BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Perkembangan globalisasi yang berlangsung dalam beberapa dasawarsa
terakhir telah menyebabkan berbagai perubahan fundamental dalam tatanan
perekonomian dunia. Globalisasi di dunia ini menciptakan kecepatan dan
kemudahan transaksi (Sachithra, 2000). Era globalisasi ini juga mengakibatkan
hubungan antara negara di dunia semakin erat yang mengakibatkan batas-batas
administrasi semakin tipis dan lebih terintegrasi dibidang ekonomi, sosial, budaya,
dan politik. Peningkatan interkoneksi pun terjadi pada segala bentuk kegiatan baik
antara perusahaan, pemerintah, dan para pelaku lainnya. Greenwald (2006) gejala
globalisasi adalah sebuah keniscayaan dan tidak dapat dihindari, bahkan negara
yang sebelumnya mengisolasi diri terhadap dunia luar pun tidak dapat
menghindarinya.
Globalisasi ini menuntut adanya keterbukaan perdagangan internasional
yang semakin luas dari setiap negara. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya
kerja sama ekonomi yang terbentuk (Sachithra, 2000). Kerja sama ekonomi
tersebut disepakati dalam bentuk perjanjian ekonomi, baik bilateral, regional,
multilateral, dan antarregional. Tujuan adanya kerja sama tersebut untuk
meningkatkan kesiapan negara-negara anggota dalam menghadapi persaingan
global yang semakin nyata sehingga akan membuka terjadinya liberalisasi
perdagangan yang menguntungkan bagi semua negara yang terlibat di dalamnya.
1
Terbentuknya Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade OrganizationWTO) pada 1 Januari 1995 mengakibatkan fenomena meningkatnya kerja sama
antar negara di belahan dunia menuju ke arah globalisasi. Perjanjian kerja sama
ini terjadi juga di negara-negara Asia sejak tahun 1960an (Greenwald, 2006).
Perjanjian kerja sama untuk kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara di awali
dengan dibentuknya Association of South East Asia Nation (ASEAN) pada 8
Agustus 1967 yang beranggotakan 5 negara, yaitu: Indonesia, Malaysia,
Philippines, Singapore, dan Thailand. Tujuan kerja sama tersebut untuk
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi,
kemajuan
sosial,
pengembangan
kebudayaan negara-negara anggotanya, memajukan perdamaian stabilitas di
tingkat regionalnya, dan meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan
antara anggotanya dengan damai.
Kerja sama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan
cara memberikan peluang keterbukaan perdagangan internasional. Keterbukaan
perdagangan internasional didefinisikan sebagai rasio penjumlahan total ekspor
ditambah impor dari barang dan jasa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB Riil)
(Bashar dan Khan, 2007). Kinerja ekspor maupun impor dimasing-masing negara
dianggap sebagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi karena mampu menciptakan pendapatan devisa negara dan
menciptakan surplus neraca perdagangan nasional, sebaliknya kontribusi impor
diupayakan diminimalisasi baik dengan substitusi produk impor maupun proteksi
berupa penetapan tarif dan kuota (Donghyun, 2007). Hal ini senada dengan
Baldwin (2003) menyatakan bahwa liberalisasi perdagangan akan mendorong
2
ekspansi pertumbuhan perdagangan dunia terhadap output yang ditunjukkan oleh
ekspor dan impor.
Penelitian ini hanya memfokuskan Negara ASEAN-5 untuk dijadikan obyek
penelitian dengan alasan negara yang dipilih hampir mempunyai beberapa
karakteristik yang serupa sehingga hasil yang diperoleh tidak bias. Karakteristik
tersebut mencakup pertumbuhan ekonomi, potensi peluang keterbukaan
perdagangan internasional, dan kesiapan dari negara-negara anggota menghadapi
persaingan yang semakin ketat. Gambar 1.1 menunjukkan keterbukaan
perdagangan internasional yang didefinisikan sebagai rasio penjumlahan total
ekspor ditambah impor dari barang dan jasa terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB
Riil)
Negara
ASEAN-5,
1993-2013.
