BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi merupakan hewan berdarah panas yang berasal dari famili Bovidae. Sapi banyak dipelihara sebagai hewan ternak. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging dan susu. Selain itu, banyak masyarakat memelihara sapi untuk dimanfaatkan sebagai alat transportasi, pengolahan lahan tanam serta pemanfaatan hasil sampingan seperti jeroan, kulit, tanduk maupun kotoran atau feses (Sihombing, 2000). Kotoran atau feses merupakan salah satu sumber cemaran yang berasal dari saluran pencernaan. Feses mengandung sejumlah bakteri. Bakteri yang umumnya ditemukan dalam feses hewan ruminansia diantaranya Lactobacillus sp, Eubacterium, Propionibacterium, Streptococcus, Bacteroides, Butyvibrio, Selenomonas, Clostridium, Metanobacterium, dan Escherichia (Hidayati, 2010). Bakteri Coliform adalah salah satu kelompok bakteri dalam famili Enterobacteriaceae. Bakteri Coliform merupakan bakteri Gram negatif, bersifat aerob maupun fakultatif anaerob, berbentuk batang dan dapat memfermentasi laktosa. Bakteri Coliform memproduksi β-galactosidase dalam waktu 48 jam pada suhu 35°C (Clesceri et al., 1998). Bakteri Coliform dibagi menjadi dua kelompok, yakni coli fecal (Escherichia coli) yang berasal dari kotoran manusia dan hewan 1 2 berdarah panas, dan coli non-fecal yang bukan berasal dari kotoran manusia dan hewan berdarah panas (Fardiaz, 1990). Bakteri Coliform umum ditemukan dalam kotoran ternak, salah satunya ternak sapi. Bakteri yang termasuk bakteri Coliform adalah Escherichia coli. Bakteri ini termasuk kelompok bakteri berbentuk batang, bersifat fakultatif anaerob, Gram negatif dengan tebal 0,5 µm, panjang antara 1,0 – 3,0 µm berbentuk seperti filamen yang panjang dan tidak berbentuk spora (Anggraini et al., 2013). Berbagai strain dari E. coli dapat bersifat patogen pada manusia ataupun hewan. E. coli berdasarkan sifat-sifat virulensinya dapat diklasifikasikan antara lain strain Enteropathogenic E. coli (EPEC), strain Enterotoxigenic E. coli (ETEC), strain Enteroinvansive E. coli (EIEC), strain Enterohemorrhagic E. coli (EHEC), dan strain Enteroaggregative E. coli (EAEC) (Ichtiani et al., 2013). Salah satu strain EHEC adalah serotipe O157:H7 yang bersifat zoonosis. E. coli O157:H7 ini memiliki toksin yang disebut dengan shiga (vero) toksin. Serotipe ini dapat menyebabkan diare yang parah dan dapat menyebabkan gagal ginjal akut pediatrik yang kasusnya terjadi di hampir seluruh dunia (Ammon, 1997; WHO, 1997; Mead et al., 1999). Ternak merupakan reservoir utama E. coli O157:H7 (Suardana et al., 2009). Manusia yang terpapar oleh kuman E. coli O157:H7 diakibatkan oleh kontak langsung oleh hewan infektif atau akibat mengkonsumsi makanan seperti daging, sayur, buah, air yang terkontaminasi serta susu yang belum dipasteurisasi. Manure ( kotoran sapi) merupakan sumber utama penularan E. coli O157:H7 (Sartika et al., 2005). 3 Pemeliharaan ternak di Indonesia umumnya masih sangat tradisional dan sederhana, dipelihara di lahan yang sempit, limbah ternak dibiarkan tanpa dikelola dengan baik, sehingga beresiko terjadinya pencemaran lingkungan peternakan terutama air termasuk infeksi E. coli O157:H7 (Hanif et al., 2003). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa bakteri E. coli O157:H7 dapat diisolasi dari feses, susu, daging, produk olahan dari hewan, dan sayuran. Kusmiyati dan Supar (1998) telah mengisolasi E. coli O157:H7 dari feses anak sapi yang menderita diare berdarah. Penelitian mengenai prevalensi E. coli O157:H7 pada peternakan sapi perah di Winconsin telah dilakukan oleh Faith et al. (1996). Di Italia bakteri E. coli O157:H7 diisolasi dari sampel feses yang diambil dari rumah pemotongan hewan (Bonardia et al., 1999 dalam Rachmawati, 2012). Petang merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di Kabupaten Badung sebagai sentra produksi sapi. Usaha peternakan di Kecamatan Petang sebagian besar merupakan merupakan usaha petani untuk menambah pendapatan. Ditambah