PENELITIAN ETNOGRAFI DAN PENELITIAN GROUNDED THEORY

advertisement
PENELITIAN ETNOGRAFI DAN
PENELITIAN GROUNDED THEORY
Oleh:
Dra. Ninip Hanifah, M. Hum.
NIP: 195308151993032001
AKADEMI BAHASA ASING BOROBUDUR
JAKARTA
MARET 2010
Daftar Isi
I Pendahuluan
1
II Pembahsan
2
A.
Penelitian Etnografi
2
B. Objek Etnografi
4
C. Sejarah .ahirnya Etnografi
5
D. Etnograf sebsgai Sebuah Metode
5
E. Etnografi Modern Baru
6
F. Jenis-Jeris Etnografi
8
G. Karakteristik Etnografi
10
H. Prosedur Penelitian Etnografi
13
I.
19
Mempersiapkan Instrumen
J. Menetapkan Saorang Instrumen
20
K. Pelaku S Jbjel
21
L. Beberapa Prinsip Etika
21
M. Enkulturasi Penuh
22
N. Membual Catatan Etnogafi
23
O. Bahasa dan Catatan Etnografi
23
P. Jenis-jenis Calatan Laantjan
24
III. Penelitian Grounded Theory (Teori Dasar)
A. PengertUm Penelitian Grounded Theory
25
B. Pelaksanaan Grounded Ftesearch
29
C. Tahapan dalam Menghas ilkan Teori pada Grounded Research
30
D. Fase Desain Penelitian
' 31
E. Fase Pengumpulan Data
31
F. Fase Penyusunan Data
33
G. Fase Amilisis Data
33
H. Fase Perbandingan Literatur
33
I. Kesimpuan...
33
Daftar Pustaka
36
I
PENELITIAN ETNOGRAFI DAN GROUNDED THEORY
I. Pendahuluan
Etnograli merupakan cabang antropologi yang digunakan untuk menggambarkan,
menjelaskan dan menganalisis unsur kebudayaan suatu masyarakat atau suku bangsa.
Etnografi, dalarr kegiatannya memerikan (mengungkap) uraian terperinci mengenai aspek
cara berperilaku dan cara berpikir yang sudah membaku pada orang yang dipelajari, yang
dituangkan dalam bentuk tulisan, foto, gambar atau film. Kebudayaan meliputi segala
sesuatu yang berhubungan dengan perilaku dan pemikiran serta keyakinan suatu
masyarakat. Ha yang dipelajari bisa berupa bahasa, mata pencaharian, sistem teknologi,
organisasi sosial, kesenian, sistem pengetahuan, bahasa dan religi. Untuk memahami
unsur-unsur kebudayaan tersebut, peneliti biasanya tinggal bersama masyarakat yang
diteliti dalam wa<tu yang cukup ama untuk mewawancarai, mengamati, dan mengumpulkan
dokmen-dokumon tentang obyek yang diteliti.
Dengan
bahasan terhadap tulisan-tulisan tersebut,
mereka berusaha untuk
membangun tingkat-tingkat perkembangan evolusi budaya manusia dari masa manusia
mula muncul di muka bumi sanpai ke masa terkini. Mereka bekerja keras mengungkap
relaita yang tercapat dalam sua au komunitas masyarakat dan menyusun secara sistematis
deskripsi budaya-budaya pada masyarakat tersebut.
Menjelarg akhir abad ke-19, muncul pandangan baru dalam ilmu antropologi.
Kerangka evolu si masyarakat dan budaya yang disusun oleh para ahli teori terdahulu kini
dipandang sebagai tindakan yaig tidak realistis, tidak diukung oleh bukti yang nyata. Dari
sini kemudian muncul pemikiran baru bahwa seorang antropolog harus melihat sendiri
kelompok masyarakat yang menjadi objek kajiannya, jika dia ingin mendapatkan teori yang
lebih mantap. Irilah asal mula pemikiran tentang perlunya kajian lapangan etnografi dalam
antropologi.
Teknik etnografi utama pada masa awal ini adalah wawancara yang panjang, berkalikali, dengan beberapa informan kunci, yaitu orang-orang tua dalam masyarakat tersebut
yang kaya dentjan cerita tentaig masa lampau, tentang kehidupan yang "nyaman" pada
suatu masa dahulu. Orientasi teoretis para peneliti terutama berkaitan dengan perubahan
sosial dan kebu jayaan.
Berdasakan uraian di alas, makalah ini berisi kajian sederhana mengenai penelitian
etnografi yang dimulai dari sejarah munculnya penelitian etnografi sampai dengan prosedur
melaksanakan penelitian etnografi berdasarkan referensi tokoh-tokoh etnografi yang
berkompeten.
2
II. Pembahasan
A.
Pengertian Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti 'orang' dan graphein
yang berarti 't jlisan'.
Istilah itu kemudian diartikan sebagai sejenis tulisan yang
menggunakan bahan-bahan dari penelitian lapangan untuk menggambarkan kebudayaan
manusia. Menurut Spradley (1980: 6-8) kebudayaan merupakan seluruh pengetahuan yang
dipelajari manusia dan digunakan untuk menginterpretasi pengalaman dan membentuk
tingkah laku, dan ethrografi merupakan penelitian yang membahas kebudayaan, baik yang
eksplisit maupun implisit.
Etnografi adalah deskripsi tertulis mengenai organisasi sosial, aktivitas sosial, simbol
dan sumber material dan karakteristik praktik interpretasi suatu kelompok manusia tertentu.
(Duranti, 1997: 85). Mengacu pada pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa, penelitian
etnografi merupakan penelitian mengenai aktivitas sosial dan, perilaku masyarakat atau
kelompok masyarakat tertentu. Etnografi merupakan salah satu model penelitian yang lebih
banyak terkait jengan antropologi, yang mempelajari dan mendeskripsikan peristiwa
budaya, yang monyajkan pandangan hidup subjek yang menjadi obyek studi. Deskripsi itu
diperoleh oleh peneliti dengan cara berpartisipasi secara langsung dan lama terhadap
kehidupan sosial suatu masyarakat.
Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi. Etnografi merupakan
embrio dari antopologi, yaitu lahir pada tahap pertama dari perkembangannya, yaitu
sebelum tahun ' 800-an. Etnografi merupakan hasil-hasil catatan penjelajah Eropa ketika
mencari rempah-rempah ke Indonesia. Mereka mencatat semua fenomena menarik yang
dijumpai
selama
perjalanannya,
antara
lain
berisi
tentang
adat-istiadat,
susunan
masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut (Koentjaraningrat,
1989: 1). Charles Wnnick (1915: 193) mendefinisikan etnografi sebagai...the study of
individual culture s. It is primarily k deschptive and non interprestative study....
Etnografi berarti belajar tentang jantung dari ilmu antropologi, khususnya antropologi
sosial. Ciri-ciri khas dari metode penelitian lapangan etnografi ini adalah sifatnya yang
holistic-integrative, thmk descnption, dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan
native's point cf vie/v. Teknik pengumpulan data yang utama adalah partipasi dan
wawancara terbuka dan mendalam, yang dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lama,
3
bukan kunjungan singrat dengari daftar pertanyaan yang terstruktur seperti pada penelitian
survai.
Secara bahasa, etnografi berarti potret suatu masyarakat. Menurut Marvin Harris and
Orna Johnson (/.000), penelitian etnografi adalah gambaran tertulis tentang suatu budaya,
yaitu adat, kepercayaan, dan perilaku- berdasarkan pengamatan peneliti yang terjun
langsung ke lapangan. Etnografi adalah metode penelitian sosial yang tergantung
sepenuhnya pada pengamatan peneliti secara dekat sehingga ia perlu membekali diri
dengan kemampuan bahasa, budaya, dan pengetahuan mendalam tentang wilayah/bidang
penelitian,dan penggunaan metode yang sesuai dengan tujuan penelitian.
.
Fettermgn (dsilam Genzjk, 2003) mendefinisikan etnografi sebagai "...the art and
science of deserting a group or culture. The description may be of a small tribal group in an
exotic land or i\ classroom in middle-class suburbia." Secara lebih terperinci, American
Anthropological Association (2002) mendefinisikan etnografi sebagai: "... the description of
cultural systems or an aspect of culture based on fieldwork in which the investigator is
immersed in the ongoing everyday activities of the designated community for the purpose of
describing the social context, relationships and processes relevant to the topic under
consideration." Penelitian etnografi memusatkan perhatian pada keyakinan, bahasa, nilainilai, ritual, adat istiadat dan tingkah laku sekelompok orang yang berinteraksi dalam suatu
lingkungan sosial-ekcnomi, religi, politik, dan geografis. Analisis etnografi bersifat induktif
dan dibangun berdasarkan perspektif orang-orang yang menjadi partisipan penelitian.
Menurut Emzir (2008: 153-154), peneliti etnografer dapat dianalogikan dengan
seorang penjela ah hutan. Tujuan utama si penjelajah bukanlah untuk menemukan sesuatu
di dalam hutan tetapi membuat deskripsi suatu wilayah hutan tersebut (analog dengan
tujuan etnografer—meneskripsikan sebuah wilayah kultural). Untuk mencapai tujuan itu, si
penjelajahan dmwali dengan pertanyaan umum: Apakah ciri-ciri utama wilayah tersebut?
Untuk mempero eh jawaban terhadap pertanyaan ini si penjelajah berjalan ke satu arah dan
mengumpulkan informasi tentang pepohonan, jenis tanah, atau hewan-hewan yang
ditemuinya di sskitar rute tersebut. Kemudian dia bisa menapaki sebuah rute baru, dan
ketika menemukan sebuah danau dia mengelilinginya untuk mengumpulkan informasi dan
berupaya menggunakan rute yang sudah dikenalnya untuk mengukur jarak danau dari tepi
hutan. Selama menjelajah, dia akan sering membaca kompas, membuat catatan tentang
tanda-tanda yang menonjol, dan membuat umpan balik dengan cara menghubunghubungkan informasi tertentu dengan informasi lain serta memodifikasi informasi awal
sesuai dengan perkembangan informasi yang diperoleh. Setelah beberapa minggu,
penjelajah mungkin mengalam kesulitan untuk menjawab pertanyaan. "Apa yang Anda
4
temukan?". Namun ketika ditanya tentang gambaran wilayah hutan tersebut, dia akan
mampu menjelaskan secara panjang lebar.
1
B.
Objek Etnografi
Objek etiografi adalah kebudayaan yang memiliki unsur ekplisit dan implisit.
Penelitian tentang unsur-unsur kebudayaan yang eksplisit dapat dilakukan dengan mudah
karena unsur-unsur kebudayaan seperti itu relatif terungkap oleh partisipan secara sadar.
Sebaliknya, penelitian berhubungan dengan unsur-unsur kebudayaan yang implisit, yang
tercipta dan dipahami secara tidak sadar oleh pemiliknya, maka data dan makna harus
disimpulkan secara hati-hati berdasarkan penuturan dan tingkah laku para patisipan. Hal
inilah yang membuat seorang etnografe r perlu terlibat dalam kehidupan masyarakat yang
diteliti dengan berperan sebagsi pengamat berparisipasi (participant-observer). Spradley
(1980: 51) menekankan: "participation allows you to experience activities directly, to get the
feel of what events are like, and to record your own perceptions."
