HUBUNGAN KASUS DIARE DENGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI

advertisement
HUBUNGAN KASUS DIARE DENGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN
PERILAKU
Atik Sri Wulandari
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
ABSTRAK
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena masih tingginya angka
kesakitan dan kematian. Dalam upaya menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat diare perlu diketahui
faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian diare. Dari beberapa penelitia yang pernah dilakukan terutama
dinegara berkembang ternyata banyak faktor yang secara langsung dan tidak langsung dapat mendorong
terjadinya diare, faktor-faktor tersebut antara lain adalah keadaan gizi, kependudukan, lingkungan dan perilaku.
Faktor yang diduga sangat berkaitan erat dengan kejadian diare adalah faktor tersedianya air bersih baik dari
segi kualitas maupun kuantitas, pembuangan tinja dan air limbah, perilaku, hygiene perorangan, dan
kependudukan.Penyebab utama adanya kejadian diare berkaitan dengan pola hidup sehat yang ada dalam
kegidupan sehari-hari .
DIARRHEA CASE RELATIONSHIP WITH SOCIOECONOMIC FACTORS AND
BEHAVIOR
Atik Sri Wulandari
Department of Public Health
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
ABSTRACT
Diarrhea is still one major public health problem, because the high morbidity and mortality. In an effort to
reduce mortality and morbidity due to diarrhea need to know the factors associated with occurrence of diarrhea.
Of the few empirically ever undertaken mainly in developing countries there are many factors that directly and
indirectly to encourage the incidence of diarrhea, these factors include the state of nutrition, population,
environment and behavior. The factors that allegedly are intimately associated with the incidence of diarrhea is a
factor the availability of clean water both in quality and quantity, sewage treatment and waste water, behavior,
personal hygiene, and major kependudukan.Penyebab the incidence of diarrhea associated with a healthy
lifestyle that exists in daily kegidupan to-day.
I.
PERMASALAHAN
Di negara berkembang kebanyakan
kematian Balita disebabkan oleh lima hal,
atau kombinasi dari beberapa macam
penyakit, diantaranya : Pnumonia, diare,
campak, malaria dan malnutrisi.
Di
seluruh dunia 3 dari 4 anak yang pergi ke
sentral pengobatan penderita setidaknya
satu dari kondisi di atas. Banyak dari
kematian ini dapat dicegah dengan
manajemen kesehatan yang lebih baik
(WHO, 1997). Diare adalah penyebab
utama kesakitan dan kematian pada anak
dengan perkiraan 1,3 milyar dan 3,2
kematian tiap tahun pada balita.
Di Indonesia penyakit diare
merupakan salah satu penyakit yang
mendapatkan
prioritas
program
pemberantasan karena tingginya angka
kesakitan dan menimbulkan banyak
kematian terutama pada bayi dan balita.
Dalam upaya menurunkan angka kematian
dan kesakitan akibat diare perlu diketahui
faktor-faktor
yang
berkaitandengan
kejadian diare. Banyak factor yang secara
langsung dan tidak langsung dapat
mendorong terjadinya diare, faktor-faktor
tersebut antara lain adalah keadaan gizi,
kependudukan, lingkungan dan perilaku.
Faktor yang diduga sangat berkaitan erat
dengan kejadian diare adalah faktor
tersedianya air bersih baik dari segi
kualitas maupun kuantitas, pembuangan
tinja dan air limbah, perilaku, hygiene
perorangan, dan kependudukan. 1
Penyebab utama kematian karena
diare adalah dehidrasi sebagai akibat
kehilangan cairan dan elektrolit melalui
tinja. Berbagai faktor
mempengaruhi
kejadian diare, diantaranya adalah faktor
lingkungan,
gizi,
kependudukan,
pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan
perilaku masyarakat. 11
Penyakit
diare
di
Indonesia
merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama, hal ini disebabkan
karena masih tingginya angka kesakitan
diare yang menimbulkan banyak kematian
terutama pada balita. Angka kesakitan
diare di Indonesia dari tahun ke tahun
cenderung meningkat. Angka kesakitan
diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000
penduduk, denganjumlah kasus 10.980
penderita dengan jumlah kematian 277
(CFR 2,52%). DiIndonesia dilaporkan
terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per
tahun
pada
balita,sehingga
secara
keseluruhan diperkirakan kejadian diare
pada balita berkisar antara 40 juta setahun
dengan kematian sebanyak 200.000400.000 balita. Pada survei tahun 2000
yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL
Depkes di 10 provinsi, didapatkan hasil
bahwa dari 18.000 rumah tangga yang
disurvei diambil sampel sebanyak 13.440
balita, dan kejadian diare pada balita yaitu
1,3 episode kejadian diare pertahun 8
Diare merupakan suatu sebutan untuk
buang air besar yang konsistensinya cair,
baik berampas sedikit maupun banyak
yang terjadi lebih dari tiga kali dalam 24
jam. Diare masih merupakan salah satu
penyebab utama morbilitas dan mortalitas
anak di negara yang sedang berkembang.
