BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 03/6474/Th. VI, 07 Desember 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA BONTANG Tahun 2015 1. Metodologi Secara nasional Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 berdasarkan metode baru Tahun 2010 yang dilakukan oleh BPS-RI berdasarkan rekomendasi United Nations Development Programme/UNDP dengan indikator komponen sbb.: (1) Lamanya hidup adalah hidup sehat dan umur panjang, diukur dengan angka harapan hidup waktu lahir, (2) Pengetahuan/pendidikan diukur dengan rata-rata antara harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, (3) Standar kehidupan yang layak diukur dgn pengeluaran perkapita dari Paritas Daya Beli ( Purchasing Power Parity/PPP) per kapita. Pada IPM metode baru masih melihat dari tiga aspek pembangunan manusia dengan perbedaan pada dua aspek yang mendasar. 2. Penjelasan Umum Indeks Pebangunan Manusia (IPM) adalah indikator komposit yang mengukur kualitas hidup manusia. IPM dibangun melalui pendekatan 3 dimensi, yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. IPM menjelaskan tentang bagaimana manusia mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu proses pembangunan, sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. 3. IPM Kota Bontang Tahun 2015 IPM Kota Bontang pada tahun 2015 tercatat sebesar 78,78, nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai IPM pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 78,58. Pencapaian ini dapat digolongkan sebagai kategori IPM Tinggi pada posisi (70≤ IPM< 80). Angka IPM Kota Bontang merupakan IPM tertinggi jika dibandingkan dengan Kab/Kota di Provinsi Kalimantan Timur. dan IPM Nasional yang berturut-turut 74,17 dan 69,55. Besaran IPM Kota Bontang masih berada jauh diatas, angka Provinsi Kalimantan Timur dan Indonesia. Sedangkan pada posisi kedua dan ketiga diikuti oleh besaran capaian IPM Kota Samarinda (78,69) dan Kota Balikpapan (78,18). Pada kelompok capaian IPM terendah adalah Kabupaten Mahakam Ulu (64,89), Penajam Paser Utara (69,26), dan Kabupaten Kutai Barat (69,34). BRS Kota Bontang No.03/6474/Th.VI, 07 Desember 2016 | 1 Selama kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir, IPM Kota Bontang merupakan IPM tertinggi di provinsi Kalimantan Timur. Dibandingkan dengan angka IPM Provinsi Kalimantan Timur dan Indonesia, dalam enam tahun terakhir melebihi keduanya. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Perbandingan IPM Kota Bontang dengan Provinsi Kalimantan Timur dan Indonesia, Tahun 2010-2015 80 78 76,97 76 74 72 71,31 72,02 70 68 67,09 66,53 72,62 78,78 78,58 78,34 77,55 77,25 67,70 74,17 73,82 73,21 68,31 69,55 69,10 66 64 62 2010 2011 2012 2013 Bontang Prov Kaltim 2014 Indonesia 2015 Pembangunan manusia di Kota Bontang secara umum terus mengalami peningkatan selama tahun 2010-2015. Peningkatan IPM Kota Bontang dalam kurun enam tahun terakhir naik 2,35 persen atau rata-rata sebesar 0,39 persen pertahun. Meningkatnya angka Indeks Pembangunan Manusia di Kota Bontang dapat dipengaruhi berbagai faktor, salah satu faktor yang dominan peranannya adalah adanya penerapan otonomi daerah. Implikasi penerapan otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah dalam membangun sendiri daerahnya, sehingga tiap daerah dapat memprioritaskan aspek tertentu untuk dibangun. Begitu juga dengan Kota Bontang yang menitikberatkan