Menulis tentang masyarakat, penulisannya mengacu pada studi deskriptif. Dalam
perkembangannya, etnografi tidak hanya merupakan paparan saja, tanpa interpretasi.
Roger M. Keesiig (1989: 250) mendefinisikannya sebagai pembuatan dokumentasi dan
analisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya, dalam
mendeskripsikan sua u kebudayaan seorang etnografer juga menganalisis. Jadi, bisa
disimpulkan bahwa etnografi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu
kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam
kurun waktu yang sama.
Awalnya, etnografi digunakan dalam antropologi, metode ini kemudian diadopsi dan
dipergunakan secara meluas di hampir semua bentuk organisasi, komunitas, dan disiplin
ilmu.
Etnografer
kontemporer
meneliti
dunia
pendidikan,
kesehatan
masyarakat,
pembangunan pedesaan dan perkotaan, dunia penerjemahan dan bidang lain dalam
kehidupan manusia. Menurut Creswell (2008: 473), peneltian etnografi dapat dilakukan
untuk memeroleh pemahaman yang lebih mendalam tentang atau pola 'kaidah-kaidah'
(rules) yang merdasaii sesuatu yang 'dialami' atau 'dimiliki' {shared) oleh sekelompok orang
secara bersama, seperti tingkah laku, bahasa, nilai-nilai, adat-istiadat dan keyakinan. Dalam
konteks pendidikan, peneltian etnografi dapat dilakukan untuk memahami pola hubungan
antar guru di sebuah sekolah , proses pengajaran dengan menggunakan metode atau media
tertentu (seperti pengajaran kosa-kata dengan metode Total Physical Response), atau
prosedur pelaksanaan kegiatan tertentu, seperti program English Speaking Days di suatu
sekolah dan pembelajaran menc arang melalui internet di sebuah kelas. Cakupan kelompok
5
(masyarakat) yang diteliti bisa luas (sebuah universitas), sedang (sebuah fakultas) atau kecil
(sebuah kelas atau keluarga).
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa, etnografi adalah metode riset
yang menggunakan observasi langsung terhadap kegiatan manusia dalam konteks sosial
dan budaya sehari-hari. Etnograli berusaha mengetahui kekuatan-kekuatan apa saja yang
membuat manusa melakukan sesuatu. Objek etnografi adalah manusia dan kebudayaan
baik secara eksp isit maupun implisit.
C. Sejarah Lahirnya Metode Etnografi
Penelitian etnografi mulai populer sejak tahun 70-an (John Van Maanen, 1996).
Sebagai sebuah netocle yang dikembangkan dalam bidang antropologi, etnografi digunakan
oleh dua disiplir ilmu yang saling terkait, yaitu sosiolinguistik dan antropologi bahasa.
Perbedaan keduanya berakar dari sejarahnya. Antropologi bahasa merupakan satu dari
empat sub disiplin dari ilmu antropologi seperti yang diidentifikasi oleh Boas dan temantemannya pada awal abad dua puluh (Duranti:13). Sedangkan sosiolinguistik berasal dari
dialektologi yang berkembang pada akhir tahun 50-an.
Kedekatan kedua disiplin ilmu tersebut terjadi antara tahun 60-an sampai tahun 70an melalui usaha-usaha untuk menggabungkannya dalam satu wadah seperti yang
diusulkan Dell Hymes 'language use'. Ini terdapat dalam koleksi Gumperz dan Hymes tahun
1964, di mana Hvmes meramu bidang yang diberi nama etnografi komunikasi.
D. Etnografi Sebagai Sebuah Metode
Seperti d kemukakan sebelumnya, bahwa Etnografi adalah merupakan metode yang
dikembangkan c alam bidang artropologi yang merupakan pelukisan dan analisis tentang
kebudayaan suatu masyarakat atau suku bangsa. Etnografi biasanya terdiri atas uraian
terperinci menge nai aspek cara berperilaku dan cara berpikir yang sudah membaku pada
orang yang dipelajari, berupa tulisan, foto, gambar atau film yang berisi laporan atau
deskripsi tersebut. Yang dipelajari oleh ahli etnografi adalah unsur kebudayaan suatu
masyarakat seperti, bahasa,
nata pencaharian, sistem teknologi, organisasi sosial,
Aesenian, sistem pengetahuan, dan religi. Bila penulisan yang dilakukan menggambarkan
perbandingan antara dua atau lebih kelompok masyarakat, studi perbandingan tersebut
d\sebut etnologi.
Etnografi merupakan salah satu metode penelitian kualitatif. Terdapat beberapa
metode etnograi yailu, etnografi versi awal yaitu menggambarkan unsur kebudayaan
suatu masyarakat seperti, bahasa, mata pencaharian, sistem teknologi, organisasi sosial,
kesenian, sisterr pengetahuan, dan religi yang diperoleh dari sumber-sumber tidak langsung
seperti naskah atau peninggalan zaman dahulu. Etnografi baru adalah penggambaran
kehidupan masyarakat yang diperoleh dari anggota masyarakat tersebut berdasarkan polapola kehidupan masyarakat yang dimilki oleh penelitii. Dalam etnografi modern para peneliti
meneliti tentang the way of life
masyarakat tersebut dan menggali pola-pola yang ada
dalam masyarakat itu. Etnografi ala Spradley adalah menyusun strategi perilaku. Sehingga
dari metode-metode di atas dapat menghasilkan sebuah deskripsi kebudayaan.
Ahli antropologi linguistik menggunakan metode etnografi tradisional seperti
o Observasi partisipan dar\ bekerjasama dengan penutur asli untuk memperoleh
gambaran kehidupan masyarakat yang diteliti,
o Teknik elisitasi seperti yamg dilakukan oleh ahli linguistik tipologi yang tertarik pada
pola gramar.
Sekarang metode itu telah diintegrasikan dengan pendokumentasian praktik verbal
dengan cara baru yang dikembangkan oleh sosiolinguistik urban, analisis wacana, analisis
percakapan. Penemuan teknologi baru dalam perekaman bunyi dan perbuatan telah
memberi kontribusi yang besar lerhadap bahan kajian, meningkatkan ketelitian analitis. Hal
tersebut penting mengingat yarg pada saat ini masalah teknis, moral, dan politik semakin
meningkat kompleks yang dapat mempengaruhi pekerjaan pekerja lapangan. Objektivitas
dalam etnografi sering dipertanyakan ketika dikaitkan dengan pendekatan positivistis yang
menghendaki ooserver menghilangkan pikiran subjektif termasuk emosi, kecenderunan
politis, moral dan teoretikal. Namun hal ini jika dilakukan secara ekstrim dapat menghasilkan
catatan pengalaman etnografi yang buruk (De Martino 1961). Untuk dapat mengatakan
sesuatu tentang apa yang dilakukan orang, harus diidentifikasi titik pandang
pelaku
tersebut.
E. Etnografi Mlodern dan Etnografi Baru
1. Etnografi Modern
Metode etnografi modern, seperti yang umum dijalankan orang pada masa kini, baru
muncul pada dasawarsa 1915/1925, dipelopori oleh dua ahli antropologi sosial Inggris, A.R.
Radcliffe-Brown dan B. Malinowski. Ciri penting yang membedakan mereka dari para
etnografer awal adalah bahwa mereka tidak terlalu memandang penting hal ihwal yang
berhubungan dongan sejarah kebudayaan suatu kelompok masyarakat. Perhatian utama
mereka adalah Dada kehidupan masa kini yang sedang dijalani oleh anggota masyarakat,
yaitu tentang way oflife masyarakat tersebut.
Tujuan utama penelitian elnografi, menurut Malinowski, adalah "to grasp the native's
point of view, his relation to life, to realize his vision and his world", (menangkap sudut
pandang native terseibut, hubungannya dengan kehidupan, menyadari visinya dan
dunianya.) Semeitara Radcliffe-Elrown menjabarkan tujuan etnografi sebagai usaha untuk
membangun "a complex network of sosial relations, atau "social structure. Dikatakan oleh
Radcliffe-Brown,' I use the term social structure to denote this to study if I am working...as a
social anthropologist" (Saya menggunakan istilah struktur sosial untuk menunjuk kepada
jaringan hubungan yang sedang terjadi itu. Inilah yang saya anggap pekerjaan pengkajian
saya jika saya be kerja... sebagai seorang antropolog sosial).
Mengkombinasikan pandangan Malinowski dan Radcliffe-Brown, berarti tujuan dari
sebuah penelitian etnografi adalah untuk mendeskripsikan dan membangun struktur sosial
dan budaya suat J masyarakat. F ada masa ini budaya diefenisikan sebagai The way of Life
suatu masyarakat.
2.
Etnografi Baru
Berbeda dari etnografi modern yang dipelopori oleh Radcliffe-Brown dan Malinowski,
yang memusatkan pehatian pada organisasi internal suatu masyarakat dan membandingbandingkan system sosial.dalam rangka untuk mendapatkan kaida-kaidah umum tentang
masyarakat, maka etnografi baru ini memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana
berbagai masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan
kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan.
Jadi singkatnya, budaya itu ada di dalam pikiran (mind) manusia, dan bentuknya
adalah organisasi pikiran tentang fenomena material. Tugas etnografi adalah menemukan
dan menggambarkan organisasi pikiran tersebut.
Etnografi Baru Ala Spradley
Secara lebih spesifik, Spradley kemudian mendefinisikan budaya sebagai system
pengetahuan yang
g diperoleh manusia melalui proses belajar, yang mereka gunakan untuk
menginterpretasikan dunia sekeliling mereka, dan sekaligus untuk menyusun strategi
perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka.
Cara terbaik untuk belajar etnografi adalah melakukannya, kerjakan, terus kerjakan.
Namun, untuk mengerjakan secara sistematis, terarah, dan efektif diperlukan satu metode
panduan yang khas Metode ini disebut Developmental Research Sequence, atau "Alur
Penelitian Maju Bertahap". Metode ini diasarkan atas 5 prinsip, yaitu teknik tunggal,
identifikasi tugas, maju bertahap, penelitian orisinal dan problem-solving.
8
F.
Jenis-Jenis Etnografi
Menurut Oreswell (2008: 475) penelitian etnografi memiliki beragam bentuk. Akan
tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan adalah
etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.
1.
Etnografi Realis
Etnografi realis merupakan pendekatan yang populer di kalangan antropolog.
Pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para partisipan secara obyektif
berdasarkan informasi yang diperoleh langsung dari para partisipan di lapangan
penelitian dan dipaparkan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga (third
person point of view).
Tiga ciri khas etnografi realis menurut Creswell (2008: 475); Pertama, peneliti
mengungkapkan laporan penelitiannya melalui pandang orang ketiga berdasarkan data
yang diperolei melalui pengamatan atas partisipan dan pandangan-pandangan mereka.
