BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung telah dikenal oleh masyarakat di Indonesia sebagai kota yang memiliki apresiasi seni yang tinggi, salah satunya di bidang musik. Salah satu pemicu tingginya apresiasi seni tersebut karena masyarakat kota Bandung yang kreatif. Untuk itu kota Bandung dikenal sebagai kota kreatif, dan kreatifitas tersebut diharapkan dapat mengangkat nama Bandung ke tingkat internasional.*) Tercatat banyak musisi muncul dari kota ini, dan apresiasi terhadap musik itu sendiri pun sangat tinggi. Hal ini dapat kita lihat dari minat penonton pada saat adanya pagelaran musik, tingkat penjualan album, dan kemampuan memainkan alat musik oleh kebanyakan remaja di kota Bandung ini sangat tinggi. Tercatat banyak musisi yang bahkan namanya tercatat dalam sejarah musik Indonesia dan internasional seperti Purwacaraka, Kahitna, Hari Roesli ataupun grup musik yang namanya sudah dikenal di dunia internasional seperti grup Peterpan dan grup Mocca. Dengan atmosfir permusikan yang begitu kondusif, dengan pengaruh kreatif yang sangat beranekaragam, tidak heran jika di Bandung selalu muncul bibitbibit musisi potensial yang sayang jika tidak dikembangkan. Fasilitas pendukung permusikan di Bandung sudah cukup banyak, mulai dari toko kaset dan CD, toko alat-alat musik, pendidikan musik kursus, bahkan sudah ada Sekolah Tinggi Musik, studio rekaman dan latihan sudah bertebaran di seluruh Bandung. Hal yang membuat Bandung sangat maju dalam bidang musik adalah karena musik telah merasuk ke dalam setiap sektor kreatif di Bandung. Hampir seluruh bidang kreatif di Bandung memiliki jenis musik tersendiri. (*Sumber : Dirangkum dari harian umum Pikiran Rakyat, 17 September 2007, wawancara dengan Ridwan Kamil) 1 Kreatifitas yang tinggi dari pemusik di Bandung membuat mereka terus bereksplorasi sehingga melahirkan suara yang baru dan menambah ragam musik tanah air. Hal inilah yang menyebabkan bermacam macam jenis kelompok musik baru dari Bandung yang berakar dari variatifnya dunia kreatif di Bandung itu sendiri. Hal tersebut berarti pula hampir semua kalangan remaja di Bandung ’bermusik’. Banyak acara yang digelar dengan mempertunjukkan beberapa musisi namun sayangnya acara tersebut diadakan di tempat yang kurang memadai seperti di suatu lapangan, aula, dan kendaraan stasiun radio swasta. Dengan tidak adanya tempat yang representatif untuk melakukan acara pertunjukan musik secara langsung (live music performance) menjadi kendala bagi band baru untuk terus mempertahankan eksistensinya. Kebanyakan acara tersebut diselenggarakan di cafe-cafe yang sempit (untuk sebuah pertunjukan musik) dan tata suara yang tidak layak. Penonton tidak terpenuhi kenyamanan fisik karena harus berdesak-desakan, belum lagi ditambah sesaknya ruangan kecil karena dipenuhi orang. Hal yang sama juga terjadi untuk kenyamanan mendengar karena kualitas akustik yang buruk. Nilai pertunjukan musik menjadi menurun. Jika tidak diadakan di lapangan terbuka, acara tersebut diadakan dalam ruang, di tempat yang kecil dan tidak terancang untuk acara pertunjukan musik, baik secara arsitektural maupun akustikal. Keinginan masyarakat menikmati musik dengan kualitas pertunjukan yang bagus sudah tidak dipikirkan lagi. Tempat sudah tidak dianggap penting. Padahal banyak orang yang masih menginginkan menonton pertunjukan musik dengan fasilitas yang lebih berkelas. Hal ini dilihat bukan dari harga tiket masuknya melainkan dari gedung pertunjukan, kualitas tata cahaya dan tata suara, dan juga kenyamanan duduk tanpa harus berdesak-desakan. Oleh karena itu, kehadiran gedung konser bernama Auditorium Musik ini memiliki peran penting sebagai sarana pertunjukan musik langsung dan sebagai tempat orang memperoleh hiburan, juga meningkatkan kualitas pertunjukan musik di Bandung. 