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh
infeksi. Banyak dampak yang terjadi
karena infeksi seluran cerna antara lain
pengeluaran
toksin
yang
dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit dan keseimbangan asam basa.1
PEMBAHASAN
Diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat),
kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24
jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuensi, yaitu buang air besar encer
lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar
encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir
dan darah.6,9
Diare diartikan sebagai buang air
besar yang tidak normal atau bentuk
tinja yang encer dan frekuensinya lebih
banyak dari biasanya. Neonatus
dinyatakan diare bila frekuensi buang air
besar sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan
untuk bayi berumur lebih dari satu bulan
dan anak dikatakan diare bila
frekuensinya lebih dari 3 kali. 11
Berbagai faktor mempengaruhi
kejadian diare, diantaranya adalah faktor
lingkungan,
gizi,
kependudukan,
pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan
perilaku
masyarakat.Faktor
Pendidikan,menurut
penelitian,
ditemukan bahwa kelompok ibu dengan
status pendidikan SLTP ke atas
mempunyai kemungkinan 1,25 kali
memberikan cairan rehidrasi oral dengan
baik pada balita dibanding dengan
kelompok ibu dengan status pendidikan
SD ke bawah. Diketahui juga bahwa
pendidikan merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap morbiditas anak
balita.
Semakin
tinggi
tingkat
pendidikan orang tua, semakin baik
tingkat kesehatan yang diperoleh si
anak.
Faktor
Pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai
negeri atau Swasta rata-rata mempunyai
pendidikan
yang
lebih
tinggi
dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja
sebagai buruh atau petani.5 Jenis
pekerjaan umumnya berkaitan dengan
tingkat pendidikan dan pendapatan.
Tetapi ibu yang bekerja harus
membiarkan anaknya diasuh oleh orang
lain, sehingga mempunyai resiko lebih
besar untuk terpapar dengan penyakit.
Faktor Umur Balita,sebagian besar diare
terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun.
Balita yang berumur 12-24 bulan
mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali
dibanding anak umur 25-59 bulan.Faktor
Lingkungan Penyakit diare merupakan
salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan.
Dua faktor yang dominan, yaitu:
sarana air bersih dan pembuangan tinja.
Kedua faktor ini akan berinteraksi
bersama dengan perilaku manbusia.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula, yaitu melalui
makanan dan minuman, maka dapat
menimbulkan
kejadian
penyakit
diare.Faktor
Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan
memperberat diarenya. Oleh karena itu,
pengobatan dengan makanan yang baik
merupakan
komponen
utama
penyembuhan diare tersebut. Bayi dan
balita yang gizinya kurang sebagian
besar meninggal karena diare. Hal ini
disebabkan karena dehidrasi dan
malnutrisi.
Faktor
gizi
dilihat
berdasarkan status gizi yaitu baik = 10090, kurang = <90-70, buruk = <70
dengan BB perTB.Faktor sosial ekonomi
mempunyai pengaruh langsung terhadap
faktor-faktor
penyebab
diare.16
Kebanyakan anak mudah menderita
diare berasal dari keluarga besar dengan
daya beli yang rendah, kondisi rumah
yang
buruk,
tidak
mempunyai
penyediaan air bersih yang memenuhi
persyaratan
kesehatan.Faktor
Makanan/minuman yang dikonsumsi
Kontak antara sumber dan host dapat
terjadi melalui air, terutama air minum
yang tidak dimasak dapat juga terjadi
sewaktu mandi dan berkumur. Kontak
kuman pada kotoran dapat langsung
ditularkan pada orang lain apabila
melekat pada tangan dan kemudian
dimasukkan ke mulut dipakai untuk
memegang makanan. Kontaminasi alatalat makan dan dapur.5,17 Bakteri yang
terdapat pada saluran pencernaan:
Bakteri : Etamuba coli, salmonella,
sigella.Virus
:
Enterovirus,
rota
virus.Parasit
:
Cacing
(Ascaris,
Trichuris)
Jamur
(Candidaalbikan).Faktor
terhadap
Laktosa(Susukaleng).Tidak memberikan
ASI secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan. Pada bayi yang
tidak diberi ASI resiko untuk menderita
diarelebih besar dari pada bayi yang
diberi ASI penuh dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat juga lebih
besar. Menggunakan botol susu,
penggunaan botol ini memudahkan
pencemaran oleh kuman sehingga
menyebabkan diare. Dalam ASI
mangandung antibodi yang dapat
melindungi kita terhadap berbagai
kuman penyebab diare seperti Sigella
dan V. Cholerae. Menurut American
Academy
of
Pediatrics
(AAP)
mendefinisikan
diare
dengan
karakterisitik peningkatan frekuensi
dan/atau perubahan konsistensi, dapat
disertai atau tanpa gejala dan tanda
seperti mual, muntah, demam atau sakit
perut yang berlangsung selama 3-7 hari.8
,16
Diare menyebabkan hilangnya
sejumlah besar air dan elektrolit
dan sering disertai dengan asidosis
metabolik karena kehilangan basa.
Dehidrasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan defisit air dan atau
keseimbangan elektrolit. Dehidrasi
ringan bila penurunan berat badan
kurang dari 5%,dehidrasi sedang
bila penurunan berat badan antara
5%-10% dan dhidrasi berat bila
penurunan lebih dari 10%.2
Diare secara garis besar dibagi
atas radang dan non radang. Diare
radang dibagi lagi atas infeksi dan non
infeksi. Diare non radang bisa karena
hormonal, anatomis, obat-obatan dan
lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus,
bakteri, parasit dan jamur, sedangkan
non infeksi karena alergi, radiasi.3
Dari penyebab diare yang terbanyak
adalah diare infeksi.15
Peradangan usus oleh agen penyebab :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu :
Infeksi
saluran
pencernaan
yang
merupakan penyebab utama diare pada
anak, meliputi :
1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli,
Salmonella,
Shigella,
Champylobacter, Yersinia, Aeromonas
dan sebagainya.
2) Infeksi
virus
:
Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan
sebagainya2.
3) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris,
Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa
(E.histolytica,
Giardia
lamblia, Trichomonas hominis), jamur
(C.albicans).
b. Infeksi parenteral yaitu :
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi
KH
:
disakarida
(intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi
glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun,
alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis : rasa takut, cemas.
Etiologi diare menurut Lab/SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK UNAIR RSU dr. Soetomo
berdasar klasifikasi diare salah satu
diantaranya karena ada factor penderita:2,3
- Usia kurang dari 3 bulan
- Gizi buruk
- Depresi sistem immunologic
- Enzim-enzim yang berkurang
Dan beberapa faktor-faktor lain :
- Kejadian
diare
akut
yang
terdahulu
merupakan
resiko
terjadinya diare kronik
- Penanganan yang tidak efektif
menambah resiko terjadinya diare
kronik.
Meskipun ada Diare akut sendiri
menurut derajat dehidrasinya (Haroen
Noersaid) dibedakan menjadi: Diare
tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5%
BB),diare dengan dehidrasi ringansedang (kehilangan cairan 5-10%
BB),diare dengan dehidrasi berat
(kehilangan cairan >10% BB),klasifikasi
ini berhubungan dengan rencana
pengobatan
yang
sesuai
untuk
menanggulangi diare.(5.6)
Diare hingga saat ini masih
merupakan salah satu penyebab
utamakesakitan dan kematian hampir
di seluruh daerah geografis di dunia
dan semuakelompok usia bisa diserang
oleh diare, tetapi penyakit berat
dengan kematian yang tinggi terutama
terjadi pada bayi dan anak balita. Di
negara
berkembang,
anak-anak
menderita diare lebih dari 12 kali per
tahun dan hal ini yang menjadi
penyebab kematian sebesar 15-34%
dari semua penyebab kematian. Di
negara berkembang, anak-anak balita
mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian
diare per tahun tetapi di beberapa
tempat terjadi lebih dari 9 kali
kejadian diare per tahun atau hampir
15-20% waktu hidup anak dihabiskan
untuk diare.9
Kejadian diare di negara
berkembang antara 3,5- 7 episode
setiap anak pertahun dalam dua tahun
pertama dan 2-5 episode pertahun
dalam 5 tahun pertama kehidupan.
Departemen kesehatan RI dalam
surveinya tahun 2000 mendapatkan
angka kesakitan diare sebesar 301/
1000 penduduk, berarti meningkat
dibanding survei tahun 1996 sebesar
280/ 1000 penduduk, diare masih
merupakan penyebab kematian utama
bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001
mendapatkan angka kematian bayi
9,4% dan kematian balita 13,2%.10
Penyakit yang dikenal juga
dengan penyakit muntah dan berakberak (muntaber) itu menyumbang
kematian bayi terbesar di Indonesia,
yaitu mencapai 31,4% dari total
kematian bayi. Diare juga menjadi
penyebab kematian terbesar balita,
yaitu sekitar 25% dari kematian balita
Indonesia.Hal itu terungkap dari hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tanggal 2 Desember 2008 di Jakarta.10
Distribusi
Penyakit
Diare
Berdasarkan Orang (umur) Sekitar
80% kematian diare tersebut terjadi
pada anak dibawah usia 2 tahun. data
terakhir menunjukkan bahwa dari
sekitar 125 juta anak usia 0- 11 bulan,
dan 450 juta anak usia 1-4 tahun yang
tinggal di negara berkembang, total
episode diare pada balita sekitar 1,4
milyar kali pertahun. dari jumlah
tersebut total episode diare pada bayi
usia di bawah 0-11 bulan sebanyak
475 juta kali dan anak usia 1-4 tahun
sekitar 925 juta kali pertahun.10
Berdasarkan
hasil
penelitian
Yulisa , diketahui bahwa ada pengaruh
tingkat pendidikan, sumber air minum,
kualitas fisik air minum, jenis jamban
keluarga, jenis lantai rumah serta tidak ada
pengaruh jenis pekerjaan dengan kejadian
diare pada anak balita5
Sebuah studi tentang masalah
diare akut yang terjadi karena infeksi
pada anak di bawah 3 tahun di Cina,
India, Meksiko, Myanmar, Burma dan
Pakistan, hanya tiga agen infektif yang
secara konsisten atau secara pokok
ditemukan meningkat pada anak
penderita diare. Diare juga berhubungan
dengan penyakit lain misalnya malaria,
schistosomiasis, campak atau pada
infeksi sistemik lainnya misalnya,
pneumonia, radang tenggorokan, dan
otitis media.2,7Hal tersebut menunjukkan
bahwa kejadia diare tidak terlepas jauh
dari kondisi social ekonomi yang ada
disekitarnya. Karena banyak berkaitan
dengan penyakit infeksi, yang mana
pada umumnya penyakit infeksi banyak
menduduki peringkat pertama didunia
berkembang.
Pada survei tahun 2000 yang
dilakukan oleh Ditjen P2MPL Depkes di 10
provinsi,
didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah
tangga yang disurvei diambil sampel
sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare
pada balita yaitu 1,3 episode kejadian
diare pertahun 4.
Pengantian cairan dan elektrolit
merupakan elemen yang penting dalam
terapi efektif diare akut. Beratnya
dehidrasi
secara
akurat
dinilai
berdasarkan berat badan yang hilang
sebagai persentasi kehilangan total berat
badan dibandingkan berat badan
sebelumnya sebagai baku emas.
