyaan tersebut. b. Coding (Pengkodean Data) Setelah dilakukan pengeditan, kemudian dilakukan pengkodean. Data yang diedit kemudian diubah dalam bentuk angka yaitu dengan cara memberikan kode 1 bila jawaban benar dan kode 0 bila jawaban salah. Pengetahuan ibu dikategorikan baik jika dapat menjawab benar 16-20 soal 35 (76%-100%) diberi kode 1, dikategorikan cukup jika responden menjawab benar 12-15 soal (56%-75%) diberi kode 2, dikategorikan kurang jika responden menjawab benar <12 soal (40%-55%) diberi kode 3. c. Tabulating (Tabel) Selanjutnya dikelompokkan secara teliti, dihitung dan dijumlahkan kemudian dimasukkan kedalam tabel-tabel distribusi frekuensi. 2. Analisa data Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data yang telah terkumpul dan dinyatakan dalam tabel distribusi frekuensi. Kemudian dicari besar persentase jawaban masing-masing responden selanjutnya dilakukan pembahasan dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada. 36 BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013. No Variabel Jumlah Persentase (%) 1. Pengetahuan a. Baik 10 20, 40 % b. Cukup 25 51, 02 % c. Kurang 14 28, 58 % Total 49 100 % Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat diketahui bahwa 49 orang responden yang diteliti mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 25 orang (51,02%) dan minoritas responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 10 orang (20,40%). 37 BAB V PEMBAHASAN Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013. Tabel 4.1 dapat diperoleh bahwa dari 49 orang responden yang diteliti yang berpengetahuan baik sebanyak 10 orang responden (20,40%), responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 25 orang responden (51,02%), dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang responden (28,58%). Hasil penelitian dapat diketahui responden yang berpengetahuan baik berjumlah 10 orang (20,40%). Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan merupakan pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut asumsi peneliti, ibu berpengetahuan baik karena ibu memperoleh pengetahuan baru dari media cetak, media elektronik, tenaga kesehatan dan mendapatkan pengalaman tentang 38 imunisasi dasar serta melakukan pengamatan akal dalam menjawab pertanyaan, sehingga ibu tersebut memperoleh pengetahuan baik. Hasil penelitian dapat diketahui responden yang berpengetahuan cukup berjumlah 25 orang (51,02%). Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Menurut asumsi peneliti, ibu berpengetahuan cukup dikarenakan sedikitnya rasa peduli ibu untuk tahu tentang imunisasi dasar pada bayi dan dalam menjawab pertanyaan ibu sekedar mengerti tentang imunisasi dasar pada bayi. Sehingga ibu tersebut memperoleh pengetahuan cukup. Hasil penelitian dapat diketahui responden yang berpengetahuan kurang berjumlah 14 orang (28,58%). Menurut Mubarak (2012), pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang dialami. Menurut asumsi peneliti, ibu yang berpengetahuan kurang dikarenakan responden sama sekali tidak tahu, tidak pernah mendengar serta ketidak pedulian ibu tentang imunisasi dasar pada bayi, bahkan tidak ada keinginan untuk mendapatkan dari berbagai sumber informasi tentang imunisasi dasar pada bayi, dan dalam menjawab pertanyaan tersebut ibu mengalami kesulitan, sehingga ibu tersebut memperoleh pengetahuan kurang. 39 BAB VI A. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013, dapat diambil kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: bahwa pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi memiliki pengetahuan cukup. B. SARAN 1. Bagi Responden Kepada ibu yang memiliki bayi agar meningkatkan ilmu pengetahuannya tentang imunisasi dasar dimana ilmu kesehatan yang semakin berkembang. 2. Bagi Tenaga Kesehatan Bagi tenaga kesehatan diharapkan untuk meningkatkan pelayanan dan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan ibu atau masyarakat khususnya masalah imunisasi agar masyarakat selalu memperdulikan dan mengingat pentingnya kesehatan pada anak-anak mereka. 3. Bagi Peneliti Diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk dapat lebih mempersiapkan diri guna melakukan penelitian selanjutnya yang lebih sempurna sehingga 40 kegunaannya dapat dirasakan oleh berbagai pihak, serta sebagai sumber dalam melakukan penelitian yang berhubungan tentang pengetahuan ibu yang mempunyai bayi tentang imunisasi dasar pada bayi di Lingkungan ll Tanjung Gusta Medan Tahun 2013. 4. Bagi Instansi Pendidikan Bagi instansi pendidikan diharapkan agar menambah sumber informasi terbaru mengenai imunisasi dasar pada bayi. 41 DAFTAR PUSTAKA Bakhtiar, Amsal., 2012. Filsafat Ilmu, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Dewi Vivian, N, L., 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita, Salemba Medika, Jakarta. Hidayat, A. Aziz, A., 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta. Lisnawati, Lilis., 2011. Generasi Sehat Melalui Imunisasi, Trans Info Media, Jakarta. Machfoedz, Ircham., 2010. Metode Penelitian, Fitramaya, Yogyakarta. Marimbi, Hanum., 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, Dan Imunisasi Dasar Pada Balita, Numed. Maryanti, D., Sujianti., Budiarti, T., 2011.Neonatus, Bayi dan Balita, Cetakan l, CV. Trans Info Media, Jakarta. Maryunani, Anik., 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan, Cetakan I, Trans Info Media, Jakarta. Maulana, Mirza., 2009. Reproduksi, Kehamilan dan Merawat Anak, Cetakan l, Tunas Publishing, Jogjakarta. Mubarak, Wahit, Iqbal., 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo., 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta. _____________., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Proverawati, A., Andhini Citra, S, D., 2010. Imunisasi dan Vaksinasi, Cetakan l, Numed, Yogyakarta. 42 Ranuh, Gde, I.G.N., Suyinto, H., Hadinegoro Sri, R, S., Kartasasmita, C, B., Ismoedijanto., Seodjatmiko., 2008. Pedoman Imunisasi Indonesia, IDAI, Jakarta. Wahyuni, Sari., 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Dan Balita, EGC, Jakarta. 43