BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG 5.1 Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya Suatu daerah disebut beresiko tinggi dalam sanitasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Tingkat ancaman kesehatan yang tinggi di masa yang akan datang 2. Infrastruktur sanitasi yang buruk, 3. Prilaku PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) relatif rendah, 4. Manajemen penanganan sanitasi yang lemah/rendah, 5. Pemahaman masyarakat relatif rendah. Proses penentuan area beresiko tinggi dilakukan dengan pengumpulan data pada setiap kelurahan/desa sampel yaitu 19 yang berada pada 7 Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang. Data yang digunakan untuk penentuan area beresiko tinggi terdiri dari: 1. Data sekunder yang dikumpulkan dari masing-masing instansi terkait Kabupaten Deli Serdang. Data sekunder yang digunakan antara lain: a. Jumlah kepadatan penduduk, b. Jumlah penduduk miskin di masing-masing kelurahan c. Berlokasi didaerah perkotaan 2. Persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terlibat dalam Kelompok Kerja (Pokja) sanitasi Kabupaten Deli Serdang 3. Data primer yang merupakan data dari hasil Studi EHRA (Environmental Health Risk Assesment) Analisis data primer dilakukan berdasarkan 3 skenario yang menggunakan asumsi pembobotan yang berbeda, yaitu: a. Skenario pertama dibuat dengan asumsi bahwa semua variabel adalah penting sehingga persentase pembobotannya sama b. Skenario kedua dibuat dengan pembobotan yang sama digabung dengan pesepsi SKPD BAB V INDIKASI PERMASALAHAN Halaman V- 1 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG c. Skenario ketiga dibuat dengan asumsi bahwa variabel kondisi septik tank, pencemaran sampah dan kelangkaan air lebih penting dibandingkan variable lain Hasil analisis penentuan area beresiko tinggi terhadap 19 Desa di Kabupaten Deli Serdang adalah : 1. Skenario 1 (Hasil EHRA) a. 3 desa berada di area prioritas pertama yang memiliki potensi resiko kesehatan lingkungan dengan klasifikasi resiko tinggi(daerah merah) (desa Sekip, Semayang dan Tembung) b. 9 desa berada prioritas kedua yang memiliki potensi resiko kesehatan lingkungan dengan klasifikasi resiko sedang (kuning) (desa Pakam Pekan, Buntu Bedimbar, Tanjung Gusta, Patumbak Kampung, Marendal, Kel. Kenagan, Kel. Kenangan Baru, Desa Bandar Khalifa dan Kedai Durian) c. 4 desa pada prioritas ketiga yang memiliki potensi resiko kesehatan lingkungan dengan klasifikasi resiko rendah(hijau) (kelurahan Pakam I-II, Tanjung Morawa A, Desa Limau Manis dan Deli Tua Induk) d. 3 desa pada prioritas keempat yang memiliki potensi resiko kesehatan lingkungan dengan klasifikasi tidak beresiko (daerah biru) (Kelurahan Syahmad, Desa Paya Geli dan Desa Pantai labu Pekan) 2. Skenario 2 (Persepsi SKPD digabung dengan EHRA) a. 4 Desa berada di area prioritas pertama yang memiliki potensi resiko kesehatan lingkungan dengan klasifikasi resiko tinggi yaitu desa Sekip, Buntu Bedimbar, Desa Sei. Semayang, dan desa Tembung. b. 5 Desa pada prioritas kedua yang memiliki potensi resiko kesehatan lingkungan dengan klasifikasi resiko sedang: Desa Pakam Pekan, Tanjung Gusta, Kel. Kenangan, Kenangan Baru dan Pantai Labu Pekan. c. 8 Desa pada prioritas ketiga yang memiliki potensi resiko kesehatan lingkungan dengan klasifikasi resiko rendah. Desa Pakam I-II, Tanjung Morawa A, Limau Manis, Patumbak Kampung, Marendal, Bandar Khalifa, Kedai Durian dan Delitua Induk. d. 2 Desa pada prioritas keempat yang memiliki potensi resiko kesehatan lingkungan dengan klasifikasi tidak beresiko yaitu Desa Syahmad dan Paya Geli BAB V INDIKASI PERMASALAHAN Halaman V- 2 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG 3. Skenario 3 (Berdasarkan Pembobotan) a. 2 Desa berada di area prioritas pertama yang memiliki potensi resiko kesehatan lingkungan dengan klasifikasi resiko tinggi yaitu desa Lubuk Pakam Pekan dan Desa Buntu Bedimbar. b. 2 Desa pada prioritas kedua yang memiliki potensi resiko kesehatan lingkungan dengan klasifikasi resiko sedang: Desa Sei