Keterbukaan
perdagangan
internasional Negara ASEAN-5 dari tahun 1993-2013 selalu mengalami
perubahan trend yang cenderung meningkat tiap tahunnya. Negara Singapore dari
tahun
1993-2013
menunjukkan
negara
yang
mempunyai
keterbukaan
perdagangan internasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan Negara
ASEAN-5 lainnya. Negara Malaysia mempunyai keterbukaan perdagangan
internasional ke-dua, disusul oleh Thailand pada posisi ke-tiga, Philippines pada
posisi ke-empat, dan yang terakhir yaitu Indonesia.
3
500
400
300
Indonesia
200
Malaysia
Philippines
100
Singapore
0
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Keterbukaan Perdagangan
Internasional (%)
Gambar 1.1
Keterbukaan Perdagangan Internasional Negara ASEAN-5, 1993-2013
Thailand
Tahun
Sumber: Diolah dari World Bank (2016)
Keterbukaan perdagangan internasional ini berkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting karena setiap negara akan selalu
berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya dan menjadikan
pertumbuhan ekonomi sebagai target ekonomi dan keberhasilan perekonomian
suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi ini mengukur prestasi
suatu negara dari suatu periode ke periode berikutnya dalam menghasilkan barang
dan jasa. Pertumbuhan ekonomi ini sangat dibutuhkan dan dianggap sebagai salah
satu sumber peningkatan standar hidup penduduk yang jumlahnya terus
meningkat, akan tetapi tidak semua negara bisa mencapai pertumbuhan
ekonominya sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Gambar 1.2 menjelaskan pertumbuhan ekonomi Negara ASEAN-5, 19932013. Awal tahun 1993 pertumbuhan ekonomi berfluktuasi untuk semua Negara
ASEAN-5, kemudian menurun pada tahun 1998 yang disebabkan oleh krisis
ekonomi Asia. Tahun 2000-2007, pertumbuhan ekonomi Negara ASEAN-5
4
berfluktuatif dan menurun lagi pada tahun 2008/2009 yang disebabkan oleh krisis
subprime mortgage.
Gambar 1.2
Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN-5, 1993-2013
15
10
Indonesia
5
Malaysia
0
Philippines
-5
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Pertumbuhan Ekonomi (%)
20
Singapore
Thailand
-10
-15
Tahun
Sumber: Diolah dari World Bank (2016)
Data rata-rata ekspor, impor, keterbukaan perdagangan internasional , dan
pertumbuhan ekonomi Negara ASEAN-5, 1993-2013 dapat dilihat pada tabel 1.1
di bawah ini:
Tabel 1.1
Rata-Rata Ekspor, Impor, Keterbukaan Perdagangan Internasional dan Pertumbuhan
Ekonomi Negara ASEAN-5, 1993-2013
Indonesia
30,70
27,02
Keterbukaan
Perdagangan
Internasional
(%)
57,72
Malaysia
100,89
86,70
187,59
5,51
Philippines
40,56
45,76
86,32
4,50
Singapore
193,39
172,19
365,58
6,25
Thailand
62,79
58,90
121,69
3,94
Negara
Ekspor (%)
Impor (%)
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
4,67
Sumber: Diolah dari World Bank (2016)
Tabel 1.1 menjelaskan rata-rata ekspor, impor, keterbukaan perdagangan
internasional, dan pertumbuhan ekonomi Negara ASEAN-5 selama periode waktu
5
21 tahun dari 1993-2013. Hasil rata-rata keterbukaan perdagangan internasional
yang merupakan rasio penjumlahan total ekspor ditambah impor dari barang dan
jasa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB Riil) menjelaskan bahwa Singapore
mempunyai nilai rata-rata tertinggi pertama sebesar 365,58%; kemudian disusul
Malaysia sebesar 187,59%; Thailand sebesar 121,69%; Philippines sebesar
86,32%; dan Indonesia sebesar 57,72%. Hasil dari rata-rata pertumbuhan ekonomi
menjelaskan Singapore mempunyai nilai rata-rata tertinggi pertama sebesar
6,25%; kemudian disusul Malaysia sebesar 5,51%; Indonesia sebesar 4,67%;
Philippines sebesar 4,50%; dan Thailand sebesar 3,94%.
Data rata-rata keterbukaan perdagangan internasional menunjukkan bahwa
Thailand mempunyai keterbukaan perdagangan internasional lebih tinggi
dibandingkan dengan Indonesia, tetapi mempunyai nilai rata-rata pertumbuhan
ekonomi yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia. Begitu juga
sebaliknya,
Indonesia
mempunyai
rata-rata
keterbukaan
perdagangan
internasional yang lebih kecil dibandingkan dengan Thailand, tetapi mempunyai
nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi yang relatif besar dibandingkan dengan
Thailand.
