0 gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai bayi tentang

advertisement
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU YANG MEMPUNYAI BAYI TENTANG IMUNISASI
DASAR PADA BAYI DI LINGKUNGAN II KELURAHAN TANJUNG GUSTA MEDAN
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Kelulusan Ahli Madya Kebidanan
Diajukan Oleh :
RAFIKA TAMPUBOLON
NIM : 10330206039
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
Juli, 2013
0
ABSTRAK
Imunisasi sangat penting bagi tumbuh kembang bayi atau anak. Jika
tanpa ada imunisasi, maka beberapa bayi akan terserang penyakit tertentu
yang bahkan bisa menyebabkan kematian. Menurut informasi yang
bersumber dari data stastistik, kita bisa tahu bahwa tanpa imunisasi, kira-kira
3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak ; 2 dari
100 kelahiran anak meninggal karena batuk rejan ; 1 dari 100 kelahiran anak
akan meninggal karena penyakit tetanus; dan dari setiap 200.000 anak, 1
akan menderita penyakit polio.
Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu yang mempunyai bayi tentang imunisasi dasar di
Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013. Jenis penelitian
ini deskriptif, dengan menggunakan data primer dan sekunder, instrumen
yang digunakan adalah kuesioner. Total populasi sebanyak 49 orang.
Kemudian diambil sampel sebanyak 49 orang. Tehnik pengambilan sampel
dengan menggunakan cara total sampling. Sampel diperoleh dengan cara
personal interview (door to door). Dalam penelitian ini yang dijadikan
responden adalah ibu yang mempunyai bayi di Lingkungan ll Kelurahan
Tanjung Gusta medan tahun 2013.
Hasil penelitian dari gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai bayi
tentang imunisasi dasar pada bayi adalah mayoritas berpengetahuan cukup
sebanyak 15 orang (45,45%), dan minoritas pengetahuan baik sebanyak 7
orang (21,22%).
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa pengetahuan ibu yang
mempunyai bayi tentang imunisasi dasar pada bayi di Lingkungan ll
Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013 memiliki pengetahuan cukup.
Saran dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi disarankan agar
meningkatkan ilmu pengetahuannya tentang imunisasi dasar dimana ilmu
kesehatan yang semakin berkembang.
Kata Kunci
: Pengetahuan ibu, imunisasi dasar
Daftar Pustaka
: 15 (2008-2012)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan serta
kemampuan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini. Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Gambaran
Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar Pada
Bayi Di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013”.
Keberhasilan peneliti dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak
mendapat bimbingan, dukungan moral maupun material yang peneliti terima
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, maka pada kesempatan ini
peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. dr. l. Nyoman E.L, M.Kes, AIFM selaku Ketua Yayasan Pendidikan
Universitas
Prima
Indonesia
Medan
yang
telah
memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu di Universitas Prima
Indonesia Medan.
2. Prof. Dr. Djakobus Tarigan, AAI, DAAK, selaku Rektor Universitas
Prima Indonesia Medan yang telah memberikan arahan dan dukungan
selama mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Prima
Indonesia Medan.
ii
3. Chrismis Novalinda Ginting, SSiT, M.Kes, selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan di Universitas Prima Indonesia yang
telah banyak memberi bantuan selama masa pendidikan.
4. Subang Aini Nasution, SKM, M. Kes, selaku ketua program studi D-lll
kebidanan
Universitas
Prima
Indonesia
yang
telah
banyak
memberikan motivasi dan dukungan kepada peneliti sehingga peneliti
dapat menyelesaikan proposal peneliti.
5. Mareli Napitu, S.Pd, SST, S.Kep, selaku Pembimbing yang sudah
memberi arahan dan masukan demi penyelesaian Karya Tulis Ilmiah
ini.
6. Terima kasih kepada bapak Jumadi, selaku Kepala Lingkungan
Kelurahan Tanjung Gusta yang telah memberikan izin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta
Medan Tahun 2013.
7. Seluruh
staf
Pengajar
Fakultas
Keperawatan
dan
Kebidanan
khususnya program studi D-lll Kebidanan yang telah banyak
memberikan ilmu dan mendidik peneliti selama menjalani pendidikan.
8. Ayahanda dan ibunda tercinta (Harles Tampubolon dan Derlina
Situmorang), serta kakak peneliti (Octavia Tampubolon) yang selalu
memberikan kasih sayang, do’a, semangat serta dukungan moral dan
material kepada peneliti sampai sekarang ini. Peneliti hanya mampu
mengingat jasa baik dan mendo’akan segala kebaikan kedua orang
iii
tua, dan saat ini waktunya peneliti menghapus keringat dan
membahagiakan dengan mendapat gelar Ahli Madya Kebidanan.
Peneliti menyadari bahwa isi Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan baik dari isi maupun penyusunannya, peneliti mengharapkan
kritik
dan
saran
dari
pembaca
yang
sifatnya
membangun
demi
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti sendiri.
Medan,
Juli 2013
Peneliti,
(Rafika Tampubolon)
iv
DAFTAR ISI
Hal
Abstrak ...............................................................................................
Kata Pengantar ..................................................................................
Daftar Isi .............................................................................................
Daftar Tabel .......................................................................................
Daftar Lampiran ................................................................................
i
ii
v
viii
ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................
1
A. Latar belakang ....................................................................
1
B. Perumusan masalah ...........................................................
4
C. Tujuan penelitian .................................................................
4
D. Keaslian penelitian ..............................................................
4
E. Manfaat penelitian ...............................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................
