JURNAL KOMUNIKASI INTERPERSONAL MEMBANGUN KEPERCAYAAN KOMUNITAS NEBENGERS MELALUI MEDIA SOSIAL (Studi Kasus Proses Komunikasi Interpersonal dalam Membangun Kepercayaan Pengguna Media Sosial Twitter @nebengers di Jakarta Tahun 2016 untuk Mencari Tumpangan atau Memberikan Tumpangan) Oleh: Mira Adita Widianti D0212070 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017 1 KOMUNIKASI INTERPERSONAL MEMBANGUN KEPERCAYAAN KOMUNITAS NEBENGERS MELALUI MEDIA SOSIAL (Studi Kasus Proses Komunikasi Interpersonal dalam Membangun Kepercayaan Pengguna Media Sosial Twitter @nebengers di Jakarta Tahun 2016 untuk Mencari Tumpangan atau Memberikan Tumpangan) Mira Adita Widianti Sri Hastjarjo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sebelas Maret Abstract Starting from the problem of traffic jam in Jakarta, nebengers community was created to help people. This community persuade people to share their transportation by giving a ride or join a ride with others. Nebengers started work via social media twitter. Looking for a ride or give a ride just through social media. Without knowing each others and just meet through social media, the members want share their transportation. This study was conducted to determine how the interpersonal communication process that occured for building trust through social media for looking for a ride or give a ride. Theory that used in this research is Uncertainty Reduction Theory from Berger and Calabrese, and follow what Jalaluddin Rakhmat describe about how to build trust, there are three main factor of building trust, those are receive, empathy, and honesty. This research is qualitative research using the case study method. The data collection technique using the technique of indepth interviews as the primary data source in this study. The sample used in this research that informants is the active nebengers community members in Jakarta. Jakarta is an area where most of the community nebengers active and work. Sample is being taken with purposive sampling method, particularly convenience sampling. And to analyze the data, writer use data analysis technique that is owned by Robert K. Yin. The technique is pattern matching. This research concludes that: (1) To build trust between who give a ride and passenger, members follow the three main factor of building trust, those are receive, empathy, and honesty. (2) To predict that somebody will not betray, can work well together, and can build trust someone to other higher, follow three communication transaction steps, those are entry phase, personal phase, and exit phase. (3) To get information in order to know the passengers or that person who 2 give a ride is a trustworthy person, members do pasive, active, and interactive information strategy. Keyword: interpersonal communication, social media, trust, case study Pendahuluan Berawal dari masalah kemacetan di Jakarta, komunitas nebengers berdiri untuk membantu masyarakat. Nebengers adalah komunitas yang terbentuk sejak 7 Desember 2011. Komunitas ini yang membantu masyarakat agar lebih mudah mencari kendaraan yang lebih murah dan mudah didapatkan. Sering kali masyarakat yang menggunakan transportasi terlihat ironis. Ironis yang dimaksudkan terjadi karena beberapa alasan, salah satunya ada masyarakat yang menggunakan transportasi umum, jika transportasi umum tersebut sudah kelebihan muatan sehingga berdesak-desakan sedangkan di sisi lain, masih banyak orang yang memilih menggunakan kendaraan pribadi yang rata-rata diisi satu orang penumpang. Hal itu yang menarik perhatian pemrakarsa awal @nebengers, Andreas Swasti untuk menjembatani pertemuan kedua pihak pengguna jalan raya ini melalui media sosial (Company Profile Nebengers, 2013). Nebengers bekerja melalui media sosial twitter. Aturan penggunaan akun @nebengers adalah dengan menyantumkan rute keberangkatan, waktu, dan kuota orang yang bisa menumpang atau kuota yang dibutuhkan dengan tanda pagar #CariTebengan atau #BeriTebengan, lalu di-mention ke akun twitter @nebengers. Sebagai alat pembayaran, jarang sekali uang digunakan. Biasanya pihak yang mendapatkan tebengan atau tumpangan akan membayarnya dengan cara “share” atau berbagi. Share ini bermacam-macam bentuk yang ditawarkan, ada yang share makanan, minuman, atau bensin, ada juga yang share sesuai kesepakatan. Tercantum pada Company Profile Nebengers, pertumbuhan jumlah followers @nebengers mencapai 1000 followers setiap bulannya. Data per Juni 2013, folowers akun twitter @nebengers berjumlah 22.434. Jika dilihat pada profil akun twitter @nebengers saat ini followers sudah mencapai kurang lebih 91.700 followers (https://twitter.com/nebengers diakses pada 22 April 2016 pukul 17.28). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi lonjakan followers yang cukup signifikan dari tahun pertama akun twitter ini digunakan. 3 Meningkatnya jumlah followers akun @nebengers, menandakan bahwa minat masyarakat untuk ikut bergabung semakin banyak. Walaupun komunitas ini sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat, kadang kala masih terselip perasaan was-was dan khawatir ketika memberi tumpangan atau menumpang dengan orang yang tidak dikenal didalam diri setiap anggotanya. Tsania (2014 : 7) dalam risetnya menceritakan tentang pengalaman informan dan anggota nebengers lainnya yang beropini mengenai baik buruknya terutama tingkat keamanan dan kenyamanan komunitas nebengers. Rasa khawatir dan cemas adalah perasaan yang timbul pada setiap orang yang pertama kali menumpang dengan orang lain yang tidak sama sekali dikenal. Sebelum memutuskan untuk menumpang, keamanan adalah faktor utama, keamanan berkaitan erat dengan kepercayaan, dan kepercayaan juga berkaitan erat dengan reputasi seseorang. Dengan twitter sebagai pembentuk “Reputation Capital”, dapat diketahui kredibilitas teman tumpangan, melalui melihat foto dan biografi yang tercantum, timeline yang ditulis, siapa, dan berapa jumlah followers serta following. Sejak tahap perkenalan dan tahap peneguhan, kepercayaan menentukan efektivitas komunikasi. Keuntungan mempercayai orang lain adalah meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman, dan penerimaan informasi, serta memperluas komunikan untuk mencapai maksudnya (Rakhmat, 2011 : 127-128). Percaya adalah faktor utama untuk menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik. Hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal. Dalam permasalahan komunitas nebengers ini, komunikasi interpersonal yang terjadi adalah melalui media sosial dimana dua individu yang berkomunikasi tidak bertatap muka. Padahal komunikasi interpersonal yang berlangsung diperlukan untuk menumbuhkan persepsi yang baik sehingga ada rasa kepercayaan antara orang yang akan menumpang dengan orang yang akan memberikan tumpangan atau sebaliknya. Oleh karena itu, penelitian ini untuk mencegah agar tidak terjadi kegagalan komunikasi dan dapat menumbuhkan kepercayaan serta dapat mencapai tujuan dari komunitas ini yaitu saling menumpang dengan aman, maka dari itu penelitian 4 ini dilakukan untuk mencari tahu bagaimana proses komunikasi interpersonal dalam membangun kepercayaan melalui media sosial. Rumusan Masalah Bagaimana proses komunikasi interpersonal yang dilakukan Komunitas Nebengers dalam membentuk kepercayaan sesama pengguna nebengers dalam mencari tumpangan dan memberikan tumpangan melalui media sosial? Tujuan Adapun tujuan dari penelitian antara lain adalah untuk mendeskripsikan proses komunikasi interpersonal yang terjadi dalam membentuk kepercayaan sesama pengguna nebengers dalam mencari tumpangan dan memberikan tumpangan melalui media social. Telaah Pustaka 1. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di dari satu kelompok manusia kecil dengan berbagai efek dan umpan balik (feed back) (Widjaja, 2002 : 8). Fungsi komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal adalah berusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2005 : 33). Gunarsa (2002 : 108) mengungkapkan agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan, perlu adanya sikap terbuka dan menggantikan sikap dogmatis. Perlu juga memiliki sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka untuk mendorong timbulnya sikap saling memahami, menghargai dan saling mengembangkan kualitas. Rakhmat (2011 : 127) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang dapat menumbuhkan hubungan antar pribadi yang baik, yaitu percaya. 