BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta merupakan Ibu kota Negara Republik Indonesia dan menjadi pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi, politik, sosial budaya, dan kegiatan lainnya. Peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah dalam waktu yang relatif singkat, memerlukan dukungan sarana dan prasarana serta mengakibatkan timbulnya permasalahan. Permasalahan sebagai dampak peningkatan jumlah penduduk tersebut. Salah satu permasalahan yang timbul setiap tahunnya adalah permasalahan transportasi perkotaan. Problem pada bidang transportasi tersebut pada umumnya memilik inti pada aspek peyediaan transportasi yang baik, penghematan energi, dan dampak dari pola transportasi yang berkembang. Faktanya dengan semakin banyak jumlah kendaraan pribadi yang melakukan perjalanan, menyebabkan volume lalu lintas melebihi kapasitas jalan yang tersedia. Kemacatan lalu lintas pun terjadi, terutama pada periode peak hour, saat semua orang secara kolektif melakukan perjalanan. Kemacetan tersebut justru memperlambat pergerakan para pengguna jalan yang pada akhirnya mereduksi produktifitas, efektivitas dan efesiensi kerja masyarakat perkotaan itu sendiri (Andryan, 2013:121). Keadaan ini terjadi disebabkan karena semakin tingginya daya beli masyarakat dan juga lemahnya aturan terhadap kepemilikan kendaraan. Ditambah lagi dengan tidak tersedianya alternative transportasi publik dan krisis kepercayaan akan faktor keamanan di perkotaan. 2 Selain itu, kualitas mode transportasi publik yang sudah beroperasi banyak yang sudah tidak layak tetapi tetap dioperasikan, sehingga mengurangi kenyamanan dan keamanan penumpang. Tingkat kenyamanan masyarakat dalam mengunakan mode transportasi publik masih sangat rentan. Beberapa kasus kriminal yang terjadi di dalam fasilitas transportasi publik Seperti pencurian dan kejahatan seksual membuat masyarakat semakin enggan mengunakan transportasi publik Sebagai akibatnya, masyarakat lebih memilih mengunakan kendaraan pribadi. Problem transportasi yang demikan baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak pada kehidupan manusia pada aspek-aspek lain antara lain aspek sosial, aspek kesehatan, psikologi, dan keberanjutan kehidupan manusia. Anak muda adalah bagian dari perkotaan. Begitu banyak stigma yang melekat jika kita menyebut istilah pemuda. Karakter yang terkesan urakan, tidak memiliki masa depan, sering tawuran, pengguna minuman keras dan narkoba sering dilekatkan pada kaum muda bangsa ini. Degradasi moral sering diperlihatkan dengan tingginya angka kekerasan yang dilakukan oleh pemuda, angka hamil di luar nikah, tawuran, dan lain sebagainya. Ketergantungan pada gadget dan internet, marakn sosial”juga menjadi penyakit yang enggan lepas pada generasi muda saat ini. Banyak sisi negatif yang otomatis terlontar jika kita berbicara tentang generasi muda saat ini (Aulia, 2014). Namun di tengah situasi yang terjadi, generasi muda seharusnya dihadapkan dalam realita dimana dirinya tidak ditempatkan dalam ruang hampa yang terkesan apatis terhadap kondisi yang tengah melanda bangsa ini. Generasi muda Indonesia 3 perlu bergerak di dalam arena dan ruang-ruang yang dimiliki dan disukai. Pergerakan pemuda melalui media yang sedang digandrunginya (Aulia, 2014). Pemuda, sebagai agen dari suatu perubahan (agent of change) dituntut untuk mengubah keadaan yang terjadi di lingkungan sekitarnya, seperti upaya mengubah ketidakberpihakan keputusan pemerintah terhadap masyarakat dan mereka menjadi jembatan penghubung antara rakyat dengan pemerintah. Generasi muda, seharusnya mampu membantu perjuangan dalam membangun Indonesia untuk menjadi lebih baik, karena generasi muda merupakan harapan suatu bangsa karena mereka nantinya yang akan meneruskan perjuangan bangsa. Media Sosial Sebagai Sarana Perubahan Keberadaan media sosial sendiri adalah salah satu fenomena yang sedang melanda sebagian besar kalangan pemuda Indonesia. Jejaring sosial layaknya Facebook, Twitter dan berbagai aplikasi untuk chatting seperti LINE, BlackBerry Messenger, WhatsApp dan lain sebagainya menjadi fenomena dan bagian tak terpisahkan bagi kalangan muda kita. “Indonesia is crazy about online soci texting, and typing is not just for fun (Sara Sidner, 2010) Kemudahan mengakses internet sebagai bagian tak terpisahkan dari dampak globalisasi tentu juga menyerang negara-negara dunia ketiga, seperti Indonesia. Media Sosial Twitter yang beberapa waktu lalu dinobatkan sebagai platform media sosial yang