pembangunannya pada infrastruktur dan sumber daya manusia. Adanya pembangunan infrastruktur termasuk pembangunan fasilitas sekolah secara tidak langsung dapat meningkatkan sumber daya manusia yang ada. CAPAIAN IPM KOTA BONTANG Menurut UNDP, klasifikasi IPM terbagi menjadi tiga golongan yaitu rendah (kurang dari 50), sedang atau menengah (antara 50-80), dan tinggi (80 ke atas). Sedangkan untuk keperluan perbandingan antar Kabupaten/Kota maka status menengah dipecah menjadi dua yaitu menengah bawah dan menengah atas. Berikut klasifikasi menurut UNDP: BRS Kota Bontang No.03/6474/Th.VI, 07 Desember 2016 | 2 Tingkatan Status Kriteria Rendah IPM < 60 Sedang 60 ≤ IPM < 70 Tinggi 70 ≤ IPM < 80 Sangat Tinggi 80 ≤ IPM Adapun capaian kabupaten/kota pada Provinsi Kalimantan Timur digambarkan pada gambar 2 dibawah ini : Gambar 2. Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota seProvinsi Kalimantan Timur, Tahun 2015 Kota Bontang 78,78 Kota Samarinda 78,69 Kota Balikpapan 78,18 KALIMANTAN TIMUR 74,17 Berau 72,72 Kutai 71,78 Kutai Timur 70,76 Paser 70,3 Kutai Barat 69,34 Penajam Paser Utara 69,26 Mahakam Ulu 64,89 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Capaian IPM Kota Bontang menduduki peringkat pertama di Provinsi Kalimantan Timur yaitu sebesar 78,78. Terdapat 2 Kota yang memiliki nilai IPM diatas IPM Provisni Kaltim yaitu Kota Samarinda dan Kota Balikpapan secara berturut-turut sebesar 78,69 dan 78,18. Sisanya terdapat 7 Kabupaten yang memiliki nilai IPM lebih rendah dibandingkan IPM Provinsi. Adapun tiga Kabupaten yang memiliki IPM terendah adalah Kutai Barat, Penajam Paser Utara dan Mahakam Ulu yang berturut-turut sebesar 69,34; 69,26; dan 64,89. Namun jika di klasifikasikan menurut kategori tinggi rendahnya capaian IPM, maka terdapat dua jenis IPM pada Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur yaitu “Tinggi” dan “Sedang”. Pada klasifikasi “Tinggi” terdapat 7 Kab/Kota yaitu Kota Bontang, Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kab. Berau, Kab. Kutai, Kab. Kutai Timur dan Kab. Paser. Sedangkan pada klasifikasi “Sedang” terdapat tiga Kabupaten yaitu Kab. Kubar, PPU, dan Kab. Mahakam Ulu. BRS Kota Bontang No.03/6474/Th.VI, 07 Desember 2016 | 3 ANGKA HARAPAN HIDUP Angka harapan hidup tiap penduduk suatu wilayah sangatlah beragam, begitupula pada Kota Bontang. Angka harapan hidup Kota Bontang pada tahun 2015 adalah 73,69 tahun. Selama enam tahun (2010-2015), maka angka harapan hidup penduduk Bontang terus meningkat rata-rata sebesar 0,08 persen (0,01 persen pertahun). Persentase besaran kenaikan angka harapa hidup Kota Bontang masih lebih bagus dibangdingkan dengan Kota Balikpapan yg mencatat lebih rendah yaitu 0,07 persen dalam periode yang sama. Variasi angka harapan hidup antar Kabupaten/Kota se Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2010-2015 berkisar dari 70,28 sampai dengan 73,95. Variasi ini tidak terlepas adanya perbedaan pelayanan SDM kesehtan, fasilitas kesehatan, lingkungan, dan juga perilaku sehat masyarakatnya. Adapun Kota Bontang menempati urutan kedua setelah Kota Balikpapan yaitu sebesar 73,69 tahun. Sedangkan urutan pertama adalah Kota Balikpapan dengan AHH sebesar 73,95 selanjutnya pada urutan ketiga adalah Kota Samarinda yaitu sebesar 73,65. Tabel 2. Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten/ Kota se-Kalimantan Timur, Tahun 2010-2015 Kode Prov/Kab/Kota (1) (2) ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 (3) (4) (5) (6) (7) (8) 6401 Pa s i r 71.80 71.83 71.85 71.86 71.88 71.98 6402 Kuta i Ba ra t 71.74 71.82 71.90 71.96 72.03 72.19 6403 Kuta i 71.41 71.44 71.46 71.48 71.50 71.60 6404 Kuta i Ti mur 72.08 72.16 72.23 72.30 72.37 72.39 6405 Be ra u 70.99 71.05 71.10 71.15 71.21 71.31 6409 Pe na ja m Pa s e r Uta ra 70.28 70.34 70.40 70.43 70.48 70.53 6411 Ma ha ka m Ul u 70.83 70.91 70.98 71.05 71.12 71.13 6471 Kota Ba l i kpa pa n 73.90 73.91 73.92 73.93 73.94 73.95 6472 Kota Sa ma ri nda 73.49 73.53 73.56 73.59 73.63 73.65 6474 Kota Bonta ng 73.63 73.65 73.66 73.67 73.68 73.69 6400 KALI MANTAN TI MUR 72.89 73.10 73.32 73.52 73.62 73.65 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bontang Meningkatnya angka harapan hidup di Provinsi Kalimantan Timur, khususnya Kota Bontang tidak terlepas dari adanya perbaikan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan mulai dari jumlah rumah sakit, jumlah dokter, jumlah perawat serta penunjang lainnya. Tingginya angka harapan hidup Kota Bontang juga tidak terlepas dari kondisi geografi Kota Bontang yang berdekatan dengan Kota Balikpapan dan Kota Samarinda yang dimana keduanya juga memiliki Angka Harapan Hidup yang lebih tinggi. Namun, BRS Kota Bontang No.03/6474/Th.VI, 07 Desember 2016 | 4 peningkatan AHH Kota Bontang masih jauh dari angka Harapan Hidup Ideal (HHI) yaitu 85 tahun. Untuk itu, diperlukan adanya perhatian yang lebih kepada wanita hamil dan balita. Hal ini diharapakan akan mengurangi angka kematian pada wanita hamil dan juga balita, sehingga dapat meningkatkan kenaikan percepatan angka harapan hidup kearah angka ideal. RATA-RATA LAMA SEKOLAH DAN HARAPAN LAMA SEKOLAH Rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah merupakan komponen untuk mengukur indeks pendidikan dalam mengukur IPM. Dalam metode baru, harapan lama sekolah merupakan pengganti dari Angka Melek Huruf yang sebelumnya digunakan pada perhitungan IPM metode lama. United Nations Development Programme/UNDP menetapkan metodologi terhadap Rata-rata Lama Sekolah (RLS) diukur sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas. Demikianpula angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan lamanya sekolah (tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka HSL dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. Adapun perbandingan RLS dan HLS antar Kab/Kota di Provinsi Kalimantan Timur ditunjukkan pada tabel 3. Pada tahun 2015 rata-rata lama sekolah Kota Bontang menempati urutan kedua setelah Kota Balikpapan yaitu sebesar 10,38 tahun. Adapun Kota Balikpapan memiliki angka rata-rata lama sekolah sedikit lebih tertinggi yaitu sebesar 10,44 tahun. Sedangkan di urutan ketiga ditempati oleh Kota Samarinda yaitu sebesar 10,31 tahun. Rata-rata lama sekolah yang paling rendah terdapat di Kabupaten Kutai Barat yaitu sebesar 8,02 tahun. Jika dilihat secara keseluruhan dalam kurun tiga tahun terakhir, rata-rata lama sekolah Kab/Kota di Provinsi Kalimantan Timur terus mengalami peningkatan dari tahun 2010-2015. Hal ini tidak terlepas dari adanya perbaikan kesadaran masyarakat, SDM pendidikan, fasilitas pendidikan seperti banyaknya sekolah, banyaknya guru dan juga kebijakan terkait keringanan biaya sekolah. BRS Kota Bontang No.03/6474/Th.VI, 07 Desember 2016 | 5 Tabel 