6
A. Pengetahuan ............................................................................
6
1. Defenisi ...............................................................................
6
2. Jenis pengetahuan ..............................................................
7
3. Hakikat pengetahuan ..........................................................
8
4. Sumber pengetahuan .........................................................
8
5. Tingkat pengetahuan ..........................................................
10
6. Cara memperoleh pengetahuan .........................................
11
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ................
13
8. Cara mengukur pengetahuan .............................................
15
B. Imunisasi ..................................................................................
15
1. Pengertian imunisasi ...........................................................
15
2. Tujuan imunisasi .................................................................
16
3. Manfaat imunisasi ...............................................................
17
v
4. Macam-macam imunisasi ...................................................
17
5. Efek Samping imunisasi ......................................................
18
6. Kontraindikasi imunisasi .....................................................
19
7. Pentingnya imunisasi dan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi ..................................................
20
8. Imunisasi wajib ....................................................................
21
9. Jadwal pemberian imunisasi ...............................................
24
10. Kontroversi yang timbul dalam imunisasi ............................
27
11. Anjuran dan jalan keluar yang harus dilakukan ..................
30
C. Kerangka Konsep .....................................................................
31
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................
32
A. Jenis Penelitian ........................................................................
32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................
32
1. Lokasi penelitian .................................................................
2. Waktu penelitian .................................................................
32
32
C. Populasi dan Sampel ...............................................................
32
1. Populasi ..............................................................................
2. Sampel ................................................................................
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................
32
33
33
E. Defenisi Operasional ................................................................
34
F. Aspek Pengukuran ...................................................................
34
G. Pengolahan dan Analisa Data ..................................................
35
1. Pengolahan Data ................................................................
2. Analisa Data ........................................................................
35
36
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................
37
Pengetahuan Ibu ..................................................................
37
vi
BAB V PEMBAHASAN .....................................................................
38
Pengetahuan Ibu ..................................................................
38
BAB VI KESIMPULAN ......................................................................
40
A. Kesimpulan ......................................................................
40
B. Saran ...............................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Hal
Table 2.1. Jadwal imunisasi ..............................................................
24
Tabel 3.1. Defenisi Operasional ........................................................
34
Tabel 4.1. Distribusi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Tentang
Imunisasi Dasar Pada Bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung
Gusta Medan Tahun 2013 ...............................................
viii
37
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-kisi
2. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden
3. Lembaran Rahasia
4. Kuesioner Penelitian
5. Lembar Jawaban Kuesioner Penelitian
6. Master Data
7. Surat Penelitian
8. Surat Balasan Penelitian
9. Daftar Konsul Karya Tulis Ilmiah
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi itu sangat penting bagi tumbuh kembang bayi atau anak. Jika
tanpa ada imunisasi, akan ada beberapa banyak bayi akan terserang
penyakit tertentu yang bahkan bisa menyebabkan kematian. Menurut
informasi yang bersumber dari data stastistik, kita bisa tahu bahwa tanpa
imunisasi, kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena
penyakit campak ; 2 dari 100 kelahiran anak meninggal karena batuk rejan ; 1
dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus; dan dari
setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio (Maulana, 2009).
Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan
melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu. Walaupun pada saat ini
fasilitas pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia di masyarakat, tetapi
tidak semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap.
(Maulana, 2009).
Upaya imunisasi di Indonesia yang telah dilakukan sejak tahun 70-an
pada bayi atau anak, merupakan program untuk memenuhi Konvensi Hak
Anak yang diberlakukan sejak 2 september 1990 oleh PBB. Konvensi Hak
Anak meliputi hak atas kelangsungan hidup (survival), hak untuk berkembang
1
(development),
hak
atas
perlindungan
(protection)
dan
hak
untuk
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (participation). Maka sebagai
upaya
nyata,
pemerintah
bersama
orangtua
mempunyai
kewajiban
memberikan upaya kesehatan terbaik demi tumbuh kembang anak, dan
imunisasi merupakan upaya pencegahan yang efektif terhadap penyakit
infeksi yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan (Ranuh dkk,
2011).
Angka kematian bayi (AKB atau IMR) dalam dua dasawarsa terakhir ini
menunjukkan penurunan yang bermakna, yaitu apabila pada tahun 1971
sampai 1980 memerlukan sepuluh tahun untuk menurunkan AKB dari 142
menjadi 112 per 1000 kelahiran hidup maka hanya dalam kurun waktu lima
tahun, yaitu tahun 1985 sampai 1990 Indonesia berhasil menurunkan AKB
dari 71 menjadi 54 dan bahkan dari data 2001 telah menunjukkan angka 48
per 1000 kelahiran hidup. Penurunan tersebut diikut dengan angka kematian
balita atau AKB yang telah mencapai 56 per 1000 kelahiran hidup (Ranuh
dkk, 2011).
Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) diketahui bahwa
pada dua tahun terakhir cakupan imunisasi dan kualitas vaksinasi tampak
menurun.
Penurunan
cakupan
imunisasi
sangat
dirasakan
dengan
ditemukannya kembali kasus polio dan difteria di Negara kita. Tiga ratus
enam orang anak menderita poliomyelitis pada periode Mei 2005 sampai
2
dengan Februari 2006 sebagai akibat cakupan vaksinasi polio yang menurun
di daerah Cidahu Sukabumi. Angka kejadian difteria yang masih tinggi pada
tahun 2000 ditemukan 1036 kasus dan 174 kasus pada tahun 2007
merupakan bukti bahwa vaksinasi DPT tidak merata (Ranuh dkk, 2011).
Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita di
Indonesia
maka
perlu
ditingkatkan
peran
Pos
Pelayanan
Terpadu
(Posyandu), serta penempatan bidan-bidan desa di Pos Persalinan Desa
(Polindes), mengingat beban wilayah Indonesia yang sangat luas. Untuk itu,
program pemerintah dalam memperbanyak bidan desa merupakan hal yang
sangat “urgent” untuk memantau dan membantu kesehatan bayi dan balita
yang jauh dari fasilitas kesehatan. Hal ini karena membawa bayi/balita yang
sakit kerumah sakit bukanlah pemecahan yang baik, tetapi juga harus
diaktifkan pusat-pusat pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan,
termasuk bidan ditingkat desa yang dapat menjangkau masyarakat luas
(Maryunani, 2010).
Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan oleh peneliti di
Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan pada bulan Februari 2013
terhadap 6 dari 10 orang ibu yang mempunyai bayi yang kurang mengetahui
tentang Imunisasi Dasar pada Bayi. Dengan data tersebut maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan Ibu
3
Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar pada Bayi di Lingkungan ll
Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah masih
kurangnya mendapatkan informasi, serta rasa keingintahuan dan kepedulian
ibu untuk mengetahui tentang imunisasi dasar pada bayi. Maka untuk itu,
peneliti ingin mengetahui “Bagaimana Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai
Bayi Tentang Imunisasi Dasar pada Bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung
Gusta Medan Tahun 2013”.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi
Tentang Imunisasi Dasar pada Bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung
Gusta Medan Tahun 2013.
D. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan penulis, penelitian tentang gambaran pengetahuan
ibu yang mempunyai bayi tentang imunisasi dasar pada bayi di lingkungan ll
kelurahan tanjung gusta medan tahun 2013 belum pernah dilakukan.
4
E. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Responden
Sebagai sumber informasi bahwa imunisasi dasar pada bayi lengkap
maka dapat mencegah penyakit dan sumber imunitas bagi tubuh si bayi.
2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan, tambahan ilmu dan informasi bagi petugas kesehatan
dalam melaksanakan penyuluhan tentang imunisasi dasar pada bayi.
3. Bagi Pendidikan
Sebagai sumber informasi bagi pembaca di perpustakaan Universitas
Prima Indonesia.
4. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
serta sebagai penerapan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan
khususnya tentang imunisasi dasar pada bayi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Defenisi
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris
yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa
defenisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified
true belief). Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa
defenisi tentang pengetahuan. Menurut Drs.Sidi Gazalba, pengetahuan
adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut
adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu
adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu ( Bakhtiar, 2012).
Menurut Mubarak (2011), pengetahuan adalah segala apa yang
diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia.
Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai
dengan proses pengalaman manusia yang dialami.
Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
6
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.
2. Jenis Pengetahuan
Jenis pengetahuan menurut Bakhtiar (2012), pengetahuan yang
dimiliki manusia ada empat, yaitu:
Pertama, pengetahuan biasa, adalah pengetahuan yang dalam filsafat
dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good
sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik.
Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat
dipakai untuk menyiram bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar,
musim kemarau akan mengeringkan sawah tadah hujan dan sebagainya.
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari sciene.
Dalam pengertian yang sempit sciene diartikan untuk menunjukkan ilmu
pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat
7
lebih menekankan universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.
Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga
ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang diperoleh
dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan
wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
3. Hakikat Pengetahuan
Menurut Bakhtiar (2012), ada dua teori untuk mengetahui hakikat
pengetahuan itu, yaitu :
Pertama, realisme, teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap
alam. Realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat
bila sesuai dengan kenyataan.
Kedua, idealisme, ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan
adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses
psikologis yang bersifat subjektif. Subjektif dipandang sebagai suatu yang
mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut.
4. Sumber Pengetahuan
8
Menurut Bakhtiar (2012), pengetahuan yang ada pada manusia
diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan sumber
pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber
pengetahuan antara lain :
Pertama,
emperisme,
kata
ini
berasal
dari
kata
Yunani
emperikos,artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh
pengetahuan melalui pengalamannya. Dalam emperisme, sumber utama
untuk
memperoleh
pengetahuan
adalah
data
yang
diperoleh
dari
pancaindera.
Kedua, rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar
kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur
dengan akal. Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran emperisme yang
disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi, seandainya akal
digunakan.
Rasionalisme
tidak
mengingkari kegunaan
indera
dalam
memperoleh pengetahuan.
Ketiga, intuisi, adalah hasil pemahaman yang tertinggi. Kemampuan
ini
mirip
dengan
insting,
tetapi
berbeda
dengan
kesadaran
dan
kebebasannya. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai
dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur.
Keempat, wahyu, adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah
kepada manusia lewat perantaraan para nabi. Pengetahuan dengan jalan ini
merupakan kekhususan para nabi. Hal inilah yang membedakan mereka
9
dengan
manusia-manusia
lainnya.
Wahyu
Allah
(agama)
berisikan
pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh
pngalaman, maupun yang mencakup masalah transedental, seperti latar
belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan segenap isinya serta
kehidupan di akhirat nanti.
5. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni :
Pertama, tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajarin sebelumnya. Oleh sebab itu,’tahu’ ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
Kedua,
memahami
(comprehension),
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
Ketiga, aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya) serta dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
10
Keempat, analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan katakata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
Kelima, sintesis (synthesis), menunjuk pada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya:
dapat
menyusun,
dapat
merencanakan,
dapat
meringkaskan,
dapat
menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
Keenam, evaluasi (evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada.
6. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), berbagai macam cara yang telah
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah,
dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
11
1. Cara Tradisional atau Nonilmiah
Cara kuno atau tradisonal dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan
secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilmiah, tanpa melalui
penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi :
Pertama, cara coba salah (Trial and Error), dipakai orang sebelum
adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara
coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain atau seterusnya, sampai masalah tersebut
dapat dipecahkan.
