FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT
BADAN LAHIR RENDAH DI RSIA PERTIWI MAKASSAR
Factors Associated With Low Birth Weight Infants Incident At Pertiwi Maternity And Children
Hospital (RSIA) Makassar
Rahmi¹, Dian Sidik Arsyad¹, Rismayanti¹
¹Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
([email protected], [email protected], [email protected]/085298649394)
ABSTRAK
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa kehamilannya. Menurut WHO (2007) prevalensi BBLR diperkirakan 15%
dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-3,8%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan usia ibu, usia kehamilan, jarak kehamilan, paritas, penyakit
penyerta, kunjungan ANC, terpapar asap rokok, pendidikan dan pekerjaan ibu dengan kejadian bayi
BBLR di RSIA Pertiwi Makassar Tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei
(observasional) dengan desain crosssectional. Jumlah populasi adalah seluruh ibu yang melakukan
persalinan di RSIA Pertiwi Makassar pada bulan Januari sampai November tahun 2013 yaitu 3.109 orang.
Sampel diambil secara systematic random sampling sebanyak 101 orang. Hasil penelitian ini
menunjukkan ada enam variabel yang berhubungan atau ada perbedaan dengan kejadian BBLR yaitu usia
kehamilan (p=0,000), jarak kehamilan (p=0,006), kunjungan ANC (p=0,000), terpapar asap rokok
(p=0,000), pendidikan (p=0,036) dan pekerjaan (p=0,018) dan tiga variabel yang tidak berhubungan atau
tidak ada perbedaan dengan kejadian BBLR yaitu usia ibu (p=0,081), paritas (p=0,158) dan penyakit
penyerta (p=0,093). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan usia kehamilan, jarak kehamilan,
kunjungan ANC, terpapar asap rokok, pendidikan, dan pekerjaan ibu dengan kejadian bayi BBLR di RSIA
Pertiwi Makassar Tahun 2013. Penelitian ini menyarankan kepada ibu hamil tidak melakukan aktivitas
fisik yang menguras tenaga dan tidak berada dekat orang yang sedang merokok agar tidak terpapar oleh
asap rokok yang membahayakan kehamilan.
Kata Kunci : BBLR, Usia Kehamilan, Jarak Kehamilan, Kunjungan ANC, Terpapar Asap Rokok.
ABSTRACT
Low birth weight infants is the infants with birth weight of less than 2500 grams without cared the
pregnancy. According to the WHO (2007) prevalence LBW was estimated 15% of all births in the world
with the limits 3,3%-3,8%. The purpose of this study wasto know the factors associated with maternal age,
gestational age, gestational range, parity, morbidites, ANC visit, exposed to smoke, mother’s education,
occuption to LBW at RSIA Pertiwi Makassar in 2013. The methods used in this study was observation with
cross sectional design. The total of population was all mothers who did labor at RSIA Pertiwi Makassar
on January to November in 2013 were 3.109 people. The samples were taken systematic random amount
101 people. The result of this study shown there were six variables associated or differences by LBW
infants incidents were gestational age (p=0,000), gestational range (p=0,006), ANC visit (p=0,000),
exposed to smoke (p=0,000), education (p=0,036) and eccuption (p=0,018 ) and three variables not
associated or not differences with LBW infants were maternal age (p=0,081), parity (p=0,158) and
morbidities (p=0,093). We conclude there are relationship between gestational age, gestational range,
ANC visit, exposed to smoke, education and eccuption with LBW Infants Incident at RSIA Pertiwi
Makassar in 2013. This study suggested to the expectant mothers not to do physical activities exhausted
energy and not to be close with the smoking man in order that not to be exposed so not endanger
pregnancy.
Key Word: Low Birth Weight, Gestational Age, Gestational Range, ANC Visit, Exposed to Smoke
PENDAHULUAN
Prevalensi bayi berat badan lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran
di dunia dengan batasan 3,3%-3,8% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau
sosial ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara
berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi di bandingkan dengan bayi berat badan
lebih dari 2500 gram (WHO, 2007).
