1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sejarah memberikan makna dan pengalaman tentang peristiwa
masa lampau. Sejarah mengajarkan kita untuk dapat bertindak lebih bijaksana.
Melalui pembelajaran sejarah seseorang akan mendapat inspirasi dan keteladanan
untuk bekal masa sekarang dan masa yang akan datang. Keberhasilan maupun
kegagalan yang terjadi pada masa lampau dapat dijadikan cermin, agar seseorang
lebih dapat berhati-hati dan kegagalan yang pernah terjadi tersebut tidak terulang
kembali. Seseorang yang tidak mengenal sejarah berarti tidak mengenal
identitasnya sendiri dengan baik.
Menurut Agung S. dan Wahyuni (2013) sejarah merupakan mata pelajaran
yang tidak hanya dapat menanamkan pengetahuan, tetapi juga dapat menanamkan
sikap dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat
Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga masa sekarang. Mata pelajaran
sejarah memiliki posisi yang strategis dalam menanamkan sikap dan nilai-nilai
karakter bangsa. Melalui pembelajaran sejarah kesadaran empati siswa dapat
dibangkitkan, yaitu sikap simpati dan toleransi terhadap orang lain, untuk dapat
mencapai hal tersebut pembelajaran sejarah harus berlangsung dengan baik.
Pembelajaran sejarah yang baik adalah pembelajaran yang mampu
menumbuhkan kemampuan siswa melakukan konstruksi kondisi masa sekarang
dengan mengaitkan atau melihat masa lalu yang menjadi basis topiknya (Subakti,
2010). Oleh karena itu, sudah semestinya dalam pembelajaran sejarah guru tidak
hanya sekedar mengajar dan siswa tidak sekedar belajar. Guru sejarah tidak hanya
sekedar mengajar agar materi yang disampaikan cepat selesai, dan siswa tidak
sekedar belajar dengan menghafalkan materi agar mendapat nilai yang baik. Guru
dan siswa seharusnya dapat melakukan pembelajaran sejarah dengan bermakna.
Hal terpenting dari pembelajaran sejarah adalah bagaimana pembelajaran
sejarah mampu menumbuhkan sikap nasionalisme, patriotisme, wawasan
humaniora, dan kesadaran sejarah (Aman, 2011). Salah satu poin penting dari hal
1
2
terpenting dalam pembelajaran sejarah adalah kesadaran sejarah. Kesadaran
sejarah tidak sekedar sesuatu yang terfokus pada pengetahuan tentang fakta
sejarah, tetapi kesadaran sejarah lebih dari itu. “Kesadaran sejarah tidak lain sikap
mental, jiwa pemikiran yang dapat membawa untuk tetap berada dalam rotasi
sejarah. Artinya dengan adanya kesadaran sejarah, kita seharusnya menjadi
semakin arif dan bijaksana dalam memaknai kehidupan” (Latief, 2006:50).
Menurut Aman, “kesadaran sejarah bukan hanya sekedar memperluas
pengetahuan, melainkan harus diarahkan pula kepada kesadaran penghayatan
nilai-nilai budaya yang relevan dengan usaha pengembangan kebudayaan itu
sendiri”(2011: 34). Kesadaran sejarah sangat penting, bukan hanya dalam lingkup
yang kecil akan tetapi dalam lingkup yang besar yang berpengaruh dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sadar akan sejarah bangsanya sangat penting
dimiliki oleh seluruh warga negara, terutama para generasi muda sebagai generasi
penerus.
Pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas memiliki peran yang
sangat penting dalam membentuk peradaban bangsa yang bermartabat. Sejarah
mengajarkan banyak hal, sejarah mengajarkan kita untuk dapat memanusiakan
manusia. “Pelajaran sejarah juga memiliki fungsi sosio-kultural, membangkitkan
kesadaran historis. Berdasarkan kesadaran historis dibentuk kesadaran nasional.
Hal tersebut membangkitkan inspirasi dan aspirasi kepada generasi muda bagi
pengabdian kepada negara yang penuh dedikasi dan kesediaan berkorban”(Aman,
2011 : 31).
