ARTIKEL LAPORAN KASUS PENGELOLAAN KETIDAKEFEKTIFAN PEMBERIAN ASI PADA Ny. R DENGAN POST PARTUM SPONTAN DI RUANG DAHLIA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Oleh : GUSTITA RATU 0131712 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 PENGELOLAAN KETIDAKEFEKTIFAN PEMBERIAN ASI PADA Ny. R DENGAN POST PARTUM SPONTAN DIRUANG DAHLIA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Gustita Ratu1, Eko Mardiyaningsih2, Dewi Siyamti3 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] 123 ABSTRAK Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun pada janin. Setelah persalinan yaitu masa nifas. Salah satu masalah pada masa nifas yaitu ketidakefektifan pemberian ASI. Ketidakefektifan pemberian ASI merupakan suatu keadaan dimana ketidakpuasan atau kesulitan ibu, bayi atau anak dalam proses pemberian ASI/ menyusui. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan ketidakefektifan pemberian ASI pada pasien post partum spontan di Ruang Dahlia RSUD Pandan Arang Boyolali. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa brestcare dan pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui untuk membantu dalam mengefektifkan pemberian ASI. Pengelolaan pemberian ASI dilakukan selama 2 hari pada tanggal 13-14 April 2016 pada Ny.R. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara pasien maupun keluarga, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan pemberian ASI efektif dan tidak menyebabkan masalah komplikasi pada Ny.R. Saran perawat di rumah sakit agar menerapkan breastcare terhadap pengontrolan terjadinya ketidakefektifan pemberian ASI untuk meningkatkan atau membantu mengefektifkan pemberian ASI pada pasien post partum. Kata kunci Kepustakaan : Post Partum, ASI : 25 (2005-2015) Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo ABSTRACT Childbirth is a normal physiological events that occur in pregnancy at term (37-42 weeks), spontaneous born with a presentation back of the head that takes place in 18 hours without complications for both the mother and the fetus. After childbirth is puerperium. One of the problems puerperium is the ineffectiveness of breastfeeding. Ineffectiveness of breastfeeding is a situation where dissatisfaction or difficulties mothers, infants or children in the breastfeeding / lactation. The purpose of this paper to know the management of the ineffectiveness of breastfeeding on spontaneous post partum patients at Dahlia room Pandan Arang Boyolali hospitals. The method of used is to provide a information of brestcare management and health education about breastfeeding techniques to help in effecting of breastfeeding. Management of breast feeding was conducted for 2 days on 13-14 April 2016 at Ny.R. Data was collected using interview techniques patient or the family, physical examination, observation and investigation. The results of breastfeeding management is effective and not cause a problem complications in Ny.R. Advice nurse to hospital is breastcare implement to control breastfeeding ineffectiveness to improve or help breastfeeding ineffectiveness in postpartum patients. Keywords Bibliography : Post partum, breastfeeding : 25 (2005-2015) PENDAHULUAN Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kehamilan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun pada janin (Sukarni, 2013). Setelah terjadi persalinan maka tahap selanjutnya yaitu memasuki masa nifas. Masa nifas (puerperium) terjadi setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifudin, 2009). Dalam masa nifas ini umumnya terjadi beberapa perubahan adaptasi fisiologis dan psikologis . Salah satu perubahan adaptasi fisiologis ini yaitu proses laktasi atau menyusui (Marmi, 2014). Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi, disekresi dan pengeluaran ASI sampai pada proses bayi menghisap dan menelan ASI (Marmi, 2014). Di Indonesia cakupan pemberian ASI eksklusif mencapai 79,9 % diatas angka nasional 54,3 %. Dimana pencapaian tertinggi terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Barat (79,9 % ) dan terendah terdapat pada Provinsi Maluku (25,2%). Pencapaian Provinsi Jawa Tengah dalam pemberian ASI eksklusif sudah diatas ratarata Indonesia yaitu 58,4 %. Hasil SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) 2012 menunjukkan bahwa 50,8 % bayi umur 0-1 bulan mendapat ASI eksklusif (tanpa tambahan makanan atau minuman lain). Namun ibu yang memberikan tambahan susu lain pada usia yang sama sebanyak 31,5 % (Kementrian Kesehatan, 2014). Hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa persentase proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam pada anak umur 023 bulan di