Peneliti tidak melihatkan refleksi peribadinya dan berupaya bertindak hanya sebagai
peliput fakta-fakta. Kedua, peneliti memaparkan data-data obyektif dalam bentuk
informasi yang terukur dan bebas dari bias, afiliasi politik, dan penilaian personal. Peneliti
boleh mengikutsertakan data-data tentang kehidupan sehari-hari para partisipan yang
disusun dalam kategori-kategori standar penggambaran kultural, seperti keluarga, sistem
status, jaringa n-jarhgan sosial, dan lain-lain. Ketiga, peneliti mengungkapkan pandangan
para partisipan melalui kutipan-kutipan penuturan mereka yang diedit tanpa merubah
makna. Peneliti menyatakan interpretasinya tentang gambaran budaya yang diteliti pada
bagian akhir laporan.
2. Studi Kasus
Sebagai sebuah bentuk etnografi, studi kasus didefinisikan sebagai "an in-depth
exploration of a bounded system (e.g. an activity, event, process, or individuals) based on
extensive collection" (Creswell, 2008: 476). Istilah "bounded" atau "terbatas" dalam
definisi ini berarti bahwa 'kasus' yang diteliti terpisah dari hal-hal lain dalam dimensi
waktu, temps t, dan batas-batas fisik tertentu. Artinya, hasil penelitian yang diperoleh
hanya berlalu baci objek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasi pada objek lain
meskipun masih sejenis. Dalam ilmu psikologi, studi kasus didefinisikan sebagai "an indepth study of one person" (Wagner, 2009). Kebanyakan karya dan teori Freud
dikembangkan berdasarkan berbagai studi kasus terhadap individu yang dilakukan
dengan menganalisis setiap aspek dan pengalaman hidup seseorang untuk menemukan
pola-pola dan penyebab tingkah laku orang tersebut.
9
Objek yang biasanya diteliti dengan prosedur ini memiliki karakteristik; kasus bisa
berbentuk incividu tunggal, beberapa individu yang terpisah dalam sebuah kelompok
khusus, sebuah program, peristiwa-peristiwa yang berhubungan erat, atau aktivitasaktivitas. Jadi, dale m konteks pendidikan kasus yang diteliti bisa berbentuk "Kehidupan
Seorang Gurj Teadan Nasional Sebagai Pendidik", "Intervensi Bahasa Ibu dalam
Pelafalan Bahasa Inggris oleh Siswa-Siswa Berkebangsaan Jepang di Sekolah
Internasional Global Jakarta", "Upaya-Upaya Kelompok Dosen Bahasa Inggris di
Universitas X Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Mahasiswa", "Proses
Pembelajaran Menulis Surat Niaga di SMK X", "Proses Penulisan Buku Ajar Reading
Comprehension di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas X", dan lain-lain.
3.
Etnografi Kritis
Etnogiafi
kritis
merupakan
pendekatan
penelitian
yang
digunakan
untuk
membantu dsn memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat yang termarjinalisasi.
Etnografer
kritis
biasanya
merupakan
individu
berpikiran
politis
yang,
melalui
penelitiannya, ingin memberikan bantuan melawan ketidakadilan dan penindasan.
Etnografer
f
kritis, misalnya, Disa meneliti sebuah sekolah yang memberi perlakuan
istimewa terhadap siswa dari golongan tertentu, menciptakan situasi yang tidak
mendukung bagi siswa dari kelompok tertentu, atau cenderung menganggap siswa lakilaki berpikiran lebih logis daripada siswa perempuan, dan sebagainya.
Menurut Creswell (2008: 478) ciri khas etnografi kritis adalah sebagai berikut.
Pertama, etnografer kritis mempelajari isu-isu sosial tentang kekuasaan, pemberdayaan,
ketidakadilan, dominasi, represi, hegemony, dan penindasan. Kedua, penelitian
diarahkan urtuk menghentikan marginalisasi terhadap individu-individu yang diteliti
dengan cara bekerjasama, berpartisipasi aktif, menegosiasikan laporan akhir dengan
para partisipan, dan memberikan bantuan atau perhatian ketika memasuki dan
meninggalkan
lapangan
penelitian.
Ketiga,
etnografer
kritis
menyadari
bahwa
interpretasinya dipengaruhi deh kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu, interpretasi
tersebut bersifat tentatif, selalu dapat dipertanyakan, dan didasarkan pada pandangan
para partisipan dari pembaca. Keempat, etnografer kritis menempatkan dirinya sebagai
pemberdaya para partisipan sehingga laporan penelitiannya memuat orientasi pada nilainilai, pemberdayaan partisipan melalui peningkatan otoritas, dan tantangan kepada
status-quo. Akibatrya, etnografer kritis tidak lagi bertindak sebagai pengamat objektif—
seperti yang dilakukan etnografer realis. Kelima, posisi etnografer kritis yang tidak netral
memungkinkan
baginya
un:uk menyarankan
perubahan dalam
masyarakat agar
kelompok-kelompok yang seama ini terpinggirkan tidak lagi dimarginalkan. Keenam,
10
laporan penelitian memuat data yang variatif, berjenjang, dan kontradiktif yang diperoleh
dengan beragan metode.
G.
Karakteristik Pokok Etnograf
Ada dua pijakan teoritis yang memberikan penjelasan tentang model etnografi, yaitu
interaksi simbolik dan aliran fenorr onologi, termasuk konstruksi sosial dan etnometodologi.
Selama ini pemahaman etnografi selalu dilandasi oleh pemikiran James P. Spradley (1979:
5). Pemikirannya dilandasi oleh teori interaksi simbolik. Di dalam teori itu, budaya dipandang
sebagai sistem simbolik yang bisa diartikan bahwa makna tidak berada dalam benak
manusia, tetapi simbol dan makna itu terbagi dalam aktor sosial—di antara, bukan di
dalam dan mereka adalah umum tidak mempribadi.
Mengingat begitu beragamnya ciri-ciri khas yang dimiliki masing-masing jenis
etnografi seperti terlihat pada etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis, sulit
menentukan karakteristik umum yang terdapat dalam semua jenis itu. Akan tetapi, untuk
tujuan mengenal penelitian etnografi sehingga penelitian ini dapat dibedakan dari penelitian
kualitatif lainnya, psmahaman terhadap ketujuh karakteristik berikut sudah sangat memadai.
1. Tema-Tema Kultural
Etnograler pada umumnya meneliti tema-tema budaya yang diadopsi dari bidang
antropologi kultural. Dalam etnografi tema kultural didefinisikan sebagai sebuah
pandangan umum yang didukung oleh sebuah masyarakat, baik secara langsung atau
tersirat (Creswell, 2008: 480). Tujuan etnografer bukanlah mencari pola-pola tingkah laku,
keyakinan yang mungkin sudah terlihat tetapi menambah pengetahuan tentang bagianbagian dari kebudayaan dan meneliti tema-tema kebudayaan yang spesifik.
2. Sebuah Kelompok Kuttural
Etnograler umumnya meneliti suatu unsur budaya yang secara bersama-sama
dimiliki sekelorrpok individu pada sebuah lapangan penelitian (seperti guru-guru bahasa
Inggris SD di sebuah kecamatan, siswa sebuah kelas, sekelompok mahasiswa yang
sedang melaksanakan PPL). Dengan demikian, partisipan yang diteliti biasanya terdiri
dari beberapa ndividu yang terikat oleh satu atau lebih unsur kebudayaan. Meskipun
demikian, etnograf—khususnya studi kasus—bisa juga diterapkan kepada seorang
individu (seperti seorang kepala sekolah, seorang penerjemah profesional, dan lain-lain).
3. Kepemilikan Bersama atas Pola-Pola Tingkah laku, Keyakinan, dan Bahasa
Etnograer bertujuan menemukan pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa
yang dimiliki/di adopsi secara bersama-sama oleh sekelompok individu dalam kurun
waktu tertentu. Yang dimaksud dengan tingkah laku dalam etnografi adalah tindakan
11
yang dilakukan oleh individu dalam sebuah latar kultural. Sedangkan keyakinan
berhubungan dengan bagaimana individu berpikir atau memahami sesuatu dalam sebuah
latar kultural. E ahasa dalam etnogafi merujuk pada bagaimana individu berbicara dengan
individu lain dalam sebuah latar kultural. Tujuan untuk menemukan pola-pola tingkah
laku, keyakinan, dan bahasa yang dimiliki bersama ini mengimplikasikan dua poin
penting. Pertama, kelompok yang diteliti harus memiliki/menganut pola-pola bersama
yang dapat dideteksi oleh peneliti. Kedua, setiap anggota kelompok yang diteliti samasama mengadopsi setiap tingkah laku, keyakinan, dan bahasa maupun kombinasi ketiga
unsur itu.
4. Penelitian Lapangan
Penelitan lapangan dalam konteks etnografi berarti peneliti menjaring data di
lokasi tempat partisipan dan pola-pola kultural yang diteliti berada. Etnografer menjaring
data dengan cara tinggal bersama dengan para partisipan untuk mengamati bagaimana
mereka pola-pola yang mereka gunakan ketika bekerja, bersantai, beribadah, dan lainlain. Untuk nremeroleh pemahaman yang lebih mendalam, peneliti bisa turut serta
bekerja, bermain, atau beribadah dengan para partisipan. Bukan tidak mungkin seorang
etnografer yang sedang meneliti sistem pernikahan di sebuah komunitas juga menikahi
salah seorang partisipan untuk memeroleh pemahaman yang mendalam.
Data-data yang dijaring etnografer dibedakan ke dalam tiga jenis: data emik, data
etik, dan data negosiasi. Datai emik merupakan informasi yang diberikan langsung oleh
para partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep tingkat pertama, yang
berbentuk
bahasa
lokal,
pemikiran-pemikiran,
cara-cara
berekspresi
yang
dimiliki/digunakan secara bersama-sama oleh para partisipan. Data etik merupakan
informasi beroentuk interprelasi peneliti yang dibuat sesuai dengan perspektif para
partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep tingkat kedua, yaitu ungkapanungkapan atau terminologi yang dibuat peneliti untuk menyatakan fenomena yang sama
dengan yang diungkapkan para partisipan. Data negoisasi merupakan informasi yang
disetujui bersama oleh para partisipan dan peneliti untuk digunakan dalam penelitian.
Negoisasi dapat
erjadi dalam tahapan yang berbeda-beda selama pelaksanaan
penelitian. Di awal penelitian, misalnya, para partisipan dan peneliti meyepakati bidangbidang apa saja yang akan digali oleh peneliti, bagaimana memperlakukan setiap individu
di lapangan penelitian, dan lain sebagainya, dan sebagainya. Pada saat penelitian
berlangsung, peneliti dapat mengklaifikasi makna, penggunaan,dan ruang lingkup
sebuah ungkapan.
12
5.
Deskripsi, Tema-Tema, dan Interpretasi
Tujuan penelitian etnografi adalah menggambarkan dan menganalisis budaya
yang dimiliki bersama oleh sekelompok individu serta membuat interpretasi tentang polapola yang terlihat maupun didengar. Sewaktu mengumpulkan data, etnografer pada
hakikatnya sudah mulai mengerjakan penelitiannya karena pada saat itu dia telah
melakukan analisis data untuk mendeskripsikan para partisipan dan lapangan tempat
budaya yang dimiliki bersama itu berada. Pada saat yang sama peneliti juga secara
simultan menganalisis pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa serta menarik
kesimpulan tentang makna yang diperoleh dari pengamatan terhadap partisipan dan
lapangan penelitian.
