116 PENGEMBANGAN METODE PCR DAN SOUTHERN

advertisement
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
PENGEMBANGAN METODE PCR DAN SOUTHERN HYBRIDIZATION UNTUK
DETEKSI GEN BABI PADA CANGKANG KAPSUL
1
Marlina1, Mutalib, S. A2, Islami, S. N1, Sari, H. K1, Fitria, A1
Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang, Indonesia, 25162
2
Fakultas Sains dan Teknologi,
Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Malaysia, 43600
ABSTRAK
Pada penelitian ini telah diidentifikasi sebanyak lima jenis cangkang kapsul keras dan
tiga jenis cangkang kapsul lunak. Isolasi DNA kapsul menggunakan kit Qiagen DNeasy
Blood and Tissue dan diamplifikasi menggunakan mesin PCR. Hasil dari amplifikasi PCR ini
kemudian dielektroforesis dan dilanjutkan DENGAN identifikasi dengan metode Southern
hybridization yang menggunakan kit Olipro®. Penggunaan kit Olipro® pada metode
Southern hybridization ini bertujuan untuk memperjelas hasil amplifikasi PCR karena sampel
yang digunakan merupakan bahan yang terproses tinggi sehingga kemungkinan DNA yang
berada didalamnya sudah rusak. Setelah dilakukan pengujian menggunakan elektroforesis dan
kit Olipro didapatkan hasil yang negatif pada semua sampel terhadap gen babi.
Kata kunci: Cangkang kapsul, kit Qiagen, PCR, Southern hybridization, kit Olipro.
PENDAHULUAN
Kapsul adalah salah satu produk farmasi
yang terbuat dari gelatin sapi dan gelatin
babi, merupakan bahan yang sangat penting
dalam mengemas sediaan obat (Sahilah,
2012). Kapsul yang berasal dari gelatin babi
memiliki harga yang jauh lebih murah
dibanding gelatin yang berasal dari sapi. Hal
ini yang menyebabkan banyak produsen yang
memilih cangkang kapsul yang terbuat dari
gelatin babi daripada cangkang yang terbuat
dari gelatin sapi (Gadri & Priani, 2012).
Gelatin adalah produk alami yang diperoleh
dari hidrolisis parsial kolagen. Gelatin
terbuat dari bahan yang kaya akan kolagen
seperti kulit dan tulang babi atau sapi
(Junianto, et al., 2006; Martianingsih &
Atmajaya, 2010; Cai, et al., 2011). Saat ini
penggunaan gelatin sudah semakin luas
untuk produk makanan, farmasi dan
kosmetik. Hal ini disebabkan gelatin
memiliki sifat sebagai bahan pembentuk gel,
pengental, pengemulsi, penstabil dan
pengikat. Penggunaan gelatin ini sangat luas
sehingga kesempatan untuk penggunaan
kapsul gelatin yang tidak halal juga sangat
luas (Wiyono, 2001; Sahilah, et al., 2012).
Oleh karena itu, identifikasi kandungan
DNA babi pada makanan atau produk
farmasi sangat penting dilakukan. Identifikasi
ini biasanya dilakukan dengan real time PCR
(Cai, 2012), kemometrik dan profil asam
amino, PCR-RFLP (Lin, et al., 2005), dan
amplifikasi segmen
cytochrome b
menggunakan PCR (Sahilah, et al., 2012;
Primasari, 2011). Pada penelitian ini
digunakan metode amplifikasi cytochrome b
menggunakan PCR.
Cytochrome b (cyt b) adalah salah satu
bagian dari sitokrom yang terlibat dalam
transportasi elektron dalam mitokondria. Gen
sitokrom
b
dikodekan
oleh
DNA
mitokondria. Sitokrom b dapat digunakan
untuk membedakan jenis hewan berdasarkan
urutan dan panjang basa (Dewi, 2011;
Hapsari & Misrianti, 2007).
PCR
dapat
digunakan
untuk
mengamplifikasi segmen DNA dalam jumlah
jutaan kali hanya dalam beberapa jam.
Teknik ini memiliki beberapa keunggulan,
116
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
salah satunya adalah dapat mendeteksi
sampel dalam keadaan mentah maupun sudah
mengalami proses pengolahan seperti kapsul
(Handoyo & Rudiretna, 2001; Primasari,
2011).
Southern hybridization adalah proses
perpasangan antara DNA sasaran dan DNA
pelacak (Suharsono and Widyastuti, 2006).
Metode ini digunakan untuk produk yang
telah mengalami proses pengolahan yang
menyebabkan DNA yang berada didalam
produk tersebut menjadi rusak sehingga tidak
jelas
hasilnya
jika
dilihat
dengan
menggunakan elektroforesis gel (Sahilah, et
al., 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya cangkang
kapsul yang mengandung gen babi
menggunakan metode Polymerase Chain
Reaction (PCR) dan Southern Hybridization.