5 a. Kepercayaan dalam Komunikasi Interpersonal Dalam komunikasi interpersonal, faktor kepercayaan memegang peran yang cukup signifikan agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh Rakhmat (2011) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang dapat menumbuhkan hubungan antar pribadi yang baik, yaitu percaya. Dari berbagai faktor yang paling mempengaruhi komunikasi antarpribadi adalah faktor kepercayaan. Sejak tahap perkenalan dan tahap peneguhan, kepercayaan menentukan efektivitas komunikasi. Ada tiga faktor utama yang menumbuhkan sikap percaya yaitu: menerima, empati, dan kejujuran. Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang terlihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai. Sikap menerima tidak semudah yang dikatakan. Sebagian besar manusia cenderung memiliki penilaian sendiri dan sukar menerima pendapat orang lain. Akibatnya, hubungan interpersonal tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan. Empati adalah faktor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain. Empati telah didefinisikan bermacam-macam. Empati dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi diri sendiri (Freud dalam Rakhmat 2011 : 130) ; sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menanggapi orang lain mengalami atau siap mengalami suatu emosi (Scotland, et al, dalam Rakhmat 2011 : 130) ; sebagai “imaginative intellectual and emotional participation in another person’s experience” (Bennet dalam Rakhmat 2011:130). Kejujuran adalah faktor yang ketiga yang menumbuhkan sikap percaya. Rakhmat (2011 : 131) mengatakan seseorang tidak menaruh kepercayaan kepada orang yang tidak jujur atau sering menyembunyikan isi hatinya atau membungkus pendapat dan sikapnya dengan lambang-lambang verbal dan non verbal. Kejujuran menyebabkan perilaku orang dapat diduga. Ini mendorong orang lain untuk saling percaya. 6 Seperti halnya dalam mengekspresikan diri sebagai salah satu wujud dari komunikasi interpersonal. Mengekspresikan diri adalah mengungkapkan apa yang ada dalam hati dan pikiran kepada orang lain, aktifitas seperti itu terjadi jika komunikasi antara individu yang saling berinteraksi telah mencapai taraf dimana kedua belah pihak mau saling membuka diri. Sedangkan keterbukaan adalah pengungkapan jujur mengenai informasi tentang diri seseorang yang biasanya disembunyikan kepada orang yang diajak berkomunikasi (Kasanah, 2011 : 34) Menurut Suranto (2011 : 32) kepercayaan adalah perasaan bahwa tidak ada bahaya dari orang lain dalam satu hubungan. Kepercayaan berkaitan dengan keteramalan (prediksi), artinya ketika orang dapat meramalkan bahwa seseorang tidak akan mengkhianati dan dapat bekerja sama dengan baik, maka kepercayaan individu pada individu lainnya lebih besar. 2. Teori Reduksi Ketidakpastian Kepercayaan berkaitan dengan prediksi, artinya ketika orang dapat memprediksikan bahwa seseorang tidak akan mengkhianati dan dapat bekerja sama dengan baik, maka kepercayaan individu pada individu lainnya lebih besar. Konsep dalam pengurangan ketidakpastian adalah prediksi dan penjelasan. Prediksi merupakan kemampuan untuk memperkirakan pilihanpilihan perilaku diri sendiri dan orang lain, sedangkan penjelasan merupakan kemampuan untuk menginterpretasikan makna dari pilihan-pilihan perilaku. Teori reduksi ketidakpastian oleh Charles R. Berger dan Ricard J. Calabrese mencoba untuk menggunakan gagasan yang relevan mengenai komunikasi yang mengarah kepada pembentukan hipotesis/ prediksi yang melibatkan perilaku komunikasi. Teori ini lebih berfokus pada tahap-tahap awal suatu interaksi antara orang-orang tak saling kenal. Terdapat tiga tahap transaksi komunikasi menurut Charles R. Berger dan Ricard J. Calabrese, yaitu tahap masuk (entry phase), tahap pribadi (personal phase) dan tahap keluar (exit phase) (Budyatna dan Ganiem, 2011 : 239) Menurut West dan Turner (2008 : 178) tahap masuk adalah tahapan awal dari sebuah interaksi diantara orang asing. Tahap masuk ialah apabila 7 orang-orang yang tidak dikenal dihadapkan satu sama lain dalam situasi tertentu. Selama tahap masuk, isi komunikasi agak terstruktur, isi pesan cenderung terfokus pada satu hal. Jumlah informasi yang diminta dan diberikan cenderung bersifat simetris. Pada akhir dari tahap masuk individu akan memiliki estimasi kepercayaan yang agak baik dan mengarah pada pengembangan hubungan selanjutnya. Tahap kedua mengenai transaksi komunikasi oleh Berger dan Calabrese diberi label tahap pribadi atau personal phase. Tahap ini mulai apabila para interektan terlibat dalam komunikasi mengenai masalah-masalah sikap yang utama, masalah-masalah pribadi, dan nilai-nilai dasar. Tahap ini dapat dimulai setelah beberapa menit berinteraksi; namun demikian dalam kebanyakan situasi komunikasi informal, tahap pribadi tidak tampak kecuali individuindividu yang terlibat telah berinteraksi pada kejadian-kejadian yang diulang. Meskipun hampir selalu terdapat peraturan-peraturan dan norma yang mengatur perilaku komunikasi dalam kebanyakan situasi, apabila para interektan telah bergeser ke tahap pribadi, komunikasi lebih spontan dan kurang dihambat oleh norma-norma sosial yang diinginkan. Selama tahap ini, orang-orang dapat berbicara mengenai kepribadian dan hubungan-hubungan sosial mereka (Budyatna dan Ganiem, 2011 : 241). Menurut West dan Turner (2008 : 178) fase personal ialah tahapan dalam sebuah hubungan ketika orang mulai untuk berkomunikasi secara lebih spontan dan personal. Tahap terakhir mengenai transaksi oleh Berger dan Calabrese dinamakan tahap keluar atau exit phase. Selama tahap ini keputusan dibuat berkenaan dengan keinginan akan interaksi di masa mendatang. Pada tingkat yang lebih besar atau more microscopic level mengenai analisis, tahap keluar dari suatu hubungan dapat terjadi pada beberapa interaksi. Knapp, Hart, dan Shulman telah mulai meneliti semacam perilaku nonverbal yang terjadi selama tahap keluar dari transaksi komunikasi khusus. Data mereka menunjukkan beberapa perilaku yang mengisyaratkan akhir dari sebuah pertemuan khusus. Menurut West dan Turner (2008 : 178) tahapan dalam 8 sebuah hubungan ketika orang memutuskan apakah untuk meneruskan hubungan atau menghentikannya. Charles R. Berger dan James J. Bradac dalam buku mereka berjudul Languange and Social Knowledge: Uncertainty in Interpersonal Relations mengatakan bahwa cara lain untuk menyatakan keinginan individu untuk mengurangi atau mereduksi ketidakpastian adalah berbicara mengenai mendapatkan pengetahuan atau memperoleh pengetahuan atau knowledge gaining or knowledge acquisition. Menurut mereka strategi perolehan pengetahuan atau informasi terdiri dari tiga kelompok besar atau umum sifatnya. Strategi pertama, strategi pasif, dimana pengamat memperoleh pengetahuan mengenai orang lain dengan mengamati mereka tanpa mereka mengetahui bahwa peneliti sedang mengamatinya. Strategi ini tidak melibatkan secara langsung antara pengamat dan orang yang diamati. Kedua, strategi aktif merupakan cara-cara untuk mendapatkan informasi yang memerlukan pengamat untuk berbuat sesuatu untuk memengaruhi respons pelaku tetapi tidak terlibat kontak langsung antara pengamat dan pelaku. Ketiga, strategi interaktif adalah strategi dimana pengamat memperoleh pengetahuan tentang pelaku dengan melibatkan diri dalam interaksi tatap muka dengan pelaku (Budyatna dan Ganiem, 2011 : 255) Teori ini berasumsi bahwa apabila orang bertemu dan tidak saling mengenal, kepedulian mereka yang berupa reduksi ketidakpastian yaitu dengan memprediksi perilaku mereka sendiri dan juga orang lain dalam berinteraksi. Dalam teori reduksi ketidakpastian adalah apabila seseorang melanjutkan berkomunikasi, ketidakpastian mereka satu sama lain menjadi berkurang dan tingkat keakraban komunikasi akan bertambah. 3. Media Baru untuk Membangun Kepercayaan Komunikasi Interpersonal Internet memiliki kemampuan sebagai medium komunikasi interpersonal yang mampu menghubungkan interaksi antara dua orang atau lebih melalui pesan yang bersifat pribadi maupun terbuka (Sosiawan, 2002). Tingkat keakraban hubungan dalam komunikasi berbasis CMC terdapat dua hal. Pertama, anticipated future interaction merupakan proses 9 pengurangan ketidakpastian dengan mencari informasi mengenai individu lain. Faktor ini secara psikologis dapat mengurangi ketidakpastian seseorang dalam membangun komunikasi tatap muka atau virtual. Kedua, Chronemic adalah komunikasi non verbal yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana individu melihat, menggunakan, dan menanggapi masalah waktu dalam berinteraksi dengan orang lain (Walther dalam Abadi, Sukmawan, dan Utari, 2013) Walther (dalam Griffin, 2006 : 121-122) mengatakan bahwa manusia menginginkan hubungan yang setara ketika mereka berinteraksi secara online dengan langsung bertatap muka. Tapi, dengan tidak adanya isyarat non verbal yang biasanya menarik perhatian seseorang seperti ekspresi wajah, kontak mata, nada pembicaraan, posisi tubuh, dan lain sebagainya yang biasa digunakan dalam interaksi tatap muka, maka pengguna harus bergantung pada pesan teks saja. Untuk itu, kemudian pengungkapan identitas diri dan keterbukaan diri menjadi hal yang diperlukan dalam pengembangan hubungan di dunia maya. Hal ini berhubungan dengan tingkat kepercayaan dan kedekatan yang ingin dibangun. Keterbukaan diri merupakan proses pengungkapan informasi diri sendiri kepada orang lain dimana terjadi pertukaran informasi antara manusia dalam sebuah hubungan selama hubungan mereka terjalin (Novianto, 2015 : 3). Pada komunikasi yang dibangun melalui situs jejaring sosial, identitas ini ditunjukan dengan menggunakan simbol, kata-kata dan makna yang ditampilkan melalui teks, grafik, image, audio, dan video. Melalui identitas dan proses pembukaan diri inilah masing-masing individu mencoba untuk mengembangkan hubungannya dengan individu lain melalui daya tarik fisik dan kepribadian sehingga masing-masing individu bisa mendapatkan pandangan dan persepsi terhadap individu lain. 10 Metodologi Penelitian Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif dan menggunakan strategi kualitatif studi kasus. Penelitian ini masuk pada tipe studi kasus deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses komunikasi interpersonal yang terjadi dalam membentuk kepercayaan sesama pengguna nebengers dalam mencari tumpangan dan memberikan tumpangan melalui media sosial. Penelitian ini tidak bertujuan untuk memperbaiki teori yang telah ada atau membuat teori baru, bukan juga meneliti gabungan kasus-kasus untuk mendapatkan karakteristik umum. Kasus dalam penelitian ini akan dipelajari secara mendalam dan mengandung halhal menarik untuk dipelajari berasal dari kasus itu sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini termasuk pada tipe studi kasus intrinsik. Sumber data primer yang didapatkan anggota nebengers aktif yang berada di Jakarta dengan cara wawancara mendalam. Data sekunder yang diambil adalah isi dari twitter @nebengers, meliputi isi timeline dan mention yang masuk. Peneliti men-screenshoot isi timeline atau mention yang masuk pada twitter @nebengers, aplikasi chat, dan yang lainnya untuk mendukung data primer yang sudah diperoleh. Peneliti juga mendapatkan beberapa hasil screenshoot dari informan. Lokasi dari penelitian berada di Jakarta karena Jakarta merupakan daerah tempat sebagian besar komunitas nebengers aktif dan bekerja. Teknik purposive sampling terutama adalah convenience sampling. Analisa data yang digunakan yaitu teknik analisa data milik Robert K. Yin yaitu pattern matching (penjodohan pola). Sajian dan Analisis Data 1. Membangun Kepercayaan a. Menerima Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan (Anita Taylor, dalam Rakhmat 2011 : 129). Pemberi tumpangan menerima apa adanya penerima tumpangan tanpa ada syarat apapun. Tidak terbatas umur, gender, atau yang lainnya. Begitu juga sebaliknya, penerima tumpangan menerima apanya pemberi 11 tumpangan tanpa ada syarat apapun. Tidak terbatas umur, gender, atau yang lainnya. Sikap menerima satu sama lain mampu menarik kepercayaan pada penerima tumpangan dan pemberi tumpangan karena didukung rasa ingin membantu sesama dan rasa saling membutuhkan. Sikap menerima apa adanya tanpa ada syarat diyakini mampu menarik kepercayaan, karena jika dengan adanya syarat dirasa akan membuat orang menjadi enggan untuk menumpang dan menumbuhkan rasa ketidakpercayaan. b. Empati Bentuk rasa empati yang muncul dalam diri anggota nebengers untuk memberikan tumpangan dan menerima tumpangan adalah: Melihat kondisi jalanan yang macet, fasilitas transportasi yang memprihatinkan Membantu sesama anggota yang membutuhkan teman perjalanan agar tidak sendirian dengan rute jalan yang searah Membantu sesama anggota yang membutuhkan kendaraan dengan rute jalan yang searah Kepercayaan untuk menerima tumpangan dan memberikan tumpangan muncul dikarenakan rasa empati membutuhkan teman diperjalanan ketika sama-sama mengahadapi kemacetan dengan satu arah tujuan yang sama, dirasa akan merasakan kenyamanan nantinya saat diperjalanan. Hal tersebut lah yang membuat orang percaya untuk menerima atau memberikan tumpangan orang. c. Kejujuran Proses menumbuhkan rasa kepercayaan para anggota nebengers ketika ingin memberikan tumpangan atau menumpang, prediksi-prediksi bisa melihatnya dari media sosial Twitter. Berikut apa yang bisa dilihat dari twitter untuk melihat apakah orang tersebut diyakini jujur atau tidak: Melalui twitter dapat dilihat identitas orang yang akan memberikan tumpangan atau menumpang, dengan melihat foto dan biodata Selain identitas, kepribadian orang tersebut juga bisa dilihat dari statusstatus yang dipostingnya 12 Track record memberikan tumpangan atau menumpang. Seberapa sering memberikan tumpangan atau menumpang dapat dilihat pada timeline twitter, apakah orang tersebut sering memposting rute untuk memberikan tumpangan atau ingin menumpang. Selain twitter, melihat gaya bahasa pada percakapan sebelum menumpang (biasanya menentukan titik tempat pertemuan, jam dan lain-lain) melalui chat aplikasi atau mention. Apakah orang tersebut benar-benar baik atau tidak. Kejujuran yang bisa dilihat dari media sosial twitter dianggap mampu menumbuhkan rasa kepercayaan seseorang untuk memberikan tumpangan atau menumpang karena twitter adalah media sosial yang menjadi wadah pertemuan pemberi tumpangan dan penumpang untuk berbagi kendaraan. Jika seluruh isi dari twitter tersebut termasuk identitas atau postingan mengandung hal negatif maka akan muncul ketidakpercayaan seseorang untuk memberikan tumpangan atau menumpang. 2. Pengembangan Hubungan Teori reduksi ketidakpastian oleh Charles R. Berger dan Ricard J. Calabrese teori pengembangan hubungan yang mencoba untuk menggunakan gagasan yang relevan mengenai komunikasi yang mengarah kepada pembentukan hipotesis/ prediksi yang melibatkan perilaku komunikasi. Kepercayaan berkaitan dengan prediksi, artinya ketika orang dapat memprediksikan bahwa seseorang tidak akan mengkhianati dan dapat bekerja sama dengan baik, maka kepercayaan individu pada individu lainnya lebih besar. Konsep dalam pengurangan ketidakpastian adalah prediksi dan penjelasan. Teori ini lebih berfokus pada tahap-tahap awal suatu interaksi antara orang-orang tak saling kenal. a. Tahap Masuk (Entry Phase) Komunikasi terjadi saat belum saling bertemu untuk berbagi kendaraan. Isi komunikasi berfokus pada informasi tujuan serta jalur, titik pertemuan, waktu, keadaan-keadaan yang ada (seperti jumlah kursi yang kosong untuk mobil, tersedia helm atau jas hujan atau tidak), dan sesuatu yang ingin dibagikan sebagai tanda terima kasih (uang, makanan, 13 minuman, gratis, atau yang lainnya). Komunikasi dilakukan melalui mention twitter atau chat pada aplikasi nebengers. Dilarang untuk bertukar nomor telepon, bbm, id line, whatsapp, dan lainnya yang tidak bisa dikontrol oleh admin nebengers. b. Tahap Personal (Personal Phase) Komunikasi terjadi pada saat diperjalanan. Isi komunikasi dimulai seputar perkenalan, dimulai dari nama, pekerjaan, kuliah, umur, kegiatan masing-masing, dan lain sebagainya. Komunikasi berlanjut membicarakan hal-hal yang lebih spontan, seperti kondisi jalanan saat itu, kuliner, musik, isu-isu terkini, percintaan, keluarga, bisnis, budaya, atau membicarakan tentang nebengers itu sendiri. c. Tahap Keluar (Exit Phase) Komunikasi yang terjadi saat setelah saling menumpang. Kopi Darat adalah sebutan untuk sebuah pertemuan antar anggota nebengers. Hubungan komunikasi berlanjut masih dalam bentuk pertemanan yang sesekali berkumpul bersama hanya sekedar minum kopi bersama atau makan bersama. Kegiatan futsal rutin atau event-event besar yang diadakan nebengers menjadi wadah pertemuan antar anggota dengan tujuan aksi sosial sekaligus mengeratkan kekeluargaan antar anggota. Liburan ke luar kota bersama anggota nebengers bentuk bukti dari hubungan pertemanan yang tidak putus begitu saja antar anggota nebengers. Menjadi partner kerja juga menjadi bukti dari hubungan komunikasi yang berlanjut. 