BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan manusia paling penting. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Kebutuhan air untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan setiap tingkat kehidupan. Kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari. Berdasarkan kuantitasnya setiap orang mempunyai kebutuhan air rumah tangga meliputi kebutuhan air untuk minum dan mengolah bahan makanan untuk yaitu 5 liter / hari, untuk hiegien (mandi) sebesar 25-30 liter / hari, untuk mencuci pakaian dan peralatan 25-30 liter / hari, dan untuk menunjang pengoprasian serta pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran sebesar 4-6 liter / hari (Sunjaya dalam Wulan, 2005: 11). Ketersediaan air bersih semakin berkurang seiring dengan perkembangan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang semakin padat menyebabkan rendahnya kemampuan tanah untuk menyerap air karena perubahan tata guna tanah tidak terkendali sebagai dampak kepadatan penduduk. Syarat air minum ialah harus aman diminum artinya bebas mikroba patogen dan zat berbahaya serta diterima dari segi warna, rasa, bau dan kekeruhannya. Pengelolaan air minum rentan terhadap kontaminasi berbagai mikroorganisme terutama bakteri Coliform. Risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang 1 biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan seperti Escherichia coli akan semakin tinggi, apabila tingkat kontaminasi bakteri Coliform tinggi. Karakteristik air dipengaruhi oleh faktor-faktor manusia, sehingga kualitas air sangat beragam dari satu tempat ke tempat lain. Standar-standar kualitas air digunakan untuk meningkatkan air secara estetika, tidak sesuai secara ekonomi maupun tidak layak secara higienik untuk penggunaan air. Masalah utama yang harus dihadapi dalam pengolahan air ialah semakin tingginya tingkat pencemaran air, baik pencemaran berasal dari air limbah rumah tangga maupun limbah industri, sehingga upayaupaya baru terus dilakukan untuk mendapatkan sumber air, khususnya untuk pemenuhan akan air minum yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Kandungan bakteri dalam air merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas air. Persyaratan untuk air minum menurut Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu 0 per 100 ml untuk bakteri Coliform dan Escherichia coli. Air yang aman untuk diminum adalah air bersih yang harus memenuhi persyaratan secara fisik, kemis, radioaktif, dan mikrobiologis yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Syarat air bersih yang dapat dikonsumsi dari segi mikrobiologis salah satunya adalah tidak ditemukannya Coliform dan Escherichia coli dalam 100 ml air. Escherichia coli juga termasuk dalam bakteri yang dapat menyebabkan keluhan diare (Afif, 2015: 1). Penyakit diare sebagai penyebab kematian pada bayi disebabkan oleh Escherichia coli. Frekuensi infeksi pada bayi yang dilahirkan di daerah pemukiman padat dan liar tinggi sekali, berhubungan dengan sanitasi yang umumnya sangat buruk (Unus Suriawira, 1993: 70). 2 PDAM Bantul Instalasi Kamijoro menggunakan air permukaan sebagai air baku yaitu air yang berasal dari Sungai Progo. Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Air permukaan pada umumnya akan mendapat cemaran selama mengalir misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri, dan lainnya. Sungai di seluruh dunia hampir setiap hari menerima sejumlah besar aliran sedimen baik secara alamiah, buangan industri, buangan limbah rumah tangga, aliran air permukaan, daerah urban, dan pertanian (Darmono, 2001: 36). Pengolahan air baku menjadi air minum melalui beberapa tahap pengolahan. Kualitas air baku yang kurang baik, umumnya pada bangunan pengambilan (intake) harus dilengkapi dengan fasilitas untuk mencegah sampah kasar atau partikel kasar antara lain lumut, batang pohon, daun, plastik, dan lain-lain. Air baku yang sudah bebas dari sampah kemudian dialirkan ke unit pengolahan (Asmadi, dkk, 2011: 11-12). Sisa khlor merupakan residu klorin yang digunakan dalam pengolahan air, yaitu proses disenfeksi untuk menghilangkan mikroorganisme yang terdapat di air menggunakan bahan kimia berupa khlorin. Sisa khlor yang tepat merupakan salah satu aspek penting untuk menjamin air mencapai konsumen dengan kualitas yang baik. Hal tersebut akan berdampak langsung dengan kandungan mikroorganisme dalam air. Residu khlor merupakan senyawa yang akan membahayakan kesehatan manusia jika dikonsumsi. Trihalomethane (THM) adalah unsur terbesar yang terkandung dalam produk sisa klorinasi dan bersifat karsinogenik (Rodriguez and Serodes 1999; 2001 dalam Fuadi, 2012: 3). Kandungan klorin dapat 3 mengakibatkan keluhan konsumen karena adanya bau dan rasa. Pemenkes RI No. 736/Menkes/Per/VI/2010 menetapkan syarat batas sisa khlor pada jaringan perpipaan yang diinginkan dalam unit reservoir dengan nilai maksimal 1 mg/l dan pada titik terjauh, unit distribusi minimal 0,2 mg/l agar memenuhi syarat kesehatan sebagai air yang aman diminum. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ibroni (2007, dalam Nurhayati Siregar 2010: 3) di Medan bahwa terjadi penurunan sisa khlor pada konsumen atau pelanggan yang jaraknya jauh dari proses pengolahan, serta menurut penelitian yang dilakukan oleh Festiyanti (2006: 1) terdapat hubungan bermakna antara sisa khlor bebas dengan jumlah bakteri Escherichia coli. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Afrilian (2004, dalam Benny Syahputra 2012: 1) di Semarang diperoleh bahwa ada hubungan antara jarak perpipaan dengan jumlah Eschericia coli pada distribusi air dari sumber mata air. Pemeriksaan bakteriologi setiap Instalasi dilakukan selama 3 bulan sekali dan hasil uji pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan hasil bahwa terdapat bakteri Coliform pada konsumen pelanggan terjauh (8 km) dengan sisa khlor 0,0 mg/l. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan antara jarak perpipaan distribusi air PDAM Kabupaten Bantul Instalasi Kamijoro Tahun 2016 dengan sisa khlor dan keberadaan bakteri Escherichia coli, dengan tujuan untuk mengetahui jarak yang tepat untuk dilakukan injeksi khlorin sehingga pada konsumen dengan jarak terjauh dapat mencapai dosis khlorin yang ditetapkan oleh pemerintah agar air tidak terkontaminasi bakteri Coliform dan bakteri Escherichia coli. 4 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini, maka peneliti mengidentifikasi masalah yang akan diteliti yakni : 1. Berapa kandungan bakteri Coliform dan E.coli di Sungai Progo yang digunakan sebagai air baku PDAM Instalasi Kamijoro Bantul yang tercemar oleh sampah domestik dan materi fekal dari MCK penduduk yang bertempat tinggal di daerah Sungai Progo. 2. Berapa sisa khlor di rumah pelanggan yang berkurang selama perjalanan aliran air ke rumah pelanggan yang memiliki jarak terjauh dari Instalasi pengolahan air dan pada pipa yang mengalami kebocoran. 3. Berapa kandungan kontaminasi bakteri Coliform dan E.coli pada pipa yang bocor. 4. Apakah kontaminasi materi fekal dari kotoran manusia dan hewan pada air hasil penolahan PDAM Instalasi Kamijoro Bantul pada jaringan pipa yang dekat dengan saluran MCK penduduk. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Penelitian hubungan antara jarak perpipaan distribusi air PDAM Instalasi Kamijoro Bantul dengan sisa khlor dan keberadaan bakteri Coliform dan Escherichia coli tahun 2016. 5 2. Parameter yang diukur meliputi parameter fisik (bau, rasa, kekeruhan, dan suhu), kemis (pH dan sisa khlor), dan biologis (MPN Coliform dan Escherichia coli). D. Rumusan Masalah 1. Bagaimana metode pengolahan air PDAM Instalasi Kamijoro Bantul? 2. Berapakah sisa khlor dan jumlah Coliform dan Escherichia coli di rumah pelanggan PDAM Instalasi Kamijoro Bantul pada jarak 0 km, 2 km, 4 km, 6 km, dan 8 km? 3. Bagaimanakah hubungan antara jarak perpipaan distribusi air PDAM Instalasi Kamijoro Bantul dengan sisa khlor? 4. Bagaimanakah hubungan antara jarak perpipaan distribusi air PDAM Instalasi Kamijoro Bantul dengan keberadaan bakteri Coliform serta Escherichia coli? 5. Berapakah jarak optimum untuk dilakukan injeksi khlorin pada jaringan perpipaan? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan : 1. Mengetahui metode pengolahan air PDAM Instalasi Kamijoro Bantul. 2. Mengetahui sisa khlor dan jumlah Coliform serta Escherichia coli di rumah pelanggan PDAM Instalasi Kamijoro Bantul pada jarak 0 km, 2 km, 4 km, 6 km, dan 8 km. 3. Mengetahui hubungan antara jarak perpipaan distribusi air PDAM Instalasi Kamijoro Bantul dengan sisa khlor. 6 4. Mengetahui hubungan antara jarak perpipaan distribusi air PDAM Instalasi Kamijoro Bantul dengan keberadaan bakteri Coliform dan Escherichia coli. 5. Mengetahui jarak optimum untuk dilakukan injeksi khlorin pada jaringan perpipaan. F. Manfaat Penelitian 1. Bidang penelitian Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai refrensi bagi penelitian selanjutnya. Data hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pembelajaran mengenai keberadaan bakteri Coliform dan Escherichia coli dalam air minum yang dikonsumsi. 2. Bidang Kesehatan Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan menjadi informasi mengenai bakteri di dalam air yang dapat mengakibatkan beberapa penyakit. 3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang kualitas air PDAM Kabupaten Bantul Instalasi Kamijoro terutama dari segi bakteriologis yaitu adanya bakteri Coliform dan Escherichia coli. 4. Bagi PDAM Instalasi Kamijoro Bantul Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan evaluasi serta memberikan informasi tentang kualitas air minum yang dihasilkan oleh pengolahan PDAM Instalsi Kamijoro terutama sisa khlor pada pelanggan jarak tertentu yang nantinya akan berhubungan dengan keberadaan baketeri Coliform dan Escherichia coli. 7 G. Definisi operasional 1. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bantul Instalasi Kamijoro adalah perusahaan yang berbentuk Badan Hukum yang dapat mengurus kepentingannya sendiri, ke luar dan ke dalam terlepas dari Organisasi Pemerintah Daerah, seperti PU Kabupaten / Kotamadya dan lain sebagainya. PDAM Bantul Instalasi Kamijoro mengolah air baku menjadi air minum yang menghasilkan kualitas air minum sesuai dengan Permenkes No. 492 Tahun 2010. 2. Air baku adalah air bersih yang dipakai untuk kebutuhan air minum (melalui proses pengolahan), air rumah tangga, dan industri. 3. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010). 4. Bakteri Coliform adalah parameter mikrobiologis terpenting bagi kualitas air minum, yang dalam penelitian ini diukur dengan cara pengujian MPN (Most Probable Number). MPN adalah suatu metode yang menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa sampel. 5. Coliform adalah bakteri air yang merupakan parameter mikrobiologis terpenting bagi kualitas air minum. Coliform dibedakan menjadi dua yaitu 8 Coliform fecal (bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia, contohnya E.coli) dan Coliform non fecal (bakteri yang ditemukan pada hewan atau tanaman yang telah mati, contohnya Enterobacter aeroginosa) 6. Escherichia coli merupakan bakteri penghuni saluran pencernaan (coliform fecal) manusia dan hewan, bakteri yang digunakan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan. E. coli termasuk dalam fecal coliform. 7. Klorinasi adalah suatu cara desinfeksi yang bersifat kimia, merupakan cara yang dilakukan untuk melakukan desinfeksi air dengan kontaminasi tidak terlalu berat (Winarno, 1986). 8. Sisa khlor adalah residu khlorin sisa pembubuhan khlorin setelah proses klorinasi dalam air minum atau air tercemar bertujuan untuk membunuh mikroorganisme. 9. Comparator adalah alat yang digunakan untuk mengukur kualitas air sisa khlor dalam air. 10. Disenfeksi adalah metode menggunakan desinfektan dapat membunuh atau mengurangi mikroorganisme patogen (penyebab penyakit). 11. Disenfektan adalah senyawa (bahan kimia) yang digunakan untuk mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik patogen 12. Jarak perpipaan adalah jarak pipa untuk mendistribusikan air hasil olahan PDAM dari Instalasi pengolahan air ke konsumen/ pelanggan. 9