Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan Bab III Asal Usul Kehidupan III.1 Kejadian Alam Semesta Melalui dua proyek besar pemetaan galaksi yang dilakukan hingga kini, para ilmuwan telah membuat penemuan yang memberikan dukungan sangat penting bagi teori "Big Bang". Hasil penelitian tersebut disampaikan pada pertemuan musim dingin American Astronomical Society. Luasnya penyebaran galaksi-galaksi dinilai oleh para astrofisikawan sebagai salah satu warisan terpenting dari tahap-tahap awal alam semesta yang masih ada hingga saat ini. Oleh karenanya, adalah mungkin untuk mengacu pada informasi tentang penyebaran dan letak galaksi-galaksi sebagai "sebuah jendela yang membuka pengetahuan tentang sejarah alam semesta." Dalam penelitian mereka yang berlangsung beberapa tahun, dua kelompok peneliti yang berbeda, yang terdiri dari ilmuwan Inggris, Australia dan Amerika, berhasil membuat peta tiga dimensi dari sekitar 266.000 galaksi. Para ilmuwan tersebut membandingkan data tentang penyebaran galaksi yang mereka kumpulkan dengan data dari Cosmic Background Radiation(Radiasi Latar Alam Semesta) yang dipancarkan ke segenap penjuru alam semesta, dan membuat penemuan penting berkenaan dengan asal usul galaksi-galaksi. Para peneliti yang mengkaji data tersebut menyimpulkan bahwa galaksi-galaksi terbentuk pada materi yang terbentuk 350.000 tahun setelah peristiwa Big Bang, di mana materi ini saling bertemu dan mengumpul, dan kemudian mendapatkan bentuknya akibat pengaruh gaya gravitasi. Menurut teori Big Bang, segala sesuatu berawal dari ledakan satu titik tunggal berkerapatan tak terhingga dan bervolume nol. Seiring dengan berjalannya waktu, ruang angkasa mengembang dan ruang yang memisahkan antara bendabenda langit pun mengembang. Penemuan tersebut membenarkan teori Big Bang, yang menyatakan bahwa jagat raya berawal dari ledakan satu titik tunggal bervolume nol dan berkerapatan tak terhingga 7 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan yang terjadi sekitar 14 miliar tahun lalu. Teori ini terus-menerus dibuktikan kebenarannya melalui sejumlah pengkajian yang terdiri dari puluhan tahun pengamatan astronomi, dan berdiri tegar tak terkalahkan di atas pijakan yang teramat kokoh. Big Bang diterima oleh sebagian besar astrofisikawan masa kini, dan menjadi bukti ilmiah yang membenarkan kenyataan bahwa Allah telah menciptakan alam semesta dari ketiadaan. Dalam penelitiannya selama sepuluh tahun, Observatorium Anglo-Australia di negara bagian New South Wales, Australia, menentukan letak 221.000 galaksi di jagat raya dengan menggunakan teknik pemetaan tiga dimensi. Pemetaan ini, yang dilakukan dengan bantuan teleskop bergaris tengah 3,9 meter pada menara observatorium itu, hampir sepuluh kali lebih besar dari penelitian serupa sebelumnya. Di bawah pimpinan Dr. Matthew Colless, kepala observatorium tersebut, kelompok ilmuwan ini pertamatama menentukan letak dan jarak antar-galaksi. Lalu mereka membuat model penyebaran galaksi-galaksi dan mempelajari variasi-variasi teramat kecil dalam model ini secara amat rinci. Para ilmuwan tersebut mengajukan hasil penelitian mereka untuk diterbitkan dalam jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society (Warta Bulanan Masyarakat Astronomi Kerajaan). Dalam pengkajian serupa yang dilakukan oleh Observatorium Apache Point di New Mexico, Amerika Serikat, letak dari sekitar 46.000 galaksi di wilayah lain dari jagat raya juga dipetakan dengan cara serupa dan penyebarannya diteliti. Penelitian ini, yang menggunakan teleskop Sloan bergaris tengah 2,5 meter, diketuai oleh Daniel Eisenstein dari Universitas Arizona, dan akan diterbitkan dalam Astrophysical Journal (Jurnal Astrofisika). Hasil yang dicapai oleh dua kelompok peneliti ini diumumkan dalam pertemuan musim dingin American Astronomical Society (Masyarakat Astronomi Amerika) di San Diego, California, Amerika Serikat pada tanggal 11 Januari 2005. Bukti Penting Yang Semakin Mengukuhkan Big Bang Data yang diperoleh dari satelit COBE pada tahun 1992 mengungkap adanya fluktuasi sangat kecil pada pancaran Radiasi Latar Alam Semesta. Data yang diperoleh dari hasil kerja panjang dan teliti membenarkan sejumlah perkiraan yang dibuat puluhan tahun silam di bidang astronomi tentang asal usul galaksi. Di tahun 1960-an, para perumus teori memperkirakan bahwa galaksi-galaksi