Dalam etnografi deskrpsi diartikan sebagai uraian terperinci tentang individuindividu atau lapangan penelitian yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang
terjadi pada kelompok yang diteliti. Deskripsi tersebut harus terperinci dan menyeluruh.
Deskripsi harus mampu menggugah seluruh indera pembaca sehingga mereka merasa
seolah-olah hadir di lapangan penelitian dan berinteraksi dengan para partisipan.
Perbedaan antara deskripsi dan tema kadang kadang sulit dibuat. Yang dapat
dijadikan untuk menentukan tema adalah bahwa tema dihasilkan dari interpretasi atas
fakta-fakta tentang orang dan aktivitas. Fungsi tema adalah untuk membuat informasi
atau
fakta
bermakna.
Dailam
etnografi,
tema-tema
yang
dihasilkan
selalu
mengungkapkan pola-pola tingkah laku, pikiran, atau bahasa yang dimiliki secara
bersama-sama oleh para partisipan.
6. Konteks atau Latar
Dalam etnografi, konteks berarti latar, situasi, atau lingkungan yang menaungi
kelompok individu yang ditelili. Konteks ini dibentuk oleh berbagai unsur yang saling
berhubungan, sepeiti sejarah, agama, politik, ekonomi, dan lingkungan sekitar. Konteks
bisa berbentuk sebuah lokasi fisik (seperti wilayah sebuah desa, gedung-gedung sebuah
sekolah, warna tembok sebuah ruangan kelas, dan sebagainya), konteks historis para
individu dalam kelompok dimaksud (seperti pengalaman sekelompok prajurit selama
menjalani latihan perang di sebuah hutan), kondisi sosial (seperti mobilitas perpindahan
antar provinsi
stalus profesonalisme, dan lain sebagaimya, atau kondisi ekonomi
(seperti tingkatan penghasilan atau sistem distribusi penghasilan yang tidak dapat
merubah nasib
i kaum miskin.
13
7.
Refleksivitas Peneliti
Dalam etnografi, refleksivitas merujuk pada kesadaran dan keterbukaan peneliti
utuk membahas bagaimana dia dapat menjalankan perannya sambil tetap menghargai
dan menghormati lapangan dan para partisipan. Karena penelitian etnografi menuntut
peneliti tinggal dalam jangka waktu yang relatif lama di lapangan, peneliti harus
memikirkan dampaknya terhadap lapangan dan para partisipan. Itulah sebabnya
mengapa peneliti harus berregoisasi dengan orang-orang penting di lapangan ketika
akan memasuki lapangan itu Dalam penulisan laporan, peneliti juga menyadari bahwa
interpretasi yang dibuatnya dipengaruhi oleh latar belakang budayanya sendiri sehingga
interpretasi dan kesimpulannya bersifat tentatif sehingga tetap terbuka untuk didiskusikan
kembali. Oleh karena itu, dalam laporan itu peneliti perlu menunjukkan posisi dan sudut
pandang yang digunakannya dalam menginterpretasi.
Sebagai contoh, seorang
etnografer yang meneliti majalah-majalah remaja untuk mempelajari perkembagan
identitas remaja-remaja wanita menyatakan posisinya sebagai berikut: "Saya tidak mau
dipandang sebagai guru atau orang yang memiliki otoritas, ... Mereka mempercayai saya
dan kami menegoisasikan sejenis hubungan yang menunjukkan kesenjangan antara pola
identitas mereka dengan wani ta dewasa (Creswell, 2008:480).
H.
Prosedur Penelitian Etnografi
Gambar 1: Siklus Penelitian Etnografi (Spradley, 1990: 29)
14
Penelitian etnografer berlangsung tidak secara linear, melainkan dalam bentuk
siklus. Berbagai tahapan, seperti pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi,
dilakukan secara simultan dan tisa diulang-ulang. Menurut Spradley (1980: 22-35) siklus
penelitian etnografi mencakup eram langkah: (1) pemilihan proyek etnografi, (2) pengajuan
pertanyaan, (3) pengumpulan dai a, (4) perekaman data, (5) analisis data, dan (6) penulisan
laporan.
1. Pemilihan Proyek Etnografi
Menuiut Creswell (2C08: 486), langkah-langkah utama pelaksanaan penelitian
adalah mengidenlikasi tujuan penelitian, desain apa yang akan digunakan, dan
bagaimana tujuan itu dihubungkan dengan masalah penelitian. Ketiga hal ini akan
menentukan apakah proyek penelitian yang akan dilaksanakan merupakan desain
etnografi realis, studi kasus, atau etnografi kritis. Setelah itu, apapun desain yang dipilih,
peneliti pedu meminta izin dari otoritas lembaga atau kelompok yang akan diteliti.
2. Pengajuan Pertanyaan
Pekerjaan lapangan etnografi dimulai dengan pengajuan pertanyaan etnografi.
Walaupun pengajuan dilaksanakan secara intensif pada saat wawancara, aktivitas ini
pada dasarnya sudah dilakukan pada saat observasi. Tiga pertanyaan utama yang
diajukan pada saat observasi adalah: "Siapa yang ada di latar penelitian?", "Apa yang
mereka lakukan?" dan "Apa latar fisik situasi sosial tersebut?". Setelah itu, peneliti
melanjutkan observasinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih
terfokus.
3. Pengumpulan Dai a
Tugas utama kedua seorang etnografer adalah mengumpulkan data etnografi.
Dalam etnografi, pengumpulan data dilakukan dengan prosedur beragam {multiple
procedures), dan intensitas prosedur-prosedur itu bervariasi sesuai tipe etnografi yang
dilakukan.
Dalam penelitian etnografi realis, peneliti akan tinggal bersama dengan para
partisipan dalam waktu yang relatif lama. Dia akan membuat catatan-catatan lapangan
berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara, pengamatan langsung terhadap
kegiatan-kegiatan kebudayaan para partsisipan, dan pengamatan atas artifak, dan
simbol-simbol.
Dalam
pemahamar
penelitian
mendalam
studi kasus,
lentang
suatu
sesuai dengan tujuan untuk memeroleh
fenomena
atau
kasus,
peneliti
dapat
15
mengumpulkan
e data melalui wawancara, pengamatan, dokumen, dan rekaman-rekaman
audivisual.
Dalam
perelitian etnografi kritis, pengumpulan data lebih terfokus pada
kolaborasi artara peneliti dan partisipan dengan agenda meningkatkan pemahaman
para partisipan tentang situasi tertentu dalam hidup mereka dan langkah-langkah apa
yang perlu diambil untuk memperbaiki situasi itu. Kerjasama ini bisa berbentuk
penglihatan partisipan dalam membuatdesain penelitian, perumusan pertanyaanpertanyaan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Bahkan partisipan mungkin
saja dilibatkan secara aktif dalam penulisan laporan akhir.
4. Perekaman Data
Data etnografi yang diperoleh melalui berbagai prosedur tersebut direkam dan
diorganisasikan sebaik mungkin sesuai dengan jenis dan bentuknya. Sebagian data
dapat direkam dalam bentuk catatan lapangan. Sebagian lagi direkam dalam bentuk
foto, peta, video, dan cara-cara lain. Yang penting rekaman-rekaman data tersebut
dapat dipahami dengan mudah ketika mengadakan analisis.
5. Analisis Data
Dalan penelitian etnografi, analisis data dilakukan secara simultan dengan
pengumpular data, karena salah satu tujuan analisis data adalah untuk menemukan dan
merumuskan pertanyaan-pertanyaan spesifik yang jawabannya dicari dalam rekamanrekaman data yang sudah ada atau dalam pengumpulan data berikutnya. Seiring
dengan diperolehnya jawaban atas pertanyaan tersebut maka pengembangan deskripsi,
analisis tema-tema, dan penginterpretasian makna informasi juga telah berlangsung.
Diliha: dari tahapannya, data dianalisis melalui empat bentuk: analisis domain,
analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema kultural. Analisis domain
digunakan uituk memeroleh gambaran umum atau pengertian menyeluruh tentang
objek penelitan atau situasi sosial. Hasil yang diharapkan adalah pengertian di tingkat
permukaan mengenai domain atau kategori-kategori konseptual tertentu. Analisis ini
dilakukan daam enam tahap: (1) memilih salah satu dari sembilan hubungan semantis
yang bersifat universal—jenis;, spasial, sebab-akibat, rasional/alasan, lokasi, fungsi, cara
mencapai tujuan,
urutan/tahap, dan karakteristik/pelabelan/pemberian nama; (2)
menyiapkan lembar analisis domain; (3) memilih salah satu sampel catatan lapangan
terakhir untuk memulai analisis; (4) memberi istilah acuan dan istilah bagian yang cocok
dengan hubungan semantis dari catatan lapangan; (5) mengulangi usaha pencarian
16
domain hingg a semua hubungan semantis habis; dan (6) membuat daftar domain yang
telah teridentiukasi. (Moleong, 2004: 149-150).
Analis s taksonomi digunakan untuk menjabarkan domain-domain yang dipilih
menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya. Hal ini dilakukan melalui
pengamatan vang lebih terfokus. Analisis ini dilakukan dalam tujuh tahap: (1) memilih
satu domain untuk dianalisis; (2) mencari kesamaan atas dasar hubunan semantis yang
sama yang digunakan untuk domain itu; (3) mencari tambahan istilah bagian; (4)
mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat dimasukkan sebagai sub
bagian dari domain yang sedang dianalisis; (5) membentuk taksonomi sementara; (6)
mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah dilakukan; dan (7)
membangun taksonomi secara lengkap (Moleong, 2004: 149-150). Gambar 2 adalah
contoh analisis taksonomi fungsi TPR yang disederhanakan. Sedangkan Gambar 3
merupakan contoh analisis taksonomi tentang proses atau tahapan TPR.
Setelah analisis taksonomi, dilakukan wawancara atau pengamatan terpilih untuk
memperdalam data (mencari ciri spesifik setiap struktur internal) yang telah ditemukan
melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras atau mengontraskan antar elemen
dalam suatu domain. Analisis inilah yang disebuat sebagai analisis komponensial.