Cangkang kapsul yang diuji dalam penelitian
ini terdiri dari lima cangkang kapsul keras
dan
tiga
cangkang
kapsul
lunak.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Metodologi
Bahan
Isolasi DNA
DNA kapsul diisolasi dengan kit
Qiagen. Sebanyak 50 mg kapsul cangkang
keras dan lunak dipotong dan dimasukkan ke
dalam tabung eppendrof 1,5 ml.
PCR (eppendorf®), oven hibridisasi
(Olipro Biotechnology®), orbital shaker
(Labnet®), tabung (eppendorf®) 1.5 ml, tip
eppendorf®(10 µl, 100µl, 1000µl), vortex
maestronano
spektrofotometer
(Felt®),
®
(maestrogen ),
sentrifus (eppendorf®),
inkubator
autoklaf
(Hirayama®),
®
®
(Memmert ), oven (panasonic ), gelas ukur,
erlenmeyer, tabung PCR (eppendorf®),
collection tube (DNeasy® Tissue Kit
(QIAGEN®)), QIAamp Spin column
(DNeasy® Tissue Kit (QIAGEN®)) tabung
mikrosentrifus, alumunium voil, pipet mikro
(eppendorf®) 0,1-10 µl ; 10-100 µl ; 100 1000 µl,
timbangan digital, mesin
elektroforesis
(Elite
300®),
gel
documentation system (Alpha Imager®),
freezer (Dairei®), kotak es, parafilm, chip
(Olipro Biotechnology®), beaker glass,
falcon tube, kapsul, kontrol positif (DNA
babi), kontrol negatif (Nucleas Free Water),
kit isolasi DNeasy® Tissue (QIAGEN,
Hilden, Germany; buffer ATL, buffer AL,
proteinase k, buffer AW1, buffer AW2,
buffer AE), mastermix PCR Olipro® (primer,
dNTP, MgCl2, IC, dan buffer), DNA Taq
Polymerase, aquades, DNA ladder 100bp
(Pure Extreme®), loading dye
(Pure
Extreme®), etanol 100 %, serbuk agarosa,
etidium bromida, Tris Acetate EDTA (TAE),
kit hibridisasi (Olipro®) dan DNA removal
(Oligon®).
Amplifikasi PCR
Kualitas dan kuantitas kemurnian DNA diuji
menggunakan spektrofotometer maestronano
(Maestrogen®). DNA disimpan pada suhu 20°C sampai akan digunakan untuk
amplifikasi PCR.
Proses
amplifikasi
DNA
menggunakan reagen PCR (PCR mastermix
19,6 µl, Taq DNA polymerase 0,5 µl ,
templat DNA 10µl, dan nucleas free water
19,9 µl). Volume total dari tiap sampel
adalah 50 µl. Kontrol negatif 10 µl nucleas
free water dan kontrol positif 10 µl DNA
babi. Proses amplifikasi dilakukan 47 siklus,
denaturasi pada suhu 95°C selama 30 detik,
annealing pada suhu 55°C selama 30 detik,
pemanjangan pada suhu 72°C selama 30
detik, dan elongasi pada suhu 72°C selama 5
menit.
Hasil
PCR
di
elektroforesis
menggunakan gel agarosa 2,5 % dan buffer
TAE 1x pada 100 Volt selama 39 menit
setelah proses PCR. 1µl loading dye dan 2
µl ladder ditambahkan ke dalam sumur
agarosa. 5 µl sampel, positif kontrol dan
117
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
negatif kontrol ditambahkan dengan 1 µl
loading dye. Larutan ini ditambahkan ke
dalam sumur agarosa dan diwarnai dengan
0.5 µg/ml etidium bromida selama 5-10
menit. Hasilnya dilihat menggunakan gel
documentation system. Pemisahan DNA
ditentukan dengan ikatan DNA standar
seperti DNA ladder 100 bp. Ukuran DNA
babi adalah 276 bp.
Southern hybridization
Produk PCR diamplifikasi pada suhu
95°C selama 10 PCR. Proses hibridisasi
menggunakan OLIPRO® Porcine Gene
Biochip (OLIPRO, MY). Reagen yang
digunakan adalah kit olipro. Regaen ini
terdiri dari reagen A, B, C, D, E, F dan G.