mungkin 8 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan mulai terbentuk di wilayah-wilayah di mana materi berkumpul dengan kerapatan yang sedikit lebih besar segera setelah peristiwa Big Bang. Jika perkiraan ini benar, maka cikal bakal galaksi-galaksi itu seharusnya dapat teramati dalam bentuk fluktuasi sangat kecil pada tingkat panas di sisa-sisa radiasi dari Big Bang dan dikenal sebagai Radiasi Latar Alam Semesta. Radiasi Latar Alam Semesta adalah radiasi panas yang baru mulai dipancarkan 350.000 tahun setelah peristiwa Big Bang. Radiasi ini, yang dipancarkan ke segenap penjuru di alam semesta, menampilkan potret sekilas dari jagat raya berusia 350.000 tahun, dan dapat dipandang sebagai fosil (sisa-sisa peninggalannya di masa kini. Radiasi ini, yang pertama kali ditemukan pada tahun 1965, diakui sebagai bukti mutlak bagi Big Bang yang disertai berbagai pengkajian dan pengamatan, dan diteliti secara sangat mendalam. Data yang diperoleh dari satelit COBE (Cosmic Background Explorer /Penjelajah Latar Alam Semesta) pada tahun 1992 membenarkan perkiraan yang dibuat di tahun 1960-an dan mengungkap bahwa terdapat gelombang-gelombang kecil pada Radiasi Latar Alam Semesta. Meskipun ketika itu sebagian keterkaitan antara gelombang kecil tersebut dengan pembentukan galaksi telah ditentukan, hubungan ini saat itu belum dapat diperlihatkan secara pasti hingga baru-baru ini. Namun, kaitan penting itu telah berhasil dirangkai dalam sejumlah pengkajian terakhir. Kelompok Colless dan kelompok Eisenstein telah menemukan kesesuaian antara gelombang-gelombang kecil yang terlihat pada Radiasi Latar Alam Semesta dan yang teramati pada jarak antar-galaksi. Dengan demikian telah dibuktikan secara pasti bahwa cikal bakal galaksi terbentuk di tempat-tempat di mana materi yang muncul 350.000 tahun menyusul peristiwa Big Bang saling berkumpul dengan kerapatan yang sedikit lebih besar. Dalam jumpa pers mengenai pokok bahasan tersebut, Dr. Eisenstein mengatakan bahwa pola tersebarnya galaksi-galaksi di segenap penjuru langit bersesuaian dengan gelombang suara yang memunculkan pola penyebaran itu. Para peneliti berpendapat bahwa gravitasi mempengaruhi gelombang dan mengarahkan bentuk galaksi. Eisenstein membuat pernyataan berikut: "Kami menganggap hal ini sebagai bukti kuat bahwa gravitasi telah memainkan peran utama dalam membentuk cikal bakal (galaksi) di dalam latar gelombang mikro (yang tersisa dari peristiwa Big Bang) menjadi galaksi-galaksi dan kelompok-kelompok galaksi yang kita saksikan di sekeliling kita." 9 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan Dalam sebuah pernyataan kepada lembaga pemberitaan AAP, Russell Cannon, dari kelompok peneliti yang lainnya, mengatakan bahwa penemuan-penemuan tersebut memiliki nilai teramat penting, dan merangkum hasil penting penelitian itu dalam uraian berikut: "Apa yang telah kami lakukan memperlihatkan pola galaksi-galaksi, penyebaran galaksi-galaksi yang kita saksikan di sini dan saat ini, sepenuhnya cocok dengan pola lain yang terlihat pada sisa-sisa peninggalan peristiwa Big Bang…" Sejumlah penemuan juga diperoleh dari pengkajian tentang kadar materi dan energi yang membentuk alam semesta, serta bentuk geometris alam semesta. Menurut data ini, alam semesta terdiri dari 4% materi biasa, 25% materi gelap (yakni materi yang tidak dapat diamati tapi ada secara perhitungan), dan sisanya energi gelap (yakni energi misterius (yang tidak diketahui keberadaannya) yang menyebabkan alam semesta mengembang dengan kecepatan lebih besar dari yang diperkirakan). Sedangkan bentuk geometris alam semesta adalah datar. Dukungan bagi Big Bang : Sejumlah penemuan yang dicapai dalam pengkajian ini telah semakin memperkokoh teori Big Bang. Dr. Cannon mengatakan bahwa penelitian tersebut menambah bukti yang sangat kuat bagi teori Big Bang tentang asal usul alam semesta dan menegaskan dukungan itu dalam perkataan berikut ini: "Kita telah mengetahui sejak lama bahwa teori terbaik bagi (asal usul) alam semesta adalah Big Bang -- bahwa alam semesta terbentuk melalui suatu ledakan raksasa pada satu ruang teramat kecil dan sejak itu mengembang secara terusmenerus." Dalam sebuah ulasan tentang penelitian tersebut, Sir Martin Rees, ahli astronomi terkenal dari Universitas Cambridge, mengatakan bahwa meskipun menggunakan teknik-teknik statistik dan pengamatan yang berbeda, kelompok-kelompok tersebut telah sampai pada satu kesimpulan yang sama, dan ia menganggap hal ini sebagai sebuah petunjuk akan kebenaran hasilnya. Physicsweb.org, salah satu situs ilmu-ilmu fisika terpenting Sir Martin Rees di Internet, memberi tanggapan bahwa pengkajian-pengkajian tersebut "memberikan bukti lebih lanjut bagi teori dasar Big Bang dengan tambahan model pengembangan alam semesta." 