paling digemari anak muda. Dalam http://www.enciety.com pada 10 4 Febuari 2014. Indonesia tercatat sebagai sumber pengguna Twitter terbanyak ketiga di dunia, dengan jumlah 6,5 persen. Di atas Indonesia adalah Amerika Serikat (24,3 persen) dan Jepang (9,3 persen). Posisi keempat diisi Inggris, disusul Brazil, Spanyol, Arab Saudi, Turki dan Meksiko. Data ini dilansir Statista berdasarkan hasil penelitian PeerReach, yang menunjukkan daftar negara dengan jumlah pengguna aktif Twitter terbanyak. Dengan kata lain, pengguna Twitter di Indonesia termasuk paling aktif di dunia. Menurut PeerReach, pengguna Twitter rata-rata berumur 24 tahun. Rata-rata pengguna laki-laki adalah 26 tahun, perempuan 22 tahun. Bisa dibilang Twitter dikuasai oleh remaja, hanya 20 persen tweeps yang berumur lebih dari 30 tahun (Arifin, 2014). Tak harus melakukan kegiatan yang kaku dan bersifat formal. Namun, sosial media memudahkan mereka untuk mengalang dukungan terkait apa yang menjadi keinginan dirinya maupun publik secara luas. Keberadaan media sosial seperti facebook dan twitter semakin mempermudah untuk menarik perhatian publik. Tak hanya menjadi ajang pamer dan menggosip, ini membuktikan bahwa media sosial juga bisa dipakai untuk mewujudkan suatu perubahan. Kemunculan internet dan perkembangan teknologi komunikasi membuka peluang terbentuknya komunitas yang melakukan gerakan perubahan melelui media baru. Aktifitas komunikasi para pengguna internet berpotensi membentuk komunitas dan gerakan offline karena niat yang sama, salah satunya komunitas Nebengers. Komunitas Nebengers adalah adalah media pertemuan pemberi dan pencari tebengan untuk mengoptimalkan ruang kosong dalam kendaraan pribadi. serta penyediaan sistem transportasi yang efektif untuk mengurangi kemacetan. Bermula dari 5 kepadatan para pengguna angkutan umum yang belum terpenuhi. Sedangkan ruang dalam kendaraan pribadi masih sangat minimal. Menarik perhatian Andreas Swasti untuk menjembatani pertemuan kedua pihak pengguna jalan raya ini melalui media sosial. Dibantu oleh Putri Sentanu secara strategi dan Maria Stefany dalam pengelolahan komunitas mereka mengawali gerakan Nebengers melalui kampanye Driving Safety dan sistem sederhana dengan berbagi tagar di Twitter. Gerakan sosial ini kemudian berubah menjadi sebuah komunitas. Komunitas dipilih agar masyarakat dapat saling mengenal membentuk jaringan sosial keamanan mereka. Berdasarkan dengan domisili tempat mereka tinggal (www.infokomputer.com, 2014). Kegiatan tebeng-menebeng adalah kegiatan yang sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu. Dengan jalur yang ditempuh searah dengan penebeng, dimulai dari menebeng teman sekolah, teman kuliah sampai dengan teman kantor. Bahkan sudah menjadi bagian dari tradisi yang tidak dapat kita sadari dan terus menerus dilakukan di kalangan muda (Nebengers:2013: xi). Komunitas yang bergerak melalui jejaring sosial dan pada membentuk gerakan online dan offline dalam mengurangi kemacetan. Serta problem perkotaan lainya. Dalam melakukan aksinya, komunitas Nebengers mengunakan media komunikasi twitter dalam jaringan mengerakan massa, walaupun gerakan bersifat nyata. Melalui twitter, komunitas Nebengers mencoba mengenalkan sistem carpooling untuk menyelesakan permasalahan transportasi dan secara tidak langsung juga menyelesaikan problem perkotaan. Pemanfaatan media komunikasi dalam jaringan pada kelompok sudah menjadi fenomena yang terjadi pada berbagai komunitas seiring perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih. media 6 komunikasi dalam jaringan media membentuk media baru. kemunculan internet dan berpotensi mengubah pola konsumsi dalam kelompok. Interaksi termediasi media baru secara otomatis tidak mengharuskan pertemuan secara langsung untuk menyebarkan sebuah informasi atau sekedar berbagi pengalaman. Media yang dimanfaatkan oleh kaum muda dalam komunitas Nebengers antara lain twitter, facebook, dan blog sebagai media komunkasi eksternal, sedangkan group chat whatsapp messenger sebagai media komunikasi internal mereka. Twitter menjadi media utama yang digunakan untuk berbagi informasi, sharing rute, pengalaman dan pengetahuan yang terkait dengan komunitas Nebengers, kegiatan komunitas, serta mengumpulkan responden para followers. Twitter memungkinkan para anggota komunitas Nebengers untuk tetap saling berbagi pengalaman, rute, kegiatan dan lain sebagainya terkait dengan komunitas Nebengers. Walaupun tidak saling bertatap muka, hingga tanggal 10 April 2013 ada 