JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 9. No. 2 Juli 2013 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEJADIAN KONSTIPASI PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA BUDHI DHARMA UMBULHARJO YOGYAKARTA Oleh: Riza Yulina Amry ABSTRACT Background: Constipation is the highest gastrointestinal complaint of the geriatric. About 30-40% of people over the age of 65 years complained of constipation. Meanwhile, according Setiati (2003), a survey conducted in the geriatric clinic in RSCM 2005 with 127 geriatric patients got the number of occurrences of constipation as much as 12.6%. Wredha house was in the suburbs, the entrance fee parlors not be collected fees, yet in terms of food intake elderly in Budhi Dharma’s house has been handled by the institution so that the intake of fiber, fluids, and elderly physical activity were insatiable because of lack of funds to fill the needs of the elderly. Objective: The specific objective of this study was to determine the factors constipation of the elderly. The general objective of this research is: (1) to know the effect of fiber intake on fluid intake and physical activity, (2) to know the effect of gender on fluid intake and physical activity, (3) to know the effect of fluid intake and physical activity against constipation (4) to identify factors indirectly (fiber intake and sex) that affect constipation. Method: This study used quantitative descriptive method with cross sectional approach. Analysis of data with SPSS for AMOS by using weight regression test, the effect of direct and indirect. Result: Study Model in a goodness of fit condition with CFI value (0.563), so the model did not need to be modified models. Fiber intake to fluid intake (0,036) <0.05. Great contribution was 31.8%. Fiber intake on physical activity (0,008) <0.05. Great contribution was 36.1%. Gender had no effect on fluid intake (0.738)> 0.05. Great contribution was 8.4%. Gender had no effect on the value of physical activity (0,313)> 0.05. Great contribution was 22.7%. Fluid intake on constipation (0,001) <0.05. Great contribution was 31.8%. Physical activity against constipation (0,001) <0.05. Great contribution was 35.9%. Factors fiber intake to give effect to constipation was 25.0%. Gender factor influence on constipation was 11.3%. Conclusion: The effect of fiber intake on fluid intake. Gender did not affect the intake of fluids. Gender did not affect physical activity and fluid intake. The effects of fluid intake and physical activity on constipation. Indirectly, the effect of fiber intake on constipation. Keywords: fiber intake, sex, fluid intake, physical activity, constipation STIKES Surya Global Yogyakarta JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 9. No. 2 Juli 2013 PENDAHULUAN Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia individu yang ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal serta peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi secara normal menghilang, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Fatmah, 2010). Permasalahan yang terjadi pada lansia, dimana proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama karena aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis, dsb. Hal ini biasanya bersumber dari munculnya stresor psikososial yang paling berat misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak hukum atau trauma psikis (Murwani dan Priyantari, 2010). Konstipasi atau susah BAB banyak dialami penduduk dunia, bagi sebagian orang konstipasi dianggap hal biasa namun bagi sebagian orang mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian konstipasi makin meningkat, di Amerika Serikat tercatat 2-27 % dengan SURYA MEDIKA 2,5 juta kunjungan ke dokter dan hampir 100.000 perawatan per tahunnya. Setiap tahunnya di Amerika, kira-kira lebih dari 2,5 juta orang pergi ke dokter dan menghabiskan 725 juta dollar karena masalah konstipasi. Kontipasi biasanya terjadi pada wanita, orang berusia lanjut, dan anak- anak. Sekitar 12% dari populasi penduduk di seluruh dunia mengalami konstipasi. Pendapatan dari pasien obstipasi menyumbang sekitar 3% dari total seluruh pendapatan rawat