3. Perbandingan variabel Rata-Rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah kab/kota se-Kalimantan Timur, Tahun 2010 dan 2015 RLS HLS 2010 2014 2015 2010 2014 2015 Kab/Kota/Prov -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 6401 Pas er 7.48 7.99 8.12 10.91 12.63 12.65 6402 Kutai Barat 7.26 7.98 8.02 11.01 12.14 12.30 6403 Kutai 7.68 8.46 8.68 11.59 13.24 13.25 6404 Kutai Tim ur 7.92 8.60 8.69 11.01 12.42 12.43 6405 Berau 7.91 8.53 8.62 11.36 12.96 13.17 6409 Penajam Pas er Utara 6.87 7.46 7.59 11.26 11.96 12.02 - 7.15 7.36 - 11.87 12.03 6471 Balikpapan 10.02 10.41 10.44 12.07 13.43 13.46 6472 Sam arinda 9.42 10.26 10.31 13.07 14.16 14.17 10.21 10.35 10.38 11.80 12.68 12.77 8.56 9.04 9.15 11.87 13.17 13.18 6411 Mahakam Ulu 6474 Kota Bontang 6400 Kalim antan Tim ur Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bontang Jika diamati, rata-rata variasi besaran angka rata-rata lama sekolah pada tahun 2015 penduduk Kab/Kota mengenyam pendidikan minimal pada kelas 7 SMP sampai dengan kelas 10 SLTA. Hal yang menarik, adalah pada Kota Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota Bontang sama-sama penduduknya minimal mengenyam pendidikan setingkat SMA kelas X (sepuluh). Namun, pada Kabupaten rata-rata penduduknya mengenyam pendidikan setara kelas 7 dan 8 SMP. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa letak geografis sebuah Kab/Kota dapat berpengaruh terhadap rata-rata lama dalam bersekolah. Pada angka Harapan Lama Sekolah (HLS) juga menunjukkan adanya peningkatan dalam kurun 6 (enam) tahun terakhir ini di setiap Kab/Kota. Secara keseluruhan angka HLS di Kab/Kota se-Provinsi Kalimantan Timur tahun 2015 adalah setara SMA kelas 3 atau lulus SMA. Jika diperhatikan satu per satu, angka HLS tertinggi ketiga adalah pada Kota Bontang seteralah Balikpapan 13,46 Tahun dan Kota Samarinda 14,17 tahun. HLS Kota Bontang setara dengan jenjang pendidikan Perguruan Tinggi pada semester 4 (empat). Kota Bontang diharapkan akan mencapai Rata-Rata Lama Seklah/XLS ideal 15 tahun pendidikan maksimal setingkat D-III. Dan angka HLS ideal setara Sajana strata 2 (Magister) atau 18 tahun. Ada yang menarik dengan hubungan rata-rata lama sekolah dengan harapan lama sekolah, bahwasanya rata-rata lama sekolah yang tinggi tidak selalu diikuti dengan harapan lama sekolah yang tinggi. Hal in dapat terlihat dari Kab.Kutai Kertanegara dan Kab.Berau dimana memiliki rata-rata lama sekolah masing-masing sebesar 8,68 dan 8,62 namun memiliki angka harapan lama sekolah yang tinggi yaitu berturut-turut sebesar 13,25 dan 13,17 BRS Kota Bontang No.03/6474/Th.VI, 07 Desember 2016 | 6 tahun. Adapun pada Kota Bontang, adanya perbedaan antara rata-rata lama sekolah dengan harapan lama sekolah diperlukan adanya usaha yang lebih untuk mencapai rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas yang sebisa mungkin mendekati harapan lama sekolah yaitu penduduk usia 7 tahun keatas setingkat SMA kelas 12-13. PENGELUARAN RIIL PERKAPITA Demikian pula terhadap Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power Parity- PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungan paritas daya beli menggunakan Metode Rao. Dimana Kota Bontang menenpati angka pengeluaran perkapita tertinggi mencapai Rp.15.980.000,-, di susul Kota Samarinda Rp. 13.825.000,- dan Kota Balikpapan Rp. 13.705.000,- atau secara series dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Perbandingan Pengeluaran Per Kapita kab/kota se-Kalimantan Timur, Tahun 2010 – 2014 (Ribu Rupiah) Kab/Kota/Prov (1) Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 (2) (3) (4) (5) (6) (7) 6401 Paser 9,004 9,139 9,150 9,628 9,706 9,900 6402 Kutai Barat 8,632 8,746 8,801 9,228 9,262 9,380 6403 Kutai Kartanegara 9,063 9,263 9,281 9,866 9,984 10,250 6404 Kutai Timur 8,652 8,801 9,049 9,297 9,484 6405 Berau 6409 Penajam Paser Utara 9,704 10,913 11,002 11,188 11,375 11,471 11,572 9,874 10,069 10,199 10,773 10,807 10,913 6411 Mahakam Ulu - - - 7,036 7,701 7,162 6471 Balikpapan 12,813 12,922 13,127 13,333 13,439 13,705 6472 Samarinda 13,061 13,128 13,292 13,455 13,538 13,825 6474 Kota Bontang 15,096 15,271 15,318 15,820 15,878 15,980 6400 Kalimantan Timur 10,790 10,927 10,944 10,981 11,019 11,229 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bontang Secara keseluruhan, pengeluaran perkapita Kota Bontang mengalami peningkatan dalam kurun 6 (enam) tahun terakhir. Hal ini dapat diindikasikan bahwa pendapatan perkapita Kota Bontang terus mengalami peningkatan pendapatan sejalan dengan pengeluarannya. Adapun jika dibandingkan dengan Kab/Kota di Provinsi Kalimantan Timur, Kota Bontang merupakan daerah yang memiliki pengeluaran perkapita paling tinggi. BRS Kota Bontang No.03/6474/Th.VI, 07 Desember 2016 | 7 CAPAIAN SHORTFALL Capaian nilai shortfall juga perlu diperhatikan dalam menganalisis indeks pembangunan manusia. Hal ini dikarenakan tidak saja melihat pertambahan nilai IPM dari tahun ke tahun, namun juga pertumbuhan IPM dalam mencapai nilai IPM maksimum (ideal) 100 persen, sehingga perlu diukur dengan pengukuran yang disebut Reduksi shortfall. Nilai ini menunjukkan seberapa besar jarak antara nilai IPM suatu wilayah pada waktu tertentu untuk mencapai nilai IPM maksimum yaitu 100. Semakin besar nilai reduksi shortfall maka semain cepat nantinya IPM akan meningkat mencapai nilai IPM maksimum. Tabel 5. Capaian Shortfall Indeks Pembangunan Manusia Se- Provinsi Kalimantan Timur Menurut Kab/Kota, Tahun 2014 Kab/Kota (1) Angka RataPengeluara Angka Harapan rata n per kapita Harapan Lam a Lam a riil Hidup Sekolah sekolah disesuaikan (Tahun) (Tahun) (Tahun) (Ribu Rp) (2) (3) (4) Indeks Pem bangunan Manusia (IPM) Reduksi Peringkat Shortfall 2014-2015 (5) (6) (7) (8) KALIMANTAN TIMUR Paser Kutai Barat Kutai Kertanegara Kutai Timur Berau Penajam Paser Utara Mahakam Ulu Balikpapan Samarinda 73,65 71,98 72,19 71,60 72,39 71,31 70,53 71,13 73,95 73,65 13,18 12,65 12,30 13,25 12,43 13,17 12,02 12,03 13,46 14,17 9,15 8,12 8,02 8,68 8,69 8,62 7,59 7,36 10,44 10,31 11,229 9,900 9,380 10,250 9,704 11,572 10,913 7,162 13,705 13,825 74,17 70,30 69,34 71,78 70,76 72,72 69,26 64,89 78,18 78,69 3 7 8 5 6 4 9 10 3 2 1,362 1,435 1,357 2,042 1,233 1,673 2,078 1,595 1,149 1,383 Kota Bontang 73,69 12,77 10,38 15,098 78,78 1 0,932 Jika ditelisik kembali, Nilai IPM Kota Bontang sebesar 78,78 pada tahun 2015 merupakan nilai IPM tertinggi dibandingkan dengan Kab/Kota yang lain. Namun jika dilihat pada capaian nilai reduksi shortfall, Kota Bontang menduduki peringkat terakhir dimana Kota yang memiliki nilai paling kecil. Dengan nilai reduksi shortfall yang dicapai sebesar 0,932 poin selama satu tahun terakhir (2014-2015), Kota Bontang mengalami perlambatan dalam mencapai nilai IPM ideal (100). Sehingga