Kesadaran sejarah sangat penting dimiliki bangsa Indonesia. Tanpa
kesadaran sejarah, warga negaranya sampai kapanpun tidak akan mau peduli
dengan sejarah bangsanya, tidak mau belajar dari sejarah, dan menyepelekan
sejarah bangsanya sendiri. Saat ini banyak generasi muda yang mengalami
degradasi moral. Generasi muda sebagai tonggak suatu bangsa seharusnya
memiliki kualitas diri yang baik. Sebagai generasi penerus bangsa, sudah
seharusnya memiliki kesadaran sejarah yang tinggi. Kesadaran bahwa pengalaman
itu adalah guru yang terbaik harus ditanamkan.
3
Berdasarkan wawancara dan pengamatan langsung yang dilakukan di
SMAN 2 Boyolali, pembelajaran sejarah belum menyentuh pada kesadaran
sejarah. Banyak siswa yang belum sadar akan pentingnya belajar dari sejarah dan
menganggap pelajaran sejarah itu tidak bermanfaat karena banyak mempelajari
masa lalu. Siswa masih beranggapan jika masa lalu itu tidak penting, tidak perlu
dipelajari, dan masa lalu biarlah berlalu. Sikap siswa cenderung apatis terhadap
pelajaran sejarah seperti inilah kenyataan yang terjadi pada saat ini.
Indikator kesadaran sejarah dapat membantu dalam pengukuran tingkat
kesadaran siswa. Indikator atau unsur-unsur yang terkandung dalam kesadaran
sejarah ada empat, Pertama, menghayati makna dan hakekat sejarah. Di kelas X8,
siswa menganggap pembelajaran sejarah hanya sekedar hafalan. Siswa
menyepelekan pelajaran sejarah yang dianggapnya sebagai pelajaran yang mudah
dihafal. Menurut siswa dengan menghafal saja bisa, jadi dalam belajar sejarah
tidak perlu dihayati makna dan hakekat dari sejarah itu sendiri. Padahal sejarah
tidak hanya sekedar serangkaian peristiwa yang berhenti dan sekedar cerita sesaat,
maka perlu ditanamkan bahwa sejarah itu memiliki makna dan hakekat.
Kedua, mengenal diri sendiri dan bangsanya. Ketika seseorang mulai
mengabaikan masa lalu, pada saat itulah akan mulai kehilangan jejak yang akan
digunakan untuk merekonstruksi jati dirinya (Mustapa, 2015). Fakta yang
ditemukan di kelas yang telah diobservasi adalah siswa belum dapat mengenal
dirinya sendiri, apalagi mengenal bangsanya. Siswa masih mengabaikan masa lalu
yang mengakibatkan hilangnya jejak yang seharusnya dapat digunakan untuk
merekonstruksi jati diri.
Ketiga, membudayakan sejarah bagi pembinaan budaya bangsa. Pada
konteks ini siswa membutuhkan informasi tentang masa lalu yang jujur,
transparan, dan disampaikan dengan kearifan. Salah satu contoh membudayakan
sejarah bagi pembinaan budaya bangsa adalah membiasakan siswa membaca buku
tentang sejarah, tetapi siswa kelas X8 belum dapat membiasakan diri untuk
membaca. Hal ini terlihat ketika kegiatan rutin membaca yang dilakukan setiap
pagi sebelum siswa melaksanakan pembelajaran pada jam pertama.
4
Keempat, menjaga peninggalan sejarah bangsa. Banyak peninggalan sejarah
bangsa Indonesia yang seharusnya dilestarikan. Salah satu contoh upaya menjaga
dan melestarikan peninggalan sejarah bangsa berupa kesenian, seperti tembang
cara melestarikannya dengan memasukkannya ke dalam mata pelajaran kesenian
di sekolah. Di SMAN 2 Boyolali ada pelajaran kesenian karawitan, tetapi
sebagian besar siswa khususnya kelas X8 tidak menyukai mata pelajaran ini.
Siswa tidak tertarik pada kesenian tersebut yang seharusnya dijaga dan lestarikan.
Berdasarkan keempat indikator kesadaran sejarah tersebut tampak bahwa
masih banyak siswa yang kurang memiliki kesadaran sejarah. Kurang menariknya
penyampaian materi dalam pelajaran sejarah membuat siswa tidak tertarik dengan
pelajaran ini. Kondisi yang demikian juga mengakibatkan kesadaran sejarah yang
dimiliki siswa cenderung stagnan. Ketika siswa kurang memiliki kesadaran
sejarah, maka tidak akan peduli dengan apapun yang berhubungan dengan sejarah.
Kondisi tersebut mengakibatkan prestasi atau hasil belajar sejarah siswa tidak
memuaskan.
Menurut Abdurrahman (2003) dalam Jihad dan Haris, “hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar” (2013:14).
Melalui belajar siswa dapat memperoleh keterampilan, kemampuan, sehingga
terbentuknya sikap dan bertambahnya pengetahuan. Jadi, hasil belajar itu adalah
hasil nyata yang diperoleh siswa setelah belajar. Guna mengetahui sejauh mana
tingkat hasil belajar siswa, maka dapat diketahui dengan evaluasi. Baik buruknya
hasil belajar dapat dilihat dari pengukuran dan hasil evaluasi. Terdapat dua
kriteria atau indikator hasil belajar, yaitu kriteria ditinjau dari sudut prosesnya dan
kriteria ditinjau dari hasilnya.
Berdasarkan data yang diperoleh di SMAN 2 Boyolali khususnya kelas X8,
hasil belajar sejarah siswa masih rendah. Nilai Ujian Akhir Semester I yang telah
diselenggarakan di kelas X8 dengan jumlah 35 siswa didapatkan prosentase hasil
nilai tuntas 26% sebanyak 9 siswa dan nilai tidak tuntas 74% sebanyak 26 siswa
dengan KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 75. Berdasarkan hasil observasi
langsung yang dilakukan peneliti, yaitu ketika proses belajar mengajar sejarah
tampak bahwa sebagian besar siswa kelas X8 mengalami kesulitan dalam
5
memahami materi pelajaran. Siswa hanya menghafal materi pelajaran yang pada
akhirnya tujuan pembelajaran pada hasil belajar sulit tercapai.
Kesadaran sejarah dan hasil belajar yang kurang tersebut menjadi alasan
dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, model dan
media pembelajaran yang digunakan guru sejarah kelas X8 SMAN 2 Boyolali
selama ini masih kurang sesuai dengan karakteristik siswa. Guru sejarah lebih
sering menggunakan model ceramah dan tanya jawab dalam mengajar, sedangkan
untuk media yang digunakan oleh guru berupa power point dan hanya berisi
beberapa slide saja. Power point yang digunakan guru sejarah selama ini masih
kurang menarik, hanya berupa tulisan tanpa disertai sisipan gambar atau video
yang dapat menarik perhatian siswa dalam belajar sejarah. Sebagai upaya untuk
memperbaiki hal tersebut, guru perlu menerapkan model pembelajaran dan media
yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa. Keberhasilan sebuah program,
termasuk program pembelajaran harus didukung oleh berbagai komponen baik
input maupun proses, sehingga menghasilkan output yang diharapkan. Oleh
karena itu, untuk dapat mencapai keberhasilan tersebut pembelajaran harus
dipersiapkan oleh seorang guru dengan baik. Guru harus dapat memilih dan
menggunakan model dan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
kondisi siswa.
Pembelajaran sejarah yang berlangsung SMAN 2 Boyolali, siswa lebih
memperhatikan pelajaran sejarah ketika guru menggunakan media yang menarik
dan inovatif. Maka dari itu guru dituntut untuk dapat menjadikan pembelajaran
sejarah lebih menarik dan bermakna. Melalui media pembelajaran yang menarik,
penyampaian informasi ketika proses pembelajaran sejarah akan berlangsung
dengan baik dan membuat penyampaian materi mata pelajaran tidak terkesan
menjenuhkan, karena media merupakan bagian dari proses komunikasi. Kegunaan
media dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya sekedar alat bantu guru,
melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian seorang guru dapat memusatkan
tugasnya pada aspek-aspek lain seperti pada kegiatan bimbingan dan penyuluhan
individual dalam kegiatan pembelajaran.
