7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri dalam Saluran

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri dalam Saluran Pencernaan Sapi
Mikroorganisme yang aktif di dalam saluran pencernaan bagian belakang
ternak ruminansia khususnya sapi pada umumnya adalah bakteri yang berasal dari
genus Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Propionicbacterium, Bacillus
dan Enterococcus. Spesies dari genus Streptococcus yang sering digunakan
sebagai
probiotik adalah
Streptococcus
cremoris,
Streptococcus salivarius, Streptococcus lactis,
Streptococcus
diacetilactis
dan
Streptococcus
interinedius (Dicky dan Yenny, 2006).
Escherichia coli adalah agen penyakit kolibasilosis yang kerap
menginfeksi pedet lepas sapih. Kolibasilosis pada pedet lepas sapih merupakan
penyakit akut dan menular dengan diare yang berwarna kuning keputih-putihan
sebagai gejala khasnya. Terapi menggunakan probiotik yang mengandung
Lactobacillus acidophilus dilaporkan dapat mengurangi populasi E. coli pada usus
anak sapi (Dicky dan Yenny, 2006).
2.2 Bakteri Coliform
Bakteri Coliform adalah golongan bakteri yang hidup di dalam saluran
pencernaan hewan dan manusia sebagai mikroba normal. Smith-Keary (1988)
menyebutkan bahwa bakteri kelompok Coliform meliputi semua bakteri Gram
negatif, berbentuk batang pendek, tidak membentuk spora dan dapat
memfermentasi laktosa dengan memproduksi gas dan asam pada suhu 37°C
7
8
dalam waktu kurang dari 48 jam. Coliform terdapat banyak pada feses organisme
berdarah panas. Coliform dari famili Enterobactericeae memiliki beberapa Genus
antara lain Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella, dan Escherichia.
2.3 Bakteri Escherichia coli
Bakteri E. coli pertama kali diidentifikasi oleh dokter hewan Jerman,
Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem pencernaan hewan. Menurut
Escherich (1885) organisme ini digambarkan sebagai komunitas bakteri coli
dengan membangun segala perlengkapan patogenisitasnya di dalam saluran
pencernaan. Nama Bacterium coli sering digunakan sampai pada tahun 1991.
Berdasarkan taksonomi bakteri E. coli termasuk dalam superdomain
Phylogenetica, Filum Proterobacteria, Kelas Gamma Proteobacteria, Ordo
Enterobacteriales, Famili Enterobacteriaceae, Genus Escherichia dan Spesies
Escherichia coli (Escherich, 1885 dalam Andriani, 2003). E. coli merupakan
mikroba normal dalam saluran pencernaan hewan dan manusia. Ginns (2000)
menyebutkan bahwa E. coli dapat menyebar melalui debu yang terkontaminasi
atau melalui pakan dan minuman yang terkontaminasi dengan feses.
Struktur sel E. coli dikelilingi oleh membran sel yang terdiri dari
sitoplasma yang mengandung nukleoprotein. Membran sel E. coli ditutupi oleh
dinding sel berlapis kapsul, flagela dan fili yang menjulur dari permukaan sel.
Dua komponen permukaan bakteri E. coli yang merupakan dasar untuk klasifikasi
serologi adalah antigen O dari lipopolysaccharida dan antigen H dari flagela.
Antigen O menentukan serogroup dan antigen H menentukan serotipe
(Glenn and Karen, 2005).Tiga struktur antigen utama yang digunakan untuk
9
membedakan serotipe golongan bakteri E. coli adalah dinding sel, kapsul, dan
flagela. Dinding sel E. coli berupa lipopolisakarida yang bersifat pirogen dan
menghasilkan endotoksin serta diklasifikasikan sebagai antigen O. Kapsul E. coli
berupa polisakarida yang dapat melindungi membran luar dari fagositik dan
sistem komplemen, diklasifikasikan sebagai antigen K. Flagela E. coli terdiri dari
protein yang bersifat antigenik dan dikenal sebagai antigen H (Tizard, 2004).
Smith-Keary (1988) menyebutkan bahwa E. coli merupakan bakteri Gram
negatif berbentuk batang pendek yang memiliki panjang sekitar 2-3 μm, diameter
0,7 μm, lebar 0,4-0,7μm, dapat hidup soliter maupun berkelompok, umumnya
motil dan bersifat fakultatif anaerob. E. coli membentuk koloni yang bundar,
cembung dan tidak berpigmen pada nutrient agar dan media darah. E.coli
bertahan hingga suhu 60°C selama 15 menit atau pada 55°C selama 60 menit.
Bakteri E. coli menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa
kasus diare pada sapi. E. coli berasosiasi dengan enteropatogenik menghasilkan
enterotoksin pada sel epitel. Manifestasi klinik infeksi oleh E. coli bergantung
pada tempat infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang
disebabkan oleh bakteri lain (Jawetz et al., 2005).
Strain E. coli yang berhubungan dengan penyakit pada saluran pencernaan
diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya. Setidaknya ada enam kelompok
pathotype
yang
diakui,
diantaranya
yaitu
enterotoxigenic
(ETEC),
enteropathogenic (EPEC), enterohaemorrhagic (EHEC) necrotoxigenic (NTEC),
enteroinvasif (EIEC), dan enteroaggregative (EaggEC). EaggEC dan EIEC strain
belum dilaporkan dari hewan domestik (Glenn and Karen, 2005). Anak sapi
10
rentan terhadap infeksi ETEC yang mempunyai antigen fimbriae K99 atau F41
(Supar, 2001), dan juga bersifat rentan terhadap galur E. coli verotoksigenik dan
enteropatogenik (Kusmiyati dan Supar, 1998).
2.4 Serotipe Escherichia coli O157:H7
Nataro dan Kaper (1998) menyebutkan bahwa Shiga toxin yang dihasilkan
E. coli (STEC) saat ini diakui sebagai kelompok penting dari bakteri
Enteropathogens. Setidaknya ada 100 serotipe dari E. coli yang mampu
menghasilkan Shiga toxin, tetapi serotipe E. coli O157:H7 yang paling dikenal
dalam mikrobiologi.
Bakteri E. coli O157:H7 pertama kali diidentifikasi pada 1982 dari
penyakit haemorrhagic colitis (HC) di USA (Riley et al., 1983). Sejak saat itu,
STEC O157 terlibat dalam kasus sporadis wabah diare di dunia, seperti di Jepang
lebih dari 9000 anak yang terinfeksi (Michino et al., 1998). E. coli O157:H7
penting terkait dengan gejala haemolytic uraemic sindrom (HUS) dan
haemorrhagic colitis (HC), hal ini dikarenakan sekitar 2-10% kasus infeksi E. coli
O157:H7 menyebabkan kematian (Ahmed and Donaghy, 1998).
STEC non-O157:H7 juga berhasil diisolasi dari kasus diare sporadis dan
haemolytic uraemic sindrom (HUS) dengan berbagai frekuensi. Kejadian di USA,
25% kasus haemolytic uraemic sindrom (HUS) ternyata disebabkan oleh STEC
non-O157:H7 (Manor et al., 2000). Bakteri ini dapat dideteksi menggunakan
media sorbitol macConkey agar (SMAC) (Manor et al., 2000).
Lebih lanjut Manor et al. (2000) menyatakan bahwa Shiga toxin yang
dihasilkan E. coli O157:H7 dapat menyebabkan gejala haemorrhagic colitis (HC)
11
dan haemolytic uraemic sindrom (HUS). Strain E. coli memiliki serogroup lain
yang juga menghasilkan Shiga toxin tetapi kurang terisolasi dari penyakit diare,
meskipun manusia memiliki tingkat keterpaparan yang lebih besar terutama dalam
makanan dan lingkungan. Diare pada anak sapi neonatal yang disebabkan oleh
infeksi ETEC K99 dan F41 berasosiasi dengan somatik antigen O-9,
20 atau 101
(Supar, 2001). Faktor virulensi utama E. coli O157:H7 yaitu kemampuan untuk
memproduksi Shiga toxin, adhesin dan intimin, selain beberapa peranan faktor
virulensi
lain
seperti
Enterohaemolysin,
Serine
Protease
(EspP)
dan
Katalase/Peroxidase (Katp).
2.5 Sapi bali
Sapi bali merupakan sapi asli Indonesia sebagai hasil domestikasi dari
banteng liar yang telah berjalan lama. Kapan dimulainya proses domestikasi
banteng belum diketahui dengan jelas (Pane, 1990). Sapi bali memiliki
keunggulan seperti ketahanan terhadap cuaca panas (heat tolerance) yang tinggi,
mampu beradaptasi pada situasi pakan yang kurang baik atau kualitas yang
rendah, fertilitasnya tinggi, cepat beradaptasi dengan lingkungan baru dan
presentase karkas tinggi dengan kandungan lemak yang rendah (Oka et al., 2012).
Sapi bali mempunyai karakteristik warna yaitu ketika baru lahir berwarna
merah bata hampir pada seluruh tubuhnya baik pada yang jantan maupun yang
betina, kecuali bagian kaki di bawah lutut dan bagian pantatnya berwarna putih,
bulu ekor dan sepanjang garis punggung dari pundak sampai pangkal ekor, cermin
hidung, tanduk dan kukunya berwarna hitam, sedangkan bulu telinga bagian
dalam berwarna putih. Setelah mencapai dewasa kelamin sekitar umur 10 bulan
12
pedet jantan mengalami perubahan warna secara bertahap menjadi hitam, mulai
dari bagian kepala menuju ke belakang, tetapi sapi bali jantan yang dikastrasi
warnanya akan berubah kembali menjadi merah bata secara bertahap mulai dari
bagian belakang menuju depan. sedangkan pedet betina warnanya tetap merah
bata sampai akhir masa hidupnya (Oka et al., 2012).
Sapi bali sering dimanfaatkan oleh peternak untuk membantu proses
mengolah atau membajak sawah, dijadikan investasi atau tabungan hidup, dan
sebagai sapi potong untuk dikonsumsi atau sebagai sumber protein hewani. Sapi
bali sering berperan dalam upacara adat dan upacara agama tertentu di Bali,
seperti upacara Pecaruan, Purwa Daksina dan Pitra Yadnya. Manfaat lain dari sapi
bali yaitu sapi bali sebagai hiburan masyarakat, seperti lomba lari sepasang sapi
yang disebut Megembeng di Kabupaten Negara, dan Gerumbungan di Kabupaten
Buleleng (Oka et al., 2012).
Sapi bali rentan terhadap berbagai penyakit infeksius, selain itu juga
sensitif terhadap penyakit malignant catharral fever (MCF), baliziekte dan
Jembrana. Salah satu penyakit penting pada sapi bali yaitu penyakit kolibasilosis
yang disebabkan oleh bakteri E. coli (Supar, 1996).
2.6 Kondisi Geografis Kecamatan Abiansemal
Kecamatan Abiansemal yang terletak di wilayah Kabupaten Badung
merupakan salah satu wilayah potensial untuk peternakan sapi bali. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Badung tahun 2009 menyebutkan
bahwa Kecamatan Abiansemal memiliki luas wilayah 69,01 km² yang terbagi
menjadi 18 desa yaitu Desa Darmasaba, Sibang Gede, Jagapati, Angantaka,
13
Sedang, Sibang Kaja, Mekar Bhuana, Mambal, Abiansemal, Dauh Yeh Cani,
Ayunan, Blahkiuh, Punggul, Bongkasa, Taman, Selat, Sangeh, dan Bongkasa
Pertiwi.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Badung (2009) jumlah penduduk
Kecamatan Abiansemal berjumlah sekitar 80.515 orang dengan jumlah kepala
keluarga (KK) sebanyak 21.855 orang. Sebagian besar penduduk Kecamatan
Abiansemal bermata pencaharian sebagai petani dan peternak dengan rincian yang
berprofesi dalam bidang pertanian sebanyak 36.041 orang dan yang berprofesi
dalam bidang peternakan sebanyak 3.765 orang. Jumlah populasi ternak yang ada
di Kecamatan Abiansemal yaitu unggas 425.644 ekor, babi 32.767 ekor, kambing
346 ekor, dan sapi 13.511 ekor (Data peternakan Kecamatan Abiansemal, 2009).
Download