10 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan Berkat ilmu pengetahuan modern yang memungkinkan pengamatan radiasi latar alam semesta dan benda-benda langit, para ilmuwan memperoleh pemahaman bahwa alam semesta memiliki suatu permulaan (Big Bang) dan kemudian mengalami perluasan (Pengembangan). Akan tetapi, pengetahuan mendasar ini sama sekali bukanlah hal baru bagi umat manusia. Di dalam Al Qur'an semenjak 1.400 tahun terakhir umat manusia telah mengetahui dua fakta ini, yang hanya mampu diketahui para ilmuwan di dalam mahaluasnya ruang angkasa di abad ke-20. Dua Informasi Penting mengenai Model Baku Pembentukan Alam Semesta disebutkan di dalam Al Qur'an Di dalam Al Qur'an, dan di dalam Taurat dan Injil yang isinya telah mengalami perubahan setelah diwahyukannya, Allah telah mewahyukan bahwa alam semesta dan seluruh materi diciptakan dari ketiadaan; di dalam Al Qur'an, satu-satunya naskah yang belum mengalami perubahan, Dia memfirmankan satu rahasia menakjubkan yang lain: alam semesta tengah mengalami pengembangan. Pembentukan alam semesta menjadi "ada" dari "ketiadaan" diberitakan di dalam Al Qur'an sebagaimana berikut: )۱ ۰۱ :…)األنعام..بدي ُع السمـوات واألرض “Dia Pencipta langit dan bumi. (QS. Al An'aam, 6:101)” Mengembangnya alam semesta, salah satu di antara bidang-bidang utama penelitian ilmu pengetahuan modern, diwahyukan dalam ayat ini: )٤٧ :والسمآءبـنـيـنـها بييدوإّنل ُموسعُون (الذارايت Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (QS. Adz Dzaariyaat, 51:47) Sebagaimana telah kita pahami, dua bagian penting dari penjelasan yang menjadi rujukan tentang asal usul alam semesta, yakni Big Bang dan Mengembangnya alam semesta, diberitakan dalam Al Qur'an di masa ketika sarana pengamatan astronomi masih sangat terbatas. Hal ini memperlihatkan bukti nyata bahwa Al Qur'an telah diwahyukan oleh Allah. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan terkini sepenuhnya cocok dengan apa yang diberitakan di dalam Al Qur'an, dan pengkajian-pengkajian terakhir ini sekali lagi mengarahkan perhatian kepada kesesuaian yang erat ini. 11 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan III.2 Kejadian Makhluk Hidup Dalam bukunya, Darwin tidak pernah menyebutkan asal usul kehidupan. Pemahaman kuno ilmu pengetahuan pada masanya mendasarkan dirinya pada anggapan bahwa makhluk hidup memiliki struktur yang sangat sederhana. Sejak abad pertengahan, spontaneous generation (pembentukan spontan), teori yang manyatakan bahwa benda mati dapat berpadu untuk membentuk makhluk hidup, telah diterima secara luas dan menjadi satu batu fondasi dari teori Darwin. Misalnya, dipercayai bahwa serangga terwujud dari sisa-sisa makanan. Lebih jauh lagi, digambarkan bahwa tikus terwujud dari gandum. Beberapa percobaan menarik dilakukan untuk membuktikan teori ini. Sejumlah gandum diletakkan di atas potongan kain kotor dan dipercayai bahwa tikus akan muncul segera darinya. Demikian juga, kenyataan bahwa belatung muncul dari daging, dipercaya sebagai bukti dari spontaneous generation. Namun, beberapa waktu kemudian, barulah disadari bahwa belatung tidak tiba-tiba muncul dari daging, tetapi terbawa oleh lalat dalam bentuk larva yang tidak terlihat oleh mata telanjang. Bahkan, pada masa di saat Darwin menulis The Origin of Species, keyakinan bahwa bakteri dapat mewujud dari benda mati masih tersebar luas. Namun demikan, lima tahun setelah penerbitan buku Darwin, Louis Pasteur mengumumkan hasil penelitian dan percobaan panjangnya, yang menyenggah spontaneous generation. Dalam kuliah kemenangannya di Sorbonne tahun 1864, Pasteur mengatakan, “Doktrin spontaneous generation (pembentukan spontan) tidak akan mampu bangkit dari pukulan telak memtikan dari percobaan sederhana ini.” Para pendukung teori evolusi tetap menolak menerima temuan Pasteur untuk waktu lama. Namun, saat kemajuan ilmiah menyengkap struktur kompleks sel, gagasan bahwa kehidupan dapat terwujud secara kebetulan menghadapi kebuntuan yang semakin besar. 12 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan Percobaan Louis pasteur A. Asal Usul Manusia Darwin mengajukan pernyataannya bahwa manusia dan kera dari satu nenek moyang yang sama dalam bukunya The Descent of Man, terbitan tahun 1871. sejak saat itu hingga sekarang, para pengikut jalan Darwin telah mencoba mendukung pernyatannya. Namun, meskipun berbagai penelitian telah dilakukan, pernyataan mengenai “evolusi manusia” tidak didukung oleh penemuan ilmiah yang nyata, khususnya dalam hal fosil. Kebanyakan masyarakat awam tidak menyadari kenyataan ini dan berpikir bahwa pernyataan evolusi manusia didukung oleh banyak bukti yang kuat. Penyebab adanya opini yang keliru ini adalah bahwa permasalahan ini sering dibahas dalam media dan dihadirkan sebagai fakta yang terbukti. Namun, mereka yang benar-benar ahli dalam masalah ini menyadari bahwa tidak ada landasan ilmiah bagi pernyataan evolusi manusia. David Pilbeam, ahli paleoantropologi dari Harvard University, mengatakan : Jika anda mengundang seorang ilmuwan dari bidang ilmu yang lain dan menunjukkan padanya sedikitnya bukti yang kuta miliki ia tentu akan mengatakan, “Lupakan saja; itu tidak cukup untuk diteruskan.” Dan William Fix, seorang penulis sebuah buku penting dalam bidang paleoantropologi, berkomentar : Seperti yang telah kita lihat, ada banyak ilmuwan dan orang-orang popular saat ini yang memiliki nyali untuk mengatakakan bahwa “tidak ada keraguan” tentang bagaimana manusia berasal. Jika saja mereka memiliki bukti… 13 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan Pernyataan evolusi ini yang “miskin bukti” memulai pohon kekerabatan manusia dengan satu kelompok kera yang telah dinyatakan membentuk satu genus tersendiri yakni, Australopithecus. Menurut pernyataan ini, Australopithecus secara bertahap mulai jalan tegak, otaknya membesar, dan ia melewati serangkaian tahapan hingga mencapai tahapan manusia sekarang (Homo Sapiens). Namun, rekaman fosil tidak mendukung skenario ini. Meskipun dinyatakan bahwa semua bentuk peralihan ada, terdapat rintangan yang tidak dapat dilalui antara jejak fosil manusia dan kera. Lebih jauh lagi, telah terungkap bahwa spesies yang digambarakan sebagai nenek moyang satu sama lain sebenarnya adalah spesies masa itu yang hidup pada periode yang sama. Ernst Mayr, salah satu pendukung utama teori evolusi abad ke-20, berpendapat dalam bukunya, One Long Argument, bahwa “khususnya (teka-teki) bersejarah seperti asal usul kehidupan atau Homo Sapiens, adalah sangat sulit dan bahkan mungkin tidak akan pernah menerima penjelasan akhir yang memuaskan.” Namun, apakah landasan dari gagasan evolusi manusia yang diajukan oleh para evolusionis? Ialah adanya banyak fosil yang dengannya para evolusionis bisa membangun tafsiran-tafsiran khayalan. Sepanjang sejarah, telah hidup lebih dari 6.000 spesies kera dan kebanyakan dari mereka telah punah. Saat ini, hanya 120 spesies yang hidup di bumi. Enam ribu atau lebih spesies kera ini merupakan sumber yang melimpah bagi evolusionis. Di lain pihak, terdapat perbedaan yang berarti dalam susunan anatomi berbagai ras manusia. Terlebih lagi, perbedaannya semakin besar antara ras prasejarah karena, seiring dengan waktu, ras manusia setidaknya telah bercampur satu sama lain dan terasimilasi. Meskipun demikian, perbedaan penting masih terlihat antara berbagai kelompok populasi yang hidup di dunia saat ini, seperti ras Scandinavia, suku Pigmi Afrika, Inuits, pendudik asli Australia, dan masih banyak yang lain. Tidak terdapat bukti untuk menunjukkan bahwa fosil yang disebut hominid oleh ahli paleontology evolusi sebenaranya bukanlah milik spesies kera yang berbeda atau ras manusia yang telah punah. Dengan kata lain, tidak ada contoh bagi satu bentuk peralihan anatara manusia dan kera yang telah ditemukan. B. Asal usul Hewan 14 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan Dalam uraian sebelumnya telah dijelaskan bagaimana Darwin menyatakan pendapatnya dalam penciptaan hewan seperti belatung dan kera. Itu tidak lah masuk akal. Karena hewan bukanlah makhluk yang terjadi secara kebetulan, melainkan ada sesuatu yang membuat itu dapat tercipta. Asal mula dari terbentuknya organisme hewan adalah sel hewan. Sel hewan adalah sel eukariotik. Dimana sel