PENGEMBANGAN MODEL AGROWISATA UNTUK

advertisement
PENGEMBANGAN MODEL AGROWISATA
UNTUK PEMBERDAYAAN DAN KEMANDIRIAN PETANI HOLTIKULTURA
DI PROVINSI RIAU
PEKANBARU, BALITBANG RIAU, 29/12/2016. Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang) Provinsi Riau, bekerjasama dengan Pusat Pembangunan
Pengkajian Pedesaan dan Kemiskinan (P4K) Universitas Riau, mengadakan kajian
penelitian ‘Pengembangan Model Agroekowisata untuk Pemberdayaan dan
Kemandirian Petani Holtikulutura di Provinsi Riau’ pada tahun 2013 lalu. Kajian
penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Siak dan Kepulauan Meranti.
Pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara dalam pengembangan
suatu kawasan. Pengembangan pariwisata tidak terlepas dari keberadaan sumber daya
alam maupun sumberdaya buatan sebagai potensi daerah yang dimilikinya. Potensi
daerah tersebut merupakan salah satu sumber aset wisata yang diunggulkan baik
berupa keindahan alam, peninggalan budaya, ataupun komoditas unggulan khas daerah.
Banyak daerah yang memiliki keunggulan wisata tersendiri, seperti wisata budaya,
wisata alam, wisata pedesaan maupun wisata agro (agrowisata). Agrowisata bukan saja
merupakan usaha di bidang jasa yang menjual bagi pemenuhan kebutuhan konsumen
akan pemandangan alam yang indah dan udara yang segar, namun juga dapat berperan
sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan, memberi peluang
pengembangan diversifikasi produk agribisnis dan dapat menjadi kawasan
pertumbuhan wilayah.
Peluang sektor pariwisata cukup prospektif, karena selain sebagai salah satu
penghasil pertumbuhan ekonomi pariwisata sektor pariwisata diharapkan dapat
berpeluang untuk dapat menjadi pendorong pertumbuhan sektor pembangunan
lainnya, seperti sektor perkebunan, pertanian, perdagangan, perindustrian dan lain-lain.
Salah satu unsur dari sektor pertanian yang saat ini belum tergarap secara optimal
adalah agro wisata (agro tourism). Potensi agro wisata tersebut ditujukan dari
keindahan alam pertanian dan produksi di sektor pertanian yang cukup berkembang.
Agro wisata merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi
pertanian sebagai obyek wisata, baik potensi berupa pemandangan alam kawasan
pertaniannya maupun kekhasan dan keanekaragaman aktivitas produksi dan teknologi
pertanian serta budaya masyarakat petaninya. Kegiatan agro wisata bertujuan untuk
memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di
bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan
dan peternakan. Di samping itu yang termasuk dalam agro wisata adalah perhutanan
dan sumber daya pertanian.
Provinsi Riau memiliki berbagai potensi sumber daya alam yang belum semua
dimanfaatkan secara optimal, khususnya potensi sektor pertanian sebagai sumber
pendapatan masyarakat. Pada saat ini pembangunan pariwisata belum tampak optimal
dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Riau dalam mengembangkan kegiatan atau obyek
wisata yang berbasis Agrowisata. Seperti diketahui kondisi pariwisata yang ada di
Provinsi Riau masih terbatas pada pemanfaatan keadaan alamnya saja. Selain daripada
itu berdasarkan potensi geografisnya, sebagian besar penduduknya mempunyai mata
pencaharian bercocok tanam, ketersediaan tanah yang subur, dan persediaan air yang
melimpah, serta banyak ditemuinya lahan yang dapat dikelola untuk budidaya agro,
merupakan potensi besar untuk mengembangkan agrowisata berwawasan lingkungan,
namun nampaknya belum menjadi bahan pemikiran khusus dalam memadupadankan
antara pariwisata dan potensi alam serta aktivitas bertani masyarakatnya. Disatu sisi,
Pemerintah Provinsi Riau berkeinginan untuk menambah PAD dengan menggali potensi
yang ada serta ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu kondisi
ini sangat menarik untuk diteliti.
