perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari Millineum Development Goals (MDG‟s) yang kelima adalah meningkatkan kesehatan ibu dengan target menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 (Stalker, 2007). Namun pada kenyataannya, United Nations Millenium Development Goal Region (2010) menyatakan jumlah AKI masih pada angka 210 per 100.000 kelahiran hidup atau setara dengan jumlah 287.000 tiap tahunnya, dimana angka ini masih jauh dari target 110 per kelahiran hidup, meskipun mengalami penurunan dari 307 per kelahiran hidup di tahun 2007. Hal ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap hari sekitar 800 wanita yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan dan persalinan, termasuk diantaranya perdarahan setelah persalinan, infeksi, hipertensi, dan aborsi tidak aman (WHO, 2010). Berdasarkan Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota se Jawa Timur oleh Dinkes Jatim (2012), AKI di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 ada kecenderungan meningkat. Kalau pada tahun 2006 ada 72 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2011 pada angka 104,3 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan target MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka kondisi tersebut sudah mendekati target. Berdasarkan Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota se Jawa Timur jumlah kematian ibu adalah 627 kasus. Penyebab langsung kematian ibu antara lain pendarahan, pre/eklamsia, partus lama, komplikasi aborsi dan infeksi (Kementerian Kesehatan RI, 2009). Sementara itu yang menjadi penyebab kematian tidak langsung pada ibu adalah “Empat Terlalu” dan “Tiga 1 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 Terlambat”. Maksud dari ”Empat terlalu” adalah hamil terlalu muda usia (< 16 tahun), hamil terlalu sering (jumlah anak lebih dari 3), hamil terlalu tua usia ( > 35 tahun) dan hamil terlalu dekat (jarak anak < 2 tahun). Sedangkan “Tiga Terlambat” adalah terlambat mendeteksi adanya risiko tinggi ibu hamil, terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan (RS) dan terlambat transportasi. Setiap tahun terdapat lebih dari 200 juta kehamilan yang terjadi di seluruh dunia, 75 juta (37,5%) diantaranya adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Dari 75 juta kehamilan yang tidak diinginkan ini, sekitar 50 juta setiap tahunnya diakhiri dengan pengguguran, dan 20 juta diantaranya dilakukan dengan aborsi yang tidak aman. Kehamilan tidak diinginkan dapat terjadi karena dua alasan utama, yaitu pasangan tidak menggunakan kontrasepsi atau metode kontrasepsi yang digunakan gagal (WHO, 1998). Kehamilan tidak diinginkan (unwanted pregnancy) dan kehamilan tidak tepat waktu (mistimed pregnancy) didasarkan pada keinginan pasangan usia subur yang tidak menginginkan anak lagi. Berdasarkan penelitian Prihastutik (2004) pada wanita menikah usia 15-49 tahun ditemukan bahwa 50% wanita menikah di Indonesia berkeinginan untuk tidak mempunyai anak lagi. Persentase wanita menikah yang berkeinginan untuk tidak mempunyai anak lagi, lebih tinggi di daerah pedesaan (5%) daripada di perkotaan (2,1%). Pranata dan Sadewo (2013) menegaskan berdasarkan provinsi, kecuali Sulawesi Selatan, angka kehamilan tidak direncanakan pada provinsi-provinsi di Jawa, tidak termasuk Yogyakarta, tinggi. Provinsi-provinsi itu adalah Jawa Barat (22,8%), Jawa Timur (12,2%), Jawa Tengah (11,6%), dan Banten (6,5%), sementara itu provinsi di luar Jawa adalah Sumatera Utara (4,5%) dan Lampung (3,3%). Hal itu sedikit berbeda juga berkaitan dengan upaya mengakhiri kehamilan, provinsi Jawa Barat tetap commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3 menduduki tempat teratas (18,2%), diikuti oleh DKI Jakarta (9,8%), Jawa Timur (9,1%), Jawa Tengah (7,0%), Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Bali dengan 4,9%. Kejadian kehamilan tidak diinginkan berdasarkan karakteristik sosial responden menurut Pranata dan Sadewo (2013) yaitu sebesar 42,9% terjadi pada kelompok umur di atas 35 tahun, 44,5% berpendidikan sampai dengan SD, 49,1% tidak bekeja dan 55,9% tinggal di wilayah perkotaan. Dari semua kejadian keguguran, ada 6.54% diantaranya di aborsi. Aborsi banyak dilakukan oleh ibu berusia diatas 35 tahun. Cara yang dominan digunakan untuk menghentikan kehamilan adalah kuret, jamu, pil dan suntik merupakan alternatif cara mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan dan dengan menggunakan bantuan tenaga medik, dokter (55%) dan bidan (20.63%). Sedangkan hasil penelitian Hanifa (2005) berdasarkan status demografi, kehamilan tidak terencana terjadi pada usia perkawinan dengan usia muda (16-20 