Angka kematian bayi (AKB) merupakan banyaknya kematian bayi berusia di bawah satu
tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Kematian bayi adalah kematian yang
terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia satu tahun. Angka kematian bayi
di Indonesia masih tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya (Badan Pusat Statistik,
2013).
Penyebab kematian neonatal yang tinggi di Indonesia adalah BBLR dan Prematur. Bayi
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR dibedakan
dalam dua kategori yaitu karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau karena
Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi yang lahir cukup
bulan tetapi berat
badannya <2500 gram. Kejadian BBLR di negara berkembang paling banyak BBLR dengan
IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit menular seks
(PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil (Dinkes Provinsi Sulsel, 2011).
Angka BBLR di Indonesia nampak bervariasi, secara nasional berdasarkan analisa lanjut
SDKI angka BBLR sekitar 7,5% (SDKI, 2012). Prevalensi bayi berat lahir rendah di Provinsi
Sulawesi Selatan pada tahun 2011 sebesar 3.370 kasus dari 147,059 kelahiran bayi, meningkat
bila dibandingkan pada tahun 2010 sebanyak 2.412 kasus dari 147,794 kelahiran bayi (Dinkes
Provinsi Sulsel, 2011).
Angka kejadian BBLR di Kota Makassar pada tahun 2009 sebesar (0,91%), tahun 2010
(0,71%), dan pada tahun 2011 (0,71%) dengan 26.129 kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan
Kota Makassar, 2011). Berdasarkan data rekam medis RSIA Pertiwi kasus BBLR pada tahun
2011 adalah 366 dari 3.518 kelahiran bayi atau 10,40%, pada tahun 2012 adalah 292 dari 3.259
atau 8,95% dan Januari sampai November 2013 meningkat kembali menjadi 295 dari 3.109
kelahiran bayi atau 9,48%.
Usia kehamilan adalah masa yang dihitung sejak haid terakhir sampai saat persalinan.
Usia kehamilan mempengaruhi terjadinya berat badan lahir rendah, wanita dengan persalinan
preterm umur kehamilan 34-36 minggu memiliki risiko bayi BBLR (Leonardo, 2011).
Antenatal care (ANC) juga merupakan salah satu penyebab terjadinya bayi berat badan
lahir rendah karena kunjungan ibu hamil yang kurang dari empat mempunyai risiko tinggi
terjadinya BBLR. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya
kunjungan ANC pada saat ibu tersebut merasa dirinya hamil agar mendapatkan diagnosis
kehamilan serta ada tidaknya masalah atau komplikasi yang terjadi (S.D, 2011).
Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan
banyak penyakit seperti penyakit jantung, stroke, kanker dan salah satunya adalah berat badan
lahir rendah (BBLR) yang terjadi baik pada ibu hamil yang merokok maupun terpapar asap rokok
karena kebiasaan yang lazim dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik laki-laki maupun
perempuan. Menurut Sirajuddin (2010) ibu hamil yang merokok minimal 30 batang/hari
memberikan efek berat badan lahir rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian bayi BBLR di RSIA Pertiwi Makassar.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei (observasional) dengan desain cross
sectional. Penelitian ini dilakukan di RSIA Pertiwi Makassar Tahun 2013. Populasi penelitian
adalah seluruh ibu yang melakukan persalinan di RSIA Pertiwi Makassar pada bulan Januari
sampai November tahun 2013 yaitu 3.109 orang. Penarikan sampel menggunakan systematic
random sampling sebanyak 101 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
instrumen kuesioner kemudian analisis data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dimana
bivariat menggunakan dua uji statistik yakni uji chi square dan uji t-test. Adapun penyajian data
menggunakan tabel yang disertai asumsi penjelasannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 47 orang (46,5%)
dan paling sedikit adalah ibu yang tingkat pendidikan SD sebanyak tujuh orang (6,9%). Adapun
pekerjaan ibu paling banyak yang tidak bekerja yaitu sebanyak 73 orang (72,3%) dan yang paling
sedikit adalah pekerjaan wiraswasta sebanyak satu orang (1,0%) (Tabel 1).