Analisis tema kultural dilakukan dengan cara mencari benang merah di antara
domain untuk memeroleh tema-tema seperti nilai-nilai, premis, etos, pandangan dunia,
atau orientasi kognitif (Sarwono, 2006: 243). Analisis ini berpangkal pada pandangan
bahwa segala sesuatu yang diteliti pada dasarnya merupakan sesuatu yang utuh atau
tidak terpecah-pecah. Analisis ini dilakukan dalam tujuh tahap: (1) melebur diri; (2)
melakukan analisis: komponen terhadap istilah acuan; (3) menemukan perspektif yang
lebih luas melalui pencarian domain dalam pandangan budaya; (4) menguji dimensi
kontras seluruh domain yang telah dianalisis; (5) mengidentifikasi^ domain terorganisir;
(6) membuat gambar untu memvisualisasikan hubungan antar domain; dan (7) mencari
tema universal, yang biasanya dipilih satu dari enam topik berikut: konflik sosial,
kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial, hubungan sosial pribadi, pemerolehan dan
pemeliharaar status, dan pemecahan masalah (Moleong, 2004: 149-150). Dalam
penelitian pengajaran kosa kata dengan menggunakan TPR, tema kultural yang dicari
mungkin saja merupakan kontradiksi budaya (bila temuan yang menonjol adalah
perbedaan prosedur TPR yang diteliti dengan yang standar atau yang ada dalam teori)
atau pemecahan masalah(bila temuan yang menonjol adalah penerapan TPR yang
diteliti merupakan upaya gjru untuk meningkatkan hasil pembelajaran kosa kata
siswanya).
17
Peneliti yang berpengalaman dapat melakukan bentuk-bentuk analisis ini secara
simultan selama periode penelitian. Untuk memeroleh hasil yang lebih komprehensif,
peneliti pemi la disarankan berlatih melakukan analisis tersebut secara berurutan dalam
Gambar 4: Siklus Analaisis Data Etnografi.
6. Penulisan Laporan
Penuisan laporan merupakan tugas utama terakhir seorang peneliti etnografi.
Karena penelitian etnografi melibatkan suatu open-ended enquiry, mungkin saja peneliti
diharuskan mengadakan analisis yang lebih intensif jika pada saat menulis laporan dia
menemukan pertanyaan-perlanyaan baru yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
Laporan penelitian haus disesuaikan dengan tipe penelitian yang dilakukan.
Etnografi realis ditulis sebagai laporan yang objektif tentang kelompok sosial yang dieliti.
Pandangan-pandangan dan bias harus diletakkan hanya pada bagian latar belakang.
Diskusi yang dipaparkan pada bagian akhir laporan harus mengindikasikan bahwa
peneliti hari;'a membantu mensistematiskan pengetahuan tentang kebudayaan yang
diteliti. Pengetahuan itu sendiri benar-benar didasarkan pada sikap, pemikiran, atau
bahasa yanc dimiliki bersama oleh para partisipan.
Sebuah studi kasus mungkin saja lebih terfokus pada penggambaran terperinci
tentang kasus yang diteliti, bukan pada pengembangan tema kultural. Sedangkan studi
kasus lain mungkin saja menyeimbangkan laporan pada deskripsi dan tema kasus yang
diteliti.
18
Dalam etnografi realis, peneliti biasanya menyimpulkan laporannya dengan
mengutarakar isu-isu kritis yang menjadi titik-tolak pelaksanaan penelitian, yang
kemudian diikuti oleh saran untuk tindak lanjut {call for action) dan pemaparan tentang
perubahan atau keuntungan yang telah diperoleh peneliti dan para partisipan.
Langkah-langkah Menulis sebuah Etnografi
Langkah Satu
Memilih Khalayak
Langkah Dua
Memilih tesis.
Langkah Tiga
besar.
Menbuat sebuah daftar topik dan membuat sebuah garis
Langkah Eimpat
Menulis naskah kasar untuk masing-masing bagian.
Langkah lima
Merevisi garis besar dan membuat anak judul.
Langkah Einam
Mengedit naskah kasar.
Langkah Tujuh
Menuliskan pengantar dan kesimpulan.
Langkah Delapan
Menuliskan kembali tulisan mengenai contoh-contoh.
Langkah Sembilan : Men jlis naskah akhir.
Langkah-langkah membuat Analisis Komponen
Analisis komponen meliputi keseluruhan proses pencarian berbagai kontras,
pemilihan berbagai kontras itu, mengelompokkannya sebagai dimensi kontras, dan
memasuktan semua infornasi ini ke dalam sebuah paradigma.
Langkah Satu
Pilih sebuah rangkaian kontras untuk analisis
Langkah Dua
Temukan semua kontras yang telah ditemukan sebelumnya
Langkah "iga
Persiapkan sebuah kerja paradigma
Langkah I Empat
Identifikasi dimensi-dimensi kontras yang mempunyai nilai
kembar
Langkah l.ima
: Gabungkan dimensi-dimensi kontras yang sangat terkait menjadi
dimensi kontras yang mempunyai nilai ganda.
Langkah I Enam
. Persiapkan pertanyaan kontras untuk memperoleh atribut-atribut
yang hilang serta dimensi-dimensi kontras yang baru.
Langkah Tujuh
: lakukan sebuah wawancara untuk memperoleh data yang
diperlukan.
Langkah Delapan : Persiapkan sebuah paradigma lengkap.
19
I.
Mempersiapkan instrumen
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instalment atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrument juga harus divalidasi
seberapa jauh psnelit kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke
lapangan. (Sugiyono, 2010: 222). Validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi
validasi terhadap perns harnan metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap
bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara
akademik maupun logistik. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi
diri seberapa j aur pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, sertai kesiapan dan bekal memasuki lapangan.
Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun
selanjutnya setelah fokjs penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan
instrumen penelitan sederhana, yang diharapkan melengkapi data dan membandingkan
dengan data yang telah ditentukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun di
lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan
pengumpulan data, analisis dan rrembuat kesimpulan.
Bila dilihat dari >egi cara aitau teknik pengumpul data, maka teknik pengumpul data
dapat dilakukan dencian obser/asi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner
(angket), dokumentasi, dan gabungan keempatnya.
Observasi
Macam Teknik
Pengumpulan Data
Wawancara
Dokumentasi
Triangulasi/
20
a.
Teknik Pengumpulan Data dengan Observasi
Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2010: 226) mengklasifikasikan observasi menjadi
observasi berpartisipasi (participant observation), observasi terus terang atau tersamar
(overt observation dart covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured
observation). Spadly (1988) menbagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive
participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.
Observasi yang
pasif
Observasi
Observasi
partisipatif
Observasi yang
moderat
Macam-mac am
observas)
Observasi terus
Observasi yang
terang dan
aktif
Observasi yang
lengkap
Observasi tak
terstruktur
J.
Menetapkan Seorang Informan
Seorang nforman adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang
kata-kata, frasa dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan
sumber informasi. (Spedley, 1997: 35). Informan merupakan pembicara asli (native
speaker). Informan memberikan model untuk dicontoh oleh etnografer. Etnografer ingin
belajar menggunakan bahasa asli dengan cara yang dilakukan oleh informan. Informan
merupakan sumber informasi. Secara harfiah, mereka menjadi guru bagi etnografer.
Informan merupakan sumber informasi mengenai apa yang mereka ketahui tentang budaya
atau kehidupannya, dan tugas peneliti adalah mendeskripsikan apa yang diketahui informan
untuk disampaikan kepada sejawat
Hampir semua orang dapat menjadi informan, tetapi tidak setiap orang dapat
menjadi informan yang baik. Hubungan antara etnografer dengan informan penuh dengan
kesulitan. Salah satu tantangan besar dalam melakukan etnografi adalah untuk memulai,
mengembangkan, dam mempertahankan hubungan dengan informan yang produktif.
21
(Spredley:1997: 59). Mengacu pada uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam
melaksanakan penelitian etnografi, kita harus mencari informan yang betul-betul mampu
memberikan da a yang lengkap
Seorang
etnografer mencari orang awam dengan pengetahuan awam dan
membangun di atas pengalaman umum mereka. Perlahan-lahan, melalui serangkaian
wawancara, dengan berbagai penjelasan yang diulang-ulang, serta dengan menggunakan
berbagai pertanyaan yang spesifik, orang awam dapat menjadi in forman yang baik.
Keberhasilan sebuah penelitian etnografi bergantung banyak fakor. Salah satunya
adalah informan. Pemilihan seorang in forman sangat penting karena ia yang akan diajak
bekerja sama untuk mengumpilkan data. Banyak peneliti mula yang tidak berhasil karena
kegagalannya dalam menemukan informan yang baik., yaitu seorang yang membantu
etnografer pem jla dalam mempelajari budaya informan yang pada waktu yang sama juga
belajar mengenai keterampilan mewawancarai.
Untuk menghasilkan data yang baik, informan harus dipilih yang memenuhi syarat.
Spredly (1997: (11) mengemukakan, persyaratan minimal untuk memilih informan yang baik
1. enkulturasi penuh
2. keterlibatan langsung
3. suasana budaya yang tidak dikenal
4. cukup wakti
1
5. nonanalitis
K.
Pelaku/Subjek
Seorang pelaku adalah seseorang yang menjadi objek pengamatan dalam suatu
setting alam. Etnografer seringkah' menggunakan pengamatan terlibat sebagai suatu strategi
untuk mendengarkan masyarakat dan menyaksikan mereka dalam setting yang wajar.
Dengan demikian, orang-orang yang mereka pelajari menjadi pelaku dan pada saat yang
sama menjadi in forman Wawancara informan dapat dilakukan secara sambil lalu sambil
melakukan pengamatan
tehibat. Subjek merupakan pelaku utama, dan dari data ini peneliti
menguji hipotesisnya, la merupakan pelaku utama, dan biasanya untuk menguji.
L.
Beberapa Prinsip Etika
Besarnya variasi dan kompleksitasa situasi penelitian lapangan, menyulitkan
etnografer untuc mengadopsi suatu standar tertentu. Oleh karena itu, terdapat prinsipprinsip etika. Salafi satu prinsip-prinsip etika menurut The American Anthropological
Association ada ah sebagai berikut:
22
1. Mempertimbangkan informan terlebih dahulu. Seorang informan harus memperhatikan
kesejahteraan fisik, sosisl, psikologi, dan menghormati informantersebut.
2. Mengamankan hak-hak, kepe ntingan, dan Sensivisitas In forman
3. Menyampaikan Tujuan Penelitian
4. Melindungi Pivasi Informan
5. Jangan Mengeksploitasi Informan
6. Memberikan Laporan kepada Informan
M. Enkulturasi Penuh
Enkulturasi merupakan proses alami dalam mempelajari suatu budaya tertentu.
Informan yang potensial bervariasi tingkat enkulturasi mereka. Informan yang baik
mengetahui budayanya yang baik. Semakin terenkulturasi secara penuh, maka semakin
baik informan itu Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai masinis selama dua puluh lima
tahun merupakan pilihan terbaik dibandingkan dengan seorang yang bekerja selama dua
tahun.
N. Mewawancarai Seorang In orman
Wawancara etnografis merupakan jenis peristiwa percakapan (speech even) yang
khusus. Setiap kebudayaan mempunyai banyak kesempatan sosial yang terutama
diidentifikasikan dengan jenis percakapan yang terjadi. (Spredly: 1997: 71)
Terdapat psrbedaan wawancara persahabatan dengan wawancara etnografi
1. Wawancara Persahabatan :
a. Sapaan
b. Tidak ada sapaan yang eksplisit
c. Menghindari pengulangan
d. Mengajukan pertanyaan
e. Menunjukkan minat
f.
Menunjukkan ketidaktahuan
g. Bergiliran
h. Penyingkatan
i.
Waktu sela
j.