tahun) (51,7%), lama perkawinan yang kurang dari 10 tahun (42,5%), anak antara 1 s/d 2 (41,9%). Dari semua kejadian kehamilan tidak direncanakan, 6,71% diantaranya sengaja digugurkan. Berdasarkan temuan Prihastutik (2004), keinginan untuk tidak mempunyai anak ini berkaitan erat dengan praktik pengguguran kandungan yang tidak aman (unsafe abortion). Wanita yang tidak menginginkan kehamilan tentu akan berusaha untuk menggugurkan kandungannya. Kompas (16/2/2009) menyebutkan bahwa praktik aborsi di Indonesia mencapai 2,3 juta kasus setiap tahunnya. Hal ini didukung penelitian WHO yang memperkirakan 20-60% aborsi di Indonesia adalah aborsi disengaja (induced abortion). Kejadian kehamilan yang tidak direncanakan itu bisa dipahami sebagai keterbatasan pengetahuan perempuan tentang kesehatan reproduksi dan terutama terhadap perencanaan dan pencegahan kehamilan. Para ibu sebenarnya bisa memperoleh commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4 pengetahuan tersebut diberbagai pusat pelayanan kesehatan, apalagi sejak tahun 1983 pemerintah mengembangkan posyandu dan berikutnya bidan desa. Menjadi persoalan, dewasa ini peran lembaga posyandu telah melemah, salah satunya karena dianggap kepanjangan tangan pemerintah di masyarakat dan adanya desentralisasi. Dengan demikian, pada provinsi-provinsi yang telah disebutkan, dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih baik dibandingkan provinsi lainnya, salah diantaranya ditandai oleh jumlah puskesmas dan jumlah tenaga kesehatan, para ibu ini belum memanfaatkan secara maksimal untuk memperoleh pengetahuan tentang pencegahan untuk penjarangan. Sementara itu, untuk Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur, keinginan untuk menggugurkan kandungan yang tinggi itu tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang mengarah industrialisasi, sehingga kelahiran anak merupakan beban bagi keluarga, demikian pula dengan di Bali dan Banten (Pranata dan Sadewo, 2012). Berdasarkan masih tingginya frekuensi kehamilan tidak diinginkan di Jawa Timur yang menduduki peringkat kedua dari seluruh provinsi di Indonesia dan dari hasil studi pendahuluan disalah satu kabupaten wilayah Jawa Timur yaitu Madiun yang dilakukan di bidan praktek mandiri wilayah kota Madiun didapatkan dari 10 ibu hamil, didapatkan 4 kehamilan yang tidak direncanakan/diinginkan, dengan jumlah anak > 2, dan usia ibu di atas 30 tahun dan jarak anak dengan yang kehamilan sekarang di atas 3 tahun. Jumlah tersebut masih dikatakan tinggi untuk kejadian kehamilan tidak diinginkan, dimana hal tersebut sebagai penyumbang kasus aborsi. Berdasarkan data dan fenomena yang telah dipaparkan, hal ini menjadi dasar peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan usia ibu hamil, jumlah anak, dan jarak kehamilan dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan (KTD) diwilayah kota Madiun. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5 B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan usia ibu hamil dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan? 2. Apakah ada hubungan jumlah anak dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan? 3. Apakah ada hubungan jarak kehamilan dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan? 4. Apakah ada hubungan usia ibu hamil, jumlah anak dan jarak kehamilan secara bersama-sama dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan? C. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis hubungan usia ibu hamil dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan. 2. Menganalisis hubungan jumlah anak dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan. 3. Menganalisis hubungan jarak kehamilan dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan. 4. Menganalisis hubungan usia ibu hamil, jumlah anak dan jarak kehamilan secara bersama-sama dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoritis dalam dunia akademik khususnya faktor yang menyebabkan kehamilan tidak diinginkan dalam upaya promosi kesehatan sebagai pencegahan primer. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 2. digilib.uns.ac.id 6 Bagi Instansi kesehatan a. Sebagai sumbangan pengetahuan dan memberikan data dan analisis sebagai informasi mengenai faktor penyebab kehamilan tidak diinginkan di Kota Madiun. b. Sebagai bahan informasi mengenai gambaran usia ibu hamil, jumlah anak dan jarak kehamilan yang aman pada ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga kesehatan wilayah kota Madiun. Sehingga diharapkan masyarakat lebih patuh dalam menggunakan metode kontrasepsi dalam rangka memperbaiki kualitas hidup dan pencegahan kehamilan tidak diinginkan. commit to user