83.200 followers twitter komunitas @Nebengers. Saat ini banyak terbentuk komunitas gerakan yang berawal dari interaksi di twitter yang memanfaatkan media sosial twitter sebagai media komunikasi. Salah satu situ jejaring sosial yang sedang populer di Indonesia twitter, twitter merupakan sebuah situs web yang dimiliki dan dioprasikan oleh Twitete inc.. yang menawarkan jaringan sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan pengguna untuk mengirim, sehingga mereka mudah sekali mengerap berbagai budaya populer yang berkembang di perkotaan. Nebengers yang notabenya dilakukan dan tebentuk karena adanya kepedulian dan inisiatif pemuda di dalamya. Pada akhirnya, menarik perhatian peneliti untuk 7 menjadikan tema ini menjadi tema penelitian. Dimana dunia virtual identik menimbulkan masalahmasalah baru dan memberikan batasan-batasan ruang interaksi yang justru membuat kita terasing dengan interaksi sosial secara langsung. Akan tetapi, di sini justru berkat pemuda dalam komunitas Nebengers mampu menciptakan inovasi baru mengurangi kemacetan dan polusi udara, menumbuhkan solidaritas sosial dan lain sebagainya, walaupun kegiatan ini menurut peneliti mengandung resiko yang ekstrim. Walau bagaimanapun memberikan tumpangan atau menumpang kearah tujuan tertentu dengan orang yang tidak kita kenal maka dari itu, peneliti ingin mengangkat penelitian tentangTwitterdiKalangan“PengunaanMuda Ibu 1.2 Kota Studi Kasus Komunitas Nebengers Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi objek dalam penelitian ini. Rumusan ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1 Bagaimana Alasan dan Aspirasi kaum muda pengguna Twitter untuk berpartisipasi dalam komunitas Nebengers? 2 Bagaimana Komunitas Nebengers memberikan Solusi atas problematika perkotaan Jakarta? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui alasan dan aspirasi kaum muda pengguna Twitter untuk berpartisipasi dalam komunitas Nebengers di daerah Ibu kota Jakarta. Selain itu, peneliti ini juga mengetahui bagaimana komunitas Nebengers 8 memberikan solusi atas problematika perkotaan Jakarta. Hal tersebut menjawab persoalan yang berkaitan tentang permasalahan transportasi di Jakarta. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan, mengubah cara pandang dan sikap masyarakat secara luas. Bahwa saat ini mereka memiliki berbagai alternatif transportasi untuk menujang mobilitasnya. Serta masyarakat juga bisa berperan aktif untuk mengurangi kemacetan, saling berbagi, saling percaya dan tolong menolong di tengah kehidupan perkotaan yang individual salah satunya melalui komunitas Nebengers. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai komunitas Nebengers ini secara langsung juga berhubungan dengan kehidupan di perkotaan, khususnya dengan permasalahan transportasi. Penelitian serupa telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Tinjauan pertama yang saya gunakan adalah buku berjud Buku ini dibuat oleh komunitas Nebengers (2013), melalui buku yang berjudul Nebengers Cerita Nebeng mendiskripsikan tentang sebuah komunitas yang terbentuk sejak 7 Desember 2011 dengan visi mengurangi kemacetan di ibu kota dan daerah sekitarnya, tebeng–menebeng bukan hanya untuk mengurangi kemacetan tetapi lebih dari itu, terdapat kegiatan untuk berbagi, saling percaya dan tolong menolong. Dengan adanya komunitas ini setiap orang punya kesempatan untuk memberikan kursi kosong kepada orang lain. Nebengers adalah contoh community-based transportation system, dimana pengguna jalan berperan aktif dan kreatif untuk mengurangi kemacetan. Buku ini dijadikan sebagai tambahan data hasil penelitian karena terdapat kesamaan objek penelitian. 9 Penelitian berikutnya yang menjadi tinjauan pustaka bagi peneliti adalah buku milik Darmaningtyas (2010) yang berjudu Maut”. Buku ini membahas secaramaruttransportasikomprehedi Ibu kota Jakarta yang tidak aman dan tidak nyaman, tapi cenderung menjemput maut. Dominasi kendaraan bermotor pribadi, buruknya angkutan umum, terpinggirnya angkutan yang tidak bermotor, minimnya fasilitas pejalan kaki, serta makin polusifnya udara kota Jakarta penempatan kendaraan bermotor merupakan fakta yang tidak terelakkan. Transportasi Jakarta yang lebih berpihak pada orang., bukan pada kendaraan saja. Oleh sebab itu, kebijakan transportasi perlu lebih banyak dikembangkan, dimandirikan memfasilitasi kendaraan pribadi saja. Angkutan tidak bermotor dan pejalan kaki perlu diberi tempat yang layak. Buku yang merupakan refleksi dari pengalaman