itu mempunyai susunan yang sangat kompleks. Sel-sel tersebut dengan fungsi yang sama membentuk suatu jaringan yang mempunyai fungsi dan peran untuk menjalankan suatu organ. Dan organ-organ tersebut mempunyai suatu sistem sehingga kumpulan tersebut dapat bergerak. Maka jadilah suatu organisme. Dari organisme hewan tersebut, para ahli taksonomi mengkelompokkan hewan-hewan tersebut ke dalam kingdom Animalia. Dalam setiap kelas yang didalam Kingdom tersebut, mempunyai suatu jenis atau kemiripan, misal dalam anatomi tubuh, morfologi maupun sifatnya. Struktur sel hewan Darwin menyatakan bahwa hewan termasuk dari benda tidak hidup. Padahal jelas-jelas jika dilihat dari segi struktur tersebut, asal mula hewan adalah dari yang hidup. Pasteur berkata “omne vivum ex ovum”,”omne ovum ex vivo” “semua kehidupan berasal dari telur”,”telur berasal dari yang hidup”. 15 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan C. Asal Usul tumbuhan Pembentukan sel tumbuhan sama dengan sel hewan. Namun yang membedakan adalah struktur sel tumbuhan sehingga berbeda pula dalam jaringan, organ, sistem organ, maupun organismenya. Hal ini sudah sangat menjadi bukti ini bukanlah kebetulan. Allah telah memberikan jalan bagi manusia yang beriman kepadaNya untuk mempelajari ciptaanNya. Sehingga tidak akan ada teori-teori yang melenceng dari ketentuannya. Struktur sel tumbuhan D. Teori Abiogenesis Aristoteles (384-322 SM), seorang ahli filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani kuno lebih dari 2000 tahun yang lalu, mengemukakan konsep bahwa kehidupan berasal dari benda mati. Teori ini dikenal dengan Teori Abiogenesis. Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama dengan induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkawinan dari induk-induk ikan. Walaupun demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari lumpur. 16 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan Bagaimana cara terbentuknya makhluk tersebut? Menurut penganut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau teori ini disebut juga paham Generatio Spontanea. Misalnya: ikan dan katak berasal dari lumpur cacing berasal dari tanah belatung berasal dari daging yang membusuk Contoh orang yang percaya teori abiogenesis adalah Needham, seorang ilmuwan Inggris. Needham (1700) melakukan penelitian dengan merebus kaldu dalam wadah selama beberapa menit lalu memasukkannya ke dalam botol dan ditutup dengan gabus. Setelah beberapa hari, ternyata tumbuh bakteri dalam kaldu tersebut. Oleh karena itu, Needham menyatakan bahwa bakteri berasal dari kaldu. Namun, teori Needham ini dipatahkan oleh L. Spallanzani. Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu dari zaman Yunani kuno hingga pertengahan abad ke-17. Pada abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek berhasil membuat mikroskop. Dengan menggunakan alat ini, ia menemukan benda – benda yang sangat kecil dalam setetes air rendaman jerami. Penemuannya ini juga merangsang kembali para peneliti lainnya untuk membuktikan atau menguak kebenaran dari teori Generatio Spontanea, bahwa makhlik hidup berasal dari benda mati. E. Teori Biogenesis Walaupun telah bertahan sampai ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis. Diantaranya orang – orang yang tidak puas terhadap pandangan abiogenesis itu, antara lain: a. Francesco Redi (Italia, 1626-1697) b. Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729-1799) c. Louis Pasteur (Prancis, 1822-1895) Berdasarkan penelitian dari tokoh – tokoh ini, akhirnya paham abiogenesis atau Generatio Spontanea menjadi pudar karena tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. a. Percobaan Francesco Redi (1626-1697) Seorang fisikiawan dari Italia dan ia adalah orang pertama yang melakukan penelitian untuk membantah teori generatio spontanea. Redi 17 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan memperhatikan bahwa ulat akan menjadi lalat dan lalat selalu terdapat tidak jauh dari sisa – sisa daging. Pada penelitiannya, Redi menggunakan keratan daging segar yang diletakkan dalam tiga stoples. Adapun langkah kerja dari perobaan Redi tersebut adalah sebagai berikut: stoples I : diisi sekerat daging segar dan dibiarkan terbuka. stoples II : diisi sekerat daging segar lalu ditutup dengan kain kassa yang berlubang-lubang. stoples III : diisi sekerat daging segar lalu ditutup rapat – rapat. Selanjutnya, ketiga stoples tersebut diletakkan di tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati. Dan hasilnya adalah sebagai berikut: stoples I : dagingnya telah membusuk dan di dalamnya ditemukan banyak larva atau belatung lalat. stoples II : daging tampak membusuk dan di dalamnya ditemukan sedikit belatung lalat. Pada kain kassa penutup stoples terdapat beberapa ekor belatung. stoples III : daging tidak busuk dan pada daging tidak ditemukan jentik/larva atau belatung lalat. Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Redi membuktikan bahwa belatung tidak terbentuk dari daging yang membusuk melainkan dari telur – telur lalat yang ditinggalkan ketika lalat – lalat mengerumuni daging yang membusuk dan kain kassa. Percobaan Redi membuktikan makhluk hidup tidak begitu saja terbentuk dari benda – benda mati tetapi semua makhluk hidup terbentuk oleh makhluk hidup juga. Hipotesis yang menyatakan makhluk hidup hanya berasal dari sesuatu yang hidup disebut “Teori Biogenesis”. b. Percobaan Lazzaro Spallanzani (1729-1799) Seperti halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham abiogenesis. Ia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan Francesco Redi tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna. Spallanzani menggunakan air kaldu dan dua buah labu (tabung). Dan langkah kerja dari percoban Spallanzani adalah sebagai berikut: 18 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan labu I : diisi 70 cc air kaldu kemudian dipanaskan dalam suhu 15 C selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka. labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar benar – benar rapat. Selanjutnyalabu dipanaskan. Selanjutnya, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin, keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah kurang lebih seminggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut. Hasilnya sebagai berikut: labu I : air kaldu mengalami perubahan yaitu airnya menjadi tambah keruh dan berbau tidak sedap. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I banyak mengandung mikroba. labu II : air kaldu tidak mengalami perubahan, tetap jernih, baunya tetap serta tidak mengandung mikroba. Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Spallanzani telah mematahkan teori “Needham”. Spallanzani menyatakan bahwa Needham tidak merebus tabung cukup lama sampai semua organisme terbunuh, tidak menutup leher tabung dengan benar – benar rapat sehingga masih ada organisme yang masuk dan tumbuh. Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada dalam air kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan (mikroba) sebelumnya yang banyak tersebar di udara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi “kontaminasi” mikroba dari udara ke dalam air kaldu tersebut. c. Percobaan Louis Pasteur (1822-1895) Seorang biologiwan bernama “Louis Pasteur” pada tahun 1864 melakukan percobaan menggunakan tabung berleher angsa. Percobaan ini dilakukan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani. Pasteur sendiri meyakini bahwa sebuah sel pasti berasal dari sel lainnya. Dalam percobaan menggunakan tabung berleher angsa, Pasteur merebus kaldu hingga mendidih kemudian mendiamkannya. Pada prinsipnya, udaa mampu masuk ke dalam tabung, namun partikel debu akan menempel pada 19 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan lengkungan leher tabung. Setelah beberapa lama, ternyata tidak ada bakteri yang tumbuh. Namun setelah Pasteur memiringkan tabung leher angsa tersebut, air kaldu di dalam tabung kemudian ditumbuhi oleh mikroba. Hal ini membuktikan bahwa kehidupan juga berasal dari kehidupan sebelumnya. Dengan demikian terbuktilah ketidakbenaran paham abiogenesis atau Generatio Spontanea yang menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan. Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis dan muncul paham atau teori baru tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal dengan “Teori Biogenesis”. Teori itu menyatakan: Omne vivo ex ovo, yang berarti bahwa setiap makhluk hidup berasal dari telur Omne ovum ex vivo, yang berarti bahwa setiap telur berasal dari makhluk hidup Omne vivum ex vivo, yang berarti bahwa setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya berhasil menumbangkan paham abiogenesis, bukan berarti bahwa masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali terjawab. Di samping teori abiogenesis dan biogenesis, ada juga teori yang dikembangkan oleh beberapa ilmuwan, antara lain: Teori kreasi khas, menyatakan kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (gaib) pada saat yang istimewa Teori kosmozoan, menyatakan kehidupan yang ada di planet berasal dari mana saja Teori evolusi kimia, menyatakan kehidupan muncul berdasarkan hukum fisika kimia Teori keadaan mantap, menyatakan kehidupan tidak berasal usul F. Teori Evolusi Kimia Ketidakpuasan para ilmuwan terhadap apa yang dikemukakan para tokoh teori abiogenesis maupun biogenesis mendorong para ilmuwan untuk terus mengadakan penelitian tentang asal usul kehidupan. Para ahli geologi 20 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan beranggapan bahwa pada mulanya keadaan suhu di bumi ini sangat tinggi. Tetapi pada suatu saat di masa lalu bumi mengalami pendinginan. Pada proses pemanasan dan pendinginan tersebut, terbentuk bahan-bahan kimia. Bahan yang berat masuk ke permukaan bumi karena gravitasi, sedangkan bahan yang ringan berada di luar bumi yang disebut atmosfer. Susunan atmosfer pada masa itu sangat berbeda dengan susunan atmosfer sekarang. Pada atmosfer masa itu tidak ada unsur oksigen karena pada suhu yang amat tinggi, oksigen mudah bersenyawa dengan unsur – unsur lain. Timbul pertanyaan, “bagaimana proses terjadinya kehidupan di bumi ini?” Pertanyaan ini mendorong beberapa ilmuwan untuk mengemukakan pendapat serta eksperimen. Ilmuwan tersebut antara lain Harold Urey, Stanley Miller, A.I.Oparin dan Melvin Calvin. A.I.Oparin (Rusia, 1894) Ahli biokimia, orang pertama yang mengemukakan bahwa evolusi zat – zat kimia telah terjadi sebelum kehidupan ini ada. Dalam bukunya “The Origin of Life”, ia mengemukakan bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi dan atmosfernya. Atmosfer bumi mula-mula memiliki air, CO2, metana dan amonia, namun tidak memiliki oksigen. Dengan adanya panas dari berbagai sumber energi, zat-zat tersebut mengalami serangkaian perubahan menjadi berbagai molekul organik sederhana. Senyawa-senyawa ini membentuk semacam campuran yang kaya akan materi-materi dalam lautan yang masih panas, yang disebut primordial soup. Bahan campuran ini belum merupakan makhluk hidup, tetapi bertingkah laku mirip seperti system biologi. Primordial Soup ini melakukan sintesis dan membentuk molekul organic kecil atau monomer, misalnya asam amino dan nukleotida. Monomer-monomer lalu bergabung membentuk polimer, misalnya protein dan asam nukleat. Kemudian agregrasi ni membentuk molekul dalam bentuk tetesan yang disebut protobion. Protobion ini memiliki ciri kimia yang berbeda dengan lingkungannya. Kondisi atmosfer masa kini tidak lagi memungkinkan untuk sintesis molekul organic secara spontan, karena oksigen atmosfer akan memecah ikatan kimia dan mengekstrasi electron. 21 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan Polimerisasi atau penggabungan monomer ini dapat dibuktikan oleh Sydney Fox. Beliau melakukan percobaan dengan memanaskan larutan kental monomer organic yang mengandung asam amino pada suhu titik leburnya. Saat air menguap, terbentuk lapisan monomer yang berpolimerisasi. Polimer ini oleh Sydney Fox disebut proteinoid. Selanjutnya dalam penelitiannya di laboratorium, proteinoid dicampur dengan air dingin dan akan membentuk gabunagn proteinoid yang menyusun tetesan kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer diselubungi oleh membrane selektif permeable. Harold Urey Harold Urey pada tahun 1893 mengemukakan teori yang didasari atas pemikiran bahwa bahan organic merupakan bahan dasar organisme hidup, yang pada mulanya dibentuk sebagai reaksi gas yang ada di alam dengan bantuan energi. Menurut teori Urey, konsep tersebut dapat dijabarkan atas 4 fase berikut ini: Fase 1 : Tersedianya molekul metana, ammonia, hydrogen dan uap air yang sangat banyak di atmosfer. Fase 2 : Energi yang timbul dari aliran listrik, halilintar dan radiasi sinar kosmis merupakan energi pengikat dalam reaksi molekul metan, ammonia, hydrogen dan uap air. Fase 3 : Terbentuknya zat hidup yang paling sederhana. Fase 4 : Zat hidup yang terbentuk berkembang dalam waktu jutan tahun menjadi sejenis organisme yang lebih kompleks. Stanley Miller Pada tahun 1953, Stanley Miller