hal ini perlu ditelaah kembali, mengapa Kota Bontang mengalami perlambatan, apa karena semakin tinggi capaian IPM semakin melabat. Melihat kondisi tersebut menandakan perlunya kerja keras untuk mempertahankan capian IPM tertinggi yang telah dicapai ini. Kedepan diperlukan upaya dan kerja cerdas dalam hal pelayanan dan penyediaan sarana dan prasarana seperti fasilitas transportasi, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, serta fasilitas lainnya. Tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi kepada masyarakat luas terutama terhadap perilaku hidup sehat, investasi, dan pendidikan. BRS Kota Bontang No.03/6474/Th.VI, 07 Desember 2016 | 8 ULASAN KOMPONEN IPM KOTA BONTANG Meningkatnya angka Indeks Pembangunan Manusia/IPM Kota Bontang juga tidak terlepas dari meningkatnya variabel pembentuknya. Tabel 6 menunjukkan perkembangan 5 (lima) tahun terakhir variabel pembentuk Indeks Pembangunan Manusia Kota Bontang. Tabel 6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bontang Tahun 2011-2015 Menurut Komponen Pembentuknya Variabel Pembentuk Satuan (1) Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 (2) (3) (4) (5) (6) (7) Angka Harapan Hidup Tahun 73,65 73,66 73,67 73,68 73,69 Angka Harapan Lama Sekolah Tahun 11,94 12,12 12,5 12,68 12,77 Rata-rata Lama Sekolah Tahun 10,22 10,28 10,34 10,35 10,38 Pengeluaran Riil Per Kapita yang Disesuaikan Ribu Rupiah 15,271 15,318 15,820 15,878 15,980 IPM 77.25 77.55 78.34 78.58 78.78 Reduksi Shortfall 1,22 1,32 3,52 1,11 0,93 Sumber : BPS Kota Bontang Indeks Pembangunan Manusia dibentuk oleh Angka Harapan Hidup, Angka Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran Riil Per Kapita yang disesuaikan. Angka harapan hidup adalah suatu ukuran yang menggambarkan batas umur yang diharapkan akan dicapai oleh penduduk suatu wilayah. Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa angka harapan hidup masyarakat Kota Bontang terus mengalami peningkatan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Rata-rata peningkatan angka harapan hidup Kota Bontang sebesar 0,01 tahun per tahunnya. Pada tahun 2015 tercatat bahwa penduduk Bontang diharapkan akan hidup hingga umur 73-74 Tahun. Hal ini tidak terlepas dari adanya perbaikan peningkatan pelayanan dan semakin baiknya fasilitas kesehatan, serta peningkatan kesadaran masyarakat di wilayah Kota Bontang, sehingga meningkatnya lama tahun hidup penduduknya. Variabel pembentuk kedua adalah Angka Harapan Lama Sekolah (AHLS). Angka Harapan Lama Sekolah merupakan ukuran yang baru dipakai dalam perhitungan IPM metode baru. Ukuran ini menggambarkan harapan lama sekolah yang paripurna pendidikan Maksimum/Ideal, dengan harapan lama (tahun) maksimum UNDP bersekolah selama 18 tahun (setingkat S2). AHLS Kota Bontang pada Tahun 2015 menunjukkan bahwa lamanya sekolah yang diharapkan dari penduduk Kota Bontang mencapai 12,77 tahun. Dapat diartikan bahwa penduduk Kota Bontang harapan pendidikan yang dicapai setingkat Kuliah pada semester II (dua). AHLS Tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun BRS Kota Bontang No.03/6474/Th.VI, 07 Desember 2016 | 9 sebelumnya yaitu sebesar 0,09 tahun. Membuktikan bahwa dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir AHLS Kota Bontang terus mengalami kenaikan. Tidak hanya di ukur dari harapan lama sekolah, Rata-rata Lama Sekolah juga menjadi tolak ukur dalam