BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Fitts (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa konsep dri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Fitts menjelaskan konsep diri secara fenomenologis dan mengatakan bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, bearti individu menunjukan kesadaran diri dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang dilakukan terhadap dunia diluar dirinya. Jadi diri yang diamati, dialami dan dinilai oleh individu merupakan gambaran tentang diri atau konsep diri individu baik positif maupun negatif. Beck, Willian, dan Rawlin (dalam Anna, 1992) lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh: fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Secara umum disepakati bahwa konsep diri belum ada sejak lahir. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Hurlock (1999) juga mengemukakan konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang 8 tentang diri mereka sendiri, karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional, aspirasi dan prestasi. Tidak berbeda jauh dari apa yang dikemukakan Rogers dalam teorinya (dalam Agustiani, 2006) konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan melainkan berkembang terus menerus. Dasar dan konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya dikemudian hari. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang seseorang, baik secara fisik, psikis, spiritual, dan sikap yang dipengaruhi oleh interaksi sosial dimana mereka berada. 2.1.2. Jenis Konsep Diri Menurut Brooks (dalam Rakhmad, 1996) bahwa dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya adalah bahwa setiap individu memiliki konsep diri yang berbeda-beda, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang merasa yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat, mampu memperbaiki karena Ia sanggup mengungkapkan aspekaspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. 9 Individu yang mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percara bahwa setiap masalah ada jalan keluarnya. Individu yang merasa setara dengan orang lain, Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan orang lain, selalu menghargai orang lain. Sedangkan individu yang meneriman pujian tanpa rasa malu dan tanpa menghilangkan rasa merendah diri, maka meskipun Ia menerima pujian Ia tidak akan membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. Begitu pula orang yang peka terhadap perasaan orang lain akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Dan individu yang mampu mengungkapkan aspek-aspek kepribadian maka Ia mampu mengintropeksi dirinya sendiri sebelum mengintropeksi orang lain. Sebaliknya individu yang memiliki konsep diri negatif adalah individu yang peka terhadap kritikan, responsif sekali terhadap pujian, cenderung bersifat hiperkritis, cenderung merasa tidak disenangi orang lain, bersikap pesimis terhadap kompetensi. Individu yang tidak dapat menerima kritikan dari orang lain bearti individu tidak dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap hal yang salah. Orang yang responsif terhadap pujian, walaupun Ia berpura-pura menghindari pujian, Ia Tidak dapat menyembunyikan antusiasme pada waktu menerima pujian. Bersamaan dengan kesenangan terhadap pujian, merekapun aka selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan orang lain. Individu tidak sanggup menggungkapkan penghargaan dan pengakuan pada kelebihan orang lain. 10 Selanjutnya individu yang merasa tidak disenangi orang lain maka ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia beraksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat bersahabat dengan orang lain karena individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku tidak disenangi. Begitu pula dengan individu yang pesimis, Ia menjadi enggan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Individu akan menganggap tidak berdaya melawan persaingan yang akan merugikan dirinya. Hurlock (1999) juga membedakan konsep diri menjadi dua yaitu konsep Diri positif dan konsep diri negatif. Beberapa ciri orang yang memiliki konsep diri positif dan negatif adalah sebagai berikut : 1. Konsep diri positif Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif adalah sebagai berikut : a. Kemampuan berani bertindak spontan b. Menerima orang lain dengan penuh hangat dan dan penuh penghargaan. c. Mampu menyesuaikan diri. d. Menyakini nilai-nilai dari prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya. e. Mampu bertindak berdasarkan moral yang baik. f. Tidak menghabiskan waktu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi g. Memiliki keyakinan kepada kemampuan untuk mengatasi persoalan h. Merasa sama dengan orang lain i. Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting bagi orang lain j. Dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati. 11 k. Mampu mengenali dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan l. Peka terhadap orang lain m. Kreatif dan tampil apa adanya n. Menghargai diri sendiri dan orang lain 2. Konsep Diri Negatif Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif adalah sebagai berikut : a. Kecenderungan individu menjadi cemas b. Sering merasa bingung pada diri sendiri c. Harapan yang tidak realistis d. Kurang mampu memahami informasi yang berkaitan dengan dirinya e. Cenderung menggantungkan diri pada orang lain f. Peka terhadap kritikan g. Kritis terhadap orang lain h. Bersikap pesimis terhadap kompetensi i. Merasa dirinya tidak diterima j. Kurang berani memenuhi tuntutan dirinya k. Suka menyalahkan orang lain yang pada akhirnya membuat mereka mengalami kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain. 12 2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Menurut Fitts (dalam Agustiani, 2006) konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut : 1. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan perasaan beharga. Pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan karena konsep diri adalah hasil dari sebuah interaksi individu dengan lingkungannya, maka pengalaman interpersonal merupakan faktor yang paling penting bagi perkembangan konsep diri seseorang. 2. Kompetensi dalam area yang dihargai, mengenai kemampuan individu yang ditampilkan sehingga mendapatkan penghargaan atau pengakuan dari orang lain. 3. Aktualisasi diri dan realisasi diri potensi pribadi yang sebenarnya. 2.1.4. Dimensi-Dimensi dalam Konsep diri Fitts (dalam Agustiani, 2006) membagi konsep diri dalam 2 dimensi pokok, yaitu : 1. Dimensi Internal Dimensi internal disebut juga dengan kerangka acuan internal yang merupakan penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia didalam dirinya. Adapun dimensi tersebut adalah: a. Diri Identitas (Identity Self) Diri sebagai identitas merupakan aspek dasar dari konsep diri. Dalam diri identitas terkumpulah seluruh label dan simbol yang dipergunakan seseorang 13 untuk menggambarkan dirinya yang didasarkan pada pernyataan : Siapakah saya?”. Diri identitas dapat mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan lingkungan dan juga dengan dirinya sendiri. b. Diri Perilaku (Behavioral Self) Diri pelaku merupakan persepsi seseorang terhadap tingkah lakunya atau caranya bertindak yang terbentuk dari suatu tingkah laku yang biasanya diikuti oleh konsekuensi dari luar diri, dari dalam diri maupun dari keduanya. c. Diri penerima/penilai (Judging self) Penilaian diberikan terhadap kemampuan yang ada dalam diri secara terpisah, misalnya seseorang menggambarkan dirinya diri dan kuat (identitas diri), selain itu gambaran diri juga disertai perasaan suka atau tidak suka terhadap bentuk tubuhnya. Seseorang tegang dan letih (diri pelaku), Ia juga memikirkan apakah perasaannya baik atau tidak. Penilaian juga dapat diberikan kepada kedua macam bagian diri sekaligus. Misalnya, “Saya melakukan ini, tetapi saya bukan orang yang biasa berbuat demikian”. Hal itu bearti bahwa orang itu tidak setuju dengan tingkah lakunya. 2. Dimensi eksternal Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain diluar dirinya. Adapun dimensi tersebut adalah : a. Diri Fisik (Phisical self) Diri fisik merupakan persepsi seseorang terhadap keadaan fisik, kesehatan, penampilan diri dan gerak motorik. 