3. Strategi Perolehan Informasi Charles R. Berger dan James J. Bradac dalam buku mereka berjudul Languange and Social Knowledge: Uncertainty in Interpersonal Relations mengatakan bahwa cara lain untuk menyatakan keinginan individu untuk mengurangi atau mereduksi ketidakpastian adalah berbicara mengenai mendapatkan pengetahuan atau memperoleh pengetahuan atau knowledge gaining or knowledge acquisition. Ada tiga strategi perolehan informasi, yaitu strategi pasif, aktif, dan interaktif. 14 a. Strategi Pasif Melihat-lihat profil twitternya tanpa orang tersebut tahu bahwa sedang diamati. Hal ini dilakukan untuk mencari tahu apakah orang tersebut meyakinkan atau tidak dilihat dari identitas foto, bio, atau isi status-status postingannya (tweet). b. Strategi Aktif Untuk memastikan orang yang akan memberikan tumpangan atau menumpang meyakinkan atau tidak dan bagaimana kepribadiannya adalah dengan cara menanyakannya kepada orang lain melalui grup whatsapp atau chat personal ke ketua distrik. c. Strategi Interaktif Melihat bagaimana orang yang akan memberikan tumpangan atau menumpang tersebut berbicara melalui chat dengan gaya bahasanya. Jika dirasa tidak sopan dan santun, dapat dikatakan bahwa orang tersebut tidak meyakinkan. Kesimpulan Penelitian ini seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bertujuan untuk mengemukankan deskripsi dari proses komunikasi interpersonal yang terjadi dalam membentuk kepercayaan sesama pengguna nebengers dalam mencari tumpangan dan memberikan tumpangan melalui media sosial. Dengan berangkat dari temuan data serta analisis yang dilakukan sebagaimana telah dikemukakan di bagian sebelumnya, maka penelitian ini berkesimpulan bahwa: 1. Dalam membangun kepercayaan antara pemberi tumpangan dan penumpang, para anggota nebengers mengikuti tiga faktor utama menerima, empati, dan kejujuran. Saling menerima apa adanya tanpa ada syarat apapun. Tidak terbatas umur, gender, atau yang lainnya karena didorong oleh rasa ingin membantu sesama dan rasa saling membutuhkan. Berempati karena melihat kondisi jalanan yang macet, fasilitas kendaraan umum yang memprihatinkan, melihat sesama anggota yang jalan bepergian sendiri, dan melihat sesama anggota yang membutuhkan 15 kendaraan. Serta kejujuran yang sebagian besar dapat dilihat dari profil atau isi dari media sosial masing-masing pengguna. 2. Dalam memprediksikan bahwa seseorang tidak akan mengkhianati, dapat bekerja sama dengan baik dan dapat menumbuhkan kepercayaan individu pada individu lainnya lebih besar, mengikuti tiga tahap transaksi komunikasi yaitu, tahap masuk (entry phase), tahap personal (personal phase), dan tahap keluar (exit phase). Komunikasi yang terjadi pada tahap masuk adalah komunikasi ketika saat belum saling bertemu untuk berbagi kendaraan, berfokus pada informasi tujuan serta jalur, titik pertemuan, waktu, keadaan-keadaan yang ada (seperti jumlah kursi yang kosong untuk mobil, tersedia helm atau jas hujan atau tidak), dan sesuatu yang ingin dibagikan sebagai tanda terima kasih (uang, makanan, minuman, gratis, atau yang lainnya). Sedangkan pada tahap personal terjadi pada saat diperjalanan, komunikasi yang terjadi lebih spontan. Hal apa saja bisa dijadikan pembicaraan antar anggota. Tahap terakhir yaitu tahap keluar terjadi setelah saling menumpang atau turun dari kendaraan, ditunjukkan dengan masih adanya komunikasi yang terjalin antara anggota nebengers melalui kopi darat (sebutan untuk sebuah pertemuan antar anggota nebengers) dengan bentuk event-event acara atau hanya sekedar berkumpul bersama. 3. Dalam rangka untuk mengambil informasi demi mengetahui calon penumpang atau pemberi tumpangan adalah orang yang dapat dipercaya, angggota nebengers melakukan strategi informasi pasif, aktif, dan interaktif. Strategi pasif dilakukan dengan melihat-lihat profil twitternya tanpa orang tersebut tahu bahwa sedang diamati. Strategi aktif dilakukan dengan cara menanyakannya kepada orang lain melalui grup whatsapp atau chat personal ke ketua distrik. Sedangkan strategi interaktif dilakukan dengan cara melihat bagaimana orang yang akan memberikan tumpangan atau menumpang tersebut berbicara melalui chat dengan gaya bahasanya. 