dengan kondisi alam yang memudahkan dalam penyediaan pakan alami untuk ternak, menyebabkan Kecamatan Petang memiliki jumlah ternak lebih banyak dibandingkan daerah lain di Kabupaten Badung (BPS, 2012). Masyarakat di Kecamatan Petang memelihara sapi berjenis sapi bali dengan sistem pemeliharaan masih sangat tradisional, seperti sistem pengolahan limbah terutama limbah feses yang kurang baik sehingga kebersihan lingkungan juga kurang diperhatikan. Dengan sistem pemeliharaan secara tradisional dan sederhana tersebut dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dari bakteri terutama E. coli yang merupakan flora normal yang umum ditemukan pada kotoran ternak. 4 Dilihat dari permasalahan tersebut, dengan demikian penelitian mengenai perbandingan Coliform, E. coli, E. coli O157 dan E. coli O157:H7 pada feses sapi di Kecamatan Petang perlu dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yakni : 1. Bagaimana perbandingan Coliform, E. coli, E. coli O157 dan E. coli O157:H7 pada feses sapi di Kecamatan Petang? 2. Bagaimana tingkat korelasi bakteri Coliform terhadap bakteri E.coli, E.coli O157 dan E.coli O157:H7 pada feses sapi di Kecamatan Petang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perbandingan Coliform, E. coli , E. coli O157 dan E. coli O157:H7 pada feses sapi di Kecamatan Petang. 2. Untuk mengetahui tingkat korelasi bakteri Coliform, E.coli, E.coli O157 dan E.coli O157:H7 pada feses sapi di Kecamatan Petang. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai perbandingan bakteri Coliform dengan bakteri E. coli , E. coli O157 serta agen zoonosis E. coli O157:H7 pada feses sapi di Kecamatan Petang sehingga nantinya dapat memberikan batasan tindakan pencegahan terhadap terjangkitnya agen zoonosis E. coli O157:H7. 5 1.5 Kerangka Konsep Sapi merupakan salah satu komoditas ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat khususnya di pedesaan. Ternak sapi mengeluarkan produk sampingan diantaranya kotoran padat (feses) dari dalam tubuh (Sihombing, 2000). Bakteri Coliform merupakan bakteri yang umum ditemukan dalam feses sapi. Bakteri Coliform bersifat fakultatif anaerob atau aerob, Gram negatif, berbentuk batang dan memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam. Bakteri ini dapat menghasilkan β-galaktosidase dalam waktu 48 jam pada suhu 35°C (Clesceri et al., 1998). Bakteri Coliform terdiri dari empat genus, yaitu Enterobacter, Klesella, Citrobacter, dan Escherichia. Bakteri Coliform dalam jumlah tertentu merupakan suatu indikator kondisi bahaya dan adanya kontaminasi bakteri patogen (Balia et al., 2011 dalam Arnia 2013). E. coli merupakan flora normal dalam saluran cerna yang dikeluarkan melalui feses. E. coli dibagi menjadi beberapa kelompok serotipe berdasarkan antigen permukaan utamanya yakni antigen kapsul (K), antigen somatik (O) dan antigen flagella (H) (Stenutz et al., 2006). Salah satu strain E. coli patogenik adalah E. coli O157:H7. E. coli O157:H7 adalah serotipe utama dari strain EHEC. Bakteri strain EHEC didefinisikan sebagai bakteri patogenik penghasil shiga toksin yang dapat menyebabkan hemorrhagic colitis (HC), serta hemolytic uremic syndrome (HUS) pada manusia. Sapi merupakan reservoir utama E. coli O157:H7 (Suwito, 2009). Hasil survei memperlihatkan bahwa sekitar 1-5% dari sejumlah sapi melepaskan E. coli O157 dalam fesesnya dengan tingkat 6 kontaminasi < 102cfu/g sampai 105cfu/g (Jiang et al., 2003 dalam Suardana et al., 2009). Kecamatan Petang merupakan wilayah pedesaan dengan jumlah sapi terbanyak di Kabupaten Badung dengan sistem pemeliharaan secara tradisional. Jumlah populasi ternak di Kecamatan Petang pada tahun 2012 berkisar 14.430 ekor. Adapun jumlah ternak sapi di tujuh desa di Kecamatan Petang pada tahun 2012 berturut-turut sebagai berikut: Desa Carangsari 1.254 ekor, Desa Getasan 573 ekor, Desa Pangsan 742 ekor, Desa Petang 895 ekor, Desa Sulangai 2.398 ekor, Desa Pelaga 4.372 ekor, dan Desa Belok 4.196 ekor (BPS Badung., 2013b).