sehari-hari sang penulis sebagai pengguna angkutan umum ini secara lugas mendorong diwujudkannya konsep transportasi yang lebih manusiawi, ramah lingkungan dan lebih beradab. Terdapat kesamaan dengan penelitian pada objek penelitian yaitu sama-sama mengangkat tema tentang permasalahan transportasi di Ibu Kota Jakarta. Buruknya transportasi umum di Jakarta sampai dengan menawarkan alternatif melalui kebijakan pemerintah dengan konsep transportasi yang lebih manusiawi, ramah lingkungan dan lebih beradab. Terdapat perbedaan yang jelas diantara buku milik Darmaningtyas tersebut dengan penelitian yang saya lakukan, terletak pada fokus penelitian yang bukan menawarkan alternatif melalui kebijakan pemerintah. akan tetapi, melalui sistem carpooling yang digagas oleh komunitas Nebengers. Dan penelitian ini ingin melihat pengunaan media sosial Twitter dikalangan muda Ibu kota studi kasus komunitas Nebengers. 10 Penelitian berikutnya yang juga menjadi tinjauan pustaka bagi peneliti adalah Jurnal Sosioteknologi Edisi 27 Tahun 11, milik Tri Sulistyaningtyas, Jejen Jaelani, dan Dana Waskita (2012)PerubahanCarayangPandang danberjudulSikap Masyarakat kota Bandung Akibat Pengaruh mengambarkan Perangkat digital kini telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat di kota besar, kota-kota kecil dan perdesaan. Hal ini memunculkan gaya hidup yang relatif baru di Indonesia, yaitu gaya hidup digital. Masyarakat hidup dengan perangkat digital dan menjadikan perangkat digital sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Gaya hidup ini telah mengubah kebiasaan masyarakat. Penelitian ini difokuskan kepada gaya hidup digital di masyarakat kota Bandung dan dampaknya bagi perubahan sikap, mental dan cara pandang mereka. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa gaya hidup digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat kota Bandung. Terdapat kesamaan pada fokus penelitian yang saya teliti yang juga mengunakan media digital dimana masyarakat hidup dengan perangkat digital dan menjadikan perangkat digital sebagai bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari mereka, dalam hal ini adalah pemanfaatan media digital yang dilakukan komunitas Nebengers melalui twitter dan pada akhirnya dijadikan bagian yang tidak terpisakan oleh masyarakat. Terdapat perbedaan yang jelas dari jurnal dan hasil penelitian yang saya lakukan yaitu perbedaan fokus penelian yang berfokus pada komunitas Nebengers dan perbedaan lokasi penelitian. 11 1.5 Kerangka Konsep a) Digital Native Generasi digital natives mengganggap perangkat komunikasi sebagai bagian integral dari kehidupannya. Sedangkan orang-orang yang tidak lahir pada abad digital tetapi mengadopsi teknologi baru dianggap sebagai digital immigrants, karena ada proses adaptasi pada lingkungan dengan mengadopsi teknologi. Seorang individu yang lahir pada abad digital, tumbuh dan memperoleh pendidikan pada tingkat sekolah dasar dengan perangkat komputer, individu tersebut dianggap sebagai generasi digital natives. Bila dicari perbandingan, seseorang yang lahir tahun 1970, diprediksi mulai menggunakan komputer pada saat kuliah (setelah usia 17 tahun). Bandingkan dengan seseorang yang lahir pada tahun 1994 dan sesudahnya. Dari ilustrasi tersebut bisa terlihat bagaimana perbedaan individu dari generasi berbeda memperlihatkan perbedaan keterampilan komputer. Ku & Soulier, 2009; Wilson (2004) yang dikutip Li et al., (2007) menyebutkan karakteristik digital natives sebagai orangopportunisticyangdan„ „omnivorous‟yangmenikmati sesuatu dalam lingkungan yang serba online (ingin mendapatkan informasi dengan cepat); menyukai kolaborasi dari satu orang ke orang lain (secara berjejaring); multitasking; menyukai proses kerja secara pararel; menyukai sesuatu yang berbentuk gambar interaktif dibanding dengan teks; menyukai bekerja sebagai suatu „games‟;mengharapkan suatu penghargaan, puas dengan sesuatu yang serba instan; akses secara random (hypertext). Lingkungan hypertext muncul seiring perkembangan internet sehingga berdampak pada cara yang 12 berbeda dalam menggunakan informasi. Internet memfasilitasi perbedaan mengakses informasi bagi seorang individu dengan informasi sama tetapi dengan proses berbeda. Komunitas Generasi Digital Internet juga berdampak pada lahirnya komunitas-komunitas digital. Karakter komunitas digital ini sangatlah berbeda dengan komunitas yang ada sepuluh tahun yang lalu. Diantara perbedaan yang ada adalah mengenai cara dan bentuk komunitas yang ada