jalan. Di China sekitar 15-20 %. Di Beijing ditemukan 6,07 persen menderita konstipasi. Konstipasi dapat terjadi pada segala usia, dari bayi sampai orang tua. Makin tua makin meningkat frekuensinya. Di atas usia 65 tahun 30 – 40 % penderita mengalami masalah dengan keluhan konstipasi ini. Namun sebagian besar penderita biasanya hanya melakukan pengobatan sendiri, tanpa pergi ke dokter. Akibatnya adalah pengeluaran biaya sebesar 500 - 725 juta dolar setiap tahunnya untuk pembelian obat-obatan (Kompas, 2011). Menurut Pranarka (2007), konstipasi merupakan suatu keluhan, tetapi bukan penyakit. Sekitar 80 % manusia menderita konstipasi dalam hidupnya dan konstipasi yang berlangsung singkat masih dianggap normal. Menurut National Health Interview Survey pada tahun 1991, sekitar 4,5 juta penduduk amerika mengeluh menderita konstipasi terutama anak-anak, perempuan, dan orang berusia 65 tahun ke atas. Menurut Pranarka (2007), sembelit atau konstipasi merupakan keluhan saluran cerna terbanyak pada usia lanjut. Sekitar 30-40 % orang diatas usia 65 tahun mengeluh konstipasi. Sementara menurut Setiati (2003), survei yang dilakukan di poliklinik usia lanjut RSCM tahun 2005 pada 127 pasien JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 9. No. 2 Juli 2013 geriatri mendapatkan angka kekerapan konstipasi sebesar 12,6 %. Kurangnya asupan cairan merupakan salah satu penyebab susah buang air besar atau biasa disebut konstipasi, karena kurangnya asupan cairan dapat mengakibatkan feses yang terbentuk menjadi keras, kering dan sulit untuk dikeluarkan. Terapi air adalah suatu metode perawatan dan penyembuhan dengan menggunakan air untuk mendapatakan efek-efek terapis atau penyembuhan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Leo Chiton, seorang pakar di bidang terapi air, yaitu bahwa terapi air merupakan terapi alami yang didasarkan pada penggunaan air secara internal (dengan meminum air) dan eksternal sebagai pengobatan. Konstipasi yang diabaikan maka akan menyebabkan obstipasi, dan obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya (Yolanda, 2007). Serat makanan sangat berguna untuk kesehatan. Salah satu keuntungan tersebut adalah untuk mencegah konstipasi dengan cara meningkatkan berat feses. Tetapi pada masa sekarang ini dimana anak-anak lebih senang mengkonsumsi makanan awetan yang telah mengalami pemrosesan. Padahal makanan yang telah mengalami pemrosesan ini merupakan makanan yang tidak kaya akan serat (Mahran cit Sitasari, 2009). Penelitian yang dilakukan Mihaylov et. al, 2008, yang menyebutkan bahwa penyebab konstipasi dapat dihubungkan dengan rendahnya aktifitas fisik pada lanjut usia. Berdasarkan teori biasanya penyebab konstipasi adalah kekurangan respon pada defekasi, rendahnya asupan serat, kurangnya asupan cairan, kurang aktifitas fisik SURYA MEDIKA dan penggunaan obat pencahar. Berdasarkan hasil Risert Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2007 bahwa menurut kelompok umur, kurang aktifitas fisik paling tinggi terdapat pada kelompok 75 tahun keatas (76%) dan perempuan (54,5%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (41,4%). Panti Wredha Budhi Dharma berada di pinggiran kota, biaya masuk panti tidak dipungut biaya, meskipun demikian dalam hal asupan makanan lansia di panti wredha budhi dharma sudah di program oleh pihak panti sehingga asupan serat, cairan, dan aktifitas fisik lansia tidak terpenuhi dengan baik karena kurangnya dana untuk memenuhi kebutuhan lansia. Pembiayaan panti berasal dari APBD kota Yogyakarta, Yayasan Dharmais, dan Kementrian Sosial RI. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konstipasi. Dalam penelitian ini faktor yang diteliti meliputi asupan serat, jenis kelamin, asupan cairan, aktivitas fisik. Faktor-faktor tersebut diteliti untuk mengetahui pengaruh terhadap konstipasi secara langsung maupun tidak langsung. TUJUAN PENELITIAN Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor kejadian konstipasi pada lanjut usia. Tujuan khusus dari penelitian ini pertama mengetahui pengaruh asupan serat terhadap asupan cairan dan aktivitas fisik, kedua mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap asupan cairan dan aktivitas fisik, ketiga mengetahui pengaruh asupan cairan dan aktivitas fisik terhadap konstipasi, keempat mengetahui faktor-faktor tidak langsung JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 9. No. 2 Juli 2013 (asupan serat dan jenis kelamin) yang mempengaruhi konstipasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya (Riwidikdo, 2012). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pegumpulan data sekaligus pada suatu saat. Hal ini maksudnya adalah, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lansia yang ada di Panti Wredha Budhi Dharma Umbulharjo Yogyakarta sebanyak 51 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dimana pengambilan sampel menggunakan kriteria/ciri sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang pernah dan sedang mengalami konstipasi di Panti Wredha Budhi Dharma Umbulharjo Yogyakarta yang sudah di data sebanyak 40 orang. INSTRUMEN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan koesioner untuk mengumpulkan data terkait dengan penelitian yang akan digunakan. SURYA MEDIKA ANALISIS DATA Analisis data mengunakan the Structural Equation Model (SEM) dalam model dan pengujian hipotesis. SEM atau model persamaan struktural adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit, secara simultan (bersama-sama) (Ferdinand, 2006). Yang dimaksud dengan rumit adalah model-model simultan yang dibentuk melalui lebih dari satu variabel dependen pada saat yang sama berperan sebagai variabel dependent bagi hubungan berjenjang lainnya. Dalam penelitian analisis data yang digunakan meliputi analisis kelayakan model (gooness of fit), reggression weights, direct effects dan indirect effects. Reggression weights menunjukkan pengaruh antar variabel. Direct effects menunjukkan kontribusi yang diberikan oleh dua variabel secara langsung, sedangkan indirect effects menunjukkan kontribusi yang diberikan oleh dua variabel secara tidak langsung. Analisis kelayakan model dilakukan dengan mengetahui nilai Comparative Fit Index (CFI). Besaran indeks ini adalah dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai yang mendekati 1 mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian yang baik. Berdasarkan hasil olah data diketahui nilai CFI sebesar 0,563. Penelitian memenuhi kriteria gooness of fit, sehingga dalam penelitian ini model layak digunakan dan tidak perlu dilakukan modifikasi model. Hasil uji reggression weights penulis sajikan pada tabel 1. JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 9. No. 2 Juli 2013 Tabel 1. Hasil Uji Reggression Weights No. Hipotesis Nilai P Keterangan Y1 <--- X1 1 0,036 0,036<0,05 Y2 <--- X1 2 0,008 0,008<0,05 3 Y1 <--- X2 0,738 0,738>0,05 4 Y2 <--- X2 0,313 0,313>0,05 Y3 <--- Y1 5 0,001 0,001< 0,05 Y3 <--- Y2 6 0,001 0,002< 0,05 Apabila nilai pvalue< taraf signifikansi yang ditentukan maka hipotesis diterima yang artinya ada pengaruh antar variabel. Dapat diamati pada Tabel 1, bahwa hipotesis yang diterima meliputi pertama adanya pengaruh antara asupan serat terhadap asupan cairan, kedua adanya pengaruh antara asupan serat terhadap aktifitas fisik, ketiga adanya pengaruh asupan cairan terhadap konstipasi, keempat adanya pengaruh aktivitas fisik terhadap konstipasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Resonden yang digunakan 40 orang yang terdiri atas 7 lansia kategori konstipasi rendah, 19 lansia kategori konstipasi sedang dan 14 lansia dalam kategori konstipasi tinggi. Gambar 1. Diagram keping distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian konstipasi. a. Pengaruh Asupan Serat Terhadap Asupan Cairan Hasil uji Regression Weight menunjukan bahwa nilai p (0,036)< 0,05 yang artinya ada pengaruh. Ada pengaruh disini artinya asupan serat secara parsial memberikan pengaruh SURYA MEDIKA terhadap asupan cairan. Besar kontribusi yang diberikan oleh asupan serat terhadap asupan cairan adalah sebesar 31,8%. Serat adalah jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Serat dalam saluran pencernaan manusia tidak dapat dicerna karena manusia tidak memiliki enzim. Meskipun demikian, dalam usus besar manusia terdapat beberapa bakteri yang dapat mencerna serat menjadi komponen serat sehingga