14 b. Diri Etik Moral (Moral Elhical self) Diri Etik Moral merupakan persepsi seseorang tentang dirinya ditinjau dari standar pertimbangan nilai-nilai moral dan etik. Seperti, bagaimana hubungan orang tersebut dengan Tuhan dan dan nilai-nilai moral yang dianutnya. c. Diri Pribadi (Personal self) Diri pribadi merupakan perasaan individu terhadap nilai-nilai pribadi, terlepas dari keadaan fisik dan hubungannya dengan orang lain dan sejauh mana ia merasa dekat sebagai pribadi. d. Diri keluarga (Family Self) Diri keluarga merupakan perasaan dan harga diri seseorang sebagai anggota keluarga dan teman-teman dekatnya. Sejauh mana mereka merasa dekat sebagai anggota keluarga dan teman-temannya. e. Diri sosial (Social self) Diri sosial merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan yang lebih luas. 2.2. Kemanfaatan Layanan dalam Bidang Bimbingan Pribadi 2.2.1. Pengertian Bimbingan Pribadi Bimbingan pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah pribadi. Bimbingan pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan 15 keunikan karakteristik pribadi serta ragam masalah yang ditangani oleh individu (dalam Juntika, 2006). Nursalim & Suradi (2002) berpendapat bahwa bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu siswa mengenal, mengemukan, dan mengembangkan pribadi yang beriman, bertaqwa terhadap Tuhan YME, mandiri serta sehat jasmani. Bidang ini dirinci menjadi pokok-pokok berikut : 1. Pemantapan kebiasaan dan pengembangan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari, dimasyarakat, maupun untuk peranannya di masa depan. 3. Pemahaman bakat dan minat pribadi, serta penyalurannya dan penegmbangannya, melalui kegiatan yang kreatif dan produktif 4. Pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya. 5. Pemahaman dan pengalaman hidup sehat. Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta berbagai macam permasalahan yang dialami oleh individu. Menurut Juntika (2005) layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan peserta didik. Dari pengertian bimbingan pribadi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, dan dapat bersosialisasi dengan orang lain. 16 2.2.2. Prinsip-Prinsip Bimbingan Pribadi Menurut Juntika & Yusuf (2008) terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip tersebut adalah : 1. Bimbingan diperuntunkan bagi semua individu. Ini bearti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau peserta didik; baik yang tidak bermasalah; baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. 2. Bimbingan bersifat individualisasi. Prinsip ini bearti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah individu. 3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang. 4. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. 5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. 6. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan. Pemberian layanan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan atau industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. 17 2.2.3. Tujuan Bimbingan Pribadi Dalam dokumen Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Ditjen PMPTK-Depdiknas, 2007) dirumuskan tujuan bimbingan pribadi sebagai berikut : 1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya. 2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing. 3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai ajaran agama yang dianut. 4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan ; baik fisik maupun psikis. 5) Memiliki sikap positif dan respek terhadap diri sendiri maupun orang lain 6) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat. 7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. 8) Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan tanggung jawabnya. 18 9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, silaturahmi dengan sesama manusia. 10) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain. 11) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif 2.2.4. Jenis Layanan Bimbingan Untuk memenuhi fungsi dan tujuan bimbingan perlu dilaksanakan berbagai kegiatan layanan bantuan. Menurut Juntika dan Yusuf (2008) beberapa jenis layanan bantuan bimbingan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Konseling Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. Layanan ini memfasilitasi siswa untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung yang meliputi pemahaman dan kemampuan untuk mengembangkan kematangan dirinya (aspek potensi kemampuan, emosi, sosial, moralspiritual), menanggulangi masalah dan kesulitan yang dihadapi. Penyajian informasi dalam arti menyajikan keterangan (informasi) tentang berbagai aspek kehidupan yang diperlukan individu. Sedangkan layanan penempatan adalah layanan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka menyalurkan dirinya ke arah yang tepat sesuai dengan minat, kemampuan, dan bakat. 