pembentukan indeks pembangunan manusia. UNDP menetapkan tahun ratarata lama sekolah mencapai 15 tahun (setingkat Diploma III) pada penduduk usia paripurna sekolah atau usia 25 tahun keatas. Parameter ini juga dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang diukur dalam tahun. Ratarata lama sekolah menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang ditempuh oleh seseorang penduduk diatas usia 25 tahun. Tentunya semakin lama, maka semakin tinggi pula jenjang pendidikan yang ditamatkan. Sedangkan capaian rata-rata lama sekolah Kota Bontang Tahun 2015 adalah sebesar 10,38 tahun, artinya penduduk Kota Bontang rata-rata sekolah hingga kelas sepuluh atau kelas dua Sekolah Menengah Atas/SMA. Selama lima tahun terakhir, rata-rata lama sekolah mengalami peningkatan namun tidak signifikan karena masih berada pada angka 10 (sepuluh) tahun yaitu setingkat kelas sepuluh atau kelas dua pada jenjang SMA/SLTA semester I. Terakhir adalah variabel Pengeluaran Riil Perkapita yang disesuaikan. Pengukuran ini merupakan pendekatan untuk merefleksikan pendapatan perkapita. Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa pengeluaran riil perkapita Kota Bontang pada tahun 2015 adalah sebesar 15.979.701 rupiah perkapita per bulan. Dibandigkan dengan tahun sebelumnya, pengeluaran penduduk Kota Bontang mengalami peningkatan dimana pada tahun sebelumnya adalah sebesar 15.878.430 rupiah perkapita per bulan. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah kondisi perekonomian termasuk naiknya harga barang konsumsi, peningkatan pendapatan juga memengaruhi peningkatan pengeluaran. Jika ditinjau menurut variabel pembentuknya, maka dapat dilihat bahwa setiap variabel mengalami peningkatan sehingga secara koheren keseluruhan nilai Indeks Pembangunan Manusia Kota Bontang mengalami peningkatan dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir. Menganalisis pertumbuhan IPM dari tahun ke tahun, tidak terlepas dari laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan IPM selama periode waktu tertentu dapat diukur dengan menggunakan rata-rata reduksi shortfall. Nilai yang dihasilkan dalam ukuran ini adalah jarak antara apa yang telah dicapai dengan apa yang harus dicapai (jarak dengan nilai maksimum). Semakin besar nilai reduksi shortfall maka menunjukkan petumbuhan IPM yang lebih cepat. Ada empat kategori capaian reduksi shortfall pertahun yaitu : 1. Sangat lambat jika = < 1,3 2. Lambat jika = 1,3 – 1,5 3. Menengah = 1,5 – 1,7 4. Cepat jika = > 1,7 BRS Kota Bontang No.03/6474/Th.VI, 07 Desember 2016 | 10 Dengan demikian perkembangan capaian reduksi shortfall 2014-2015 Kota Bontang 0,93 persen, lebih rendah dari capaian tahun-tahun sebelumnya seperti (2013-2014) yaitu sebesar 1,11 persen, tertinggi mencapai 3,52 persen (2012-2013). Berarti tahun pencapaian IPM 2015 menunjukkan adanya pelambatan pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia di Kota Bontang. Perhitungan reduksi shortfall menggambarkan bahwa nilai IPM bisa saja meningkat, namun belum tentu cepat kenaikan pertumbuhannya. BRS Kota Bontang No.03/6474/Th.VI, 07 Desember 2016 | 11 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG Informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Drs. H. Basiran Suwandi Kepala BPS Kota Bontang Telp.(0548) 26066, Fax : (0548) 27706 Website: bontangkota.bps.go.id E-mail: [email protected]