Semayang dan Desa Tembung. c. 7 Desa pada prioritas ketiga yang memiliki potensi resiko kesehatan lingkungan dengan klasifikasi resiko rendah. Desa Limau Manis, Desa Kenangan, Bandar Khalifa, Desa Tanjung Gusta, Desa Kenangan Baru, Desa Kedai Durian dan Delitua Induk. d. 8 Desa pada prioritas ke empat yaitu desa: Lubuk Pakam I-II, Desa Sekip, Kel. Syahmad, Desa Tanjung Morawa A, Desa Paya Geli, Desa Patumbak Kampung, Desa Marendal dan Desa Pantai Labu Pekan. Dengan menggunakan gabungan hal-hal tersebut diatas dan dari data sekunder, data primer dari hasil survey EHRA (Environmental Health Risk Assesment) yang dilakukan pada 19 Desa/Kelurahan di Kabupaten Deli Serdang dan persepsi SKPD maka terdapat 5 Desa/Kelurahan yang beresiko tinggi antara lain: 1. Desa Sekip, Kecamatan Lubuk Pakam, 2. Desa Buntu Bedimbar, Kecamatan Tanjung Morawa, 3. Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal, 4. Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan, 5. Desa Pantai Labu Pekan di Kecamatan Pantai Labu Dari hasil survey EHRA diperoleh 3 Desa yang beresiko tinggi (daerah merah) antara lain: 1. Desa Sekip di Kecamatan Lubuk Pakam 2. Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, 3. Desa Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan Dari 3 desa yang berada dalam daerah merah dapat dilihat bahwa parameter yang dipakai dari hasil survey EHRA berdasarkan pada tabel berikut: BAB V INDIKASI PERMASALAHAN Halaman V- 3 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG Tabel 5.1 Risiko dan Parameter untuk Penentuan Area Beresiko dari Hasil survey EHRA Kabupaten Deli Serdang No Resiko A Pencemaran melalui kondisi sumur Penutup sumur B Lantai semen C D Cincin sumur Sambungan ke Saluran air limbah E Sumur dangkal keseptik < 10 m 2 Kelangkaan air (dan resiko terkait) 3 Tanki septic > 5 tahun tak pernah dikuras 4 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septic A Layanan sedot tinja B Tukang yang disuruh C Mengosongkan sendiri D Kosongkan ketika banjir datang 1 5 6 A B 7 A B C D E 8 A B C D BAB V CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) yang rendah di saat 5 waktu kritis Pencemaran sampah Sampah diangkut petugas beberapa kali dalam seminggu Sampah sering dikumpulkan terlambat Toilet kotor mencemari lingkungan Tinja di toilet Pembalut perempuan Lalat disekitar jamban Ada air Sabun di toilet Fasilitas Jamban Septic tank Cubluk/Jumbleng Lobang galian Sungai/Kali/Parit/Got INDIKASI PERMASALAHAN Parameter <5%, resiko <75%, resiko <75%, resiko <50%, resiko >20%, resiko >15%, resiko >20%, resiko <5%, resiko <5%, resiko <5%, resiko <85%, resiko Alasan mudah, murah mudah, lebih murah penting mudah, murah sangat mencemari Dalam 2 minggu terakhir (ya) Isi septic tank masuk kedalam aliran air tanah dibuang dengan benar dibuang tidak benar dibuang tidak benar dibuang tidak benar mudah, murah >50%, resiko >20% , resiko Sering terlambat >10%, resiko >5%, resiko >15%, resiko <95%, resiko >75%, resiko Ya Ya Ya Ya Ya <90%, resiko >10%, resiko >5%, resiko >30%, resiko Halaman V- 4 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG E Kolam >65%, resiko Tidak tahu kemana/dibuang >5%, resiko F sembarangan (BABS) 9 Dalam 1 tahun mengalami banjir >10%, resiko Sumber: Laporan Final Survey EHRA Kabupaten Deli Serdang, 2010 Dari hasil survey EHRA dan persepsi SKPD diperoleh 5 Desa yang beresiko tinggi (daerah merah) antara lain: 1. Desa Sekip di Kecamatan Lubuk Pakam 2. Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, 3. Desa Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan 4. Desa Buntu Bedimbar, Kecamatan Tanjung Morawa 5. Desa Pantai Labu Pekan 5.2 Media dan Peningkatan Kepedulian Sanitasi Dari Survei EHRA yang telah dilakukan, penggunaan media sebagai sumber informasi oleh masyarakat terutama wilayah sampel mengindikasikan bahwa TV merupakan jenis media utama dalam mendapatkan informasi dan media hiburan (sebesar 62,71%), memilih radio, televisi secara gabungan 19,76%, surat kabar 10,80%. diikuti dengan radio (0,40%). Hanya sebagian kecil yaitu 3,82 % menyatakan tidak tahu dan 1,58% tidak ada data. Gambar 5.1. Jenis Media Informasi Tidak Ada Data 1.58% Tidak Tahu 3.82% Lainnya 19.76% Papan Pengumuman di Lingkungan 0.92% Televisi 62.71% Radio 0.40% Surat Kabar BAB V 10.80% 0 20 INDIKASI PERMASALAHAN 40 60 Halaman V- 5 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG Untuk Stasiun Televisi, prosentase terbesar yang dilihat oleh masyarakat mulai dari yang terbesar berturut-turut adalah RCTI, SCTV dan TVRI dengan prosentase 39,40; 17,24; dan 14,92. Dapat dikatakan bahwa TVRI sebagai TV nasional masih dapat dianggap sebagai media yang efektif untuk melakukan promosi pembangunan sanitasi. BAB V INDIKASI PERMASALAHAN Halaman V- 6 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG Gambar 5.2 (TV) Gambar 5.3 (Program) 0.92% Tidak Ada Data 0.26% ANTV TPI Tidak Ada Data 3.82% 2.89% 6.97% Trans TV TV One 1.71% tidak tahu 1.97% lainnya 2.63% infotainment 2.63% 3.03% Tidak nonton TV 0.39% tidak tahu 1.45% Indosiar Berita 16.18% 2.11% lainnya TV lokal 3.68% METRO TV 3.95% SCTV 17.24% Kuis 2.37% Musik Dangdut 2.11% Musik Pop 1.71% 39.47% RCTI 15.92% TVRI 0 10 Sinetron 20 30 40 66.58% 0 20 40 60 Kebiasaan membaca surat kabar pada masyarakat pada hanya sebesar 36,2% dan mayoritas merupakan surat kabar lokal serta selebihnya tidak membaca. Hampir sama halnya dengan radio yaitu 35,26% masyarakat yang menggunakannya. Bagaimanapun juga penggunaan media televisi dan radio sebagai sarana untuk promosi dan himbauan untuk menggiatkan sanitasi masih dapat dianggap cukup baik. Gambar 5.4. (Suratkabar) Gambar 5.5 (Stasiun Radio) Radio Pemda 0.39% Tidak Ada Data 10.66% Tidak Ada Data 4.62% 0.79% Q FM Waspada 4.76% Citra Buana 0.26% 2.51% Sinar Indonesia Baru Rodesa 0.66% 1.32% Kardoba 5.55% Analisa 63.80% Tidak baca surat kabar 64.74% Tidak dengar radio Most FM 3.82% 0.92% Sumut Pos 1.97% Sikamoni Posmetro 12.15% Lainnya Lainnya 4.08% Suara Semarang 0.13% 3.57% 1.18% Elshinta Wawasan 0.13% Gajah Mada Jawa Pos 0.13% 3.16% RRI 6.84% 1.85% Kompas 0 0 BAB V 20 40 20 40 60 60 INDIKASI PERMASALAHAN Halaman V- 7 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG Untuk Stasiun Televisi yang terbesar ditonton oleh masyarakat adalah dari media media TV swasta Nasional yaitu diatas 80% terutama dalam mendapatkan informasi dan hiburan. Sedangkan porsi siaran yang dilihat terutama unsur berita masih menduduki tempat yang pertama yaitu 49,1%. dan sisanya untuk hiburan dan lainnya. Disamping dari hasil studi EHRA, program kegiatan dari Dinas-dinas terkait seperti dari Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan Kota, Dinas PU, juga dari Infokom dan Humas Kota, dapat digali informasi kegiatan yang sebenarnya sudah dijalankan dibidang terkait dengan Sanitasi. Ini bisa dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 5.2 SKPD yang terkait Program Sanitasi N SKPD Bentuk Kegiatan Keteranga o 1 n Brosur/Newsletter/Sticker Bapedalda Himbauan kepada pemilik hotel, Rumah sakit dan restoran agar membangun IPAL Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat 2 Dinas UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) Kesehatan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) Kabupaten PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat 3 Dinas Cipta Galian saluran drainase lingkungan Karya dan Program penataan lingkungan, Pertamba- Pembuatan MCK+, air bersih, IPLT, IPAL ngan Revitalisasi IPLT Tanjung Selamat, Himbauan untuk tidak membuang sampah ke saluran drainase dan ke sungai Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat BAB V INDIKASI PERMASALAHAN Halaman V- 8 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG 4 Badan Pemberdayaa Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat n Masyarakat Desa Sumber: Laporan Studi EHRA Deli Serdang, 2010 Dari gambaran data diatas maka dapat diperoleh bahwa masyarakat Kabupaten Deli Serdang lebih terbiasa mendapatkan informasi melalui jenis media elektronik (TV&Radio). Sementara yang sudah menjadi pola dan berjalan cukup lancar dalam melakukan kegiatan