produk yang dilepas dapat diserap ke dalam tubuh dan dapat digunakan sebagai sumber energi (Achadi, 2011). Sayur merupakan kelompok komoditas pangan yang pada umumnya sangat banyak dikonsumsi oleh masyarakat, baik sebagai sayuran mentah (lalapan) ataupun dengan cara dimasak terlebih dahulu. Mengkonsumsi sayuran memberi sumbangan terutama vitamin A dan vitamin C, serta serat. Pada umumnya sayur-sayuran mempunyai kadar air yang tinggi yaitu 70-95%, sehingga apabila tidak disimpan pada kondisi dingin, kondisi ini memicu terjadinya kerusakan yang berupa kelayuan secara cepat akibat menguapnya sebagain air yang terkandung sayuran melalui proses respirasi (Winarti, 2010). b. Pengaruh Asupan Serat Terhadap Aktivitas Fisik Hasil uji Regression Weight menunjukan bahwa nilai P (0,008)< 0,05 yang artinya ada pengaruh. Ada pengaruh disini artinya asupan serat secara parsial memberikan pengaruh terhadap aktivias fisik. Besar kontribusi yang diberikan oleh asupan serat terhadap aktivias fisik adalah sebesar 36,1%. Serat adalah jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Serat dalam saluran pencernaan manusia tidak dapat dicerna JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 9. No. 2 Juli 2013 karena manusia tidak memiliki enzim. Meskipun demikian, dalam usus besar manusia terdapat beberapa bakteri yang dapat mencerna serat menjadi komponen serat sehingga produk yang dilepas dapat diserap ke dalam tubuh dan dapat digunakan sebagai sumber energi (Achadi, 2011). c. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Asupan Cairan Hasil uji Regression Weight menunjukan bahwa nilai p (0,738)> 0,05 yang artinya tidak ada pengaruh. Tidak ada pengaruh disini artinya jenis kelamin secara parsial tidak memberikan pengaruh terhadap asupan cairan. Besar kontribusi yang diberikan oleh jenis kelamin terhadap asupan cairan adalah sebesar 8,4%. Menurut Hidayah (2010), Kebiasaan konsumsi sayur dan buah pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut : Pertama faktor lain yang mempengaruhi konsumsi sayur dan buah adalah pendidikan semakin tingkat pendidikan semakin baik konsumsi sayur dan buah. Kedua ekonomi juga berpengaruh terhadap konsumsi sayur dan buah, dimana semakin tinggi tingkat ekonomi semakin tinggi pula konsumsi sayur dan buah. Ketiga tidak ada perbedaan konsumsi buah dan sayur antara laki-laki dan perempuan. Keempat umur, dimana kebutuhan serat pada lansia ditingkatkan sebesar 12 - 14 persen dari porsi untuk orang dewasa 20 – 35 gram/hari (Salvin cit Sitasari, 2009). d. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Aktivitas Fisik Hasil uji Regression Weight menunjukan bahwa nilai p (0,313)> 0,05 yang artinya tidak ada pengaruh. Tidak ada pengaruh disini artinya jenis kelamin SURYA MEDIKA secara parsial tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas fisik. Besar kontribusi yang diberikan oleh jenis kelamin terhadap aktivitas fisik adalah sebesar 22,7%. Harrison et al. (2008) kualitas hidup lanjut usia tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit saja tapi juga dipengaruhi oleh aktifitasnya. Lanjut usia dengan penghasilan rendah, pendidikan rendah dan aktifitas fisik yang rendah dapat menyebabkan tingginya terserang penyakit kronis, keterbatasan aktifitas dan ketidakmampuan dalam menjaga kesehatan dan gaya hidupnya. Aktifitas fisik yang rendah lebih banyak terjadi pada wanita, masyarakat minoritas, lanjut usia, dan miskin. Berdasarkan hasil Riskesdas (Risert Kesehatan Dasar), 2007 bahwa menurut kelompok umur, kurang aktifitas fisik paling tinggi terdapat pada kelompok 75 tahun keatas (76%) dan perempuan (54,5%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (41,4%). Berdasarkan tingkat pendidikan semakin tinggi pendidikan semakin tinggi prevalensi tingkat aktifitas fisik. Prevalensi kurang aktifitas fisik penduduk perkotaan (57,6%) lebih tinggi dibandingkan pedesaan (42,4%) dan semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita per bulan semakin meningkat prevalensi kurang aktifitas fisik. e. Pengaruh Asupan Cairan Terhadap Konstipasi Hasil uji Regression Weight menunjukan bahwa nilai P (0,001)< 0,05 yang artinya ada pengaruh. Ada pengaruh disini