Kedua, secara kebetulan, terjadi karena tidak disengaja oleh orang
yang bersangkutan.
Ketiga, cara kekuasaan atau otoritas, diperoleh berdasarkan pada
pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau
ilmuwan yang pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama didalam
penemuan pengetahuan.
Keempat, berdasarkan pengalaman pribadi, merupakan suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
12
Kelima, cara akal sehat (common sense), kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran.
Keenam,
melalui jalan
pikiran,
dalam memperoleh
kebenaran
pengetahuan, manusia telah mampu menggunakan penalarannya dan jalan
pikirannya.
2. Cara Modern atau Ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research
methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (15611626). Ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam
atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan
dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum.
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak (2011), ada tujuh faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu :
Pertama, pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan seseorang
kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri
lagi bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah mereka
menerima informasi, daripada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan
semakin banyak.
13
Kedua, pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Ketiga, umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami
perubahan aspek fisik dsn psikologis (mental). Perubahan ini terjadi karena
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berfikir
seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.
Keempat, minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam.
Kelima, pengalaman, suatu kejadian yang pernah dialami seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Keenam, kebudayaan, lingkungan sekitar sangat berpengaruh dalam
pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Apabila dalam suatu
wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat
mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan
lingkungan.
Ketujuh, informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi
dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.
14
8. Cara mengukur pengetahun
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian responden (Mubarak, 2012).
Menurut Arikunto (2006), dalam buku machfoedz (2009), penentuan
tingkat pengetahuan responden penelitian tentang sub variabel dan variabel
dengan cara mengkonversikan nilai sub variabel maupun variabel kedalam
kategori kualitatif, sebagai berikut:
a. Baik bila subjek mampu menjawab dengan benar 16-20 (76%100%) dari seluruh pertanyaan
b. Cukup bila subjek mampu menjawab dengan benar 12-15(56%75%) dari seluruh pertanyaan
c. Kurang bila mampu menjawab dengan benar <12 (40%-55%) dari
seluruh pertanyaan.
B. Imunisasi
1. Pengertian imunisasi
Menurut Hidayat (2008), imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh
agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk
15
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui
suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan Campak), dan melalui mulut
(misalnya vaksin polio).
Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan
terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya. Imunisasi berasal
dari kata imun yang berarti kebal atau resisten (Lisnawati, 2011).
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif
dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi,
berbagai penyakit seperti tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,
poliomyelitis, dan campak dapat dicegah (Dewi, 2010).
2. Tujuan imunisasi
Menurut Maryunani (2010), tujuan dalam pemberian imunisasi, antara
lain :
a. Mencegah
terjadinya
penyakit
tertentu
pada
seseorang
dan
menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat
berbahaya bagi bayi dan anak.
16
3. Manfaat imunisasi
Menurut Marimbi (2010), manfaat imunisasi ada tiga, yaitu :
Pertama, untuk anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan
oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
Kedua, untuk keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang
tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
Ketiga,
untuk
Negara,
yaitu
memperbaiki
tingkat
kesehatan,
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan
Negara.
4. Macam-macam imunisasi
Imunisasi dibagi menjadi dua macam menurut Maryanti, dkk (2011),
yaitu :
a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang
karena tubuh yang secara aktif membentuk zat antibodi.
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi ini adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang
yang zat kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar.
17
5. Efek samping imunisasi
Menurut Maryunani (2010), efek samping imunisasi, yaitu :
Pertama, imunisasi BCG, umumnya tidak ada. Namun, pada beberapa
anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian
bawah (diselangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya
sembuh sendiri.
Kedua, imunisasi DPT, biasanya hanya gejala-gejala ringan, seperti
sedikit demam saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan,
agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri
dalam beberapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun
panas bayi. Bisa juga memberikan minuman cairan lebih banyak dan tidak
memakaikan pakaian terlalu banyak.
Ketiga, imunisasi polio, hampir tidak ada efek samping. Hanya
sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot.
Kasusnya pun sangat jarang.
Keempat, imunisasi campak, biasanya tidak terdapat reaksi akibat
imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan atau
bercak merah pada pipi dibawah telinga pada hari ke-7-8 setelah
penyuntikan.
Kelima, imunisasi hepatitis B, umumnya tidak terjadi. Jikapun terjadi
(namun sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang
18
disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan
menghilang dalam waktu dua hari.
6. Kontraindikasi imunisasi
Kontraindikasi imunisasi menurut Maryunani (2010), yaitu :
Pertama, BCG, imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang
berpenyakit TB atau menunjukkan uji Mantoux positif atau pada anak yang
mempunyai penyakit kulit yang berat/menahun.
Kedua, DPT, imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak
yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau
bukan, seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau
habis dirawat karena infeksi otak, anak-anak yang sedang demam/sakit keras
dan yang mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim
atau asma.
Ketiga, polio, sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang
sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 38°C) ditangguhkan. Pada
anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan, penyakit HIV/AIDS,
penyakit kanker atau keganasan, sedang menjalani pengobatan steroid dan
pengobatan radiasi umum, tidak diberikan imunisasi polio.
Keempat, campak, yaitu dengan penyakit infeksi akut yang disertai
demam, penyakit gangguan kekebalan, penyakit TBC tanpa pengobatan,
19
kekurangan gizi berat, penyakit keganasan dan kerentanan tinggi terhadap
protein telur, kanamisin dan eritromisin (antobiotik).
Kelima, hepatitis B, tidak dapat diberikan pada anak yang menderita
sakit berat.