Usia ibu minimum 17 tahun dan maksimum 43 tahun dengan nilai rata-rata usia ibu
adalah 28.82 tahun. Usia kehamilan ibu minimum 27 minggu dan maksimum 40 minggu dengan
nilai rata-rata usia kehamilan 36.04 minggu. Jarak kehamilan ibu dari 101 responden terdapat 36
orang responden yang baru melahirkan anak pertama sehingga tidak memiliki jarak kehamilan
sehingga yang memiliki jarak kehamilan sebanyak 65 orang dengan jarak minimum delapan
bulan dan maksimal 96 bulan. Sedangkan, paritas ibu minimum satu anak dan maksimum enam
anak dengan nilai rata-rata paritas adalah 2.03 anak (Tabel 2).
Adapun analisi univariat untuk variabel penyakit penyerta terdapat 88 responden tidak
memiliki penyakit penyerta. Ibu yang melahirkan BBLR paling banyak tidak memiliki penyakit
penyerta sebanyak 39 orang (44%) dan yang BBLN tidak memiliki penyakit penyerta sebanyak
49 orang (56%). Terdapat dua responden yang memiliki penyakit penyerta yaitu perdarahan
antepartum keduanya ibu yang melahirkan BBLR. Kunjungan ANC terdapat 90 responden yang
memeriksakan kehamilannya ≥4 kali sebanyak 37 (41%) yang BBLR dan dari 53 responden yang
BBLN semuanya memeriksakan kehamilan ≥4 kali (59%) dan yang status keluarga/rekan kerja
yang merokok dapat lihat bahwa dari 77 keluarga/rekan kerja responden yang merokok sebanyak
41 orang (53%) yang BBLR dan 36 orang (47%) yang BBLN. Sedangkan, tingkat pendidikan
dari 47 responden yang tingkat pendidikannya tamat SMA sebanyak 22 orang (47%) yang BBLR
dan 25 orang (53%) yang BBLN. Terdapat tujuh responden yang tingkat pendidikan tamat SD
sebanyak enam orang (86%) yang BBLR dan satu orang (14%) yang BBLN dan untuk variabel
pekerjaan 73 responden yang tidak bekerja sebanyak 40 orang (55%) yang BBLR dan 33 orang
(45%) yang BBLN dan satu responden yang pekerjaannya wiraswasta dan BBLN (Tabel 3).
Adapun analisi bivariat untuk variabel usia kehamilan menunjukkan bahwa usia
kehamilan yang melahirkan BBLR sebanyak 48 orang dengan nilai rata-rata usia kehamilan
adalah 35 minggu. Sedangkan, untuk usia kehamilan yang melahirkan BBLN sebanyak 53 orang
dengan nilai rata-rata usia kehamilan adalah 37. Berdasarkan hasil analisis uji statistik Mann
Whitney untuk variabel usia kehamilan diperoleh hasil p=0,000 berarti Ha diterima dengan
demikian ada perbedaan rata-rata usia kehamilan pada kelompok BBLR dan BBLN (Tabel 4).
Variabel kunjungan ANC menunjukkan bahwa terdapat 85 orang responden yang
pemeriksaan kehamilannya lengkap sebanyak 32 orang (38%) yang BBLR dan 53 orang (62%)
yang BBLN dan 16 orang (100%) responden tidak lengkap memeriksakan kehamilan dan BBLR.
Berdasarkan hasil pengolahan data melalui uji statistik chi square diperoleh hasil p=0,000 berarti
Ha diterima dengan demikian ada hubungan antara kunjungan ANC dengan kejadian BBLR.
Sedangkan, variabel terpapar asap rokok menunjukkan bahwa terdapat 53 responden yang
terpapar asap rokok sebanyak 34 orang (64%) yang BBLR dan 19 orang (36%) yang BBLN.
Terdapat 48 orang responden yang tidak terpapar asap rokok 14 orang (29%) yang BBLR dan 34
orang (71%) yang BBLN. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui uji statistik chi square
diperoleh hasil p=0,000 berarti Ha diterima dengan demikian ada hubungan antara ibu terpapar
asap rokok dengan kejadian BBLR (Tabel 5).
