BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tantangan untuk menjelaskan asal usul kehidupan merupakan sumber krisis terbesar yang dihadapi teori evolusi. Alasannya, molekul-molekul organik sangat kompleks dan pembentukannya tidak mungkin dapat diterangkan sebagai suatu kebetulan. Selain itu, telah terbukti bahwa sel organik mustahil terbentuk secara kebetulan (Bilbina, 1996). Evolusionis dihadapkan pada pertanyaan tentang asal usul kehidupan pada perempat kedua abad ke-20. Pakar terkemuka teori evolusi molekuler, evolusionis Rusia, Alexander I. Opari “Sayangnya, asal usul sel masih menjadi pertanyaan, yang merupakan titik tergelap dari teori evolusi yang utuh. “Kemunculan kehidupan di bumi adalah masalah terbesar yang belum terpecahkan” (Kuncoro, 2007 : 7). Pertanyaan “dari manakah asal kehidupan?”, telah dicoba dijawab dengan berbagai teori dan percobaan. Diantaranya adalah percobaan Spallanzani yang meragukan kebenaran Abiogenesis / Generatio spontanea dari Aristoteles (Kuncoro, 2007 : 7). Bagaimana makhluk hidup pertama lahir masih merupakan misteri yang belum bisa di ungkap para ilmuan. Secara umum, teori asal-usul kehidupan ada dua yaitu, abiogenesis ( makhluk hidup berasal dari benda mati) dan (biogenesis makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya) (Wikipedia, 2014). Teori generatio spontanea pertama kali dikemukakan oleh seorang bangsa Yunani, yaitu Aristoteles ( 394 - 322 sebelum masehi ). Teorinya mengatakan bahwa makhluk hidup pertama penghuni bumi ini adalah berasal dari benda mati. Timbulnya makhluk hidup pertama itu terjadi secara spontan karena adanya daya hidup. Paham generatio spontanea bertahan cukup lama yaitu sejak zaman Yunani kuno, ( ratusan tahun sebelum masehi ) hingga pertengahan abad ke – 17. Pada abad ini paham generatio spontanea seolaholah diperkuat oleh Antonie Van Leeuweunhoek, seorang bangsa Belanda. Dia menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk melihat jentik-jentik ( makhluk hidup ) amat kecil pada setetes rendaman air jerami. Hal inilah yang seolah-olah memperkuat paham abiogenesis (Wikipedia, 2014). Jika abiogenesis dan generatio spontanea digabungkan maka pendapat paham tentang asal-usul kehidupan adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi berasal dari benda mati/tak hidup yang terjadinya secara spontan, misalnya ikan dan katak berasal dari lumpur, cacing berasal dari tanah dan belatung berasal dari daging yang membusuk. Lazarro Spallanzani (1729-1799), dalam usahanya untuk membuktikan bahwa konsepsi abiogenesis itu tidak benar, mendidihkan kaldu daging, yaitu satu larutan nutrien dalam labu selama satu jam lalu wadah tersebut ditutupi rapat-rapat. Maka tak ada jasad renik dalam labu tersebut. Tetapi hasil percobaannya ini dikuatkan lagi dengan rangkaian Needham bahwa mikroba tidaklah muncul karena generasi spontan. Needham bersikeras bahwa diperlukan udara untuk generasi spontan mikroba dan bahwa udara itu dikeluarkan dari labu selagi percobaan Spallanzani maka tak ada mikroba yang muncul. Perbedaan pendapat ini dipecahkan 80 atau 90 tahun kemudian oleh dua peneliti secara terpisah, yaitu Franz schulze (1815-1873) dan Theodor Schwann (18101882). Schulze malalukan udara melewati larutan asam pekat ke dalam labu berisi kaldu daging yang dididihkan, sedangkan Schwann melalukan udara melalui tabung membara ke dalam labu berisi kaldu daging yang dididihkan. Maka di dalam masing-masing labu itu tidak ada mikroba karena tertutuo oleh asam dan panas yang luar biasa. Namun tetap saja hal ini belum meyakinkan mereka yang menyokong konsep abiogenesis (Pelczar, 2007 : 25). Pada percobaan Louis Pasteur pada tahun 1865 melakukan percobaan dengan labu yang berisi air kaldu yang di tutup oleh suatu pipa yang melengkung seperti leher angsa dapat meyakinkan bahwa tidak ada kehidupan yang dapat timbul dari benda mati. Maka disimpulkannya pendapat itu dengan ucapan Omne vivum ex ovo, Omne ovom ex vivo. Pendapat pasteur di dukung oleh Jhon Tyndall yang menemukan suatu metode yang disebut Tyndallisasi untuk mensterilkan media yang mengandung bakteri tahan panas yang tidak dapat dimatikan dengan perebusan (Pelczar, 2007 : 26). Ternyata bakteri yang tahan panas pembentuk spora. Dengan demikian runtuhlah pandangan yang menganggap bahwa mikroba dapat terjadi dari benda mati dan muncullah pahan biogenesis yang mengatakan bahwa makhluk hidup berasal dari mahkul hidup sebelumnya (Ristiani, 2008 : 33). B. Tinjauan Khusus Teori abiogenesis Aristoteles diragukan oleh banyak ahli diantaranya Francesco Redi (Italia), Lazaro Spalanzzani (Italia) dan Louis Pasteur (Prancis). Mereka percaya bahwa makhluk hidup berkembang dari makhluk hidup sebelumnya. Teori mereka dinamakan teori biogenesis (Syamsuri, 2000 : 11). 