indonesia pada tahun 2013 sebesar 34,5%, persentase proses mulai mendapat ASI antara 1-6 jam sebesar 35,2%, persentase proses mulai mendapat ASI antara 7-23 jam sebesar 3,7% sedangkan persentase proses mulai mendapat ASI antara 24-47 jam sebesar 13,0% dan persentase proses mulai mendapat ASI lebih dari 47 jam sebesar 13,7%. Menurut data rekam medis RSUD Pandan Arang Boyolali ibu yang melahirkan dengan cara spontan pada tahun 2014 sebanyak 984 jiwa, sedangkan pada tahun Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 2015 sebanyak 615 jiwa. Terjadi penurunan pada tahun 2014 ke 2015 sebanyak 369 jiwa. Penurunan produksi dan pengeluaran ASI pada hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormone prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi ASI. Selain itu status gizi, nutrisi maternal dan masukan cairan merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas ASI, ibu yang menyusui membutuhkan 300-500 kalori tambahan selama masa menyusui (Bobak, 2005). Berdasarkan uraian diatas sehingga penulis tertarik melakukan Asuhan Keperawatan “Pengelolaan Ketidakefektifan Pemberian ASI Pada Ny.R Dengan Post Partum Spontan di Ruang Dahlia RSUD Pandan Arang Boyolali”. METODE PENGELOLAAN Pengkajian (Pengumpulan data dasar) adalah langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati, 2010). Informasi tersebut akan menunjukkan kebutuhan dan masalah kesehatan serta asuhan yang dibutuhkan klien terutama dalam kasus ini adalah dalam melakukan pengelolaan ketidakeektifan pemberian ASI pada pasien dengan post partum. Pengkajian ini diawali dengan pengumpulan data melalui anamnesa yang meliputi identitas ibu/suami, data biologis dan fisiologis, data sosial ekonomi, psikologis dan spiritual. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi/palpasi, perkusi, dan auskultasi serta pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan laboratorium. Dalam pengkajian ketidakefetifan pemberian ASI yang dapat dilakukan adalah menanyakan riwayat kesehatan sekarang, dahulu dan keluarga, asupan nutrisi, kelancaran ASI, kondisi puting, konsistensi payudara, tingkat pengetahuan pasien tentang laktasi/menyusui. HASIL PENGELOLAAN Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Ny.R sesuai dengan intervensi yang direncanakan oleh penulis yaitu mengkaji pengetahuan pasien tentang pemberian ASI, mengkaji pengetahuan pasien tentang perawatan payudara (breastcare), melakukan perawatan payudara (breastcare), menganjurkan perawatan payudara (breastcare), mengajari 6 langkah cuci tangan, menganjurkan untuk cuci tangan sebelum dan setelah memberikan ASI . PEMBAHASAN Dalam pengkajian dilakukan pada hari Rabu, 13 April 2016 pukul 10.00 WIB di ruang Dahlia RSUD Pandan Arang Boyolali dengan metode allowanamnesa dan autoanamnesa pada Ny. R dan keluarga. Keluhan utama saat dikaji pasien mengatakan ASI nya belum keluar. ASI yang tidak keluar akan menyebabkan pemberian ASI tidak efektif, sering terjadinya kasus tidak keluarnya ASI pada ibu-ibu setelah melahirkan karena pasien kesulitan dalam menyusui sehingga intensitas pasien untuk menyusui pun berkurang, padahal makin sering bayi menghisap makin banyak prolaktin dilepas oleh hipofise, makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel kelenjar, sehingga makin sering isapan bayi, makin banyak produksi ASI, sebaliknya berkurang isapan bayi menyebabkan produksi ASI kurang (Bobak, 2005). Pasien mengatakan makan 3 kali sehari habis satu porsi, minum 4-5 gelas sehari. Dari data objektif yang didapatkan ASI belum keluar, payudara teraba lembek, bayi sering menangis karna belum disusui. Dalam pemeriksaan fisik yang ditemukan bentuk payudara simetris, konsistensi payudara lembek, belum keluar ASI, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri saat dipalpasi, puting susu menonjol, areola menghitam. Nifas hari pertama. Berdasarkan pengkajian, diagnosa yang muncul pada Ny. R berdasarkan prioritas masalah adalah ketidakefektifan pemberian ASI. Ketidakefektifan pemberian ASI merupakan keadaan ketika ibu, bayi atau anak mengalami atau beresiko mengalami ketidakpuasan atau kesukaran dengan proses menyusui (Carpenito & Moyet, 2013). Sedangkan menurut Wilkinson & Ahern (2014) ketidakefektifan pemberian ASI Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo adalah ketidakpuasan atau kesulitan ibu, bayi atau anak dalam proses pemberian ASI. Berdasarkan teori diagnosa ini tidak dapat ditegakkan apabila tidak terdapat batasan karakteristik yaitu ketidakadekuatan suplai ASI, puting lecet, kesempatan untuk menghisap payudara yang tidak mencukupi, kurang pengalaman dalam perawatan payudara, pengosongan masing-masing