7. Pentingnya imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi
Menurut Maryanti dkk (2011), imunisasi salah satu cara yang efektif
dan efesien dalam mencegah penyakit. Saat ini ada tujuh penyakit infeksi
pada anak yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan. Ketujuh
penyakit tersebut dimasukkan pada program imunisasi, yaitu :
1. Tuberculosis
Tuberculosis (TBC) adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis).
2. Difteri
Difteri
merupakan
penyakit
infeksi
yang
disebabkan
oleh
Corybacterium Diphtheriae merangsang saluran pernapasan terjadi pada
balita dan bayi.
3. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh Bordotella pertusis pada saluran pernapasan.
4. Tetanus
20
Penyakit tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman
bakteri Clostridium Tetani. Penyakit ini sering terjadi pada bayi baru lahir
(tetanus neonatorum). Penyakit terjadi karena kuman clostridium tetani
memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat yang kurang terawat. Untuk
mencegah kejadian tetanus neonatorum ini adalah dengan pemberian
imunisasi.
5. Poliomyelitis
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio.
6. Campak
Penyakit campak (measles) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular,
menyerang hampir semua anak kecil. Virus ini menular melalui saluran
pernapasan yang keluar saat penderita bernapas, batuk dan bersin (droplet).
7. Hepatitis B
Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
virus hepatitis B. pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian
imunisasi hepatitis pada bayi.
8. Imunisasi wajib
Jenis imunisasi yang wajib menurut Marimbi (2010), yaitu :
21
Pertama, BCG, vaksin BCG memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit tuberculosis (TBC). Diberikan sebelum usia 2 bulan. Disuntikkan
intrakutan di daerah deltoid kanan dengan dosis 0,05 ml.
Kedua, hepatitis B, untuk mencegah penyakit yang disebabkan virus
hepatitis B yang berakibat pada hati. Penyakit ini menular melalui darah atau
cairan tubuh yang lain dari orang yang terinfeksi. Diberikan sedini mungkin
setelah lahir yang disuntikkan secara intra muscular di daerah deltoid, dosis
0,5 ml.
Ketiga, polio, imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap
penyakit polio. Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran
orang yang terinfeksi. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml)
Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin
hepatitis B, dan DPT.
Keempat, DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus), vaksin yang melindungi
terhadap difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri yang
menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius dan
fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri saluran udara yang ditandai
dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan melengking, dan
juga menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan
kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang menyebabkan kekakuan
pada rahang serta kejang. Dosisnya 0,5 ml diberikan secara intra muscular
dibagian luar paha.
22
Kelima, campak, penyakit menular yang dapat disebabkan oleh virus
campak. Penularan melalui udara atau kontak langsung dengan penderita.
Gejalanya adalah demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada kulit 35 hari setelah anak menderita demam. Komplikasi penyakit campak adalah
radang paru-paru, infeksi pada telinga, radang saraf, radang sendi dan
radang otak yang menyebabkan kerusakan otak permanen (menetap).
Imunisasi ini akan menimbulkan kekebalan aktif dengan tujuan untuk
melindungi terhadap penyakit campak dengan sekali suntikan, dan diberikan
pada usia anak Sembilan bulan atau lebih. Dosisnya 0,5 ml diberikan secara
subkutan di lengan kiri.
Menurut Maryunani (2010), lima jenis imunisasi dasar yang wajib
diperoleh bayi sebelum usia setahun, yaitu :
1. Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan.
2. Imunisasi DPT, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 2-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu.
3. Imunisasi Polio, yang diberikan 4 (empat) kali pada bayi 0-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu.
4. Imunisasi Campak, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 1-11 bulan,
dengan interval minimal 4 minggu.
5. Imunisasi Hepatitis B, yang diberikan 3 (tiga) kali pada bayi usia 1-11
bulan, dengan interval minimal 4 minggu.
23
9. Jadwal pemberian imunisasi
Menurut Wahyuni (2012), jadwal pemberian imunisasi, yaitu :
Tabel 2.1 jadwal imunisasi
Jadwal pemberian imunisasi
Usia
Vaksin
Keterangan
Saat lahir
Hepatitis B-1
HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam
setelah lahir, dilanjutkan pada usia 1 dan 6
bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam
waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml
bersamaan
dengan
vaksin
HB-1.
Apabila
semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan
ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui
bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat
diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berusia 7
hari.
Polio-0
Polio-0
diberikan
saat
kunjungan pertama.
Untuk bayi yang lahir di rumah bersalin/rumah
sakit polio oral diberikan saat bayi dipulangkan
(untuk
menghindari
transmisi
virus
vaksin
kepada bayi lain).
1 bulan
Hepatitis B-2
Hb-2 diberikan pada usia 1 bulan, interval HB-1
dan HB-2 adalah 1 bulan. Bayi prematur bila ibu
HbsAG (-) imunisasi di tunda sampai bayi
berusia 2 bulan atau berat badan 2000 gram.
0-2 bulan
BCG
BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG
akan diberikan pada usia >3 bulan sebaiknya
dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG
24
diberikan apabila uji tuberkulin negatif. Vaksin
BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena
manfaatnya diragukan.
2 bulan
DPT-1
DPT-1 diberikan pada usia lebih dari 6 minggu,
dapat dipergunakan DTwp atau Dtap. DPT-1
dengan interval 4-6 minggu.
Polio-1
Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan
DPT-1. Interval pemberian polio 2, 3, 4 tidak
kurang dari 4 minggu. Vaksin polio ulangan
diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4
selanjutnya usia 5-6 tahun.
4 bulan
DPT-2
DPT-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan
secara terpisah atau dikombinasikan dengan
Hib-2 (PRP-T).
6 bulan
Polio-2
Polio-2 diberikan bersamaan dengan DPT-2
DPT-3
DPT-3
dapat
diberikan
terpisah
atau
dikombinasikan dengan Hib-3. DPT ulangan
diberikan 1 tahun setelah imunisasi DPT 3 dan
pada usia 5 tahun. DT diberikan pada anak usia
12 tahun.
Polio-3
Polio-3 diberikan bersamaan dengan DPT-3.
Hepatitis B-3
HB-3
diberikan
usia
6
bulan.
Untuk
mendapatkan respons imun optimal, interval
HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
Departemen
kesehatan
mulai
tahun
2005
memberikan vaksin hepB-1 monovalen (uniject)
saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi
25
DTwP/HepB pada usia 2-3-4 bulan. Imunisasi
ulangan (booster) pada usia 5 tahun tidak
diperlukan, idealnya pada usia ini dilakukan
pemeriksaan anti-HBs.
9 bulan
Campak
Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan.
Menurut Proverawati dan Andhini (2010), jadwal imunisasi pada anak,
yaitu :
1. MMR : 15-18 bulan, apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan
imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.
Hib-4 : diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP)
2. DTP-4 : 18 bulan ,DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah
DTP-3.
Polio-4 : diberikan bersamaan dengan DTP-4.
3. Hepatitis A : 2 tahun, Vaksin HepA direkomendasikan pada umur >2
tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.
4. Tifoid : 2-3 tahun, Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan
untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang
setiap 3 tahun.
5. DTP-5 : 5 tahun, DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap).
Polio-5 : diberikan bersamaan dengan DTP-5
26
6. MMR : 6 tahun, diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang
belum mendapatkan MMR-1.
7. dT/TT : 10 tahun, menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT)
diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.
Varisela : vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.
10. Kontroversi yang timbul dalam imunisasi
Beberapa kontroversi yang timbul (Ranuh, dkk, 2011) yaitu :
1. Pelaksanaan program imunisasi
Perbedaan pendapat seringkali terjadi diantara para ilmuwan dengan
para penentu kebijakan di masa lampau dan bahkan sampai saat ini.
Masalah yang dilontarkan adalah :
Pertama, imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah telah merampas
hak warganegara untuk memilih tidak diimunisasi (hak untuk menjadi sakit
dan menjadi sumber penularan). Khusus di indonesia, Undang-undang
wabah memberikan sanksi pada siapapun yang melalaikan atau menghalangi
pelaksanaan penanggulangan wabah termasuk imunisasi.
Kedua, imunisasi pada anak mementingkan kekebalan jangka pendek
terhadap beberapa penyakit menular tertentu dan mengganggu kekebalan
jangka panjang, penyakit tersebut pidah ke usia yang lebih tua.
27
Ketiga, imunisasi memindahkan satu penyakit dari satu masa ke
penyakit lain pada masa lain dan juga menghilangkan satu penyakit tetapi
menimbulkan penyakit lain.
2. Vaksin dan keamanannya
Vaksin adalah suatu bahan yang dapat merangsang kekebalan atau
benda biologik hidup yang aman sampai suatu saat dapat dibuktikan cacat.
Kontroversi berasal dari :
Pertama, jenis dan bahan vaksin.Vaksin hidup lebih banyak menuai
tuduhan, karena proses pelemahan yang kurang kuat akan menyebabkan
penyakit atau menyimpangnya respon imun penerima.
Kedua, bahan dalam vaksin terutama adalah bahan pengawet, bahan
antibeku, bahan pewarna dan bahan yang ikut dalam proses pembuatan
vaksin. Contohnya pada bahan merkuri yang merupakan bahan yang diduga
dapat merusak otak, seperti kasus keracunan merkuri di Minimata. Vaksin
yang bebas merkuri adalah MMR, OPV, campak, BCG, dan HB yang dosis
tunggal. Bahan yang ada dalam vaksin lainnya adalah sisa formaldehid,
bahan antibekuetilen glikol, gelatin dan glutamat pada vaksin cacar air,
neomisin dan streptomisin untuk mencegah tumbuhnya kuman dalam biakan
sel. Bahan dianggap beracun.
28
Ketiga, manfaat dan efikasi vaksin. Efikasi vaksin harus lebih besar
dari reaktogenisitas vaksin, dinyatakan pada perbandingan besaran outcome
dan besaran reaksi imunisasi.
Keempat, kecenderungan genetik yang menyimpang. Tiap individu
mempunyai kemungkinan hidup dengan pola genetik yang menyimpang,
sehingga seringkali tidak dapat memberikan respons imun yang diharapkan.
3. Respon imun penerima vaksin
Resipien atau si-penerima vaksinasi yang sakit berat atau yang
pertahanan tubuhnya tidak normal besar kemungkinannya akan menjadi
sakit, atau menjadi karier sehat.
4. Adanya pemicu
Beberapa pemicu masalah besar antara lain :
Pertama, autisme, wakefield dan montgomerry telah mengajukan
laporan penelitian yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara
vaksin MMR dan kejadian autisme pada anak.
Kedua, reaksi neurologik, beberapa vaksin diduga menyebabkan
reaksi pada susunan saraf. Reaksi ini sangat jarang dan belum jelas
patogenesisnya.
Ketiga, reaksi imunologik, vaksin dapat menimbulkan penyimpangan
respons imun sebagai reaksi tubuh terhadap bahan tambahan maupun
bahan dasar vaksin itu sendiri.
29
11. Anjuran dan jalan keluar yang harus dilakukan
Ada beberapa tip yang bisa membantu para sejawat mencari jalan
keluar kontroversi imunisasi (Ranuh, dkk, 2011) .