Pembahasan
Usia Kehamilan adalah masa yang dihitung mulai dari haid terakhir sampai saat masa
persalinan. Usia kehamilan <37 minggu merupakan hal yang berbahaya karena berpotensi
terjadinya kematian perinatal dan umumnya berkaitan dengan kejadian BBLR (Atikah, 2010).
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa usia kehamilan <37 minggu dapat
menyebabkan BBLR. Hasil uji statistik diperoleh ada perbedaan rata-rata usia kehamilan pada
kelompok BBLR dan BBLN. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu penyebab terjadinya BBLR
adalah usia kehamilan dibawah 37 minggu yang disebabkan antara lain karena soluio plasenta
atau terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya setelah
kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir, kehamilan ganda, kelainan uterus adalah tidak
normalnya bentuk dan fungsi rahim yang dimiliki seorang ibu yang terjadi karena faktor
bawaan, dan beberapa penyebab terjadinya ketuban pecah dini diakibatkan karena anemia dan
gizi yang tidak baik sehingga dapat melahirkan pada usia kehamilan yang belum cukup atau
dibawah 37 minggu. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Leonardo (2011) di
Semarang yang menunjukkan ada hubungan antara usia kehamilan ibu dengan kejadian BBLR
yang mengatakan wanita dengan persalinan preterm umur kehamilan 34-36 minggu atau kurang
dari 37 minggu dapat melahirkan bayi BBLR.
Kunjungan ANC yang dimaksud jumlah pemeriksaan kehamilan ibu pada saat trimester I,
II dan III lengkap dan sesuai masa kunjungan. Pemeriksaan yang rutin salah satu cara mencegah
terjadinya BBLR karena dapat memantau tumbuh kembang dan berat badan janin tersebut serta
dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian baik ibu maupun janin. Pemeriksaan kehamilan
yang <4 kali kunjungan dapat mengakibatkan BBLR, kurangnya pemahaman, dan pengetahuan
ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan pada saat ibu merasa dirinya hamil agar
dapat mendapatkan diagnosa.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pemeriksaan kehamilan yang <4
dapat terjadinya BBLR. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara kunjungan ANC dengan
kejadian bayi BBLR. Hal ini ada hubungan dengan terjadinya BBLR karena pemeriksaan
kehamilan yang <4 atau ≥4 tetapi tidak sesuai masa kunjungan dapat terjadinya BBLR
dibandingkan dengan pemeriksaan kehamilan ≥4 dan sesuai masa kunjungan. Hal ini disebabkan
karena pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk memantau kemajuan dan memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang anak, meningkatkan dan mmpertahankan kesehatan fisik dan
mental, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi, mempersiapkan
persalinan cukup bulan, dan mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal. Pemeriksaan
yang <4 berdampak pada terjadinya BBLR karena kurangnya pengetahuan ibu tentang apa yang
terjadi dalam tumbuh kembang janin dalam rahim. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh S.D (2011) yang menunjukkan ada hubungan antara kunjungan ANC dengan
kejadian BBLR dan menyatakan kunjungan yang <4 menyebabkan terjadinya BBLR.
Terpapar asap rokok yang dimaksud adalah ibu hamil yang merokok maupun tidak
merokok tetapi terpapar asap rokok dari anggota keluarga/rekan kerja disekitar ibu yang berada
dalam rumah/kantor. Merokok merupakan masalah yang sangat membahayakan kesehatan bagi
yang merokok maupun yang terpapar asap rokok dari orang lain. Salah satu efek dari merokok
maupun terpapar asap rokok adalah kejadian BBLR (Elizabet, 2010).