payudara setiap kali menyusui yang tidak sempurna (Herdman, 2015). Untuk mengatasi diagnosa keperawatan tersebut penulis merencanakan beberapa intervensi yaitu pertama kaji pengetahuan pasien tentang pemberian ASI dengani rasional mengetahui tingkat pengetahuan pasien. Intervensi kedua kaji pengetahuan pasien tentang perawatan payudara rasionalnya mengetahui seberapa jauh pasien dapat melakukan perawatan payudara. Intervensi ke tiga lakukan perawatan payudara (breastcare), rasionalnya memperlancar ASI. Intervensi keempat adalah anjurkan pasien melakukan perawatan payudara (breastcare) 2 kali dalam satu hari, rasionalnya merangsang dan memperlancar pengeluaran ASI. Intervensi kelima adalah ajari pasien 6 langkah cuci tangan atau menggunakan antiseptik, rasionalnya agar tau cara cuci tangan yang baik dan benar. Intervensi keenam adalah anjurkan pasien cuci tangan sebelum dan sesudah memberikan ASI, rasionalnya agar bayi terhindar dari patogen (bakteri, virus dan jamur). Setelah dilakukan intervensi keperawatan, implementasi yang dilakukan oleh penulis pada hari Rabu, 13 April 2016 pukul 10.00 WIB adalah Mengkaji pengetahuan pasien tentang pentingnya pemberian ASI, mengkaji pengetahuan pasien tentang perawatan payudara, melakukan perawatan payudara, menganjurkan pasien untuk perawatan payudara secara mandiri sehari 2 kali, mengajari 6 langkah cuci tangan, menganjurkan cuci tangan sebelum dan setelah memegang bayi. Melakukan perawatan payudara/breascare merupakan tindakan yang dilakukan untuk memperlancar pengeluaran ASI. Hal ini karna payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin (Azwar, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nilamsari, Wagio dan Elisa pada tahun 2014 yang berjudul “ Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Kelancaran Ekskresi ASI Pada Ibu Post Partum Di Rumah Bersalin Mardi Rahayu Semarang”. Berdasarkan hasil penelitian, sebelum dilakukan perawatan ada 11 responden (34,4%) mengalami ekskresi ASI lancar, sedangkan 21 responden (65,5) mengalami ekskresi tidak lancar. Namun setelah diberikan perawatan payudara persentase ekskresi ASI lancar mengalami peningkatan yaitu 24 responden (75%) mengalami ekskresi ASI lancar dan 8 responden (25%) ekskresi ASI tidak lancar. Penelitian ini mengatakan ada hubungan antara perawatan payudara dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui. KESIMPULAN DAN SARAN Setelah dilakukannya pengelolaan pasien selama 2 hari, pasien mengatakan ASI sudah keluar tapi sedikit. Data objektifnya pasien tampak menyusui bayinya. Masalah teratasi, pertahankan intervensi yaitu anjurkan pasien untuk melakukan breastcare sendiri. Sedangkan saran bagi perawat di rumah sakit agar menerapkan breastcare terhadap pengontrolan terjadinya ketidakefektifan pemberian ASI untuk meningkatkan dan membantu kelancaran ASI pada pasien post partum spontan. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E. R & Diah, W. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Azwar, A. (2008). Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JNPK –KR. Bobak, L. J. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Carpenito, L. J & Moyet. (2013). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 13. Jakarta: EGC. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Herdman, T. H & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC Kementrian Kesehatan RI. (2014). Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. http://www.pusdatin.kemkes.go.id/re sources/download/pusdatin/infodatin /infodatin-asi.pdf. Diakses pada hari Kamis, 11 Mei 2016 jam 19.00 WIB. Kementrian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. http://www.depkes.go.id/resources/d ownload/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia2014.pdf. Diakses pada hari Rabu, 20 April 2016 jam 14.00 WIB. Marmi. (2014). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerpenium Care”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nilamsari, M.A., Wagiyo & Elisa. (2014). Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Kelancaran Ekskresi ASI Pada Ibu Post Partum Di Rumah Bersalin Mardi Rahayu Semarang. http://download.portalgaruda.org/arti cle.php?article=393153&val=6378&titl e=PENGARUH%20PERAWATAN%20PA YUDARA%20TERHADAP%20KELANCAR AN%20EKSKRESI%20ASI%20PADA%20I BU%20POST%20PARTUM%20DI%20R UMAH%20BERSALIN%20MARDI%20RA HAYU%20SEMARANG. Diakses pada tanggal 16 Mei 2016 jam 20.00 WIB. Sukarni, K.I., & Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Wilkinson, J.M. & Nancy, R.A. (2014). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Diangnosa NANDA Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo