BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi adalah salah satu hewan yang sejak jaman dulu produknya sudah dimanfaatkan oleh manusia seperti daging dan susu untuk dikonsumsi, dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai sarana upacara keagamaan. Sapi bali sangat diminati untuk dipelihara oleh masyarakat karena memiliki keunggulan yang cocok dengan kondisi lahan maupun pola peternakan yang ada di Indonesia. Ada berbagai jenis sapi di Indonesia seperti sapi bali, sapi madura, sapi peranakan ongole, sapi brahman, dan sapi limousin. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Kondisi ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi calon peternak dan pengusaha sapi potong untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber penghasil protein hewani, yaitu berupa daging yang bernilai ekonomi. Sapi potong merupakan hewan ternak dengan keanekaragaman jenis tinggi dan ditemukan hampir di semua negara, termasuk Indonesia. Ada tiga bangsa ternak sapi potong yang merupakan sapi potong asli Indonesia yaitu sapi madura, sapi aceh, dan sapi bali. Sapi bali merupakan hasil domestikasi dari banteng Bos- 1 2 bibos banteng dan memiliki potensi yang besar untuk mensuplai kebutuhan protein hewani (Hardjosubroto, 1994). Usaha pembibitan sapi secara efisien dan menguntungkan sangat ditentukan oleh pemilihan bibit atau induk, sistem perkawinan dan manajemen pakan. Ukuran tubuh saat lahir dipengaruhi oleh ukuran tubuh induknya. Perbandingan dimensi panjang pedet dengan induknya yaitu panjang telinga 57,6 %, panjang leher 45,5 %, panjang kepala 44,9%, panjang ekor 44 %, dan perbandingan panjang tubuh 43,8 % (Saptayanti, 2013). Faktor yang juga sangat mempengaruhi pertumbuhan sapi bali yaitu faktor pakan, terutama kualitas dan kuantitas pakan. Namun, perlu disadari bahwa pemberian pakan yang cukup dan memenuhi syarat ini tidak akan dapat mengubah sifat genetik sapi (Batan, 2002). Pertumbuhan sebelum lahir (prenatal) terjadi saat embrio. Embrio juga mengalami perkembangan sel menjadi lebih besar sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang lebih banyak (Field dan Taylor, 2002 dalam Muhibbah, 2007). Pemberian pakan berkualitas baik selama akhir masa kebuntingan dapat meningkatkan bobot lahir 5 – 8% dari bobot induk (Nggobe et al., 1994). Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung zat makanan yang memadai kualitas dan kuantitasnya, seperti energi, protein, lemak, mineral dan juga vitamin, yang semuanya dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan seimbang. Kesemuanya dapat disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian pakan tambahan pada induk sapi bali terhadap ukuran dimensi panjang pedet. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada peternak tentang manfaat 3 dan pemberian pakan pada induk sapi dan bagaimana perkembangan dimensi panjang pedet didalam kandungan setelah diberikan pakan tambahan (feed supplement). 1.2. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh pemberian pakan tambahan pada induk sapi bali 3 bulan sebelum melahirkan terhadap dimensi panjang pedet yang dilahirkan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan tambahan pada induk sapi bali terhadap ukuran dimensi panjang pedet. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh pemberian pakan tambahan pada induk sapi bali terhadap ukuran dimensi panjang pedet untuk dapat menghasilkan bibit yang unggul berdasarkan panjang tubuhnya, sehingga tujuan untuk meningkatkan produktivitas sapi dapat lebih efektif dan efisien. 4