Ibu hamil yang merokok maupun tidak merokok dapat memberikan dampak bagi diri dan
janinnya seperti BBLR, kecacatan, keguguran, bahkan meninggal saat melahirkan akibat
kandungan dari rokok yaitu nikotin dan karbondioksida yang menimbulkan kontraksi pada
pembuluh darah, akibatnya aliran darah dari janin melalui tali pusar janin akan berkurang
sehingga mengurangi kemampuan distribusi zat makanan yang dibutuhkan oleh janin dan
mengikat hemoglobin dalam darah akibatnya mengurangi kerja hemoglobin yang mestinya
mengikat oksigen untuk disalurkan ke seluruh tubuh (Suririnah, 2009).
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ibu hamil yang terpapar asap rokok
dapat menyebabkan terjadinya BBLR. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara terpapar
asap rokok dengan kejadian bayi BBLR. Hal ini dikarenakan banyaknya responden yang
melahirkan BBLR terpapar asap rokok yang membahayakan janinnya dibandingkan ibu yang
tidak terpapar asap rokok karena kandungan dari rokok yang dapat menimbulkan banyaknya
masalah kesehatan bukan hanya pada ibu hamil. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Khader (2008) yang menunjukkan ada hubungan antara ibu yang terpapar asap rokok
dengan kejadian BBLR. Namun, tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Laura
(2009) yang menunjukkan tidak ada hubungan ibu terpapar asap rokok sebelum atau selama
kehamilan dengan kejadian BBLR
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata usia kehamilan (p=0,000),
jarak kehamilan (p=0,006) pada kelompok BBLR dan BBLN, ada hubungan kunjungan ANC
(p=0,000), dan terpapar asap rokok (p=0,000) dengan kejadian BBLR.
Instansi pemerintah disarankan untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya melahirkan
BBLR antara lain usia kehamilan, pemeriksaan kehamilan, dan terpapar asap rokok. Sedangkan,
pada ibu agar mengkonsumsi makanan yang bergizi agar tidak terjadi pecah ketuban dini
sehingga terhindar dari melahirkan dibawah usia 37 minggu, memeriksakan kehamilannya
minimal empat kali sesuai masa kunjungan dan selama masa kehamilan dan tidak berada dekat
orang yang merokok agar terhindar dari paparan asap rokok.
DAFTAR PUSTAKA
Atikah, Proverawati 2010, BBLR Berat Badan Lahir Rendah, PT Nuha Medika, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2013, Angka Kematian Balita. [online]. http://www.datastatistikindonesia.com [diakses 14 Oktober 2013]
Dinkes Kota Makassar, 2011, Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2010, Makassar.
Dinkes Provinsi Sulsel, 2012, Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011,
Makassar.
Elizabet Aulia, Lisa 2010, Stop Merokok, PT Garailmu, Yogyakarta.
Khader, 2008, ‘Prevalence And Risk Factors Low Birth Weight In Ardabil, Iran’, Jurnal
Kesehatan, Universitas Ardabil, Iran.
Laura, 2009, ‘Socioeconomic Factors and Low Birth Weight in Mexico’, Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Meksiko.
Leonardo, 2011, ‘Perbedaan Luaran Janin pada Persalinan Preterm Usia Kehamilan 34-36
Minggu dengan dan tanpa Ketuban Pecah Dini’, Jurnal Kesehatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro.
RSIA Pertiwi Makassar 2013, Data Kejadian BBLR, Rekam Medik Makassar.
SDKI 2012, Laporan pendahuluan 2012, Kementerian Kesehatan.
Sirajuddin, 2010, ‘Pengaruh Paparan Asap Rokok Tehadap Kejadian Berat Badan Lahir Bayi Di
Sulawesi Selatan’, Jurnal Kesehatan, Jurusan Gizi Politeknik Kemenkes Makassar, Makassar.
Suririnah.
2009,
Merokok
Selama
Kehamilan,
Apa
Efeknya?.
[online].
http://222.124.144.162/kesehatanonline/mod/download/archieves/artikel/kebidanan/merokok
%20selama%20kehamilan.doc [diakses 14 Desember 2013]
S.D, Singh, 2011, ‘Incidence And Risk Factors Of Low Birth Weight Babies Born In Dhulikhel
Hospital’, Jurnal kesehatan Masyarakat, Universitas Kathmandu, Nepal.