1. Penjelasan yang jujur
Penjelasan yang jujur dan benar kepada orang tua sangat diperlukan
untuk mengimbangi segala informasi penetang imunisasi yang seolah-olah
berdasar alasan yang kuat dan disertai dengan riset yang mendalam.
Penjelasan mencakup manfaat imunisasi dan kemungkinan adanya reaksi
samping.
2. Menunjukkan empati dan perhatikan yang besar
Memberikan penjelasan tidak cukup tetapi harus disertai dengan
memberikan keyakinan, perhatian yang besar kepada anak sehingga
keraguan dan keyakinan orang tua untuk ikut dalam kelompok penentang
imunisasi dapat dibatasi.
3. Menghindari pertempuran emosi
Menghadapi orangtua yang kecewa atau marah dengan kemarahan
yang tidak rasional,sebaiknya kita menanggapi dengan cara mendengarkan,
karena dengan begitu maka akan membawa hasil yang lebih baik.
4. Membekali diri dengan pengetahuan
Membekali diri dengan pengetahuan yang cukup perihal pokok-pokok
dasar imunisasi. Termasuk diantaranya pengetahuan tentang sifat tiap vaksin
yang digunakan.
30
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Ibu
Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi di Lingkungan ll
Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013.
Variabel Tunggal
Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai
Bayi Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu untuk
gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai bayi tentang imunisasi dasar
pada bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung
Gusta Medan Tahun 2013.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal13-22 Juni 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Notoatmodjo (2010), populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang diteliti. Adapun Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu yang mempunyai bayi yang berada di Lingkungan ll Kelurahan
32
Tanjung Gusta Medan Tahun 2013, pada bulan Mei dan Juni yang berjumlah
49 orang.
2. Sampel
Menurut
Notoatmodjo
(2010),
sampel
adalah
sebagian
dari
keseluruhan objek yang diteliti atau dianggap mewakili seluruh populasi.
Teknik
pengambilan
sampel
dalam
penelitian
ini
diambil
dengan
menggunakan metode Total Sampling. Total sampling adalah total populasi
yang dijadikan objek penelitian di Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta
Medan Tahun 2013. Dalam penelitian ini sampel diperoleh dengan cara door
to door. Yang dijadikan sampel adalah ibu yang mempunyai bayi yang
berada di rumah dan bersedia menjadi responden. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 49 orang.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data
yang diambil langsung dari responden dengan cara membagikan kuesioner
kepada responden. Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak
33
langsung, yaitu data yang diambil dari data yang sudah ada di tempat
penelitian dengan menggunakan rekam medik.
E. Defenisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Variabel
Pengetahuan
Defenisi
Operasional
Segala
ibu yang
sesuatu yang
imunisai
mempunyai
diketahui ibu
b. Jenis-jenis
bayi tentang
tentang
imunisasi
imunisasi
dasar pada
dasar
bayi
Parameter
a. Defenisi
Alat
Ukur
Kuesioner
imunisasi
Skala
Ordinal
Skor
1. Baik, bila
jawaban
benar 16-20
soal (76100%)
(kode1)
c. Jadwal
imunisasi
d. Tujuan
dan
Manfaat
2. Cukup, bila
jawaban
benar 12-15
soal (56%75%)
(kode2)
imunisasi
e. Efek
samping
imunisasi
f. Kontra-
3. Kurang, bila
jawaban
benar <12
soal (40 %55%)
(kode3)
indikasi
imunisasi
F. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dilakukan terhadap tingkat pengetahuan berdasarkan
pada jawaban responden dan semua pertanyaan yang diberikan dengan
jumlah 20 pertanyaan.
34
Menurut Arikunto (2006), dalam buku Machfoedz (2010), skala
pengukuran untuk pengetahuan dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Baik, bila menjawab pertanyaan dengan benar 16-20 soal (76%-100%)
2. Cukup, bila menjawab pertanyaan dengan benar 12-15 soal (56%-75%)
3. Kurang, bila menjawab pertanyaan dengan benar < 12 soal (40%-55%)
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan data
Menurut Notoatmodjo (2010), Pengolahan data merupakan proses
yang dilakukan setelah data diperoleh dari penelitian melalui kuesioner dan
harus dikelompokkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing (Pemeriksaan Data)
Hasil wawancara yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu
disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau
informasi yang tidak lengkap, pertanyaan yang terlewatkan dan peneliti
kembali menanyakan pertanyaan tersebut.
b. Coding (Pengkodean Data)
Setelah dilakukan pengeditan, kemudian dilakukan pengkodean. Data
yang diedit kemudian diubah dalam bentuk angka yaitu dengan cara
memberikan kode 1 bila jawaban benar dan kode 0 bila jawaban salah.
Pengetahuan ibu dikategorikan baik jika dapat menjawab benar 16-20 soal
35
(76%-100%) diberi kode 1, dikategorikan cukup jika responden menjawab
benar 12-15 soal (56%-75%) diberi kode 2, dikategorikan kurang jika
responden menjawab benar <12 soal (40%-55%) diberi kode 3.
c. Tabulating (Tabel)
Selanjutnya dikelompokkan secara teliti, dihitung dan dijumlahkan
kemudian dimasukkan kedalam tabel-tabel distribusi frekuensi.
2. Analisa data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase
data yang telah terkumpul dan dinyatakan dalam tabel distribusi frekuensi.
Kemudian dicari besar persentase jawaban masing-masing responden
selanjutnya dilakukan pembahasan dengan menggunakan teori kepustakaan
yang ada.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang Pengetahuan Ibu
Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Lingkungan ll
Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang
Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Lingkungan ll Kelurahan
Tanjung Gusta Medan Tahun 2013.
