1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan ternak yang sangat potensial dalam menghasilkan susu sebagai salah satu sumber protein hewani. Berbagai masalah sering dihadapi dalam pengembangan populasi ternak sapi, salah satunya adalah kolibasilosis. Kolibasilosis sering menyerang anak sapi dengan gejala klinis utama berupa diare profus, yang mengakibatkan banyak kehilangan cairan tubuh. Jika kehilangan cairan tubuh melebihi 15% dari berat badan maka akan terjadi kematian. Kerugian akibat kematian anak sapi yang terserang kolibasilosis dapat berdampak besar terhadap dunia peternakan (Husnawati 2002). Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli (E. coli) dan banyak menyerang anak sapi dengan umur kurang dari satu bulan. Infeksi oleh bakteri ini sering dihubungkan dengan berbagai kejadian penyakit seperti infeksi pada umbilikus, infeksi persendian, mastitis, sistisis, servisitis dan metritis. Dilaporkan bahwa tingkat kematian pada anak sapi mencapai 25-30%, pada anak kuda mencapai 25%, dan pada anak babi mencapai 50%. Infeksi E. coli pada anak sapi dapat menimbulkan kematian 65-85% dengan prevalensi kejadian diare 20-31%. Tingginya kematian pedet dapat berdampak pada kerugian ekonomi bagi peternak diberbagai tingkat (Supar 2001). Escherichia coli merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan diare pada pedet yang dapat berakibat fatal. Escherichia coli sering dihubungkan dengan diare berat pada anak babi dan sapi (Todar 2008) Antibiotik yang sering digunakan dalam pengobatan kasus diare akibat kolibasilosis pada anak sapi kurang memberikan hasil yang menggembirakan, dan kasus diare di lapang masih tetap tinggi. Escherichia coli pada anak sapi menunjukkan resistensi terhadap antibiotik yang digunakan di lapangan. Hal ini menunjukan bahwa antibiotik kurang efektif digunakan untuk pengobatan dan pengendalian kasus kolibasilosis di lapangan (Supar 1988). 2 Tingginya angka kematian akibat kolibasilosis mengharuskan peternak lebih waspada terhadap gejala klinis yang muncul. Deteksi lebih awal terhadap infeksi E. coli dapat mengurangi risiko kematian. Salah satu gejala klinis yang dapat diamati selain diare adalah peningkatan suhu tubuh. 1.2. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengamati suhu tubuh sapi neonatus Friesian Holstein yang diberi kolostrum dari induk yang divaksin dengan E. coli polivalen dan ditantang dengan E. coli K-99. 1.3. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang suhu tubuh sapi neonatus Friesian Holstein yang diberi kolostrum dari induk yang divaksin dengan E. coli polivalen dan ditantang dengan E. coli K-99.