Penutupan
2. Wawancara Etnografis
a. Tujuan yang efektif
b. Penjelas an etnografis
1) Penjelasan proyek
2) Penjelasan perekaman
23
3) Penjelasan bahasa as i
4) Penjelasan wawancara
5) Penjelasan pertanyaan
3. Penjelasan Etnografis
a. Pertanyaan deskriptif
b. Pertanyaan stmctural
c. Pertanyaa n kor tras
0. Membuat Catatan Etnografis
Dalam melakukan penelitian etnografi dengan pendekatan "Alur Penelitian Maju
Bertahap" adalah mulai mengumpulkan catatan penelitian. Bahkan sebelum melakukan
kontak dengan informan, etnografer akan mempunyai berbagai kesan, pengamatan, dan
keputusan untuk dicatat. Ketika melakukan penelitian pada suatu komunitas asing, maka
dibutuhkan waktu benninggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum melakukan wawancara
sistematis dengan seorang in forman.Ketika mempelajari suatu suasana budaya dalam
masyarakat kita sendiri, etnografer paling tidak sudah mempunyai suatu pilihan dan
kemungkinan sudah menyaksikan suatu budaya itu dan pencatatan kesan-kesan pertama
ini akan terbukti mempunyai makna penting nantinya. Yang pasti, kontak pertama dengan
seorang informan pantas untuk didokumentasikan.
P.
Bahasa dan Catatan Etnografis
Sebuah catatan etnografis meliputi catatan lapangan, alat perekam, gambar, artefak,
dan benda lain yang mendokumentasikan suasana budaya yang dipelajari. Sebagaimanan
diungkapkan oleh Frake (1964:1 11) Sebuah deskripsi suatu kebudayaan, sebuah etnografi,
dihasilkan oleh sebuah catatan etnografis dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam suatu
masyarakat dalam suatu periode (hal tertentu.
Terdapat dua prinsip yang yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah catatan
etnografis: a. prinsip identifikasi bahasa, 2. prinsip harfiah. Prinsip ini mempunyai tujuan
tunggal yaitu, untuk mengurangi pengaruh kepandaian etnografer untuk menerjemahkan
ketika membuat catatan etnografer.
1. Prinsip
Identifikasi
bahasa,
prinsip
ini
dapat
ditegaskan
secara
sederhana:
mengidentifikasikan bahasa yang digunakan untuk masing-masing judul catatan
lapangan. Karena pentingnya memilih bahasa, maka bila etnograferv menuliskan
sesuatu dalam catatan lapangan, ada beberapa metode identifikasi yang harus
digunakan. Ivetode ini meliputi penulisan beberapa hal dalam kurung, tanda kutip, tanda
kurung besa
Metode ini harus meliputi identifikasi bahasa. Tujuannya adalah agar
24
didapatkan catatan etnografi!; yang menggambarkan berbagai perbedaan yang sama
dalam penggunaan bahasa sebagaimana situasi lapangan yang actual.
2. Prinsip
Harfiah,
yaitu
mencatat kata-kata/kalimat-kalimat
yang
diucapkan
oleh
masyarakat. <ata-kata yang dikatakan oleh masyarakat dalam konteks alami ataupun
wawancara harus dipahami oleh etnografi mengenai makna kata tersebut. Etnografer
harus berusa ia menerjemahkan kata-kata tersebut. Agar etnografer mendapatkan katakata/kalimat secara lengkap yang diucapkan oleh masyarakat, ia perlu membawa alat
perekam. Agar alat perekam tidak mengganngu aktivitas informan, pemakaiannya hrus
dengan persetujuan informan. Beberapa aturan penggunaan perekam: a. Gunakan
sebuah alat [terekam berukuran kecil bila ada kesempatan untuk menggunakannya. B.
Lakukanlah secara perlahan jika Anda ingin segera menggunakan alat perekam. Hal ini
dilakukan unluk menjaga perasaan dan hubungan baik dengan informan. C. Perhatikan
kesempatan untuk merekam walaupun hanya wawancara pendek.
Q. Jenis-jenis Catatan lapang in
Ada beberapa ca:atan lapangan yang berbeda yang akan menjadi sebuah catatan
etnografis. Masi ig-masing peneliti akan mengembangkan suatu cara yang unik untuk
menyusun sebuah ars p dan sebuah catatan lapangan.
1. Laporan Ringkas
Semua catalan yang dilakukan selama wawancara aktual atau observasi lapangan
menunjukkar sebuah versi ringkas yang sesungguhnya terjadi. Misalnya peneliti
mengamati informan yang sedang melakukan pekerjaannya, peneliti mencatat hal-hal
yang dilakuakn oleh seorang informan. Tentu saja catatan peneliti ini merupakan pokokpokoknya saja yang akan diperluas nanti setelah melakukan pengamatan.
2. Laporan yang Diperluas
Setelah etncgrafer melakukan catatan lapangan ringkas, secepat mungkin ia harus
menuliskan secarai detail dar mengingat kembali berbagai hal yang tidak tercatat secara
cepat. Kata-kata dalam kalimat kunci yang tercatat dapat berperan sebagai pengingat
yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu laporan yang diperluas. Ketika
memperluas laporan, pembicara yang berbeda harus diidentifikasikan dan statemen
harfiah harus dimasukkan. Wawancara yang telah direkam dengan alat perekam perlu
dijabarkan secara penuh. Penjabaran dan uraian dari catatan lapangan dan wawancara
tersebut itulah yang disebut laporan yang diperluas.
25
3. Jurnal Peneliti;in Lapangan
Etnografer perlu mobuat jurna Jurnal tersebut berisi tentang suatu catatan mengenai
pengalaman, de, kekuatan-kekuatan, kesalahan, kebingungan, terobosan-terobosan,
dan berbagai pemasalahan yang muncul selama penelitian lapangan. Jurnal ini meliputi
berbagal reaksi terhadap informan dan perasaan yang dirasakan peneliti terhadap orang
lain. Tiap jurnal sebaiknya dibori tanggal. Jurnal akan menjadi sumber ketika etnografer
mulai menuliskan studi itu, jurral akan menjadi sumber data yang sangat penting.
4. Analisis dan Irterpretasi
Data-data yang diperoleh malalui wawancara, catatan lapangan dan telah dimasukkan
dalam jurnal, dianalisis dan dan dijadikan dasar untuk menginterpretasikan mengenai
pandangan budaya yang dipel ajari.
III. Penelitian Grounded Theory i Teori Dasar)
A. Pengertian Penelitian Grounded Theory
Sebelum membahas lebih dalam tentang grounded theory, langkah awal untuk
mengenalnya adalah melihat dari mana metode ini lahir. Grounded theory lahir dari
Paradigma Kontrjktiviume. Paradigma kontruktMsme merupakan suatu cara pandang
dalam keilmuan dimana mencoba mengkontruksi atau merekonstruksi suatu fakta yang
terjadi di lapangar berdasarkan data empirik dan bekal pengetahuan yang membangun pola
pikir si peneliti. Teori muncul berdasarkan data yang ada, bukan dibuat sebelumnya
sebagaimana dalam penelitian kuantitatif dalam bentuk hipotesis. Metode pengumpulan
data dilakukan melalui proses heimeneutik dan dialektik yang difokuskan pada konstruksi,
rekonstruksi dan € labor asi suatu proses sosial.
Pada awal perkembangannya, paradigma kontruktMsme mengembangkan sejumlah
indikator sebaga
pikiran dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan ilmu.
Beberapa indikator tersebut antara lain: (1) penggunaan metode kualitatif dalam proses
penelitian ; (2) mencari relevansi indikator kualitas untuk lebih memahami data-data
lapangan; (3) teori-teori yang dikembangkan harus bersifat membumi (grounded theory); (4)
kegiatan ilmu harus bersifat natural (apa adanya) dalam pengamatan; (5) pola-pola yang
diteliti dan berisi kategori-kategori jawaban menjadi unit analisis dari variabel-variabel
penelitian yang kaku dan steril; (6) penelitian bersifat partisipatif daripada mengontrol
sumber informasi.
Komponen keilmuan paradigma kontruktivisme adalah sebagai berikut:
1. Secara Ontologi, paradigma ini menyatakan bahwa realitas bersifat sosial dan
karena itu akan menumbuhkan bangunan teori atas realitas majemuk dari
26
masyarakatnya. Dengan demikian, tidak ada suatu realitas yang dapat dijelaskan
secara tuntas oleh suatu ilmu pengetahuan. Realitas ada sebagai perangkat
bangunan yang menyeluruh dan bermakna yang bersifat konfliktual dan dialektis.
2. Secara Epistimologi, hubungan antara peneliti dan objek penelitiannya bersifat
interaktif, sehingga fenomena dan pola-pola keilmuan dapat dirumuskan dengan
memperhatikan gejala hubungan yang terjadi antara keduanya. Oleh karena itu, hasil
rumusan ilmu yang dikembangkan sangat bersifat subjekif.
3. Secara IV etodologi, paham ini secara jelas menyatakan bahwa penelitian harus
dilakukan di luar laboralorium, yaitu di alam bebas sewajarnya (natural) untuk
menangkap fenomena alam apa adanya dan secara menyeluruh tanpa campur
tangan dan manipulasi pengamat atau pihak peneliti. Dengan setting natural ini,
maka metode yang banyak digunakan adalah metode kualitatif dan metode
pengumpulan data dilakukan melalui proses hermeneutik dan dialektik yang
difokuskan pada konstruksi, rekonstruksi dan elaborasi suatu proses sosial.
Menurut pengcagasnya yaitu Barney Glaser dan Anselm Strauss, grounded theory
tertulis sebagai.. the discovery cfteory from data-which we call grounded theory... Memang
betul, ajaran utama pendekatan ini adalah, bahwa teori harus muncul dari data atau dengan
kata lain, teori harus berasal (grounded) dalam data (Chamberlain, 1995). Ungkapan
grounded theory merujuk pada teori yang dibangun secara induktif dari satu kumpulan data.
Bila dilakukan dengan baik, maka teori yag dihasilkan akan sangat sesuai dengan kumpulan
data tadi.
Metodologi teori dasar (grounded theory methodology/GTM) menurut Manteufful
dalam Emzir (2010: 191) adalah suatu metode analisis komparatif yang umum untuk
menemukan t e o r i dengan empat kriteria, yaitu kerja (umum) relevansi (dimengerti), cocok
(valid), dan dapé t dimodifikasi (c ikendalikan). Metodologi teori dasar merupakan salah satu
metode interprétatif yang membagi filsafat fenomenologi yang umum.
Definisi Grourdet Theory (teori dasar) menurut Strauss & Corbin dalam Emzir,
2010:191) teori dasa' adalah suatu teori yang secara induktif diperoleh dari pengkajian
fenomena yangi mewakilinya. Teori tersebut ditemukan, dikembangkan, dan untuk
sementara waktu
t dibuktikan melalui pengumpulan data yang sistematis, analisis data yang
menyinggung fenomena tersebut. Oleh karena itu, pengumpulan data, analisis data, dan
teori berada di dalam hubungan timbal balik satu dengan lainnya. Orang tidak mulai dengan
teori, orang mulai dengan suatu area studi dan apa yang berkaitan dengan area tersebut
dibiarkan muncul.