berhasil membuktikan teori gurunya, Urey. Ia mencoba mensimulasikan kondisi atmosfer purba di dalam skala laboratorium dengan merancang alat yang seperti terlihat dalam gambar di bawah ini. Miller memasukkan gas H2, CH4 (metan), NH3 (amonia) dan air ke dalam alat. Air dipanasi sehingga uap air bercampur dengan gas-gas tadi. Sebagai sumber energi yang bertindak sebagai "halilintar" agar gas-gas dan uap air bereaksi, digunakan lecutan aliran listrik tegangan tinggi. Ternyata timbul 22 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan reaksi, terbentuk senyawa-senyawa organik seperti asam amino, adenin dan gula sederhana seperti ribosa. Skema alat percobaan Miller Hasil percobaan di atas memberi petunjuk bahwa satuan-satuan kompleks di dalam sistem kehidupam seperti lipid, gula, asam amino, nukleotida dapat terbentuk di bawah kondisi abiotik. Yang menjadi masalah utama adalah belum dapat terjawabnya bagaimana mekanisme peralihan dari senyawa kompleks menjadi makhluk hidup yang paling sederhana. Melvin Calvin Melvin Calvin dari Universitas California menunjukkan bahwa radiasi sinar dapat mengubah metana, ammonia, hydrogen dan air menjadi molekulmolekul gula dan asam amino, dan juga membentuk purin dan pirimidin, yang merupakan dasar pembentukan DNA, RNA, ATP dan ADP. Dari evolusi kimia dapat kita simpulkan bahwa senyawa-senyawa anorganik yang ada di atmosfer mengalami perubahan sedikit demi sedikit membentuk senyawa organic. Senyawa organic itulah yang merupakan komponen dasar makhluk hidup(Campbell et al.2005;Solomon et al. 2005) 23 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan III.3 Kejadian Spesies yang Sebenarnya Ketika buku The Origin of Species Darwin terbit pada tahun 1859. dipercayai bahwa ia telah mengajukan sebuah teori yang dapat menjelaskan keanekaragaman luar biasa pada makhluk hidup. Ia telah mengamati bahwa terdapat berbagai keragaman dalam satu spesies. Sebagai contoh, ketika berkeliling pasar ternak di Inggris, ia memperhatikan bahwa terdapat banyak ras sapi yang berbeda-beda dan bahwa para peternak sapi tersebut memilih dan mengawinkan mereka sehingga menghasilkan ras baru. Dengan mengambil contoh ini sebagai dasar, ia meneruskannya dengan penalaran bahwa “makhluk hidup secara alamiah dapat bervariasi dengan sendirinya,” yang berarti bahwa dalam jangka waktu yang lama, semua makhluk hidup bisa jadi berasal dari satu nenek moyang yang sama. Namun, anggapan Darwin tentang “asal usul spesies” ini pada kenyataannya tidak mampu menjelaskan asal usul mereka sama sekali. Berkat perkembangan ilmu genetika sekarang telah dipahami bahwa peningkatan keanekaragaman dalam satu spesies tidak akan pernah menuntun kepada kemunculan spesies baru. Apa yang diyakini Darwin sebagai “evolusi” sebenarnya adalah “variasi (keragaman)”. Variasi, yang dilihat Darwin sebagai “bukti evolusi” selama beberapa ratus tahun, sebenarnya tidak memiliki hubungan sam sekali selama jutan tahun dan ras sapi yang berbeda mungkin muncul. Namun, sapi tidak akan pernah berubah menjadi spesies yang berbeda, misalnya jerapah atau gajah. Dengan cara yang sama, perbedaan yang terdapat pada burung finch yang dilihat Darwin di Kepulauan Galapagos adalah contoh lain dari variasi yang bukan merupakan bukti dari “evolusi”. Penelitian terbaru telah mengungkapkan bahwa burung pipit ini tidak mengalami variasi tanpa batas seperti yang diajukan teori Darwin. Lebih jauh lagi, kebanyakan dari berbagai burung finch yang menurut Darwin mewakili 14 spesies yang berbeda sebenarnya (mampu) kawin satu sama lain yanga berarti bahwa mereka hanyalah variasi dari satu spesies yang sama. Pengamatan ilmiah menunjukkan bahwa paruh burung pipit, yang telah melegenda dalam hampir semua sumber evolusionis, pada kenyataannya adalah satu contoh dari “variasi”. Oleh sebab itu, hal ini bukanlah merupakan bukti bagi teori evolusi. Sebsgai contoh, Peter dan Rosemary Grant, yang mengahabiskan waktu bertahun-tahun mengamati keanekaragaman burng pipit di kepulauan Galapagos untuk mencari bukti bagi evolusi Darwin, terpaksa menyimpulkan bahwa “populasi ini, dihadapkan pada seleksi alam, 24 Teori Evolusi dan Pematahannya Asal Usul Kehidupan berayun maju mundur,” sebuah kenyataan yang secara tidak langsung menunjukkan tidak ada “evolusi” yang membawa pada kemunculan sifat-sifat baru yang pernah terjadi.” 25