Amatlah penting untuk tetap
memberikan nutrisi yang cukup selama
diare, terutama pada anak dengan gizi
yang kurang. Minuman dan makanan
jangan dihentikan lebih dari 24 jam,
karena pulihnya mukosa usus tergantung
dari nutrisi yang cukup.Bila tidak
makalah ini akan merupakan faktor yang
memudahkan terjadinya diare kronik.
Pemberian kembali makanan atau
minuman (refeeding) secara cepat
sangatlah penting bagi anak dengan gizi
kurang yang mengalami diare akut dan
hal ini akan mencegah berkurangnya
berat
badan
lebih
lanjut
dan
mempercepat kesembuhan. Air susu ibu
dan susu formula serta makanan pada
umumnya
harus
dilanjutkan
pemberiannya selama diare penelitian
yang dilakukan oleh Lama more RA dkk
menunjukkan
bahwa
suplemen
nukleotida pada susu formula secara
signifikan mengurangi lama dan
beratnya diare pada anak oleh karena
nucleotide adalah bahan yang sangat
diperlukan untuk replikasi sel termasuk
sel epitel usus dan sel imunokompeten.
Pada anak lebih besar makanan yang
direkomendasikan meliputi tajin ( beras,
kentang, mi, dan pisang) dan gandum (
beras, gandum, dan cereal). Makanan
yang harus dihindarkan adalah makanan
dengan
kandungan
tinggi,
gula
sederhana yang dapat memperburuk
diare seperti minuman kaleng dan sari
buah apel. Juga makanan tinggi lemak
yang sulit ditoleransi karena karena
menyebabkan lambatnya pengosongan
lambung.3,8
Diare
merupakan
penyakit
menular berbasis lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian pada anak usia
dibawah lima tahun setelah infeksi
saluran
pernafasan
atas
(ISPA).
Penularan diare pada anak balita melalui
jalur faecal oral pada makanan/minuman
yang terkontaminasi oleh bakteri.
Tujuan daripada penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara sanitasi
lingkungan dan praktik kesehatan ibu
dengan kejadian penyakit diare pada
anak balita. Dan diperolah kesimpulan:
kondisi yang berhubungan dengan
kejadian penyakit diare pada anak balita
meliputi kondisi lantai rumah (p=0,000;
OR=13,75), keberadaan bakteri E.coli
pada SGL (p=0,007;OR=4,49) dan
praktik
mencuci
tangan(p=0,028;
OR=3,43). Sedangkan kondisi yang
tidak ada hubungannya dengan kejadian
penyakit diare pada anak balita antara
lain meliputi: sarana pembuangan tinja
(p=0,0559; OR=1,68), Praktik mencuci
bahan makanan(p=0,263; OR=2,23),
Praktik menyajikan makanan (p=0,783;
OR=1,35)dan
minuman
(p=0,305;
OR=1,94) serta praktik merebus air
minum(p=0,353;OR=4,40.
Saran:
Perlunya perbaikan terhadap penyediaan
sarana air bersih (SGL) dan kondisi
lantai rumah agar memenuhi syarat
kesehatan;
membiasakan
mencuci
tangan sebelum makan/menyuapi balita
dengan air bersih dan sabun serta para
petugas puskesmas hendaknya secara
rutin mengambil sampel air bersih untuk
diperiksa secara laboratorium sebagai
langkah pemantauan terhadap sanitasi
lingkungan. Kata 17
Menanggulangi Penyakit Penyerta
Anak yang menderita diare
mungkin juga disertai dengan penyakit
lain. Sehingga dalam menangani
diarenya juga perlu diperhatikan
penyakit penyerta yang ada. Beberapa
penyakit penyerta yang sering terjadi
bersamaan dengan diare antara lain :
infeksi saluran nafas, infeksi susunan
saraf pusat, infeksi saluran kemih,
infeksi sistemik lain (sepsis,campak ),
kurang gizi, penyakit jantung dan
penyakit ginjal 8
II.
2.
3.
Yulisa.