No
Variabel
Jumlah
Persentase (%)
1.
Pengetahuan
a. Baik
10
20, 40 %
b. Cukup
25
51, 02 %
c. Kurang
14
28, 58 %
Total
49
100 %
Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat diketahui bahwa 49 orang responden
yang diteliti mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup yaitu
sebanyak 25 orang (51,02%) dan minoritas responden memiliki pengetahuan
baik yaitu sebanyak 10 orang (20,40%).
37
BAB V
PEMBAHASAN
Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Bayi Tentang Imunisasi Dasar Pada
Bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013.
Tabel 4.1 dapat diperoleh bahwa dari 49 orang responden yang diteliti
yang berpengetahuan baik sebanyak 10 orang responden (20,40%),
responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 25 orang responden
(51,02%), dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang
responden (28,58%).
Hasil penelitian dapat diketahui responden yang berpengetahuan baik
berjumlah 10 orang (20,40%). Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan
merupakan pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra
manusia
yakni:
indra
penglihatan,
pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Menurut asumsi peneliti, ibu berpengetahuan baik
karena ibu memperoleh pengetahuan baru dari media cetak, media
elektronik, tenaga kesehatan dan mendapatkan pengalaman tentang
38
imunisasi dasar serta melakukan pengamatan akal dalam menjawab
pertanyaan, sehingga ibu tersebut memperoleh pengetahuan baik.
Hasil penelitian dapat diketahui responden yang berpengetahuan
cukup berjumlah 25 orang (51,02%). Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa
pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan
sebagainya. Menurut asumsi peneliti, ibu berpengetahuan cukup dikarenakan
sedikitnya rasa peduli ibu untuk tahu tentang imunisasi dasar pada bayi dan
dalam menjawab pertanyaan ibu sekedar mengerti tentang imunisasi dasar
pada bayi. Sehingga ibu tersebut memperoleh pengetahuan cukup.
Hasil penelitian dapat diketahui responden yang berpengetahuan
kurang berjumlah 14 orang (28,58%). Menurut Mubarak (2012), pengetahuan
adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan
oleh setiap manusia. Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan
bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang dialami. Menurut
asumsi peneliti, ibu yang berpengetahuan kurang dikarenakan responden
sama sekali tidak tahu, tidak pernah mendengar serta ketidak pedulian ibu
tentang imunisasi dasar pada bayi, bahkan tidak ada keinginan untuk
mendapatkan dari berbagai sumber informasi tentang imunisasi dasar pada
bayi, dan dalam menjawab pertanyaan tersebut ibu mengalami kesulitan,
sehingga ibu tersebut memperoleh pengetahuan kurang.
39
BAB VI
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi Di
Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan Tahun 2013, dapat diambil
kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: bahwa pengetahuan ibu
tentang imunisasi dasar pada bayi memiliki pengetahuan cukup.
B. SARAN
1. Bagi Responden
Kepada ibu yang memiliki bayi agar meningkatkan ilmu pengetahuannya
tentang
imunisasi
dasar
dimana
ilmu
kesehatan
yang
semakin
berkembang.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan diharapkan untuk meningkatkan pelayanan dan
penyuluhan sesuai dengan kebutuhan ibu atau masyarakat khususnya
masalah imunisasi agar masyarakat selalu memperdulikan dan mengingat
pentingnya kesehatan pada anak-anak mereka.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk dapat lebih mempersiapkan
diri guna melakukan penelitian selanjutnya yang lebih sempurna sehingga
40
kegunaannya dapat dirasakan oleh berbagai pihak, serta sebagai sumber
dalam melakukan penelitian yang berhubungan tentang pengetahuan ibu
yang mempunyai bayi tentang imunisasi dasar pada bayi di Lingkungan ll
Tanjung Gusta Medan Tahun 2013.
4. Bagi Instansi Pendidikan
Bagi instansi pendidikan diharapkan agar menambah sumber informasi
terbaru mengenai imunisasi dasar pada bayi.
41
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal., 2012. Filsafat Ilmu, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Dewi Vivian, N, L., 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita, Salemba
Medika, Jakarta.
Hidayat, A. Aziz, A., 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta.
Lisnawati, Lilis., 2011. Generasi Sehat Melalui Imunisasi, Trans Info Media,
Jakarta.
Machfoedz, Ircham., 2010. Metode Penelitian, Fitramaya, Yogyakarta.
Marimbi, Hanum., 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, Dan Imunisasi Dasar
Pada Balita, Numed.
Maryanti, D., Sujianti., Budiarti, T., 2011.Neonatus, Bayi dan Balita, Cetakan
l, CV. Trans Info Media, Jakarta.
Maryunani, Anik., 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan, Cetakan I,
Trans Info Media, Jakarta.
Maulana, Mirza., 2009. Reproduksi, Kehamilan dan Merawat Anak, Cetakan l,
Tunas Publishing, Jogjakarta.
Mubarak, Wahit, Iqbal., 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan,
Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo., 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni, Rineka
Cipta, Jakarta.
_____________., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta.
Proverawati, A., Andhini Citra, S, D., 2010. Imunisasi dan Vaksinasi, Cetakan
l, Numed, Yogyakarta.
42
Ranuh, Gde, I.G.N., Suyinto, H., Hadinegoro Sri, R, S., Kartasasmita, C, B.,
Ismoedijanto., Seodjatmiko., 2008. Pedoman Imunisasi Indonesia,
IDAI, Jakarta.
Wahyuni, Sari., 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Dan Balita, EGC, Jakarta.
43
Download