advokasi, kampanye dan promosi program, pemerintah Kabupaten Deli Serdang melalui SKPD yang ada melakukan berbagai kegiatan yang tercantum dalam tabel 5.2. Untuk peningkatan partisipasi masyarakat umumnya dilakukan melalui kegiatan posyandu dimana program-program dari Dinas Kesehatan dilakukan. Hal yang bisa dicermati adalah, bahwa kurangnya animo membaca koran disebabkan pola distribusi media cetak yang hanya terpusat di pusat keramaian kota disamping budaya mendengar dan melihat masih kental di masyarakat Kabupaten Deli Serdang, begitu juga dengan halnya penggunaan spanduk dan poster yang hanya dipasang di lokasi jalan utama dan terpusat di pusat kota. 5.3 Keterlibatan Sektor Swasta dalam Layanan Sanitasi Partisipasi sektor swasta dalam penanganan sampah Kabupaten Deli Serdang belum memasuki pada tatanan formal. Pihak Pemerintah Kabupaten Deli Serdang belum mengagendakan adanya kerja sama formal yang dituangkan dalam suatu kontrak kerja. Melalui Studi SSA diharapkan akan muncul sebuah inspirasi yang lebih memungkinkan adanya sinergi, baik secara formal maupun informal antara pihak Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dengan sektor swasta setempat, khususnya dalam penanganan sampah kota. 5.3.1. Partisipasi Pengusaha Swasta Partisipasi pengusaha swasta dalam penyediaan jasa yang berkaitan dengan sanitasi di Kabupaten Deli Serdang belum tumbuh secara signifikan. Ada puluhan pengepul barang bekas (plastik, logam dan kertas) dengan kapasitas volume penjualan masing-masing sekitar 5 ton per hari (total sekitar 150 ton per bulan). Selain itu ada sekitar 40-50 pengepul skala kecil dengan kapasitas volume penjualan masing-masing sekitar 3 ton per bulan. Para pengepul skala kecil ini BAB V INDIKASI PERMASALAHAN Halaman V- 9 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG menampung barang dari para pemulung, ada pihak tertentu dari Jakarta yang mengambil/ membeli barang bekas mereka. Apabila digabung semua pengepul besar dan kecil tersebut bisa mengurangi volume sampah Deli Serdang sebanyak kira-kira 90 ton per bulan, atau kira-kira 4 % dari total timbulan sampah.1 Salah satu pelaku dalam mata rantai bisnis barang bekas ini adalah para pemulung. Seperti di kota lainnya, mereka beroperasi tidak terorganisir secara formal. Sebaiknya Dinas terkait dapat mengakomodasi mereka dalam satu wadah (misalnya asosiasi pemulung). Wadah tersebut selain untuk memberikan pembekalan mengenai perilaku yang diharapkan juga sebagai sarana penghubung dengan elemen masyarakat yang telah aktif mengelola sampah di tiap kelurahan. Dengan demikian diharapkan akan ada sinergi yang saling menguntungkan diantara mereka. 5.3.2. Partisipasi Lembaga Non Pemerintah (LSM/KSM) Sampai saat ini belum terdata adanya keikutsertaan LSM dalam penanganan kegiatan sanitasi secara langsung. Secara temporer kontribusi LSM kadang muncul dalam bentuk himbauan melalui media pemerintah terutama media lokal. Himbauan tersebut dapat berupa kritikan dan informasi mengenai kondisi jalan rusak, genangan banjir maupun beberapa informasi mengenai kondisi sanitasi lainnya. 1 Sumber Bapedalda Kabupaten Deli Serdang, 2010 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN Halaman V- 10 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG Sumber Sampah City PERUMAHAN PASAR KOMESIAL JALAN/ FASILITAS UMUM …. ton per bulan Pemulung Logam Pemulung Plastik Pemulung Kertas TPS BAK SAMPAH CONTAINER ….. ton per bulan TPA BAB V INDIKASI PERMASALAHAN Penampung limbah logam: .... ton per bulan? Penampung limbah plastik: .... ton per bulan? Pabrik Pellet Plastik Kota setempat: ..... ton per bulan? Usaha konversi sampah organik jadi kompos: ...... ton per bulan Penampung limbah kertas: .... ton per bulan? Pihak/ komponen lain yang mengurangi volume sampah: ... ton per bulan Konsumen Kompos? Halaman V- 11 Penampung besar/ Pabrik daur ulang Plastik: •Jakarta •Surabaya •Tangerang •Kota lain? Penampung besar/ Pabrik daur ulang kertas: Jakarta Kudus Kota lain? BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI KOTA Halaman IV- 12