6
Media pembelajaran merupakan sarana perantara dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Penggunaan media dalam
pembelajaran juga sangat membantu memperjelas materi yang akan disampaikan
oleh guru. Terkadang materi yang disampaikan secara lisan kurang dapat
dipahami sepenuhnya oleh siswa, apalagi jika guru kurang jelas dalam
menerangkan materi pelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
memberikan kemudahan guru maupun siswa dalam menyusun serta menggunakan
media pembelajaran. Keberhasilan penggunaan media pembelajaran tergantung
bagaimana seorang guru merancang sebuah media serta bagaimana pemanfaatan
media tersebut di dalam kelas. Jika guru tidak tepat dalam merancang dan
menggunakan media di kelas maka pesan yang akan disampaikan melalui media
tersebut tidak sampai dengan baik kepada siswa.
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, peneliti bermaksud
menggunakan media pembelajaran yang inovatif yaitu dengan media virtual tour.
Alasan penulis memilih media berupa virtual tour situs sejarah, karena virtual
tour situs sejarah dapat menjadi sarana dalam memperoleh pengetahuan dan
informasi dengan menjelajahi situs-situs sejarah tanpa harus datang langsung ke
situs tersebut. Pemanfaatan media virtual tour ini diharapkan agar pelajaran
sejarah memberi kesenangan tersendiri bagi setiap siswa, materi dalam pelajaran
sejarah dapat diserap dengan mudah, serta makna yang terkandung dalam setiap
peristiwa sejarah dengan mudah pula diketahui dan dipahami, sehingga kesadaran
sejarah dan hasil belajar siswa juga dapat meningkat.
Pada penelitian ini, peneliti berupaya meningkatkan kesadaran sejarah dan
hasil belajar siswa kelas X8 SMAN 2 Boyolali dengan menerapkan model
pembelajaran kontekstual dan media virtual tour dalam pembelajaran sejarah.
Oleh karena itu, penelitian yang akan diteliti oleh penulis yaitu berjudul
“PENERAPAN
MODEL
PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
DAN
MEDIA VIRTUAL TOUR UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN
SEJARAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X8 DI SMAN 2
BOYOLALI”.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian dan latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual dan media virtual tour
di kelas X8 SMAN 2 Boyolali tahun ajaran 2015/2016 ?
2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual dan media virtual tour
dapat meningkatkan kesadaran sejarah siswa kelas X8 SMAN 2 Boyolali
tahun ajaran 2015/2016 ?
3. Bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual dan media virtual tour
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X8 SMAN 2 Boyolali tahun
ajaran 2015/2016 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kontekstual dan
media virtual tour di kelas X8 SMAN 2 Boyolali.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dan
media virtual tour dapat meningkatkan kesadaran sejarah siswa kelas X8
SMAN 2 Boyolali tahun ajaran 2015/2016.
3. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dan
media virtual tour dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X8 SMAN 2
Boyolali tahun ajaran 2015/2016.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
upaya meningkatkan pembelajaran sejarah, khususnya pada Kegiatan Belajar
Mengajar di kelas X8 SMAN 2 Boyolali. Adapun manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini, antara lain :
8
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan rujukan
pertimbangan bagi peneliti yang lain dan juga para pembaca.
b. Menambah jumlah referensi yang berkaitan dengan model pembelajaran
kontekstual dan media virtual tour.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Membantu siswa kelas X8 SMAN 2 Boyolali untuk meningkatkan
kesadaran sejarah dan hasil belajar siswa.
b. Bagi guru
1) Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tentang penelitian
tindakan kelas.
2) Menjadi salah satu model dan media yang dapat digunakan oleh guru
dalam menyampaikan materi pelajaran sejarah.
3) Memotivasi guru untuk menggunakan model dan media pembelajaran
sejarah yang inovatif dalam rangka meningkatkan kesadaran sejarah
dan hasil belajar siswa.
c. Bagi sekolah
Sebagai sumbangan pemikiran untuk peningkatan dan pengembangan
mutu maupun prestasi sekolah.
Download