27
Pendekatan teoii dasar adalah suatu metode penelitian kualitatif yang menggunakan
suatu prosedur yang sistematis untuk mengembangkan teori secara induktif yang
memperoleh teori dasar tentang suatu fenomena. Temuan penelitian merupakan suatu
rumusan teoretis menyangkut kenyataan di bawah penyelidikan, bukan terdiri atas
serangkaian angka-angka, atau sjatu kelompok yang terlepas berhubungan dengan tematema. Melalui metodologi ini, konsep dan hubungan antarkonsep tidak hanya dihasilkan,
tetapi juga untuk sementara diuji (Strauss SCorbin, dalam Emzir, 2010: 191).
Grounded theoiy lebih bersifat induktif jika dibandingkan dengan analisis konten
karena teori tersebut muncul dari jata dan belum pernah ada sebelumnya. Menurut Strauss
dan Corbin (1994: 273» dalam Cchen (2009 : 491), groundedtheory adalah metode umum
untuk mengembangkan suatu teori yang berbasis data yang dikumpulkan dan dianalisis
secara sistematis
Berdasarkan penjelasan tersebut terdapat hal-hal penting tentang grounded teori
sebagai berikut:
-
Teori muncul bukan diuji
-
Teori muncul dari data, bu<an sebaliknya
-
Munculnya teori merupakan akibat dari cara pengumpulan data yang sistematik
-
Pola dan teori implisit ada dalam data yang harus ditemukan
Glaser (1996) dalam Gohen (492) mengatakan bahwa memaksakan suatu
metodologi itu te lalu kuno, seperti yang terjadi pada penganut positivis. Grounded teori
menolak pemaksaan terhadap karakteristik penelitian oleh teori sebelumnya. Oleh karena
itu, grounded teori mampu melakukan hal-hal berikut:
-
Toleransi dan terbuka pada data dan apa-apa yang muncul
-
Toleransi terhadap pengaruh dan ketidakpastian (perasan bodoh pada saat teori
tidak sege ra ditemukan)
-
Rentan te -hadap formulasi teori yang prematur
-
Mampu melihat data dengan dekat
-
Lebih
terhubungan dengan proses kelahiran teori daripada pengujian teori;
grounded teori merupakan metodologi eksperimental
-
Mampu bekerja dengan kategori yang muncul daripada kategori yang telah
ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan hal di atas, teori tidak ditentukan sebelumnya sehingga prabaca teori
tidak diharuskan sepeli riset yang lain. Sangat berbahaya jika terjadi keprematuran dalam
28
merumuskan teori dari data sebagai akibat melihat data dari kaca mata teori tertentu.
Sebelum melakukan riset grounded teori, seseorang harus memilki bacaan yang luas yang
terkait dengan rr aterí penelitian, bukan referensi yang terkait langsung dengan materi
penelitian.
Menurut Glasser dan Strauss, kekhasan dari metode ini dengan metode-metode
penelitian kualitat f yang lain adai ah dari penghasilan teori yang beralas data. Tetapi dalam
tulisan Stren (1934) lebih jelas terungkap perbedaan grounded theory dengan metodemetode penelitian kualitatif yang I ain. (a) Kerangka kerja konseptualnya dihasilkan dari data,
bukan dari kajian terdahulu, walaupun demikian kajian terdahulu juga selalu mempengaruhi
hasil akhir penelitian, (b) Peneliti yang menggunakan metode grounded theory selalu
berusaha
menemukan
proses-proses
dominan
di
suatu
situasi
sosial,
bukannya
menguraikan unit sosial yang diteliti, (c)seiiap bagian dari data dibandingkan dengan bagian
data yang lain guna menemukan model kategori jawaban yang sesuai dengan tujuan
penelitian,
(d)
pengumpulan
jata
dilapangan
dapat
dimodifikasi
sejalan
dengan
pengemangan model kategorisasi, proporsi dan dalil yang ditemukan di lapangan guna
mengembangkan teori baru, dan (e) Peneliti tidak mengikuti penggunaan langkah-langkah
yang bersifat linier, melainkan kerja dengan matriks, dimana beberapa proses penelitian
dilakukan secara simultan.
Menurut Galser dan Strauss, metode ini baik digunakan bila peneliti ingin
membangun teori, baik teori subtantif maupun teori formal dalam seperangkat kode-kode
properti maupun dalam diskusi teoritis. Sedangkan menurut Stren (1994), metode grounded
theory paling baik diterapkan pada investigasi hal-hal yang masih belum jelas, atau untuk
memperoleh persepsi baru dari hal-hal yang dianggap sudah lumrah.
Menurut Schlege l (1984) dan Stren (1994) ada tiga elemen dasar dari grounded
theory, yang masing-masing tidak terpisahkan satu sama lainnya. (1) Konsep, dimana
konsep ini dihasilkan cari konseptualisasi atas data. (2) Kategorisasi, merupakan level atau
tingkatan yang lebih tinggi dan lebih abstrak dari konsep. Kategori juga merupakan "córner
stone" dari pengembangan teori, dimana disini ada proses pengelompokan konsep melalui
perbandingan yang sama atau berbeda pada kelompoknya masing-masing. (3) Proposisi,
adalah suatu pernyataan yang menunjukkan pada adanya hubungan yang konseptual.
Cara untuk menghasilkan teori dengan metode grounded theory terdiri dari lima fase
yang harus diikut
u i, yailu: a) desain penelitian, b) pengumpulan data, c.penyusunan data, d)
analisis data, dan e) pembandingan dengan literatur. Fase-fase ini masih diturunkan
menjadi sembilan langkah, yaitu: a) tinjauan ulang literatur teknis, b) memilih kasus, c)
29
membuat protokol pergumpulan data yang akurat, d) masuk ke lapangan, e) penyusunan
data, f) mengana isis data yang berhubungan dengan kasus awal, g) percontohan teoritis, h)
mencapai akhir penelitian, dan i) pembandingan teori yang muncul dengan literatur yang
telah ada.
B.
Pelaksanaan Grounded Research
Pelaksanaan grounded research bertolak belakang dengan penelitian kuantitatif
pada umumnya /ang bergerak Jari level konseptual teoritik ke level empirikal. Grounded
research bergerak dari level empirikal menuju level konseptual teoritikal.
Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan tanpa membawa
rancangan konseptual proposisi, dan teori tertentu. Sering dikatakan bahwa peneliti masuk
ke lapangan dengan "kepala Kosong", tanpa membawa apapun yang sifatnya apriori,
apakah itu konse p, proposisi, ataupun teori. Hal ini disebabkan, dengan membawa konsep,
proposisi, teori yang bersifat apriori, dikhawatirkan terjebak pada kecenderungan studi
verifikatif yang memaksakan level empirikal menyesuaikan diri dengan level konseptual
teoritikal.
Berdasarkan keadaan "kepala kosong" inilah, diharapkan peneliti dapat sepenuhnya
terpancing kepada kenyataan berdasarkan data lapangan itu sendiri, baik dalam
mendeskripsikan apa yang terjadi, maupun menjelaskan kemengapaannya. Dengan
demikian, apa yang ditemukan berupa konsep, proposisi, dan teori, benar-benar
berdasarkan data yang dikembangkan secara induktif.
Tekait proses tersebut, terdapat tiga unsur dasar yang perlu dipahami dan tidak bisa
saling dipisahkan, yaitu konsvp, kategori, dan proposisi. Konsep diperoleh melalui
konseptualisasi data. Peristiwa atau kejadian diperhatikan dan dianalisis sebagai indikator
potensial dari
fenomena yang
kemudian diberikan nama/lebel secara konseptual.
Berikutnya, dibandingkan dengan kejadian yang lain, apabila terdapat keserupaan, maka
diberikan nama dengan istilah yang sama. Begitupula berlaku dengan peristiwa yang
berbeda.
Unsur kedua adalah kategori. Kategori adalah kumpulan yang lebih tinggi dan
abstrak dari konsep. Kategori diperoleh melalui proses analisis yang sama dengan cara
membuat perbandingan dengan melihat persamaan dan perbedaan. Kategori merupakan
landasan dasar penyusunan teori. Unsur ketiga adalah proposisi. Proposisi menunjukkan
adanya hubungan konseptual, /akni suatu pernyataan berdasarkan hubungan berbagai
konsep yang mengandung deskripsi sistem pemahaman tertentu yang relevan dengan
kondisi di lapargan. Pembentukkan dan pengembangan konsep-konsep, kategori, dan
30
proposisi merupakan suatu keharusan dalam proses penyusunan teori, atau melalui proses
interaktif.
C. Tahapan dalam Menghasilkan Teori pada Grounded Research
Ada lima tahap dalam menghasilkan teori pada grounded research, yakni (1) disain
penelitian, (2) pengumpulan data, (3) display data, (4) analisi data, dan (5) membandingkan
dengan literatur. Dari lima tahap ini, sembilan langkah perlu dilakukan, yakni (1) peninjauan
ulang literatur teknis, (2) pemilihan kasus, (3) pembuatan panduan pengumpulan data yang
akurat, (4) terjun ke lapangan, (f i) penyusunan data, (6) analisis data yang berhubungan
dengan kasus awal, (7) perccntohan teoritik, (8) penyelesaian penelitian, dan (9)
perbandingan teoii yang muncul dengan literatur yang sudah ada.
Grounded research memang tidak terlalu mudah dilakukan terutama oleh peneliti
pemula, sebab memiliki model aralisis data yang terus-menerus, selama data di lapangan
masih tetap dikumpulkan. Proses operi coding merupakan bagian dan analisis data, dimana
peneliti melakukan identifikasi, penamaan, kategorisasi dan penguraian gejala yang
ditemukan dalam teks hasil dari wawancara, observasi, dan catatan harian peneliti itu
sendiri. Berikutnya adalah axial coding. Tahap ini, adalah menghubungkan berbagai
kategori penelitian dalam bentuk susunan property (sifat-sifat) yang dilakukan dengan
menghubungkan kode-kode, dan merupakan kombinasi cara berfikir induktif dan deduktif.
Tahap selanjutnya adalah, sélective coding, yakni memilih kategorisasi iriti, dari
menghubungkan kategori-kategori lain pada kategori inti. Selama proses coding ini,
diadakan aktivitas penulisan memo teoritik. Memo bukan sekedar gagasan kaku, namun
terus berubah dan berkembang atau direvisi sepanjang proses penelitian berlangsung.
Itulah inti penemuan grounded theiory yang digagas sejak tahun 1967.
Teori yang merupakan hasil dari kajian data, yang merumuskan keterkaitan
fenomena yang
dapat
menjelaskan
kondisi yang
relevan di lapangan,
dilakukan
pengulangan sejak pada proses pengumpulan data sampai menghasilkan proposisi, hingga
merasa jenuh (data baru tidak ditemukan). Dengan kata lain, adalah mengkonfirmasi,
memperluas, dan mempertajam kerangka kerja teoritik, serta mengakhiri proses penelitian
bilamana, peningkatan atau penambahan yang diperoleh tidak berarti.