19 2.2.5. Kemanfaatan Layanan dalam Bidang Bimbingan pribadi Masa remaja merupakan masa peralihan dari kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Dilihat dari fisiknya, remaja tidak seperti anakanak melainkan orang dewasa, tetapi jika diperlakukan seperti orang dewasa sering kali remaja belum menunjukan sikap dewasa. Dalam masa ini, remaja belajar tata nilai baru, cita-cita yang ingin diwujudkan, motivasi dan tujuan hidup. Ditahap ini individu bermaksud mengeksplorasi area lingkungan guna menanamkan identitas diri yang sebenarnya kemudian individu memusatkan perhatian pada tugas utama mengembangkan rasa keintiman dan berkomitmen. Beberapa ciri masa remaja seperti diatas maka perlu peran serta guru pembimbing untuk mengarahkan anak didiknya dengan optimal sehingga menghasilkan individu yang dapat diandalkan bukan hanya nilai akademis saja tetap nilai moral dan spirituannya juga. Kemanfaaatan bimbingan pribadi adalah manfaat yang dirasakan siswa setelah mendapatkan layanan bimbingan pribadi agar siswa selalu berfikir positif dalam dirinya. Kemanfaatan layanan bimbingan pribadi bagi siswa menurut Juntika, (2005) adalah : 1. Siswa mempunyai pengenalan lebih jelas mengenai dirinya yaitu siswa dapat melihat kemampuan, kelebihan, maupun kekurangan yang ada pada dirinya, berkembang pemahaman diri serta mengaktualisasi diri. 2. Siswa mempunyai pengenalan yang lebih baik tentang lingkungan belajar, sehingga mampu memilih dan mempertemukan pengetahuan diri dengan informasi secara tepat dengan bertanggung jawab. 20 3. Siswa mampu mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan pemahaman diri, pemahaman lingkungan sosial serta memecahkan masalah yang dihadapi. Kemanfaatan layanan bimbingan pribadi bukan hanya dari motivasi siswa sendiri tetapi ditentukan juga oleh tersediannya program bimbingan yang terarah dan berkesinambungan, guru/petugas bimbingan yang terlatih dalam teknik maupun pendekatan yang tepat dalam melakukan tugasnya menolong siswa dan ada tujuan yang hendak dicapai bersama baik itu dari segi siswa maupun guru/petugas bimbingan terlebih keberhasilan sekolah itu sendiri. 2.3. Temuan yang Relevan Telah banyak dilakukan studi penelitian tentang layanan bimbingan pribadi dengan konsep diri diantaranya hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulianto (2012) mengenai Program Bimbingan Pribadi-Sosial mengembangkan konsep diri siswa kelas X SMA Negeri 24 Bandung tahun ajaran 2011-2012. Berdasarkan hasil penelitian Yulianto (2012) ada hubungan yang signifikan antara layanan bimbingan pribadi dan konsep diri. Penelitian yang sama telah dilakukan oleh Fitriana (2011) mengenai Pengaruh Layanan Informasi Dalam Bimbingan Pribadi terhadap Konsep Diri Siswa Kelas XII di SMK Negeri 1 Rembang Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian Fitriana (2011) mengatakan terdapat hubungan yang signifikan antara layanan bimbingan pribadi dengan konsep diri siswa. Penelitian Wijayanti (2010) yang berjudul Pengaruh Bimbingan Pribadi terhadap Pengembangan Konsep Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Kabupaten 21 Pemalang Tahun Pelajaran 2009/2010 juga menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan Bimbingan Pribadi terhadap Pengembangan Konsep Diri Siswa. Kemudian pada tahun 2007 penelitian yang dilakukan Cherli Meyta Ulintowe Sawiri tentang “Hubungan Antara Kemanfaaatan Layanan Bimbingan Pribadi dengan Konsep Diri Siswa Kelas X SMA Theresiana Salatiga” menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kemanfaatan layanan bimbingan pribadi dengan konsep diri siswa Kelas X SMA THeresiana dengan hasil r=0,136 dengan nilai P=0,228 dengan p>0,05. Dilihat dari hasil-hasil penelitian diatas dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan dan tidak signifikan maka penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara kemanfaatan layanan bimbingan pribadi dengan konsep diri. 2.4 Hipotesis Ada hubungan yang signifikan antara kemanfaatan layanan bimbingan pribadi dengan konsep diri pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Grobogan. Semakin tinggi kemanfaatan layanan bimbingan pribadi, maka siswa akan memiliki konsep diri positif. 22