2 Gambar I.1 Musisi yang bermain di tempat seadanya seperti selasar (kiri) dan tenda kecil (kanan) (Sumber: dokumen pribadi) 1.2 PEMAHAMAN JUDUL DAN TEMA Safe Concert yang berarti pertunjukan yang aman, dijadikan tema dalam perancangan tugas akhir ini. Hal ini diajukan karena mengingat fasilitas yang dirancang merupakan sebuah sarana atau tempat diadakannya konser-konser musik yang mengusung jenis-jenis musik modern, terutama aliran musik yang biasa disebut musik rock. Sebuah situs di internet yang bernama safeconcert.com dibuat untuk membahas dan memberikan informasi-informasi yang berkenaan dengan pagelaran musik. Dalam situs ini disebutkan bahwa pertunjukan musik modern seringkali berujung pada kecelakaan yang dapat berakibat fatal. Banyak kejadian dari tahun ke tahun di mana suatu pagelaran musik yang semula bertujuan sebagai sarana hiburan berubah menjadi malapetaka. Di Indonesia sendiri pernah tercatat dengan angka kematian sebanyak 4 orang dalam sebuah pagelaran musik. Angka ini tentu saja akan lebih banyak pada kenyataannya karena ada kurangnya publikasi. 3 Diagram II.1 Angka Kecelakaan (Sumber: www.safeconcert.com) Pada diagram dapat terlihat bahwa angka kecelakaan rata-rata pada sebuah pagelaran musik di seluruh dunia tidak pernah mengalami penurunan. Meskipun demikian, pelajaran berharga diterima oleh pemerintah Inggris setelah terjadinya kecelakaan yang merenggut penonton pada saat diadakannya pertunjukan musik band legendaris The Who. Bertolak dari kejadian inilah pemerintah Inggris membentuk suatu badan eksekutif yang bertugas untuk memberikan petunjuk bagi para penyelenggara acara, penonton, hingga penampil dalam sebuah acara. Badan yang dikenal dengan nama Health and Safety Executive (HSE) ini kemudian merealisasikan janji mereka dengan mengeluarkan sebuah pedoman yang hingga kini merupakan satu-satunya pedoman yang diakui oleh masyarakat luas. Pedoman ini disebut The Event Safety Guide (sering disebut The Purple Guide karena warna ungu pada sampul buku). The Event Safety Guide memuat banyak hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pagelaran musik dengan mengutamakan keselamatan pihakpihak yang terkait selama pagelaran berlangsung. 4 1.3 TUJUAN PERANCANGAN Tujuan Umum : Tujuan umum Auditorium Musik ini adalah untuk merancang fasilitas gedung pertunjukan musik yang sesuai dengan standar keamanan The Event Safety Guide dan aman bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya, baik itu bagi para musisi yang mempertunjukan kreatifitasnya, para penikmat musik, dan pihak penyelenggara sekalipun atau pihak lain yang terkait di dalamnya. Tujuan Khusus : 1) Memberikan gagasan akan perlunya gedung pertunjukan Musik di Bandung 2) Memecahkan permasalahan sirkulasi ketika banyaknya massa yang datang 3) Menghadirkan fisik arsitektural sebuah gedung konser dengan representasi arsitektural kontemporer 4) Mewadahi kegiatan yang memadai dalam hal melaksanakan produksi dan apresiasi seni musik 5) Menciptakan lingkungan binaan yang dapat menampung kegiatan-kegiatan peningkatan apresiasi musik 6) Menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang seperti toko musik, cafe, studio rekaman untuk mendukung perkembangan musik. 1.4 PERMASALAHAN PERANCANGAN Rumusan masalah perancangan adalah: a. Masalah fungsi • Menerapkan standar-standar keamanan yang ditetapkan oleh The Event Safety Guide. • Bagaimana cara menentukan keterkaitan antara fasilitas satu dengan yang lain sehingga saling menunjang sesuai fungsi tiap fasilitas • Bagaimana cara menciptakan tata letak ruang yang fleksibel untuk dipakai dalam pelaksanaan pertunjukan musik. 