Kualitas grounded theory sangat ditentukan oleh langkah-langkah yang dilakukan
secara baik, benar, dan disiplin. F roses yang benar akan menjamin ditemukannya teori yang
benar pula. Dercian demikian, ada semacam koherensi antara input, proses, dan output.
Disamping itu,
seperti pada penelitian lainnya, pengujian ditentukan oleh validitas,
reliabilitas, dan kredibilitas dari data, juga ditentukan oleh proses penelitian dimana teori
31
dihasilkan, serta data empirisnya sebagai bagian integral dari penemuan atau teori yang
dihasilkan.
Keberhasi an penelitian kualitatif banyak ditentukan pada pemilihan teknik atau
metode yang
dikumpulkan.
representatif dengan
Pada
bagian
ini
kondisi
akari
lapangan
diuraikan
melalui
tentang
teknik
data
yang
berhasil
penelitian
dengan
menggunakan metode grounded theory, dan secara sederhana teknik penelitian dapat
diuraikan oleh fase-fase berikut.
D. Fase Desain Penelitian
a. Tinjauan ulang literatur teknis
Pada fase ini dilakukan aktivitas definisi research question dan definisi dari
konstruk apriori.
Secara rasional diadakan upaya memfokuskan masalah serta
membatasi variasi yang tidak relevan serta mempertajam validitas eksternal.
b. Pemilihan kasus
Kasus yaig dipilih untuk contoh bersifat teoritis, bukan acak. Dimana hal ini
dilakukan sebagai upaya memfokuskan pada kasus yang bermanfaat secara teoritis.
E. Fase Pengumpulan Data
Seperti halnya penelitian kualitatif yang lain, penelitian ini menggunakan sampel
bertujuan atau menggunakan teknik purposive sampling.
Dimana sampel tersebut
ditetapkan dengai karakteristik tertentu dengan tujuan untuk merinci kekhususan yang ada
dengan ramuan konteks yang unik. Maksud lain dari sampel ini adalah menggali informasi
yang menjadi dasar dan' rancangan dan teori yang muncul di lapangan, untuk itu dilakukan:
a. Membuat protokol pengumpulan data yang akurat.
Adapun aktivitas yang dilakukan adalah membuat basis data kasus dengan
menggunakan berbagai metode pengumpulan data, baik data kualitatif maupun data
kuantitatif. Hal ini dilakukan dengari pertimbangan untuk meningkatkan realibilitas dan
validitas kons truk, memperkuat keberalasan teori dan validitas internal srta memperkuat
berbagai sinergi bukti yang ditemukan.
Untuk sumber dan jenis data yang diperlukan
1) Data Primer
Kata-kata ekspresi dan Tindakan
Sumber dan jenis kata primer penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan subjek
serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar
32
utámá melakukan Interpretasi data. Sedangkan untuk pengambilan data dilakukan
dengan bantuan catatan lapangan, bantuan foto atau bila memungkinkan dengan
bantuan rekaman suara tape récordér dan observasi mendalam oleh peneliti.
2) Data Sekunder
•
Sumber Tertulis
Berbagai sumber teitulis yang memungkinkan dapat dimanfaatkan dalam
penelitian ini akari digunakan semaksimal mungkin demi mendorong keberhasilan
penelitian ini. Diantaranya buku-buku literatur, internet, majalah atau jurnal ilmiah, arsip,
dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian
ini. Pada fungsi yang optimal dapat memberikan pemahaman teoritik dan metodologi
yang melandasi dalam melakukan penelitian yang benar.
•
Data statistik
Data stalistik digunakan untuk memperkaya informasi baik yang bedaku umum
maupun yang berlaku spesifik. Dengan data statistik ini kita juga bisa membuat
pemahaman atau kecenderungan-kecenderungan yang nantinya bisa membandingkan
dengan keadaan yamg berada pada kenyaataan (grass roots) pada saat penelitian.
b. Masuk ke Lapangan
Di lapangan akan dialami tumpang- tindih antara pengumpulan data dan analisis
data karena keduanya di laksanakan secara terus menerus dan secara bersamaan. Di
sini metode pengumpulan data menggunakan metode yang fleksibel dan oportunistik.
Semua ini dilaksanakan agar proses analisis bisa cepat dan mempermudah peneliti
memanfaatkan tema dan keislimewaan kasus yang muncul.
DáTá diperoleh dan:
1) Observasi
Observasi dilakukan setelum dan selama penelitian ini diberlangsung yang meliputi
gambaran urrum, suasana kehidupan sosial, kondisi fisik, kondisi ekonomi dan kondisi
sosial yang terjadi.
2) Studi Dokumentasi
Informasi, data yang c iperlukan dalam penelitian ini juga kami peroleh dari studi
dokumentasi. Sebelum pene itian lapangan, peneliti telah melakukan telaah terhadap
buku literatur, majalah, jurnal hasil seminar, artikel baik yang tersedia dalam media online (internet) maupun yang ada dalam perpustakaan.
33
3)
Wawanc ara Mendalam
Untuk wawancara mendéilam di lakukan secara langsung dengan informan secara
terpisah di lingkungannya masing-masing, wawancara akan dilakukan dengan informan
yang dianggap bsrkompeten dan mewakili.
F. Fase Penyusunan Data
Pada fase penyusunan data ini dilakukan penyusunan event secara kronologis atau
berurutan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memudahkan analisis data dan evaluasi proses.
G. Fase Analisis Data
Analisis c lata merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatán hasil
observasi, wawancara, dan lainrya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus
yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan kepada orang lain. Adapun untuk
meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari
makna (mean/nc/) (Muhadjir,200i! :142).
Dalam metode grounded theory terdapat beberapa tahap dalam melaksanakan
ánálisá data, yaitu :
1. Tahap pengolahan awal, meliputi: Open coding yaitu membuat konsep, kategori dan
properti; Ax/a/ coding yaitu mengembangkan hubungan antara kategori dan sub
kategori, Selective Coding yaitu mengintegrasikan kategori untuk membangun
kerangka kerja teoritis.
2. Tahap Percontohan teoritis yaitu melakukan replikasi teoritis, terus diulang lagi dari
langkah kéduá hingga teori matang/jenuh. Pádá tahap dilakukan konfirmasi,
perluasan dan pertajaman kerangka kerja teoritis.
3. Tahap akhir (tari analisis, disini diadakan pematangan teori lagi kalau mungkin.
Dimana menghentikan proses apabila peningkatan atau pertambahan yang diperoleh
tidak berarti.
H. Fase Perba ndim jan Litera tur
Dalam fase ini diadakan perbandingan teori yang muncut dari hasil penelitian dengan
teori yang ada dalam literatur. Di sini dilakukan kegiatan membandingkan dengan kerangka
kerja yang bertentangan dan kerangka kerja yang selaras. Perbandingan ini dimaksudkan
untuk menyempurnakan definisi konstruk dan meningkatkan validitas internal serta
meningkatkan validitas eksternal.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang etnografi dan grounded theory, dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut.
34
1. Penelitian Etnografi
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, dapat dikemukakan bahwa penelitian
etnografi merupakan metode penelitian yang meneliti perilaku manusia dalam lingkungan
spesifik alamiah mengenai sosial budaya, bahasa, kebiasaan, hubungan antarmanusia
dalam satu komuiitas, perilaku, dan lain-lain.
Penerapan metode etnografi memerlukan pengetahuan prasarat bagi peneliti, la harus
menguasai konsep-konsep berbahasa yang baik dan pengetahuan prasarat lainnya.
Metode etrografi dapat berhasil jika tahapan-tahapan penelitian dilakukan. Peneliti
sebagai instrumen, ia harus mampu dan menguasai hal-hal yang akan diteliti. Etnograf er
perlu memiliki kepekaan terhadap lingkungan tempat ia meneliti dan mempersiapkan
instrumen-instrumen yang relevan.
2. Penelitian Grounded Thoory
Penelitian Grounded theory merupakan penelitian yang lahir atas paradigma
kontruktivisme, yaitu suatu cara pandang dalam keilmuan dimana mencoba mengkontruksi
atau merekonstruksi suatu fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan data empirik dan
bekal pengetahuan yang membangun pola pikir si peneliti.
Metode g-ounded theory merupakan pemelitian dasar yang dapat membawa pada
perkembangan ilnu yang lebih maju, kontekstual dan spesifik. Kekuatan analisisnya yang
terstruktur dan memenuhi kaidah sebuah ilmu dan metodologi merupakan modal dari
pengembangan keilmuan (pengembangan dari grand theory atau middle theory). Langkah
konseptualisasi, kategorisasi dan penarikan proposisi serta mencari jalinan proposisi dari
rimba data meruoakan inti dari metode ini. Penggunaan metode ini memerlukan kesiapan
yang matang dari secrang Peneliti. Kesiapan yang menjadi syarat utama adalah sebuah
idealitas dari peneliti untuk membongkar, mengkaji, merekontruksi sebuah teory yang ada.
Kesiapan lain adalah perlunya pemahaman yang lebih terhadap metodologi penelitian
secara umum. Persiapan yang paling pokok adalah kesiapan mental peneliti, karena proses
penelitian akan menguras banyak energi.
Perbedaan grcunded theory dengan metode-metode penelitian kualitatif yang lain.
(a) Kerangka kerja konseptualnya dihasilkan dari data, bukan dari kajian terdahulu,
walaupun demikan kajian terdahulu juga selalu mempengaruhi hasil akhir penelitian, (b)
Peneliti yang menggunakan metade grounded theory selalu berusaha menemukan prosesproses dominan di suatu situasi sosial, bukannya menguraikan unit sosial yang diteliti.
(c)setiap bagian dari data dibandingkan dengan bagian data yang lain guna menemukan
model kategori jawaban yang sesuai dengan tujuan penelitian, (d) pengumpulan data
dilapangan dapat dimodifikasi sejalan dengan pengemangan model kategorisasi, proporsi
35
dan dalil yang d temukan di lapangan guna mengembangkan teori baru, dan (e) Peneliti
tidak mengikuti penggunaan langkah-langkah yang bersifat linier, melainkan kerja dengan
matriks, dimana beberapa proses penelitian dilakukan secara simultan.
DAFTAR PUSTAKA
Barker, Chris. 2000. Cultural Studies, Tgeory And Practice. London: Sage Publication.
Cohen, Louis. Lawrence Manion dan Keith Morrison. 2009. Research Methods in Education.
London: Ftoutledge
Creswell, John W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Oulitative Research. New Jersey: Prentice Hall.
Duranti, A. 1997 Linguistic Anthropology. California : Cambridge University Press.
Emzir. 2010. Mvtodoloai Penelilan Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Giafindo Perkasa.
Hymes, Dell. 1966. Culture and Society. University of California, Berkeley
Moleong, Lexy J. 2004. MetodolcgiPenelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Samovar, Larry. A.2001. Comunication Between Culture. California State University:
Wadswoth.
Spradley, J. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Spradley, J. 1997. Merode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Widowson, H . J. 1998. Language and Culture. New York: Oxford University Press.
Borgatti, Steve, introduction to Grounded Theory.
http://www.analv:ictech.com/mb870/introtoGT.htm.
Download