Hasil denaturasi dimasukkan ke dalam chip
dan dicampur dengan kit olipro. Hasil
southern hybridization dilihat menggunakan
scanner olipro biotechnology®. OLIPRO®
Porcine Gene Biochip (OLIPRO, MY)
mengandung target pelacak yang spesifik
terhadap cytochrome b. Hasil yang positif
mengindikasikan bahwa sampel mengandung
gen babi yang ditunjukkan oleh adanya dua
titik vertical di bagian tengah chip.
Sebaliknya, untuk hasil negatif tidak ada dua
titik di bagian tengah chip. Kalau terdapat
titik
pada
bagian
internal
control
mengindikasikan bahwa proses PCR dan
hibridisasi berhasil.
HASIL DAN DISKUSI
Sebanyak 8 jenis cangkang kapsul
keras dan lunak dianalisis menggunakan
PCR. Semua sampel menunjukkan hasil yang
negative terhadap gen babi. Ini ditunjukkan
oleh Gambar 1 setelah proses elektroforesis
selesai.
500bp
200bp
100bp
Gambar 1.
276bp
195bp
Elektroforesis gel hasil PCR. LD : Ladder 100 bp; NC : control negatif; S1-S8 :
sampel yang menunjukkan hasil negatif dan internal kontrol yang ditunjukkan
oleh pita pada 195 bp; PC : positif kontrol yang ditunjukkan oleh pita pada 276
bp.
Sedangkan hasil southern hybridization menggunakan kit Olipro ditunjukkan oleh Gambar 2.
118
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Sampel S1
Sampel S2
SampelS3
Sampel S4
Sampel S5
Sampel S6
Sampel S7
Sampel S8
Gambar 2.
PC
NC
Sampel S1-S5 : kapsul cangkang keras; sampel S6-S8 : kapsul cangkang lunak;
PC : positif kontrol; NC : negatif kontrol.
Proses PCR dilakukan pada suhu
95°C untuk denaturasi, 55°C annealing,
72°C pemanjangan, 72°C pemanjangan akhir
dan 4°C pendinginan (Sahilah, et al., 2012).
Penentuan suhu tersebut sudah melalui tahap
pengujian yang berulang-ulang tergantung
jenis sampel yang digunakan sehingga tidak
diperlukan proses optimasi PCR serta
efektifitas dalam pengerjaan PCR lebih
tinggi. Sedangkan pada penelitian lain yang
menggunakan PCR (Zetmi, 2012) harus
melakukan optimasi terlebih dahulu untuk
melihat suhu dan waktu optimum alat sesuai
dengan jenis sampel yang digunakan.
Amplikon PCR dilihat menggunakan
gel elektroforesis
menggunakan gel
agarose 2,5% yang dilarutkan dalam buffer
TAE selama 39 menit dengan tegangan 100
volt.
Untuk proses southern hybridization
digunakan metode OLIPRO, Sdn. Bhd..
Metode ini menggunakan OLIPRO Porcine
Gene Biochip (OLIPRO, MY) yang memiliki
sasaran yang spesifik terhadap cytochrome b.
Reagen yang digunakan berasal dari
OLIPRO yang diberi nama reagen A, B, C,
D, E, F, dan G.
Pada awalnya dilakukan denaturasi
pada hasil amplifikasi PCR dengan suhu
950C selama 10 menit. Ini dilakukan karena
DNA yang diperlukan untuk proses southern
hybridization dalam bentuk single stranded
sedangkan hasil PCR merupakan bentuk
double stranded. Sehingga bentuk DNA ini
harus dibuat menjadi single stranded melalui
proses denaturasi. Setelah DNA diurai
menjadi single stranded maka larutan DNA
ini dimasukkan ke dalam chip yang ditambah
dengan reagen A, pada proses ini terjadi
ikatan antara DNA dari produk PCR dengan
probe DNA yang ada pada membran chip.
Hal ini terjadi karena produk PCR
memiliki senyawa biotin yang berfungsi
sebagai pengikat antara produk PCR dengan
probe DNA membran melalui deteksi
senyawa yang komplemen dengan produk
PCR dan memberikan sinyal. Sinyal ini akan
ditangkap oleh suatu enzim yaitu strep AP
119
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
(streptavidin
alkalin
fosfat)
yang
menandakan bahwa ikatan DNA produk
dengan DNA membran berhasil. Hal ini
terjadi karena strep AP memiliki afinitas
tinggi terhadap biotin dan berikatan secara
non
kovalen.
Setelah
penambahan
NBT/BCIP, maka strep AP akan berikatan
dengan NBT/BCIP yang akan menghasilkan
warna biru pada membran (Novel, 2011).
Warna ini yang akan tampak pada membran
ketika dilihat menggunakan scanner. Setelah
melakukan proses Southern hybridization ini,
semua sampel menunjukkan hasil yang
negatif terhadap gen cytochrome b babi yang
ditandai dengan tidak adanya terbentuk dua
buah dot dibagian bawah chip secara vertikal.