di dalam dunia online. Salah satu penyebab lahirnya komunitas online adalah perkembangan bentuk websait yang berkembang saat ini. Lahirnya web 2.0 membuat komunikasi antar individu berubah drastis. Dulu kita masih mengunakan cara lama yaitu melalui pertemuan langsung dengan rekan kita. Namun, saat ini tanpa pertemuan langsungpun kita dapat berkomunikasi secara langsung dengan rekanrekan kita melalui facebook, Twitter, BBM, Whatsapp dan sebagainya. Komunitas yang terbentuk merupakan komunitas interconnected, yaitu komunitas yang terhubung secara realtime dimana anggota komunitas itu ada. Tentunya dengan berkembangnya komunitas seperti ini tidak bisa dipungkiri bahwa transparansi antara anggota komunitas menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri. Salah satu dari contoh dari komunitas generasi digital adalah komunitas Nebengers. Komunitas Nebengers yang memanfaatkan media jejaring sosial Twitter sebagai perantara untuk menghubungan antara individu dengan individu lain untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan di sini adalah kebutuhan kendaraan untuk menunjang mobilitas dengan cara berbagi kendaran dengan feed back yang telah disepakati, di dalam komunitas terdapat norma antara lain: 1) kebebasan; 2) kustomisasi; 3) pengawasan; 4)integritas; 5) kolaborasi; 6) hiburan; 7) kecepatan; dan 8) inovasi. 13 Kedelapan norma yang berakar pada pengalaman yang berbeda dari pemuda hari ini. Mereka telah tumbuh menjadi aktor, pemrakarsa, pencipta, pemain, dan kolaborator. Hal ini telah membuat mereka yang orang muda yang berbeda dalam banyak hal dari orang tua mereka. Internet telah baik untuk generasi ini. (Tapscoott: 2009) Di dalam komunitas digital kepercayaan merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri. Kepercayaan terciptanya tergantung pada transparansi. Generasi digital meyakinkan bahwa transparansi adalah nilai yang sangat penting bagi mereka yang ingin membangun kepercayaan, hubungan jangka panjang begitu juga dengan komunitas Nebengers. Perangkat digital kini telah menjadi bagian kehidupan seharihari masyarakat, khususnya di perkotaan, hal ini memunculkan gaya hidup yang relatif baru, yaitu gaya hidup digital masyarakat hidup dengan perangkat digital dan menjadikan perangkat digital bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan seharihari. Kini banyak hal yang dulu dikerjakan dengan cara pergi menghabiskan waktu dan jarak. Kini dapat dilakukan dengan hanya menekan tombol perangkat digital saja. Pada akhirnya mempengaruhi cara pandang dan sikap, mental dan etika masyarakat generasi digital. 14 b) Desires, Beliefs, Opportunities Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori DBO (Desires, Beliefs, Opportunities) yang pertama kali diungkapkan oleh Peter Hedstrom, Sosiolog dari Universitas Oxford. Desires, Beliefs dan Opportunities merupakan teori yang berbasis analisis tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Tindakan sosial yang dilakukan seseorang, terjadi bukan karena adanya unsur ketidaksengajaan sehingga memunculkan tindakan sosial tertentu. akan tetapi, tindakan sosial tersebut memang sengaja dibuat (Hedstrom, 2005: 39). Desires merupakan keinginan yang dimiliki oleh aktor untuk melakukan tindakan sosial, sedangkan Beliefs yang dimaksud adalah kepercayaan atau keyakinan yang dianggap benar oleh aktor. Opportunities adalah kesempatan yang dimiliki oleh aktor. Ketiga komponen tersebut yang melatarbelakangi tindakan sosial seseorang. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Bagan 1.1 Komponen dari teori DBO (Hestrom, 2005: 39) Seperti pada gambar di atas, tindakan sosial (action) aktor di bentuk karena ada tiga komponen yaitu Desires, Beliefs, Opportunities. Jika dimasukkan ke dalam 15 konsep komunitas Nebengers di Jakarta, desires dari anggota komunitas Nebengers keinginan untuk memenuhi kebutuhan primer yaitu mempermudah mobilitas, mengurangi kemacetan, menghemat biaya transportasi, mengurangi polusi dan lain sebagainya. Sedangkan beliefs yang dimaksudkan adalah Gerakan yang dilakukan oleh Komuntias Nebengers, tidak akan berdampak tanpa adanya kesadaran dan kepercayaan dari dalam diri masing-masing individu atau anggota komunitas Nebengers. Kesadaran untuk berbagi, didorong oleh keinginan membantu orang lain dan dilandasi oleh kepercayaan yang dibangun dari kegiatan-kegiatan di luar tebengmenebeng dan jaminan keamanan yang secara tidak langsung diberikan oleh komunitas Nebengers, melalui media sosial twitter sehingga akan