artinya asupan cairan secara parsial memberikan pengaruh terhadap konstipasi. Besar kontribusi yang diberikan oleh asupan cairan terhadap konstipasi adalah sebesar 31,8%. Air memperlancar fungsi JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 9. No. 2 Juli 2013 pencernaan, air berfungsi untuk mengangkut nutrisi dan oksigen melalui darah yang akan segera dikirim ke selsel tubuh. Peran air didalam tubuh sangatlah besar, karena air akan membantu yang cukup juga akan membantu kerja organ-organ pencernaan, seperti usus besar yang berfungsi untuk mencegah konstipasi (susah buang air besar) karena gerakan-gerakan usus menjadi lebih lancar dan feses pun dikeluarkan dengan lebih lancar (Amirta, 2007). f. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Konstipasi Hasil uji Regression Weight menunjukan bahwa nilai P (0,001)< 0,05 yang artinya ada pengaruh. Ada pengaruh disini artinya aktifitas fisik secara parsial memberikan pengaruh terhadap konstipasi. Besar kontribusi yang diberikan oleh aktifitas fisik terhadap konstipasi adalah sebesar 35,9%. Selain itu, pada aktifitas fisik, seperti berjalan 30 menit sampai satu jam setelah makan dapat membantu mengurangi terjadinya konstipasi, untuk para lanjut usia yang memiliki aktifitas fisik yang kurang. Hal ini sebagaimana menurut Sigh (2007) bahwa sesudah melakukan aktifitas fisik setelah makan dapat memperkuat otot perut dan otot pelvis sehingga dapat memperkuat kapasitas otot untuk melakukan defekasi, sehingga dapat mengurangi kejadian konstipasi. Mengacu dari hasil penelitian yang didapatkan, maka dengan adanya aktifitas yang baik, kejadian konstipasi yang dialami lansia akan berkurang. Sebaliknya jika kurang dalam mendapatkan aktifitas fisik, maka kejadian konstipasi akan dirasakan. g. Pengaruh Asupan Serat dan Jenis Kelamin terhadap Konstipasi Secara tidak langsung asupan serat memberikan kontribusi terhadap kostipasi. Secara tidak langsung jenis kelamin memberikan kontribusi terhadap konstipasi. Asupan serat secara langsung memberikan perubahan terhadap asupan cairan dan aktivitas fisik, sedangkan asupan cairan dan aktivitas fisik memberikan kontribusi secara langsung terhadap konstipasi. Jenis kelamin secara langsung memberikan perubahan terhadap asupan cairan dan aktivitas fisik, sedangkan asupan cairan dan aktivitas fisik memberikan kontribusi secara langsung terhadap konstipasi Berikut ini penulis sajikan hail uji indirect effect pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Indirect Effect Variabel Asupan Serat dan Jenis Kelamin terhadap Konstipasi No. Hipotesis 1 2 Y3 <--- X1 Y3 <--- X2 Indeks 0,250 0,113 Besar Kontribusi 25% 11,3% Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa variabel asupan serat dan jenis kelamin tidak memberikan kontribusi yang besar dalam memberikan perubahan terhadap variabel konstipasi. Dari tabel tersebut dapat dibandingkan bahwa variabel asupan serat memberikan kontribusi tertinggi terhadap perubahan variabel konstipasi yaitu sebesar 25%. Merujuk pada hasil analisis penelitian sebelumnya (lihat Tabel 1), hanya variabel asupan serat yang berpengaruh terhadap variabel konstipasi. Asupan serat memberikan pengaruh secara langsung terhadap perubahan variabel asupan cairan dan JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 9. No. 2 Juli 2013 aktivitas fisik dengan kontribusi secara langsung sebesar 31,8% untuk asupan cairan dan 36,1% untuk aktifitas fisik. Menurut Darmojo (2009), konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau pada fungsi anorektal sebagai akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan obat-obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah besar penyakit sistemik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal. Sehingga pada orang usia lanjut yang lebih muda, serat berguna menurunkan waktu transit (transit time). Pada orang lanjut usia disarankan agar mengkonsumsi serat skitar 27 – 40 gram per hari. Ada juga yang menyarankan agar mengkonsumsi serat sebanyak 20- 30 gr /hari. Serat berasal dari biji-bijian, sereal, beras merah, buah, sayur, kacang-kacangan. Serat akan memfasilitasi gerakan usus dengan meningkatkan masa tinja dan mengurangi waktu transit usus. Mengacu dari hasil penelitian yang didapatkan, maka dengan adanya kebiasaan mengkonsumsi serat yang baik, kejadian konstipasi yang dialami lansia akan berkurang. Sebaliknya jika kurang dalam mendapatkan asupan serat, maka kejadian konstipasi akan dirasakan. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan teori yang dikaji disimpulkan bahwa: Pertama asupan serat berpengaruh terhadap asupan cairan dengan nilai p (0,036)< 0,05. Besar kontribusi yang diberikan oleh asupan serat terhadap asupan cairan adalah sebesar 31,8%. Kedua asupan serat berpengaruh terhadap aktivias fisik dengan nilai p (0,008)< 0,05 yang artinya ada pengaruh. Besar kontribusi yang diberikan oleh asupan serat terhadap aktivias fisik adalah sebesar 36,1%. Ketiga jenis kelamin tidak memberikan pengaruh terhadap asupan cairan dengan nilai p (0,738)> 0,05 yang artinya tidak ada pengaruh. Besar kontribusi yang diberikan oleh jenis kelamin terhadap asupan cairan hanya sebesar 8,4%. Keempat jenis kelamin tidak memberikan pengaruh terhadap aktivitas fisik dengan nilai p (0,313)> 0,05 yang artinya tidak ada pengaruh. Besar kontribusi yang diberikan oleh jenis kelamin terhadap aktivitas fisik adalah sebesar 22,7%. Kelima asupan cairan berpengaruh terhadap konstipasi dengan nilai p (0,001)< 0,05 yang artinya ada pengaruh besar kontribusi yang diberikan oleh asupan cairan terhadap konstipasi adalah sebesar 31,8%. Keenam aktifitas fisik berpengaruh terhadap konstipasi dengan nilai p (0,001)< 0,05 yang artinya ada pengaruh. Besar kontribusi yang diberikan oleh aktifitas fisik terhadap konstipasi adalah sebesar 35,9%. Faktor asupan serat memberikan pengaruh terhadap konstipasi sebesar 25,0%. Faktor jenis kelamin memberikan pengaruh terhadap konstipasi sebesar 11,3%. DAFTAR PUSTAKA Achadi, Endang dkk. 2011. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Amirta, Y.2007. Sehat Murah Air. Purwokerto: Keluarga Dokter. Anonim. 2011. Penyebab konstipasi. http://wgfantasy.blogspot.com. Darmojo, R. B., dan Martono, H.H., ed. 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta, F.K.U.I Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN SURYA MEDIKA Volume 9. No. 2 Juli 2013 Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hidayah, S, N. 2010. Hubungan Asupan Serat, Cairan, Aktifitas Fisik terhadap Kejadian Yogyakarta (Skripsi), Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Kompas. 2011. Epidemiology Public Health.http://id.shvoong.com.med icine and health. Diakses pada 10 Maret 2014. Riwidikdo, H.2012. Statistik Kesehatan. Mitra Cendekia Pross: Yogyakarta. Setiati, S. Harimurti, K., dan Rooshereroe, A.G. 2003. Proses Menua Dan Implikasi Kliniknya. Dalam Sudoyon, A.W, Setyohadi, Alwi, I., Simadibrata, M, dan Setiati S., ed Buku Ajar Pentakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1355-1340. Milaylov,S, Stark C, McColl E, Steen N, Vanoli A, Rubin G, Curless R, Barton R, Bond J. 2008. Stepped Treatment of Older Adults on laxative. The Stool trial. Journal of Health Technol Assess (13): iii – iv, ix – 139. Singh, S. 2007. Constipation: There May be a Number of Underlying Cause. Geriatrics & Aging. Moore-Harrison, Trudt L., Elizabeth M. Speer., Farris T. Johnson., M. Elaine Cress.2008. The Effects of Aerobic Training and Nutrition Education on Functional Perfomance in Law Sosialeconomic Older Adults. Journal of Geriatric Physical Therapy vol.13.diakses pada 17 Maret 2014. Winarti, S. 2010. Makanan Fungsional. Graha Ilmu: Yogyakarta Murwani, A, dan Priyantari, W. 2010. Gerontik Konsep Dasar Dan Asuhan Keperawatan Home Care dan Komunitas, Firtramaya, Yogyakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta. Pranarka, Kris (2007) Setiati, Siti cit Prosiding Temu Ilmiah Geriatri 2007, Penatalaksanaan dengan Pendekatan Interdisiplin. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Sitasari, A. 2009. Kebiasaan Konsumsi sayur & buah dengan kejadian konstipasi pada anak – anak SDN Unggaran I Yogyakarta (Skripsi) Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Yolanda, Amirta. 2007. Sehat Murah dengan Air. Purwokwerto: Keluarga Dokter. JURNAL ILMU-ILMU KESEHATAN Volume 9. No. 2 Juli 2013 SURYA MEDIKA