BAB IV - Nawasis

advertisement
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG
5.1 Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya
Suatu daerah
disebut beresiko tinggi dalam sanitasi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Tingkat
ancaman kesehatan yang tinggi di masa yang akan
datang
2. Infrastruktur sanitasi yang buruk,
3. Prilaku PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) relatif rendah,
4. Manajemen penanganan sanitasi yang lemah/rendah,
5. Pemahaman masyarakat relatif rendah.
Proses penentuan area beresiko tinggi dilakukan dengan pengumpulan
data pada setiap kelurahan/desa sampel yaitu 19 yang berada pada 7 Kecamatan
di Kabupaten Deli Serdang. Data yang digunakan untuk penentuan area beresiko
tinggi terdiri dari:
1.
Data sekunder yang dikumpulkan dari masing-masing instansi terkait
Kabupaten Deli Serdang. Data sekunder yang digunakan antara lain:
a. Jumlah kepadatan penduduk,
b. Jumlah penduduk miskin di masing-masing kelurahan
c. Berlokasi didaerah perkotaan
2.
Persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terlibat dalam
Kelompok Kerja (Pokja) sanitasi Kabupaten Deli Serdang
3.
Data primer yang merupakan data dari hasil Studi EHRA (Environmental
Health Risk Assesment)
Analisis data primer dilakukan berdasarkan 3 skenario yang menggunakan
asumsi pembobotan yang berbeda, yaitu:
a. Skenario pertama dibuat dengan asumsi bahwa semua variabel adalah
penting sehingga persentase pembobotannya sama
b. Skenario kedua dibuat dengan pembobotan yang sama digabung dengan
pesepsi SKPD
BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN
Halaman V- 1
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG
c. Skenario ketiga dibuat dengan asumsi bahwa variabel kondisi septik tank,
pencemaran sampah dan kelangkaan air lebih penting dibandingkan
variable lain
Hasil analisis penentuan area beresiko tinggi terhadap 19 Desa di
Kabupaten Deli Serdang adalah :
1.
Skenario 1 (Hasil EHRA)
a. 3 desa berada di area prioritas pertama yang memiliki potensi resiko
kesehatan lingkungan dengan klasifikasi resiko tinggi(daerah merah)
(desa Sekip, Semayang dan Tembung)
b. 9 desa berada prioritas kedua yang memiliki potensi resiko kesehatan
lingkungan dengan klasifikasi resiko sedang (kuning) (desa Pakam Pekan,
Buntu Bedimbar, Tanjung Gusta, Patumbak Kampung, Marendal, Kel.
Kenagan, Kel. Kenangan Baru, Desa Bandar Khalifa dan Kedai Durian)
c. 4 desa pada prioritas ketiga yang memiliki potensi resiko kesehatan
lingkungan dengan klasifikasi resiko rendah(hijau) (kelurahan Pakam I-II,
Tanjung Morawa A, Desa Limau Manis dan Deli Tua Induk)
d. 3 desa pada prioritas keempat yang memiliki potensi resiko kesehatan
lingkungan dengan klasifikasi tidak beresiko (daerah biru) (Kelurahan
Syahmad, Desa Paya Geli dan Desa Pantai labu Pekan)
2.
Skenario 2 (Persepsi SKPD digabung dengan EHRA)
a. 4 Desa berada di area prioritas pertama yang memiliki potensi resiko
kesehatan lingkungan dengan klasifikasi resiko tinggi yaitu desa Sekip,
Buntu Bedimbar, Desa Sei. Semayang, dan desa Tembung.
b. 5 Desa pada prioritas kedua yang memiliki potensi resiko kesehatan
lingkungan dengan klasifikasi resiko sedang: Desa Pakam Pekan, Tanjung
Gusta, Kel. Kenangan, Kenangan Baru dan Pantai Labu Pekan.
c. 8 Desa pada prioritas ketiga yang memiliki potensi resiko kesehatan
lingkungan dengan klasifikasi resiko rendah. Desa Pakam I-II, Tanjung
Morawa A, Limau Manis, Patumbak Kampung, Marendal, Bandar Khalifa,
Kedai Durian dan Delitua Induk.
d. 2 Desa pada prioritas keempat yang memiliki potensi resiko kesehatan
lingkungan dengan klasifikasi tidak beresiko yaitu Desa Syahmad dan
Paya Geli
BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN
Halaman V- 2
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG
3.