Adanya
keterbukaan
perdagangan
internasional
diperlukan
untuk
mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Studi literatur yang menjelaskan
mengenai keterbukaan perdagangan internasional terhadap pertumbuhan ekonomi
dilakukan oleh Gries dan Redlin (2010) yang meneliti dinamika jangka pendek
dan jangka panjang antara keterbukaan perdagangan internasional terhadap
pertumbuhan ekonomi di 158 negara yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat
6
pendapatan nasional bruto per kapita (Gross National Income-GNI) yang
dibedakan berdasarkan negara berpendapatan rendah, negara berpendapatan
menengah bawah, negara berpendapatan menengah atas, dan berpendapatan tinggi
menurut data Bank Dunia (World Bank) selama periode 1970-2009. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa dalam jangka panjang terdapat hubungan
positif dan signifikan antara keterbukaan perdagangan internasional dan
pertumbuhan ekonomi. Chaudhry et al. (2010) menganalisis hubungan kausalitas
antara liberalisasi perdagangan, modal manusia, modal fisik, dan pertumbuhan
ekonomi di Pakistan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan jangka panjang maupun jangka pendek antara liberalisasi perdagangan,
modal manusia, modal fisik, dan pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan terdapat konsisten dengan teori pertumbuhan
ekonomi. Arif dan Ahmad (2012) menganalisis hubungan jangka panjang antara
keterbukaan perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi di Pakistan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan jangka panjang yang
poistif dan signifikan antara keterbukaan perdagangan internasional dan
pertumbuhan ekonomi di Pakistan selama periode waktu 1972-2012.
Studi
literatur
lainnya
perdagangan internasional
menunjukkan
ketidakefektifan
keterbukaan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Aka
(2006)
mengemukakan bahwa peningkatan keterbukaan perdagangan internasional dan
globalisasi tidak mempunyai kontribusi positif dalam jangka panjang terhadap
pertumbuhan ekonomi di Cote D’Ivore (Pantai Gading) selama periode waktu
1969-2001. Hasil ini menentang teori pertumbuhan ekonomi baru (new growth
7
theory) tentang potensi efek jangka panjang keterbukaan perdagangan
internasional terhadap pertumbuhan ekonomi. Bashar dan Khan (2007)
menganalisis liberalisasi perdagangan, modal fisik, modal manusia, dan angkatan
kerja selama periode 1974-2004 di Bangladesh. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan jangka panjang yang positif antara modal fisik yang
ditunjukkan dengan pembentukan modal tetap bruto dan pertumbuhan ekonomi.
Hasil
penelitiannya
juga
menunjukkan
bahwa
liberalisasi
perdagangan
memberikan efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Bangladesh. Hussin
dan Saidin (2012) menyatakan tidak ada pengaruh antara keterbukaan
perdagangan internasional dengan pertumbuhan ekonomi di semua Negara
ASEAN-4 selama periode waktu 1981-2008.
Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) mengatakan tidak
hanya perdagangan, namun modal fisik dan modal manusia juga diperlukan dalam
rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Melalui keterbukaan
perdagangan internasional, setidaknya ada aliran sumber daya yang tidak hanya
berupa barang dan jasa, namun juga berupa pengetahuan, ide-ide, teknologi, dan
modal. Teori dari modal manusia (theory of human capital) menyatakan bahwa
pendidikan menjadi komponen yang sangat penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi serta dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga
kerja (Chaudhry et al, 2010). Gould dan Ruffin (1995) menyatakan bahwa modal
manusia bukan hanya sebagai mesin pertumbuhan (engine of growth), namun juga
sebagai input produktif disamping tenaga kerja dan modal fisik.
8
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang seperti yang ditunjukkan oleh data.