16 Saran Beberapa saran yang penulis rekomendasikan untuk Komunitas Nebengers, yakni sebagai berikut: 1. Mewajibkan kembali hashtag Cerita Nebeng (#CeritaNebeng) yang pernah diberlakukan pada awal Komunitas Nebengers berdiri. #CeritaNebeng adalah tweet atau cerita para anggota yang saling menumpang, biasanya berupa kesan dan pesan menyenangkan beserta foto selfie bersama yang diposting ke twitter. #CeritaNebeng dapat bermanfaat untuk memperbagus track record anggota yang memposting #CeritaNebeng dan dapat menumbuhkan rasa kepercayaan yang lebih kepada anggota tersebut atau bahkan dengan Komunitas Nebengers itu sendiri. 2. Diharapkan kepada Komunitas Nebengers untuk tetap membuat eventevent besar maupun kecil untuk mempersatukan dan mempererat anggotaanggota nebengers serta memancing anggota-anggota baru untuk lebih aktif lagi dalam Komunitas Nebengers sehingga Komunitas Nebengers mempunyai penerus generasi yang baru didalamnya. Hal ini penulis sarankan karena penulis mendapatkan cerita bahwa pengadaan event sudah jarang terjadi setahun terakhir ini. 3. Mempromosikan kembali Komunitas Nebengers ke media selain media sosial untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa Komunitas Nebengers ini masih tetap ada dan eksis karena saat ini Komunitas Nebengers cenderung terkalahkan oleh jasa-jasa kendaraan umum berbasis online untuk rute jalan dalam kota (seperti Gojek, Uber, Grab Bike, dan lain-lain). 4. Dari segi keterbatasan pengumpulan data, untuk penelitian selanjutnya sebaiknya peneliti melakukan metode observasi berperan (participant observation) untuk data yang lebih konkret, karena dalam penelitian ini semua data primer hanya diperoleh dari pengakuan anggota nebengers melalui teknik wawancara dan didukung oleh data dari sceenshoot twitter. Dengan metode observasi berperan mengajak peneliti untuk terjun 17 langsung ke lapangan, dengan begitu dapat melihat kejadian yang sebenarnya seperti apa komunikasi yang terjalin antar anggota komunitas nebengers dimulai dari bertemu, saat diperjalanan, dan setelah turun dari kendaraan. Daftar Pustaka Abadi, T. W., Sukmawan, F., & Utari, D. A. (2013). Media Sosial dan Pengembangan Hubungan Interpersonal Remaja di Sidoarjo. (S. Widodo, Z. Maliki, Kasiyanto, A. Nugroho, & H. E. Putro, Penyunt.) KANAL, 96105. Diambil kembali dari http://journal.umsida.ac.id/page.php?p=artikel&q=60 Budyatna, M., & Ganiem, L. (2011). Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cangara, H. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Company Profile Nebengers. 2013. Griffin, E. (2006). A First Look at Communication Theory (6th ed.). New York: McGraw-Hill. Gunarsa, Y. S. (2002). Asas-asas Psikologi Keluarga Idaman. Jakarta: Gunung Mulia. Kasanah, U. (2011). Memahami Keterbukaan Komunikasi Antar Pribadi Dalam Percakapan Online. The Messenger, 3, 33-50. Novianto, A. F. (2015). Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Melalui Media Facebook Dengan Keterbukaan Diri Dalam Berkomunikasi Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diambil kembali dari http://eprints.ums.ac.id/34275/ Rakhmat, J. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sosiawan, E. A. (2002). Kajian Internet Sebagai Media Komunikasi. Makalah. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, FISIP. Diambil kembali dari http://edwi.upnyk.ac.id/artikel.htm Suranto, A. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tsania, S. (2014). Konstruksi Makna Nebeng (Studi Fenomenologi mengenai Konstruksi Makna Nebeng Bagi Komunitas Nebengers di Kota Bandung). Skripsi. Universitas Komputer Indonesia, Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas, FISIP. Bandung: Elib Unikom. West, R., & Turner, L. H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (3rd ed., Vol. 1). (M. N. Maer, Penerj.) Jakarta: Salemba Humanika. Widjaja, H. (2002). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Yin, R. K. (1997). Studi Kasus. Desain dan Metode (1st ed.). (M. M. Djauzi, Penerj.) Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.