Adapun kajian penelitian tersebut bertujuan untuk : (1) Mengidentifikasi dan
mendapatkan gambaran potensi pengembangan agrowisata hortikultura; (2) Kajian
deregulasi atau kebijakan Pemerintah dalam upaya pengembangan agrowisata; (3)
Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam pengembangan agrowaisata; dan (4)
Merumuskan model pengembangan agrowisata untuk pemberdayaan dan kemandirian
petani hortikultura di Provinsi Riau.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan kajian adalah sebagai berikut :
1. Potensi pengembangan agrowisata di Provinsi Riau pada umumnya berbasis pada
komoditas hortikultura yang menjadi aktivitas usaha tani masyarakat, dengan
komoditi utama adalah buah-buahan khas lokal, seperti ditemukan di Desa Sungai
Mempura, Kabupaten Siak dan Desa Bokor Kabupaten Kepulauan Meranti. Potensi
komoditi hortikultura didukung oleh keberadaan objek-objek wisata lain seperti
objek wisata alam, objek wisata budaya, objek wisata budaya dan rohani, serta
didukung oleh keberadaan seni dan budaya lokal, sehigga memiliki potensi untuk
dikembangkan dalam satu paket wisata yang memberikan daya tarik tersendiri bagi
wisatawan.
2. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam upaya pengembangan agrowisata :
a) Pemerintah Kabupaten Siak telah mengisiniasi sebuah Peraturan Daerah untuk
mengkerangkai kepariwisataan di Kabupaten Siak. Perda ini berkontribusi
terhadap pemetaan wilayah, di lokasi mana daerah pariwisata di Siak yang layak
untuk dijadikan objek wisata dan holtikultura dengan sejumlah pertimbanganpertimbangan matang. Kabupaten Siak adalah telah tersusunnya Rencana Induk
Pariwisata Daerah (RIPDA) Kabupaten Siak. Ini akan menjadi pola besar yang
akan memayungi kerja-kerja kepariwisataan di Kabupaten Siak.
b) Kabupaten Kepulauan Meranti belum memiliki Perda dan Rencana Induk
Pariwisata sebagai payung hukum untuk mendorong percepatan pengembangan
pariwisata di Kabupaten Kepualauan Meranti.
3. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan agrowisata di Provinsi Riau adalah
sarana dan prasana pendukung masih kurang, kebijakan politik yang berkelanjutan
dalam pengembangan pariwisata yang belum berpihak, khususnya wisata agro.
Belum tersedia fasiitas penunjang wisata seperti pusat informasi dan pemandu
wisata yang aktif. Belum didukung secara sistematis dengan produk kerajinan dan
makanan tradisional dan belum tersedia gerai produk dan kerajianan tempatan di
kawasan-kawsan objek agrowisata yang potensial. Potensi agrowisata belum
dikenal oleh masyarakat luas, dan masih kurang kepedulian pemerintah dalam
pengembangan potensi wisata yang ditandai dengan tidak ditemukan badan
pengelola dan pengembangan kawasan agrowisata yang daerah-daerah potensial.
4. Model Community Based Tourism (CBT) yaitu konsep pengembangan suatu
destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal, di mana masyarakat
menjadi basis pengembangan agrowisata dan turut andil secara aktif dalam
perencanaan, pengelolaan, dan pemberian suara berupa keputusan dalam
pembangunan agrowisata. Model CBT cocok diterapkan di Kabupaten Siak dan
Kepulauan Meranti.
Berdasarkan hasil kajian penelitian tersebut, dihasilkan beberapa rekomendasi di
antaranya:
1. Perlu pembangunan dan penyediaan sarana dan prasana pendukung wisata dan
kebijakan politik yang berkelanjutan dalam pengembangan pariwisata khususnya
agrowisata, yang dilengkapi dengan payung hukum pengembangan agrowisata di
Provinsi Riau.
2. Penyiapan komunitas atau masyarakat menjadi titik awal pengembangan model
agrowisata di Provinsi Riau melalui pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan
pelaksanaan serta melakukan penyuluhan sadar wisata dan pembentukan
Kelompok Kerja Wisata yang berbasis masyarakat, sehingga dampak ekonomi
pengembangan agrowisata berbasis masyarakat dapat meningkatkan keberdayaan
dan kemandirian petani hortikultura di Provinsi Riau.
3. Pengembangan industri pariwisata khususnya agrowisata memerlukan kreativitas
dan inovasi, kerjasama dan koordinasi serta promosi dan pemasaran yang baik.
Pengembangan agrowisata berbasis masyarakat dan kawasan (Agropolitan)
menuntut adanya keterlibatan unsur-unsur wilayah dan masyarakat secara intensif
dan partisipatif.
Sumber :
Badan Penelitian dan Pengembangan Riau. 2013. Pengembangan Model Agroekowisata
untuk Pemberdayaan dan Kemandirian Petani Holtikultura di Provinsi Riau.
Pekanbaru: Balitbang Riau.
Download