KESIMPULAN
Kesimpulan yaitu lima cangkang kapsul
keras dan tiga cangkang kapsul lunak yang
diperiksa tidak ditemukan gen cytochrome b
spesifik gen babi menggunakan Polymerase
Chain Reaction
hybridization.
(PCR)
dan
Southern
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini didukung dengan
bantuan dana dari UKM (Fundamental Grant
Research Scheme), Malaysia. Ucapan terima
kasih
kepada
UKM
dan
Olipro
Biotechnology Sdn. Bhd. untuk semua
fasilitas lab dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Cai, H., Gu, X., Scanlan, M.S., Ramatlapeng,
D. H & Lively, C. R. 2012. Real-time
PCR assays for detection and
quantitation of porcine and bovine
DNA in gelatin mixtures and gelatin
capsules.
Journal
of
Food
Composition and Analysis 2154: 1-5.
Dewi, C. 2011. Aplikasi pengunaan gen
sitokrom b dengan teknik polymerase
chain reaction (PCR) sebagai
pendeteksi campuran daging tikus
pada produk bakso (skripsi). Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
Gadri, A & Priani, S. E. 2012. Stabilitas
Kadar dan Laju Disolusi Ketoprofen
dalam Sediaan Kapsul Gelatin dan
HPMC-Karagenan. Prosiding SnaPP:
Sains, Teknologi dan Kesehatan.
Handoyo, D & Rudiretna, A. 2001. Prinsip
umum dan pelaksanaan polymerase
chain reaction (PCR). Unitas, Vol. 9,
No. 1, 17-29.
Hapsari, A & Misrianti, R. 2007. Gen
sitokrom
b
sebagai
penanda
molekuler untuk mendeteksi cemaran
daging tikus pada bakso. Laporan
Penelitian Biologi Molekuler. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
Junianto, Haetami. K., & Maulina. I. 2006.
Produksi Gelatin dari Tulang Ikan dan
Pemanfaatannya
Sebagai
Bahan
Dasar Pembuatan Cangkang Kapsul.
Laporan Penelitian hibah Bersaing IV
tahun I. Bandung : Universitas
Padjajaran.
Lin, W. F., Shiau, C. Y & Hwang, D. F.
2005. Identification of Four Thunnus
Tuna Spesies Using Mitochondrial
Cytochrome b Gene Sequence and
PCR-RFLP Analysis. Journal of
Food and Drug Analysis, Vol. 13 No.
4, Pages 382-387.
Martianingsih, N & Atmajaya, L. 2010.
Analisis Sifat Kimia, Fisik dan
Termal Gelatin Dari Ekstraksi Kulit
Ikan Pari (Himantura gerrardi)
Melalui Variasi Jenis Larutan Asam.
Prosiding KIMIA FMIPA – ITS.
120
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Novel, S. S., Safitri, R., Harijanto, S. H &
Nuswantara, S. 2011. Perbandingan
Beberapa Metode Molekuler dalam
Uji DNA HPV (Human Papilloma
Virus). CDK 186/ Vol. 38 no.5.
Olipro, MY. 2009. Olipro™ Porcine Gene
Chip, diakses 3 Maret 2013 dari
http://www.oliprobiotech.com
Primasari, A. 2011. Sensitivitas gen sitokrom
B (cyt B) sebagai marka spesifik pada
genus rattus dan mus untuk menjamin
keamanan pangan produk asal daging
(tesis). Bogor : Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Sahilah, A. M., Mohd. Fadly, L., Norrakiah,
A. S. Aminah, A.,Wan Aida, W. M.
Ma’aruf, A. G and Mohd. Khan, A.
2012. Halal market surveillance of
soft and hard gel capsules in
pharmaceutical products using PCR
and southern-hybridization on the
biochip analysis. International Food
Research Journal 19(1): 371-375.
Suharsono & Widyastuti, U. 2006. Pelatihan
Singkat Teknik Dasar Pengklonan
Gen. Pusat Penelitian Sumberdaya
Hayati dan Bioteknologi – Lembaga
Penelitian
dan
Pemberdayaan
Masyarakat IPB dengan DIKTI –
DIKNAS, Bogor.
Wiyono, V.S. 2001. Gelatin halal gelatin
haram. Jurnal Halal LPPOM-MUI,
No 36.
Zetmi. 2012. Deteksi Gen Sitokrom b Babi
Pada Steak Daging Sapi Yang
Kemungkinan Tercampur Daging
Babi
Menggunakan
Metode
Polymerase Chain Reaction (PCR)
(skripsi).
Padang:
Universitas
Andalas.
121
Download