menghasilkan sebuah kekuatan yang luar biasa. Kekuatan yang mengembalikan kepercayaan masyakarat akan indahnya saling berbagi. Opportunities yang didapat adalah sebuah peluang yang dimanfaatkan anggota komunitas Nebengers yang didapat dari proses interaksi, kegiatan yang dalam komunitas Nebengers antara lain peluang menghemat biaya transportasi, mengurangi kemacetan dan polusi udara sampai dengan peluang memperluas jaringan. Menjalin pertemanan, cinta bahkan keluarga baru yang dimanfaatkan kaum muda/anggota dan didapat dalam komunitas Nebengers di tengah kehidupan perkotaan yang individual dan tingkat kesibukan yang tinggi. Pada akhirnya komunitas Nebengers menghasilkan Action, Desires, Beliefs, Opportunities dan dapat menyeselaikan problematika perkotaan Jakarta . 16 Dalam konsep ini ada kemungkinan lain, yaitu adanya pengaruh dari pihak luar. Seperti dijelaskan pada gambar dibawah ini : Bagan 1.2 Interaksi dyadic (Hestrom, 2005: 44) Pada gambar di atas menjelaskan tentang interaksi dyadic, menurut Hedstrom, terjadinya interaksi dyadic ketika adaya interaksi antara dua aktor secara langsung, dimana salah satu aktor memperngaruhi aktor lain, (seperti dalam gambar 1.2, actor ‟i‟mempengaruhi actor).Jika ‟j‟dimasukan kedalam konteks komunitas Nebengers, actor merupakan kaum muda yang berpartisipasi dalam komunitas Nebengers, (anggota komunitas Nebengers) yang memanfaatkan media sosial twitter dalam upaya mengatasi permasalahan awal yaitu permasalahan awal yaitu permasalahan kemacetan di Ibu kota. Kemudian dipengaruhi oleh actoryang ‟i‟merupakan anggota komunitas Nebengers yang terlebih dahulu tergabung dan terlibat dalam komunitas Nebengers dan membagi ceritanya melalui hashtag CeritaNebeng, menyebarluaskan melalui media sosial Twitter (akun @Nebengers) yang pada akhirnya akan menghasilkan action atau tindakan sosial yang berbeda. Keinginan (desires) dan keyakinan (beliefs) yang telah dipengaruhi oleh anggota komunitas Nebengers yang sudah tergabung 17 terlebih dahulu dalam komunitas maupun kegiatan komunitas Nebengers. (actor i) juga mempengaruhi kesempatan (opportunities) untuk anggota lain dalam komunitas Nebengers. Berikut di bawah ini adalah tindakan yang dihasilkan oleh komunitas Nebengers. 18 c) Dinamika kelompok Dalam komunitas Nebengers yang memiliki anggota dengan berbagai latar belakang, sifat dan karakter masing-masing maka pasti akan muncul dinamika dalam kehidupan berorganisasi. Teori sintalitas kelompok milik Casttel yang menyatakan bahwa sintalitas analog dengan keperibadian para individu dan mencangkup hal-hal seperti kebersamaan, dinamika, tempramen dan kemampuan kelompok, Casttel mengemukakan adanya 3 panil dalam kelompok yaitu: (1) sifat-sifat sintalitas adalah pengaruh dari adanya kelompok sehingga sebagai keseluruhan, baik terhadap kelompok lain maupun terhadap lingkungan, (2) sifat-sifat struktur kelompok adalah hubungan antara anggota kelompok, perilaku-perilaku di dalam kelompok dan pola organisasi kelompok, (3) sifat-sifat populasi adalah sifat rata-rata dari anggotaanggota kelompok. Sesuai dengan teori Castell bahwa dalam kelompok mencakup sebuah dinamika yang disebut dengan dinamika kelompok. Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada di dalam kelompok. Dinamika yang berarti adanya interaksi dan interpendensia antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan, keadaan ini terjadi secara dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu. Dalam sebuah kelompok harus memiliki aturan yang disepakati bersama, apabila aturan (norma) tersebut dilanggar maka mendapat ganjaran. Berdasarkan aturan inilah individu melakukan berbagai kegiatan dalam kelompok. Di dalam sebuah kelompok tentunya dibutuhkan adanya interaksi untuk 19 menciptakan sebuah dinamika kelompok menyesuaikan satu sama lainya dengan berbagai cara. Anggota kelompok berinteraksi, secara tetap memperngaruhi dan dipengaruhi oleh penggunaan kekuatan untuk mencapai tujuan dan memelihara kelompok. Dalam pencapaian tujuan tersebut, tidak ada komunikasi tanpa kekuatan, dengan demikian kekuatan merupakan hal yang esensi bagi semua aspek keberfungsian kelompok. Kekuatan tercemin pada kemampuan seseorang untuk membuat orang lain bertingkah laku tertentu. Jadi kekuatan adalah pengaruh. Apabila di dalam kelompok ada kondisi kooperatif dan tujuan kelompok memungkinkan untuk dicapai, para anggota kelompok mengunakan kekuatannya ke arah yang sama, dan hanya ada sedikit atau tidak ada perlawanan untuk menerima pengaruh dari anggota lain dan sebaliknya (Huraerah dan Purwanto, 2006:41). Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang mengambarkan proses kelompok selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Setiap kelompok, apapun bentuknya tetap memiliki tujuan yang hendak dicapai dari aktivitas berkelompok tersebut. Berkaitan dengan ini Johnson dan Jonson mengemukakan pengertian tujuan kelompok sebagai suatu keadaan di masa mendatang yang diinginkan oleh anggota-anggota kelompok dan oleh karena itu, mereka melakukan berbagai jenis tugas kelompok dalam rangka mencapai keadaan tersebut. Tujuan kelompok biasanya dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuantujuan individual dan tujuan semua anggota kelompok (Carolina Nitimihardjo dan Jusman Iskandar: 1993:43). 20 Dalam kelompok, kepercayaan adalah aspek penting karena merupakan kondisi yang membuat kerjasama dengan stabil dan berkomunikasi dengan efektif. Makin tinggi tingkat kepercayaan antara anggota kelompok, maka makin stabil kerjasama dna komunikasi yang efektif di antara kelompok. Pada kelompok yang memiliki kepercayaan tinggi, anggota kelompok akan lebih terbuka didalam mengemukakan pendapat perasaan, reaksi, opini, informasi dan ide. (Huraerah dan Purwanto:2006:46). Mustahil rasanya jika tidak ada interaksi yang terjadi didalam komunitas Nebengers dimana yang dilakukan komunitas Nebengers pada umumnya mengandung resiko yang tidak sedikit, menumpangkan atau menumpang pada orang yang pada dasarnya belum dikenal. Pada dasarnya dibutuhkan kepercayaan di antara anggotanya dan tanpa adanya interaksi terlebih dahulu hal ini sangatlah mustahil. Interaksi tersebut dilakukan untuk tujuan bersama dalam komunitas Nebengers maupun tujuan individu semata untuk menunjang mobilitas seseorang. Tentu saja interaksi tersebut dipengaruhi oleh kekuatan dan pengaruh dari orang-orang yang berbeda seperti pengurus anggota komunitas Nebengers yang melakukan pemantauan kegiatan melalui media sosial twitter dan pada akhinya memberikan keyakinan dan kesepakatan untuk bertindak dan mencapai tujuan. Pada akhirnya menimbulkan solidaritas anggota, rasa saling menghormati. Dengan adanya dinamika sosial maka komunikasi terbuka terhadap sesama anggota komunitas Nebengers yang pada dasarnya dilakukan secara langsung (agenda kopi darat) dan tidak langsung melalui media jejaring sosial Twitter dan lain sebagainya yang berpengaruh pada timbulnya 21 hubungan baik dan kepercayaan yang tinggi antar sesama anggota komunitas Nebengers. 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian dimana mengunakan narasi untuk menjelaskan kompleksitas yang dimiliki oleh objek penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam metode penelitian kualitatif ini adalah pendekatan diskriptif. yang mengacu pada identifikasi sifat-sifat yang menandakan karakteristik sekelompok manusia, benda, dan peristiwa. Pendekatan diskriptif dianggap mampu memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap objek yang diteliti mengenai studi khusus dalam setting sosial karena terdapat suatu hal yang kelihatanya tidak penting namun ternyata sangat berperan (Silalahi, 2009:27). Sehingga hasil penelitian mampu memberikan gambaran penjelasan berserta benjabaran yang lengkap dan jelas. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti juga melakukan pendekatan reflektif yang dianggap mampu membuat peneliti melihat secara kritis dan lebih dalam mengenai berbagai hal yang terjadi di dalam komunitas yang diteliti. Pada saat–saat tertentu, peneliti juga mengambil jarak dengan komunitas yang diteliti mengingat objektivitas yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. a) Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di daerah Tangerang Selatan, Banten. Daerah Tangerang Selatan. Penelitian memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian, karena di wilayah tersebut bisa merepresentasikan kegiatan komunitas Nebengers 22 yang notabenya justru berpusat di wilayah DKI Jakarta, dimana wilayah Tangerang Selatan tidak jauh dari Kota Jakarta dan kehidupan perkotaan dimana segala kemajuan dan nilai-nilai modernitas berkembang pesat. Oleh sebab itu, meskipun Tangerang Selatan secara umum tidak masuk dalam wilayah DKI Jakarta. akan tetapi, dapat mewakili komunitas Nebengers di Jakarta karena para pekerja di wilayah DKI Jakarta pada umumnya justru bertempat tinggal di wilayah sekitar DKI Jakarta. seperti Tangerang Selatan. Bagaimana aspirasi kaum muda pengguna Twitter untuk