1. Percobaan Frencesco Redi (1626-1697) Orang yang pertama melakukan percobaan untuk menentang teori abiogenesis adalah Francesco Redi (1626-1697). Redi menggunakan dua kerat daging segar dan dua stoples. Stoples pertama diisi dengan keratdaging dan ditutup rapat, sedangkan stoples kedua diisi dengan kerat dagingdan dibiarkan terbuka. Setelah beberapa hari, stoples pertama tidak ditemukan larva lalat. Sedangkan pada stoples yang kedua, daging telah membusuk dan terdapat banyak larva. Redi menyimpulkan bahwa larva bukan berasal dari daging yang membusuk, melainkan berasal dari lalat yang masuk kemudian bertelur dan menetas menjadi larva. Hasil percobanini mendapat sanggahan dari ilmuan penganut teori abiogenesis. Sanggahant ersebut adalah kehidupan pada stoples pertama tidak dapat terjadi karena stoples tersebut tertutup sehingga tidak ada kontak dengan udara. Akibatnya tidak ada daya hidup didalamnya (Syamsuri, 2000 : 12). Untuk menjawab sanggahan tersebut, Redi melakukan percobaan kedua, yaitu meletakkan daging pada stoples yang ditutup dengan kain kasa sehingga masih terjadi hubungan dengan udara, tetapi lalat tidak dapat masuk. Hasilnya, ditemukan sedikit larva dan pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak larva. Kesimpulannya, larva berasal dari lalat yang hinggap di kain kasa dan beberapa telur jatuh pada daging (Hafid, 2013). 2. Percobaan Spalanzzani (1765) Pada tahun 1765, Lazzari Spallanzzani melakukan percobaan yang berlawanan dengan teori Needham, Spallanzzani menyatakan bahwa Needham tidak merebus tabung cukup lama sampai semua organisme terbunuh dan Needhan juga tidak menutup leher tabung dengan rapat sekali sehingga masih ada organisme yang masuk dan tumbuh (Supatmo, 1998). Dari percobaan yang dilakukannya, Spalanzzani menyimpulkan bahwa, timbulnya suatu kehidupa sebelumnya, mikroorganisme yang terdapat dalam kaldu percobaannya timbul karena adanya mikroorganisme yang telah ada sebelumnya di udara (Ristiani, 2008). Spalanzzani mencoba memperlihatkan bahwa mikroorganisme tadi tidak muncul secara tiba-tiba. Kemudian ia, melakukan suatu percobaan, ia mendidihkan kaldu gizi dalam labu kemudian menutupnya rapat-rapat sehingga tidak dimasuki apapun dari luar. Kalau itu tetap bersih atau bening (steril). Akan tetapi, mereka sedemikian rupa sehingga generatio spontanea tidak dapat terjadi (Supatmo, 1998). 3. Percobaan Louis Pasteur (1864) Louis Pasteur pada tahun 1864 melakukan percobaan menggunakan tabung leher angsa. Pasteur sendiri meyakini bahwa sebuah sel pasti berasal dari sel lainnya. Pasteur merebus kaldu hingga mendidih dan kemudian mendiamkannya. Pada prinsipnya, udara mampu masuk ke dalam tabung, namun partikel debu akan menempel pada lekungan leher tabung. Setelah sekian lama, ternyata tidak ada bakteri yang tumbuh. Namun setelah Pasteur memiringkan tabung leher angsa tersebut air kaldi didalam tabung kemudiandi tumbuhi oleh mikroba. Hal ini membuktikan bahwa kehidupan juga berasal dari kehidupan sebelumnya. Setelah ditumbangkannya teori abiogenesis oleh Louis Pasteur maka berkembanglah teori biogenesis. Dengan pernyataannya yang terkenal omne vivum ex ovo, omne ovum exvivo, yang artinya kehidupan berasal dari telur dan telur berasal dari kehidupan karena telah ada kehidupan sebelumnya (Pratiwi, 2004 : 17). Ada dua hal yang penting dalam karya Pasteur yang tidak mendapat perhatian. Yang pertama, beliau tidak membuktikan bahwa generatio spontanea tidak pernah akan terjadi. Sesungguhnya tidak mungkin untuk membuktikan hal negatif tentang sesuatu. Pasteur sebagaimana redi sebelum beliau, hanya menunjukkan contoh-contoh generatio spontanea yang disangka-sangka benar itu akan gagal, jika organisme hidup yang memang sudah ada ditiadakan bahwa kehidupan tak diciptakan secara spontae tetap secara pasti kita tidak mempunyai bukti yang kuat. Yang kedua jika hal itu benar-benar berarti bahwa generatio spontanea dari kehidupan itu tidak mungkin, maka tentang asal-usul kehiudpan itu tidak mungkin, maka tentang asal-usul kehidupan tidak dapat diterangkan dengan dasar ilmiah (Kimball, 1983 : 11).