Skenario 3 (Berdasarkan Pembobotan)
a. 2 Desa berada di area prioritas pertama yang memiliki potensi resiko
kesehatan lingkungan dengan klasifikasi resiko tinggi yaitu desa Lubuk
Pakam Pekan dan Desa Buntu Bedimbar.
b. 2 Desa pada prioritas kedua yang memiliki potensi resiko kesehatan
lingkungan dengan klasifikasi resiko sedang: Desa Sei Semayang dan Desa
Tembung.
c. 7 Desa pada prioritas ketiga yang memiliki potensi resiko kesehatan
lingkungan dengan klasifikasi resiko rendah. Desa Limau Manis, Desa
Kenangan, Bandar Khalifa, Desa Tanjung Gusta, Desa Kenangan Baru,
Desa Kedai Durian dan Delitua Induk.
d. 8 Desa pada prioritas ke empat yaitu desa: Lubuk Pakam I-II, Desa Sekip,
Kel. Syahmad, Desa Tanjung Morawa A, Desa Paya Geli, Desa Patumbak
Kampung, Desa Marendal dan Desa Pantai Labu Pekan.
Dengan menggunakan gabungan hal-hal tersebut diatas dan dari data
sekunder, data primer dari hasil survey EHRA (Environmental Health Risk
Assesment) yang dilakukan pada 19 Desa/Kelurahan di Kabupaten Deli Serdang
dan persepsi SKPD maka terdapat 5 Desa/Kelurahan yang beresiko tinggi antara
lain:
1. Desa Sekip, Kecamatan Lubuk Pakam,
2. Desa Buntu Bedimbar, Kecamatan Tanjung Morawa,
3. Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal,
4. Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan,
5. Desa Pantai Labu Pekan di Kecamatan Pantai Labu
Dari hasil survey EHRA diperoleh 3 Desa yang beresiko tinggi (daerah
merah) antara lain:
1. Desa Sekip di Kecamatan Lubuk Pakam
2. Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal,
3. Desa Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan
Dari 3 desa yang berada dalam daerah merah dapat dilihat bahwa parameter
yang dipakai dari hasil survey EHRA berdasarkan pada tabel berikut:
BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN
Halaman V- 3
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG
Tabel 5.1 Risiko dan Parameter untuk Penentuan Area Beresiko
dari Hasil survey EHRA Kabupaten Deli Serdang
No
Resiko
A
Pencemaran melalui kondisi
sumur
Penutup sumur
B
Lantai semen
C
D
Cincin sumur
Sambungan ke Saluran air limbah
E
Sumur dangkal keseptik < 10 m
2
Kelangkaan air (dan resiko
terkait)
3
Tanki septic > 5 tahun tak pernah
dikuras
4
Pencemaran karena
pembuangan isi tangki septic
A
Layanan sedot tinja
B
Tukang yang disuruh
C
Mengosongkan sendiri
D
Kosongkan ketika banjir datang
1
5
6
A
B
7
A
B
C
D
E
8
A
B
C
D
BAB V
CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun)
yang rendah di saat 5 waktu kritis
Pencemaran sampah
Sampah diangkut petugas
beberapa kali dalam seminggu
Sampah sering dikumpulkan
terlambat
Toilet kotor mencemari
lingkungan
Tinja di toilet
Pembalut perempuan
Lalat disekitar jamban
Ada air
Sabun di toilet
Fasilitas Jamban
Septic tank
Cubluk/Jumbleng
Lobang galian
Sungai/Kali/Parit/Got
INDIKASI PERMASALAHAN
Parameter
<5%, resiko
<75%, resiko
<75%, resiko
<50%, resiko
>20%, resiko
>15%, resiko
>20%, resiko
<5%, resiko
<5%, resiko
<5%, resiko
<85%, resiko
Alasan
mudah, murah
mudah, lebih
murah
penting
mudah, murah
sangat
mencemari
Dalam 2
minggu
terakhir (ya)
Isi septic tank
masuk kedalam
aliran air tanah
dibuang
dengan benar
dibuang tidak
benar
dibuang tidak
benar
dibuang tidak
benar
mudah, murah
>50%, resiko
>20% , resiko
Sering
terlambat
>10%, resiko
>5%, resiko
>15%, resiko
<95%, resiko
>75%, resiko
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
<90%, resiko
>10%, resiko
>5%, resiko
>30%, resiko
Halaman V- 4
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG
E
Kolam
>65%, resiko
Tidak tahu kemana/dibuang
>5%, resiko
F
sembarangan (BABS)
9
Dalam 1 tahun mengalami banjir >10%, resiko
Sumber: Laporan Final Survey EHRA Kabupaten Deli Serdang, 2010
Dari hasil survey EHRA dan persepsi SKPD diperoleh 5 Desa yang beresiko
tinggi (daerah merah) antara lain:
1. Desa Sekip di Kecamatan Lubuk Pakam
2. Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal,
3. Desa Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan
4. Desa Buntu Bedimbar, Kecamatan Tanjung Morawa
5. Desa Pantai Labu Pekan
5.2 Media dan Peningkatan Kepedulian Sanitasi
Dari Survei EHRA yang telah dilakukan, penggunaan media sebagai sumber
informasi oleh masyarakat terutama wilayah sampel mengindikasikan bahwa TV
merupakan jenis media utama dalam mendapatkan informasi dan media hiburan
(sebesar 62,71%), memilih radio, televisi secara gabungan 19,76%, surat kabar
10,80%. diikuti dengan radio (0,40%). Hanya sebagian kecil yaitu 3,82 %
menyatakan tidak tahu dan 1,58% tidak ada data.
Gambar 5.1. Jenis Media Informasi
Tidak Ada Data
1.58%
Tidak Tahu
3.82%
Lainnya
19.76%
Papan Pengumuman di
Lingkungan
0.92%
Televisi
62.71%
Radio
0.40%
Surat Kabar
BAB V
10.80%
0
20
INDIKASI PERMASALAHAN
40
60
Halaman V- 5
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG
Untuk Stasiun Televisi, prosentase terbesar yang dilihat oleh masyarakat
mulai dari yang terbesar berturut-turut adalah RCTI, SCTV dan TVRI dengan
prosentase 39,40; 17,24; dan 14,92. Dapat dikatakan bahwa TVRI sebagai TV
nasional masih dapat dianggap sebagai media yang efektif untuk melakukan
promosi pembangunan sanitasi.
BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN
Halaman V- 6
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG
Gambar 5.2 (TV)
Gambar 5.3 (Program)
0.92%
Tidak Ada Data
0.26%
ANTV
TPI
Tidak Ada Data
3.82%
2.89%
6.97%
Trans TV
TV One
1.71%
tidak tahu
1.97%
lainnya
2.63%
infotainment
2.63%
3.03%
Tidak nonton TV
0.39%
tidak tahu
1.45%
Indosiar
Berita
16.18%
2.11%
lainnya
TV lokal
3.68%
METRO TV
3.95%
SCTV
17.24%
Kuis
2.37%
Musik Dangdut
2.11%
Musik Pop
1.71%
39.47%
RCTI
15.92%
TVRI
0
10
Sinetron
20
30
40
66.58%
0
20
40
60
Kebiasaan membaca surat kabar pada masyarakat pada hanya sebesar
36,2%
dan mayoritas merupakan surat kabar lokal serta selebihnya tidak membaca.
Hampir
sama
halnya
dengan
radio
yaitu
35,26%
masyarakat
yang
menggunakannya. Bagaimanapun juga penggunaan media televisi dan radio
sebagai sarana untuk promosi dan himbauan untuk menggiatkan sanitasi masih
dapat dianggap cukup baik.
Gambar 5.4. (Suratkabar)
Gambar 5.5 (Stasiun Radio)
Radio Pemda 0.39%
Tidak Ada Data
10.66%
Tidak Ada Data
4.62%
0.79%
Q FM
Waspada
4.76%
Citra Buana 0.26%
2.51%
Sinar Indonesia Baru
Rodesa 0.66%
1.32%
Kardoba
5.55%
Analisa
63.80%
Tidak baca surat kabar
64.74%
Tidak dengar radio
Most FM
3.82%
0.92%
Sumut Pos
1.97%
Sikamoni
Posmetro
12.15%
Lainnya
Lainnya
4.08%
Suara Semarang 0.13%
3.57%
1.18%
Elshinta
Wawasan 0.13%
Gajah Mada
Jawa Pos 0.13%
3.16%
RRI
6.84%
1.85%
Kompas
0
0
BAB V
20
40
20
40
60
60
INDIKASI PERMASALAHAN
Halaman V- 7
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG
Untuk Stasiun Televisi yang terbesar ditonton oleh masyarakat adalah dari
media media TV swasta Nasional yaitu diatas 80% terutama dalam mendapatkan
informasi dan hiburan. Sedangkan porsi siaran yang dilihat terutama unsur berita
masih menduduki tempat yang pertama yaitu 49,1%. dan sisanya untuk hiburan
dan lainnya.
Disamping dari hasil studi EHRA, program kegiatan dari Dinas-dinas terkait
seperti dari Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan Kota, Dinas PU, juga dari
Infokom dan Humas Kota, dapat digali informasi kegiatan yang sebenarnya sudah
dijalankan dibidang terkait dengan Sanitasi. Ini bisa dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 5.2 SKPD yang terkait Program Sanitasi
N
SKPD
Bentuk Kegiatan
Keteranga
o
1
n
 Brosur/Newsletter/Sticker
Bapedalda
 Himbauan kepada pemilik hotel, Rumah
sakit dan restoran agar membangun
IPAL
 Peningkatan
kapasitas
kelembagaan
masyarakat
2
Dinas
 UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
Kesehatan
 CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun)
Kabupaten
 PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat)
 Peningkatan
kapasitas
kelembagaan
masyarakat
3
Dinas
Cipta  Galian saluran drainase lingkungan
Karya
dan  Program penataan lingkungan,
Pertamba-
 Pembuatan MCK+, air bersih, IPLT, IPAL
ngan
 Revitalisasi IPLT Tanjung Selamat,
 Himbauan
untuk
tidak
membuang
sampah ke saluran drainase dan ke
sungai
 Peningkatan
kapasitas
kelembagaan
masyarakat
BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN
Halaman V- 8
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG
4
Badan
Pemberdayaa
 Peningkatan
kapasitas
kelembagaan
masyarakat
n Masyarakat
Desa
Sumber: Laporan Studi EHRA Deli Serdang, 2010
Dari gambaran data diatas maka dapat diperoleh bahwa masyarakat
Kabupaten Deli Serdang lebih terbiasa mendapatkan informasi melalui jenis
media elektronik (TV&Radio). Sementara yang sudah menjadi pola dan berjalan
cukup lancar dalam melakukan kegiatan advokasi, kampanye dan promosi
program, pemerintah Kabupaten Deli Serdang melalui SKPD yang ada melakukan
berbagai kegiatan yang tercantum dalam tabel 5.2.
Untuk peningkatan
partisipasi masyarakat umumnya dilakukan melalui kegiatan posyandu dimana
program-program dari Dinas Kesehatan dilakukan.
Hal yang bisa dicermati adalah, bahwa kurangnya animo membaca koran
disebabkan pola distribusi media cetak yang hanya terpusat di pusat keramaian
kota disamping budaya mendengar dan melihat masih kental di masyarakat
Kabupaten Deli Serdang, begitu juga dengan halnya penggunaan spanduk dan
poster yang hanya dipasang di lokasi jalan utama dan terpusat di pusat kota.
5.3 Keterlibatan Sektor Swasta dalam Layanan Sanitasi
Partisipasi sektor swasta dalam penanganan sampah Kabupaten Deli
Serdang belum memasuki pada tatanan formal. Pihak Pemerintah Kabupaten
Deli Serdang belum mengagendakan adanya kerja sama formal yang dituangkan
dalam suatu kontrak kerja. Melalui Studi SSA diharapkan akan muncul sebuah
inspirasi yang lebih memungkinkan adanya sinergi, baik secara formal maupun
informal antara pihak Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dengan sektor swasta
setempat, khususnya dalam penanganan sampah kota.
5.3.1. Partisipasi Pengusaha Swasta
Partisipasi pengusaha swasta dalam penyediaan jasa yang berkaitan
dengan sanitasi di Kabupaten Deli Serdang belum tumbuh secara signifikan. Ada
puluhan pengepul barang bekas (plastik, logam dan kertas) dengan kapasitas
volume penjualan masing-masing sekitar 5 ton per hari (total sekitar 150 ton per
bulan). Selain itu ada sekitar 40-50 pengepul skala kecil dengan kapasitas volume
penjualan masing-masing sekitar 3 ton per bulan. Para pengepul skala kecil ini
BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN
Halaman V- 9
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG
menampung barang dari para pemulung, ada pihak tertentu dari Jakarta yang
mengambil/ membeli barang bekas mereka. Apabila digabung semua pengepul
besar dan kecil tersebut bisa mengurangi volume sampah Deli Serdang sebanyak
kira-kira 90 ton per bulan, atau kira-kira 4 % dari total timbulan sampah.1
Salah satu pelaku dalam mata rantai bisnis barang bekas ini adalah para
pemulung. Seperti di kota lainnya, mereka beroperasi tidak terorganisir secara
formal. Sebaiknya Dinas terkait dapat mengakomodasi mereka dalam satu
wadah (misalnya asosiasi pemulung). Wadah tersebut selain untuk memberikan
pembekalan mengenai perilaku yang diharapkan juga sebagai sarana
penghubung dengan elemen masyarakat yang telah aktif mengelola sampah di
tiap kelurahan. Dengan demikian diharapkan akan ada sinergi yang saling
menguntungkan diantara mereka.
5.3.2. Partisipasi Lembaga Non Pemerintah (LSM/KSM)
Sampai saat ini belum terdata adanya keikutsertaan LSM dalam penanganan
kegiatan sanitasi secara langsung. Secara temporer kontribusi LSM kadang
muncul dalam bentuk himbauan melalui media pemerintah terutama media
lokal. Himbauan tersebut dapat berupa kritikan dan informasi mengenai kondisi
jalan rusak, genangan banjir maupun beberapa informasi mengenai kondisi
sanitasi lainnya.
1
Sumber Bapedalda Kabupaten Deli Serdang, 2010
BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN
Halaman V- 10
BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN DELI SERDANG
Sumber Sampah
City
PERUMAHAN
PASAR
KOMESIAL
JALAN/ FASILITAS
UMUM
…. ton per bulan
Pemulung
Logam
Pemulung
Plastik
Pemulung
Kertas
TPS
BAK SAMPAH
CONTAINER
….. ton per bulan
TPA
BAB V
INDIKASI PERMASALAHAN
Penampung
limbah logam:
.... ton per bulan?
Penampung
limbah plastik:
.... ton per bulan?
Pabrik Pellet
Plastik Kota
setempat:
..... ton per
bulan?
Usaha konversi
sampah
organik jadi
kompos:
...... ton per
bulan
Penampung
limbah kertas:
.... ton per
bulan?
Pihak/ komponen
lain yang
mengurangi
volume sampah: ...
ton per bulan
Konsumen
Kompos?
Halaman V- 11
Penampung
besar/ Pabrik
daur ulang
Plastik:
•Jakarta
•Surabaya
•Tangerang
•Kota lain?
Penampung
besar/ Pabrik
daur ulang
kertas:
Jakarta
Kudus
Kota lain?
BAB IV
PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI KOTA
Halaman IV- 12
Download