berpartisipasi dalam komunitas Nebengers. Daerah tersebut dipilih karna adanya pertimbangan bahwa daerah tersebut terdapat banyak populasi yang sesuai dengan penelitian ini, sehingga peneliti akan mudah menemukan sample sebagai informan, wilayah Distrik Tangerang Selatan sendiri merupakan wilayah yang terdapat banyak anggota Nebengers yang cukup banyak dan mewakili. b) Informan Informan untuk penelitian ini diambil dari beberapa yang berada dalam posisi tertentu seperti anggota, anggota sendiri terdiri dari dua katagori yaitu anggota sekaligus pengurus komunitas Nebengers dan anggota yang tergabung dan masih aktif dalam komunitas Nebengers minimal satu tahun. Pemilihan ini dilakukan agar data yang diambil berkualitas. Anggota tersebut dipilih 8 anggota dan dibagi lagi menjadi beberapa bagian. 3 anggota sekaligus pengurus, 5 anggota aktif. Informan dipilih karena memiliki kriteria yang sesuai dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab masalah yang diteliti. 23 c) Jenis dan Sumber data Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh pertama kali secara langsung dengan cara dicatat maupun diamati dari sumbernya (Marzuki, 1997:55). Perolehan data primer berasal dari para informan dari masing-masing golongan (anggota sekaligus pengrus dan anggota). Sedangkan data sekunder yang merupakan data yang telah ada sebelumnya juga dibutuhkan dalam penelitian ini. Data sekunder didapat dari internet, khususnya sosial media twitter. Data dari twitter tersebut nantinya berupa gambar yang berbentuk potongan-potongan tweet yang di-capture dari twitter. d) Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti akan mengunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: 1) Observasi Penelitian mengunakan pastisipant observasi, dimana peneliti akan terjun langsung ke lokasi penelitian dan membaur dengan mereka guna mendapatkan datadata yang diperlukan dalam penelitian ini. Dalam observasi ini tidak menutup kemungkinan peneliti akan ikut merasakan masuk dalam acara-acara yang diselengarakan komunitas Nebengers, masuk dalam forum-forum melalui media sosial dan lain sebagainya. Hal ini diharapkan peneliti dapat mendapatkan informasiinformasi yang lebih detail. Observasi akan dilakukan di Distrik Tangerang Selatan yang saya rasa dapat mewakili penelitian dalam komunitas Nebengers di perkotaan. 24 2) Wawancara Mendalam Teknik yang digunakan untuk menggumpulkan data adalah wawancara mendalam. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, dalam Sugiyono, 2008). Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur, untuk mendapatkan informasi menjawab pertanyaan tanpa terpaksa. Dalam wawancara tidak terstruktur peneliti belum mengetahui data yang diperoleh. Wawancara dilakukan lebih fleksibel dan luwes sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan cerita dari repsonden. Wawancara dilakukan pada delapan informan yang terpilih dan disesuaikan dengan status informan saat ini dalam komunitas Nebengers. Wawancara dilakukan dalam kurung waktu dalam satu minggu setelah peneliti melakukan observasi terlebih dahulu. 3) Pustaka atau Dokumentasi Penggunaan pustaka atau dokumentasi adalah salah satu upaya untuk menunjang data-data yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan. Informasi ini berupa data-data tertulis, foto maupun benda yang diambil dari buku, majalah ilmiah, media portal berita, dokumen umum, dokumen pribadi dan berbagai media informasi lainnya yang terkait dengan komunitas Nebengers. 4) Teknik analisis data Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data secara interaktif yaitu dengan mengatur dan menghubungkan tiga proses dalam analisisnya proses pertama 25 adalah reduksi data, penyajian data dan kesimpulan (Hubberman and Milles, 1994:428). Reduksi data ini ialah proses dimana penelitian menuliskan seluruh hasil data yang diperoleh dari observasi, wawancara, bahkan data sekunder, setelah semua data tertulis maka dilakukan penyortiran data sesuai dengan apa yang ada di dalam rumusan masalah. Dalam hal ini disortir hasil wawancara dengan informan, hasil pengalaman atau observasi dilapangan beserta hal printscreen dari akun twitter tersebut akan disortir secara terorganisir ditampilkan. Untuk tahap kesimpulan adalah setelah data ditampilkan terjadi interprestasi oleh peneliti, Sehingga rumusan masalah beserta hipotesis dapat terjawab dan serta teranalisis secara terperinci dan mendalam. Dalam proses analisisnya penelitian ini Sosial Twitter di Kalangan Muda Ibu kota