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak
Balita (Studi pada
Masyarakat Etnis Dayak Kelurahan
Kasongan Baru Kecamatan Kentingan
Hilir
Kabupaten Kentingan Kalimantan
Tengah). (Skripsi) Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Diponegoro.
2008
6.
Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare
akut anak dalam ilmu penyakit anak
diagnosa dan penatalaksanaan ,Ed
Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 :
Salemba Medika hal 73-103
Lung E. Acute diarrheal Diseases dalam
Current diagnosis abd treatment in
gastroenterology.Ed.Friedman S ; edisi
ke 2 New Tork 2003 :McGraw Hill,hal
131-49
Kliegman, RM., Greenbaum, LA., Lye,
PS (eds). 2004. Practical Strategies in
Pediatric Diagnosis and Therapy, 2nd
ed. Philadelphia, Elsevier, p 274.
Mansjoer A et al (editor). Diare Akut.
Dalam buku Kapita Selekta Kedokteran.
Jilid 1, Edisi III. Media Aesculapius.
FKUI. Jakarta. 2001; hal : 470-476.
Marto S., Subijanto., Reza Gunadi R.,
Alpha Farda Aniyah., 2008. Diare.
Dalam buku Pedoman Diagnosis dan
Terapi BAG/SMF Ilmu Kesehatan
Anak. Jilid 1, Edisi III. RSUD Dokter
Soetomo. Surabaya; hal : 2-14.
Norasid H,Surratmadja S, Asnil PO.
Gastroenteritis (Diare ) akut dalam:
Gastroenterologi anak praktis, Ed
Suharyono, Aswitha B,EM Halimun :
edisi ke2 Jakarta 1994: Balai penerbit
FK-UI hal 51-76
Putra, Satriya D. 2009. Diare Akut Pada
Anak.
Available
from
:
www.Dr.Rocky.com
Soebagyo, 2008. Diare Akut pada Anak.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Press.
Stefano Guandalini, MD available
from: http://www.emedicine.com
www.library.usu.ac.id
Sunoto et Al (editor). Pengelolaan
Kasus Diare. Dalam Buku Ajar
Pendidikan
Medik
Pemberantasan
Diare. Departemen Kesehatan R.I.
Ditjen PPM & PLP.Jakarta: 1990
KESIMPUALAN
Diare masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang
utama, karena masih tingginya angka
kesakitan dan kematian. Penyebab
utama adanya kejadian diare berkaitan
dengan pola hidup sehat yang ada dalam
kegidupan sehari-hari . Upaya rehidrasi
menggunakan cairan rehidrasi oral
merupakan satu-satunya pendekatan
terapi
yang
paling
dianjurkan.
Penggantian cairan dan elektrolit
merupakan elemen yang penting dalam
terapi diare akut. Kefatalan akibat diare
banyak disebabkan karena dehidrasi
yang terlambat penanganannya. Hal lain
yang
perlu
diperhatikan
adalah
pemberian makanan atau nutrisi yang
cukup selama diare dan mengobati
penyakit penyerta
1.
5.
7.
8.
9.
10.
DAFTAR PUSTAKA
Mansyah,
Bacgtiar.Faktor
yang
berhubungan dengan kejadian diare
Balita
Sigayam
Puskesmas
Wonotunggal Batang. 2005.
11.
Purwidiana, Anjar .Hubungan Faktor
Lingkungan dan Sosiodemografi dengan
kejadian
diare pada Balita Desa Blimbing
Kec.Sambirejo Sragen.2009.
12.
Behrman, Kliegman, Arvin. A.S Wahab
editors. Gastroenteritis. Dalam buku
Ilmu kesehatan Anak Nelson. Vol 2,
Edisi 15. Jakarta; kedokteran EGC.
1996. Hal 889-893
4. Soebagyo,
Diare Akut pada Anak.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret
Press. 2008.
13.
14.
15.
16.
17. Ningsih, Retno Edi, Hubungan Sanitasi
Lingkungan dan Praktek Kesehatan Ibu
dengan Kejadian Penyakit Diare pada
Anak Balita di desa SAambeng Kec.
Bantarbolang Kab. Pemalang Diponegoro
University.
Download