5 • Bagaimana aksesibilitas sirkulasi dan pencapaian yang dapat menampung kedatangan jumlah masa yang banyak.. b. Masalah bentuk • Menciptakan bangunan yang memiliki citra musik rock • Bagaimana mendesain bangunan yang modern dan kontemporer • Bagaimanan menciptakan pengalaman intelektual, emosional, maupun estetis bagi pengunjung • Bagaimana eksterior bangunan dapat mengekspresikan tema Auditorium Musik bagi masyarakat publik. c. Masalah akustik • Bagaimana merancang fasilitas pertunjukan yang nyaman dari segi akustik dan sistem pertunjukannya. d. Masalah lokasi • Bagaimana memanfaatkan potensi lingkungan dan mengatasi kendala yang ada. • Lingkungan jalan yang cukup ramai bisa berdampak terjadinya kemacetan • Merespon dua jalan yang memiliki akses ke lokasi 1.5 PENDEKATAN PERANCANGAN 1.5.1 Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk : Melakukan pendekatan masalah melalui kajian pustaka untuk menambah pemahaman mengenai pengertian-pengertian akan aspek-aspek yang akan terlibat dalam perancangan, serta teknis perancangan bangunan dengan tipologi Auditorium Musik. Mencari kajian-kajian teoritis mengenai aspek-aspek yang potensial menjadi solusi permasalahan desain dalam rangka menguji kelayakannya menjadi 6 koridor perancangan sekaligus mendalaminya jika nantinya telah terbukti layak. 1.5.2 Pengamatan Lapangan Pengamatan lapangan diadakan untuk : Mendapatkan data-data mengenai kondisi lahan, potensi lokasi serta permasalahannya terhadap daerah sekitar, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi atau menjadi batasan-batasan dalam proses perancangan nantinya. Mempelajari karakter lokasi dan merasakan langsung berada di lokasi sehingga memudahkan munculnya ide-ide atau konsep-konsep dalam perancangan. 1.5.3 Studi Banding Studi banding dilakukan terhadap beberapa fungsi bangunan yang terkait dengan kasus perancangan, baik yang memiliki kesamaan fungsi, tipologi, dan masalah, maupun kesamaan tema dan pemecahan masalah. Studi banding ini dilakukan terutama untuk mengetahui contoh-contoh masalah yang ada, usaha pemecahan masalah, hingga sejauh mana solusi tersebut bisa memecahkan masalah yang ada. Hal-hal tersebut dapat disimpulkan dengan mengamati jejak-jejak fisik yang kurang lebih dapat menggambarkan perilaku penggunanya. Masukan mengenai standar-standar tipologi yang berkaitan juga bisa didapatkan dari studi banding ini, selain data standar – standar dari literatur yang notabene adalah standar dari luar negeri dan bukan tidak mungkin kurang ideal diterapkan di Indonesia. 1.5.4 Wawancara Pada tahap ini informasi diperoleh melalui wawancara langsung dengan nara sumber yang terkait pada aspek yang sedang dikaji, diantaranya : - Pengetahuan teoritis mengenai kegiatan musik secara umum dan pertunjukan musik secara khusus diperoleh dari para pekerja musik (musisi, produser, event organizer, dsb.) 7 - Pengetahuan deskriptif mengenai kegiatan, kebutuhan, dan masalah yang terjadi - Identifikasi mengenai kebutuhan, keinginan, dan kesulitan pengguna diperoleh melalui wawancara semi-formal kepada para penonton acaraacara pertunjukan musik 1.7 SISTEMATIKA LAPORAN Laporan perancangan dibagi menjadi beberapa pokok pembahasan yang dijabarkan dalam beberapa bab, yaitu: • Bab I Pendahuluan Menjelaskan latar belakang kasus berupa potensi masalah di kawasan PelajarPejuang, Bandung; maksud dan tujuan perancangan; masalah-masalah dalam perancangan; lingkup perancangan; asumsi-asumsi yang diambil; pendekatan; kerangka berpkir; dan sistematika pembahasan laporan. • Bab II Data Awal Proyek Menjelaskan judul proyek; pengertian proyek; status pemilik; sumber dana proyek; luas proyek; studi banding yang dapat mendukung proyek; kebutuhan ruang; persyaratan; beberapa teori yang terkait dengan kasus yang diambil; dan studi banding kasus sejenis. • Bab III Analisa Menjelaskan kondisi eksisting dan analisis yang telah dilakukan, terhadap lahan dan bangunan. • Bab IV Konsep Menjelaskan konsep-konsep perancangan yang digunakan sebagai solusi disain atas permasalahan yang telah teridentifikasi. • Bab V Hasil Rancangan Memaparkan hasil perancangan baik dalam bentuk gambar 2 dimensi, ilustrasi 3 dimensi, maupun foto model maket. 8