Bentuk Pertunjukan Tekno Akustik Musik dalam pariwisata I Kiriman Hendra Santosa, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar Pertunjukan untuk sajian Pariwisata menurut R.M. Soedarsono mempunyai ciri sebagai berikut. Merupakan tiruan dari tradisi yang asli, dikemas secara singkat dan padat penyajiannya, pertunjukannya penuh variasi, pertunjukannya bukan/tidak sakral, disajikan dengan cara pementasan yang menarik, dan yang paling penting adalah murah menurut ukuran wisatawan. Pendapat tersebut memang benar adanya tetapi jika diterapkan pada sumber seni dan budaya tradisional. Sebagai sebuah pertunjukan untuk kepentingan upacara, biasanya pertunjukan tersebut merupakan bagian dari upacara, bersifat sakral dan mengandung unsur magis. dalam penyajian seni tradisional untuk sajian pariwisata ciri-ciri yang dikemukakan oleh Soedarsono sangatlah tepat. Sebagai sebuah alternatif baru bagi pertunjukan pariwisata, pertunjukan tekno akustik merupakan penggabungan dari unsur teknologi musik yang disatukan dengan unsur musik tradisional maka ciri-ciri yang dikemukakan oleh Soedarsono tidaklah tepat adanya. Pertunjukan untuk pariwisata dengan format musik tekno akustik seperti yang terjadi selama pengamatan di Conrad Hotel dan wawancara secara langsung pada para pelakunya didapatkan hal-hal sebagai berikut. Pertunjukan dilakukan dengan durasi waktu 3,5 jam. Struktur pertunjukan dibagi 3 bagian yaitu 1) pertunjukan yang menyajikan musik dari permainan instrumen solo dengan latar belakang musik dari laptop, 2) pertunjukan yang menyajikan musik dengan permainan live secara bersama, dan 3) Pertunjukan musik yang diselingi oleh tarian sebanyak 4 tarian. Sistem Dubing Pertunjukan tekno akustik dapat digolongkan kepada jenis musik dengan tema New Age atau dapat dikatakan sebagai world musik. Tema sentral dari musik jenis ini adalah penggabungan antara musik Barat dan musik Timur. Tekno akustik lahir karena perubahan jaman dan pengaruh globalisasi yang sangat deras yang ditunjang oleh kemajuan teknologi informasi. Sebagai bahan perbandingan struktur pertunjukan group soulflip pada sebuah kontrak pertunjukan adalah sebagai berikut. Berdasarkan pengamatan pada group soulflip yang dilakukan di Hotel Conrad daerah Tanjung Benoa Nusa Dua, pertunjukan tekno akustik berlangsung selama 3,5 jam yang terdiri dari 3 permainan instrumen tunggal yang saling bergantian dengan durasi masing-masing 45 menit. Pada permainan instrumen tunggal ini latar/basic lagu. Memainkan lagu-lagu yang bersifat pholymetra scematica maupun yang monometra scematica. Misalnya pemain suling Sunda dan jimbe memainkan sulingnya tidak saja dengan cara duduk atau berdiri tetapi dia bisa berjalan-jalan kesana kemari dengan peralatan wirless baik untuk headphone maupun untuk microphonnya. walaupun lebih banyak bermain improvisasi tetapi kesan atraktif lebih dominan, dalam artian sambil berjalan dia kadang mengajak ngobrol para pengunjung hotel, kadang meminta tamu untuk meniup seruling yang dia bawa. Memang merupakan sebuah pengalaman tersendiri bagi para tamu hotel untuk merasakan ikut bermain bersama group soulflip. Gambar 9. Pertunjukan tidak selalu statis dengan penggunaan teknologi hal ini dapat dilakukan Foto diambil dari rekaman video Soulplif Gambar 10. Tamu ikut larut dalam pertunjukan Souflip Foto diambil dari rekaman video Soulplif Setelah permainan suling berjalan selama 45 menit, giliran pemain kecapi masuk menggantikannya. Permainan kecapi tidak seperti permainan kecapi Sunda secara tunggal tetapi lebih banyak memainkan atau membawakan melodi-melodi dari lagu-lagu tradisional yang sudah ada ataupun hanya berdasarkan improvisasi pemainnya. Berbeda halnya dengan pemain suling, pemain kecapi tidak dapat berjalan-jalan seperti itu tetapi berada di panggung. Hal ini disamping karena peralatan wirless yang terbatas, juga karena faktor instrumennya yang relatif lebih besar dan sulit untuk dimainkan dengan cara berjalan-jalan. Sama halnya dengan pemain suling, pemain kecapi memainkan instrumennya selama 45 menit. Pemain kecapi selesai menjalankan tugasnya, sekarang giliran pemain perkusi tampil. Sama halnya dengan pemain suling, pemain perkusi dapat memainkan instrumennya dengan cara berkeliling yaitu dengan memggunakan instrumen jimbe atau instrumen darbuka. Jika ada tamu hotel yang ingin jam season dengannya maka tamu tersebut diminta untuk menggunakan jimbe yang dibawakan oleh seorang awak panggung ke tempat tamu tersebut berada, atau tamu tersebut diajak bermain bersama di atas panggung. Ketiga pemain tersebut memainkan alat musik akustik yang diiringi oleh musik rekaman yang diputar lewat laptop selama 135 menit. Permainan mereka semua berlandaskan improvisasi respon ritme, melodi, dan warna suara yang dikeluarkan oleh laptop. Disinilah sebuah kemampuan bermain musik yang baik diperlukan untuk menghasilkan suatu musik yang indah dan enak didengarkan. Jika para pemain tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk merespon musik yang dikeluarkan oleh pemutar musik maka musik yang dihasilkan pasti tidak baik