Data rata-rata keterbukaan perdagangan internasional menunjukkan bahwa
Thailand mempunyai keterbukaan perdagangan internasional lebih tinggi
dibandingkan dengan Indonesia, tetapi mempunyai nilai rata-rata pertumbuhan
ekonomi yang relatif lebih kecil dibandingkan Indonesia. Begitu juga sebaliknya,
Indonesia mempunyai rata-rata keterbukaan perdagangan internasional yang lebih
kecil dibandingkan dengan Thailand, tetapi mempunyai nilai
rata-rata
pertumbuhan ekonomi yang relatif besar dibandingkan Thailand. Hal ini
disebabkan pangsa pasar (market share) dan daya saing Indonesia lebih rendah
dibandingkan dengan Thailand.
Studi literatur mengenai keterbukaan perdagangan internasional dan
pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan penelitian sebelumnya. Hasil
penelitian menunjukkan adanya ketidakseragaman dan masih terjadi kontroversial
secara empiris. Terdapat perbedaan hasil penelitian baik menggunakan data runtut
waktu maupun data panel, sehingga belum terdapat kesimpulan secara umum. Hal
ini disebabkan karena terdapat perbedaan karakteristik negara.
Keterbukaan perdagangan internasional juga mengharuskan setiap negara
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dan aliran modal
fisiknya. Hal ini sesuai dengan teori pertumbuhan endogen yang juga
memasukkan unsur peran modal manusia dan modal fisik yang dianggap dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk
9
mengambil isu tersebut sehingga dapat memberikan kontribusi masukan kepada
pengambil kebijakan.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Bertolak dari permasalahan di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
posisi
keterbukaan
perdagangan
internasional
dan
pertumbuhan ekonomi Negara ASEAN-5 pada tahun 1993-2013?
2. Bagaimana dampak keterbukaan perdagangan internasional, kualitas modal
manusia, dan aliran modal yang ditunjukkan dengan pembentukan modal
tetap bruto (gross fixed capital formation) terhadap pertumbuhan ekonomi
Negara ASEAN-5 pada tahun 1993-2013?
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui posisi keterbukaan perdagangan internasional dan pertumbuhan
ekonomi Negara ASEAN-5 pada tahun 1993-2013.
2. Mengetahui dampak keterbukaan perdagangan internasional, kualitas modal
manusia, dan aliran modal yang ditunjukkan dengan pembentukan modal
tetap bruto (gross fixed capital formation) terhadap pertumbuhan ekonomi
Negara ASEAN-5 pada tahun 1993-2013.
10
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak terutama:
1. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam menyusun perencanaan, strategi, dan kebijakan yang
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi maupun kebijakan yang berkaitan
dengan sosial.
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran dan informasi bagi semua pihak yang akan melakukan penelitian
selanjutnya.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini bermaksud untuk memudahkan para pembaca
dalam memahami isi penelitian. Penelitian ini disusun dalam lima bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan
Pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Landasan teori terdiri dari teori yang mendukung penelitian, studi empiris yang
menjelaskan hasil temuan penelitian sebelumnya, dan keaslian penelitian.
Bab III Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian menjelaskan jenis dan sumber data, variabel penelitian dan
definisi operasional variabel, dan alat analisis yang dipakai dalam penelitian.
Penelitian ini menggunakan unit analisis negara dengan periode waktu 1993-2013.
11
Negara yang dipilih adalah Negara ASEAN-5, yaitu: Indonesia, Malaysia,
Philippines, Singapore, dan Thailand. Alat analisisnya menggunakan Tipologi
Negara untuk melihat posisi keterbukaan perdagangan internasional dan
pertumbuhan ekonomi, dan Model Koreksi Kesalahan Vektor (Vector Error
Correction Model-VECM) untuk mengetahui dampak keterbukaan perdagangan
internasional, kualitas modal manusia, dan aliran modal yang ditunjukkan dengan
pembentukan modal tetap bruto (gross fixed capital formation) terhadap
pertumbuhan ekonomi Negara ASEAN-5 pada tahun 1993-2013.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini membahas hasil temuan penelitian. Hasil temuan penelitian adalah
jawaban atas seluruh pertanyaan yang telah disebutkan dalam bagian rumusan
masalah dan pertanyaan penelitian. Bagian ini akan ditunjang dengan teori-teori
yang relevan dan studi empiris sebelumnya.
Bab V Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan yang berisikan atas kesimpulan
penelitian yang digunakan untuk merekomendasikan pemerintah maupun pelaku
pengambil keputusan kebijakan, keterbatasan penelitian, dan saran yang diberikan
untuk penelitian selanjutnya.
12
Download