WHO. 2007, Low Birth Weight newborns (Percentage). [online]. http://www.who.int/ [diakses 28
September 2013]
Lampiran
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Karakteristik pada Ibu yang Melakukan
Persalinan di RSIA Pertiwi Makassar
Karakteristik Responden
n
%
Tamat SD
7
6.9
Tamat SMP
11
10.9
Tamat SMA
47
46.5
Tamat PT/sederajat
36
35.6
Tidak bekerja
73
72.3
Pegawai swasta
7
6.9
PNS
20
19.8
Wiraswasta
1
1.0
101
100
Tingkat Pendidikan Ibu
Pekerjaan Ibu
Total
Sumber : Data Primer, 2014
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Numerik (Kontinyu)
Jumlah
(N)
Min
Max
Standar Deviation
(SD)
Usia ibu (Tahun)
101
17
43
6.06
Usia kehamilan (Minggu)
101
27
40
3.03
Jarak Kehamilan (Bulan)
62
8
96
16.057
Paritas (Kali)
101
1
6
1.053
Kontinyu
Sumber : Data Primer, 2014
Tabel 3. Distribusi Variabel Independen dengan Kejadian Bayi BBLR di RSIA Pertiwi
Makassar
Variabel Independen
Penyakit Penyerta
Tidak ada penyakit
Anemia
Hipertensi
Perdarahan antepartum
Kunjungan ANC
2
3
≥4
Status Keluarga Merokok
Ya
Tidak
Tingkat Pendidikan
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat PT/sederajat
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja
Pegawai swasta
PNS
Wiraswasta
Total
Sumber : Data Primer, 2014
Berat Badan Lahir
BBLR
BBLN
n
%
n
%
n
%
39
5
2
2
44
83
40
100
49
1
3
0
56
17
60
0
88
6
5
2
100
100
100
100
2
9
37
100
100
41
0
0
53
0
0
59
2
9
90
100
100
100
41
7
53
29
36
17
47
71
77
24
100
100
6
6
22
14
86
55
47
39
1
5
25
22
14
45
53
61
7
11
47
36
100
100
100
100
40
4
4
0
48
55
57
20
0
48
33
3
16
1
53
45
43
80
100
52
73
7
20
1
101
100
100
100
100
100
Total
Tabel 4. Perbedaan Rata-Rata Variabel Independen pada Kelompok BBLR dan Tidak
BBLR di RSIA Pertiwi Makassar
Variabel Independen
Usia Ibu (Tahun)
BBLR
BBLN
Usia Kehamilan (Bulan)
BBLR
BBLN
Jarak Kehamilan (Bulan)
BBLR
BBLN
Paritas Ibu (Kali)
BBLR
BBLN
Total
Sumber : Data Primer, 2014
Jumlah
(N)
Rata-rata
(X)
Standar Deviation
(SD)
t-test
48
53
28.1
29.47
6.821
5.261
0.081
48
53
35
37
4
1
0.000
28
34
28
31
19
13
0.006
48
53
101
2
2
1
1
0.822
Tabel 5. Hubungan Variabel Independen dengan Kejadian Bayi BBLR di RSIA Pertiwi
Makassar
Variabel Independen
Penyakit Penyerta
Ada
Tidak
Kunjungan ANC
Lengkap
Tidak lengkap
Terpapar Asap Rokok
Terpapar
Tidak terpapar
Pendidikan Ibu
Rendah
Tinggi
Pekerjaan Ibu
Bekerja
Tidak bekerja
Total
Sumber : Data Primer, 2014
Berat Badan Lahir
BBLR
BBLN
n
%
n
%
n
%
9
39
69
44
4
49
31
56
13
88
100
100
0.093
32
16
38
100
53
0
62
0
85
16
100
100
0.000
34
14
64
29
19
34
36
71
53
48
100
100
0.000
6
42
86
49
1
52
14
57
7
92
100
100
0.036
8
40
48
29
55
48
20
33
53
71
45
52
28
73
101
100
100
100
p
value
Total
0.018
Download