HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN SIKAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU YANG MEMPUNYAI BAYI UMUR 0-6 BULAN DI DESA BANCAK KABUPATEN SEMARANG Mei Eka Dikawati1), Widayati2), Ninik Christiani3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email : UP2M@AKBIDNgudiWaluyo ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN SIKAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU YANG MEMPUNYAI BAYI UMUR 0 – 6 BULAN DI DESA BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG. Cakupan ASI eksklusif di wilayah Kabupaten Semarang untuk bayi usia 1–3 sebesar 52% dan yang berusia 3–6 bulan sebesar 42%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Semarang pada tahun 2010 masih rendah. Rendahnya cakupan ASI eksklusif dikarenakan ibu bekerja di luar rumah dan tidak memiliki cukup waktu serta informasi untuk memberikan ASI eksklusif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan sikap pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di Desa Bancak, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional. Populasinya adalah ibu yang mempunyai bayi umur 0 – 6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling sejumlah 32 responden. Analisis yang digunakan dengan analisis univariat menggunakan distibusi frekuensi untuk menggambarkan setiap vatiabel dan analisis bivariat menggunakan uji Chi–Square. Hasil penelitian semua pengetahuan responden tentang ASI eksklusif dalam kategori kurang yaitu sejumlah 46,9% dan sebagian besar responden memiliki sikap negatif terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu sejumlah 59,4%. Hasil uji statistik dengan uji chi–square didapatkan nilai p value sebesar (0.004) <α (0.05), Berdasarkan hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan sikap pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi umur 0 – 6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Tenaga kesehatan disarankan tetap melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi sampai umur 6 bulan agar ibu memberikan ASI eksklusif walaupun ibu sibuk bekerja. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, sikap pemberian ASI eksklusif Kepustakaan : 24 (2003-2013) ABSTRACT THE RELATION BEETWIN MOTHER’S KNOWLADGE ABOUT EXCLUSIVE BREASTFEDING AND THE ATTITUDE OF GIVING EXCLUSIVE BREASTFEDING MOTHER’S HAFING A BABY AGE 0 – 6 AT BANCAK VILLAGE BANCAK DISCRITC SEMARANG REGENCY. The coverage of exclusive breastfeeding at Semarang Regency for infants aged 1-3 by 52% and the age of 3-6 months by 42%. This suggests that the exclusive breastfeeding at Semarang Regency in 2010 was still low. The low coverage of exclusive breastfeeding is caused by mothers work outside the home and do not have enough time and information to give exclusive breastfeeding. The purpose of this study is to determine the correlation beetwin mothers' knowledge about exclusive breastfeeding and the attitude of giving exclusive breastfeeding mothers having a baby age 0 – 6 at Bancak Village Bancak District, Semarang Regency. This study used correlatin descriptive design with cross sectional plan. The population were working mothers who have baby aged 0 – 6 months at Bancak village Bancak District, Semarang Regency. The total sampling were 32 respondents. The analysis used univariate analysis by using the frequency of food distribution to describe each variabel and bivariate analysis by using chisquare. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI eksklusif Dengan Sikap Pemberian ASI eksklusif Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Umur 0-6 Ban di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang . 1 Breastfeeding in less categories is 46.9% and the majority of respondents had a negative attitude toward a number of exclusive breastfeeding is 59.4%. Results of the statistical chi-square test obtain p value of (0.004) <α (0:05), Based on the results of statistical tests it can be concluded that there is a significant correlation between mothers’ knowledge about exclusive breastfeeding and the practice of giving exclusive breastfeeding for working mothers at Ngempon Village, Bergas District, Semarang Regency. Health workers are advised to conduct socialization to the community about the importance of giving exclusive breastfeeding for infants up to age of 6 months to allow mothers to breastfeed exclusively, although they’re busy working Key words Literatures : Knowledge level, the attitute of exclusive breastfeeding : 24 (2003-2013) PENDAHULUAN Latar Belakang Angka Kematian Bayi dan balita di Indonesia masih sangat tinggi diperkirakan setiap jam 18 bayi dan 24 balita di Indonesia meninggal dunia. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu 35 bayi per 1000 kelahiran. Sedangkan angka kematian balita (AKABA) yaitu 46 dari 1000 balita meninggal setiap tahunnya. Mellenium Development Goals (MDGs), Indonesia menargetkan pada tahun 2015 AKB turun menjadi 23 per 1000 balita. Menghadapi tantangan dan target MDGs tersebut maka perlu adanya program kesehatan bayi yang mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi. Beberapa program terkini dalam proses pelaksanaan percepatan penurunan AKB dan AKABA antara lain adalah program pemberian ASI eksklusif (Harjanti, 2010). ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain, dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi sampai umur 6 bulan (Dinkes, 2008). ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dan diproduksi khusus oleh tubuh ibu untuk bayinya. Komposisi ASI yang sesuai untuk kebutuhan bayi dan mengandung zat pelindung dengan kandungan terbanyak ada pada kolostrum. Kolostrum adalah ASI yang berwarna kekuningan yang dihasilkan tiga hari pertama setelah bayi lahir. Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan resiko bayi mengidap berbagai penyakit seperti radang paru-paru, diare, infeksi atau peradangan telinga, asma, kencing manis, overweight dan beberapa infeksi lainnya yang disebabkan oleh kuman. Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif mempunyai kemungkinan lebih besar menderita kekurangan gizi, obesitas, kanker, jantung, hipertensi dan diabetes (Ellsa, 2011). Dilihat dari sudut ekonomi pemberian ASI juga sangat menguntungkan baik bagi keluarga maupun untuk Negara. Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah berdampak buruk bagi kondisi kesehatan dan status gizi masyarakat, yang memprihatinkan adalah bahwa 11,7% dari gizi buruk terdapat pada bayi berumur kurang dari 6 bulan. Hal ini tidak akan terjadi jika ASI diberikan secara benar (Setiyowati dan Rania Khilmiana, 2009). Data dari hasil Riskesdas 2010, pemberian ASI pada bayi di bawah 6 bulan belum memuaskan. Pemberian ASI pada usia 0 sampai 1 bulan sebanyak 45,4%, usia 2 sampai 3 bulan sebanyak 38,3% dan pada usia 4 sampai 5 bulan sebanyak 31%. Keseluruhan cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia tahun 2010 hanya 20% jauh dari target yang telah ditetapkan yaitu 80% (Ellsa, 2011). Menurut data dari dinas kesehatan kabupaten semarang tahun 2010 bahwa cakupan ASI eksklusif di wilayah kabupaten semarang untuk bayi usia 1 sampai 3 bulan hanya sebesar 52%, yang berusia 3 sampai 6 bulan hanya 42%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian asi eksklusif di Kabupaten Semarang masih rendah. Sebagian besar dikarenakan sikap ibu yang tidak mau memberikan ASI eksklusif dan tidak memiliki cukup waktu dan informasi cukup untuk memberikan ASI eksklusif. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, ditemukan berbagai alasan ibu-ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya, diantaranya produksi ASI kurang (32%), ibu bekerja (16%), ingin dianggap modern (4%), masalah pada putting susu (28%), pengaruh iklan susu formula (16%) dan pengaruh orang lain Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI eksklusif Dengan Sikap Pemberian ASI eksklusif Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Umur 0-6 Ban di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang . 2 terutama suami (4%) (Ellsa, 2011). Menurut Prasetyono (2012:31), menyatakan bahwa penyebab menurunnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingya pemberian ASI eksklusif, pemasaran susu formula, faktor sosial, ekonomi. Selain itu, masih banyak masyarakat yang suka memberi MP-ASI terlalu dini. Berdasarkan hasil penelitian Iin Dwi Yuniarti (2010) tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pemberian ASI eksklusif, bahwa pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu. Hasil penelitian menunjukkan, secara proporsi ibu yang memberikan ASI eksklusif, 57% mempunyai pengetahuan yang baik. Akibat yang mungkin terjadi apabila tidak memberikan ASI eksklusif dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang biasa terjadi pada bayi mengalami diare, gangguan menyusui karena bayi sudah merasa kenyang sebelum menyusui ibunya, beban ginjal yang meningkat, alergi terhadap makanan, gangguan pengaturan selera makan dan perubahan selera makan (Aliza, 2007). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di desa bancak yang terdiri dari 7 dusun terdapat 32 bayi yang berusia 0 sampai 6 bulan. Dari 10 ibu bayi yang digunakan sebagai sampel terdapat 5 ibu (50.0%) yang memiliki pengetahuan baik dan 5 ibu (50.0%) lainnya memiliki pengetahuan kurang tentang ASI eksklusif. Ibu yang mengetahui tentang ASI eksklusif sebanyak 5 ibu, 1 (25%) ibu diantaranya tidak memberikan ASI secara eksklusif dan dari 5 ibu yang tidak mengetahui tentang ASI eksklusif semuanya (100%) tidak memberikan ASI secara eksklusif. Alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif yaitu: 2 Ibu tidak ada dukungan dari suami ataupun keluarga sehingga ibu beralih ke susu formula, 3 ibu karena memiliki pemahaman dan pola pikir ibu yang salah tentang ASI eksklusif, mereka menganggap bahwa ASI tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, bayi cepat kenyang dan tidak rewel apabila diberi susu formula dan pisang dan tedapat 5 Ibu bekerja sehingga menganggap susu formula adalah pilihan yang efektif sebagai pengganti ASI. Berdasarkan wawancara kepada Bidan bahwa sebagian besar tidak memberikan ASI ekslusif, akibat yang sering terjadi pada bayi yang diberikan susu formula dan MPASI adalah diare, sembelit, muntah, kembung dan beberapa tahun yang lalu terjadi obtruksi biliaris pada bayi yang diberi susu dan MPASI. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Sikap Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Mempunyai Bayi Umur 0 sampai 6 Bulan di Desa Bancak Kabupaten Semarang.” Metode Penelitian Definisi Operasional Tabel 1 Definisi Operasional Parameter dan Kategori Pengetahu Hasil tahu ibu Kuesioner an ibu yang dengan 30 yang mempunyai pertanyaan mempuny bayi 0 – 6 dengan tipe ai bayi 0 – bulan tentang soal positif 6 bulan ASI eksklusif dan negatifa. tentang yang diketahui dengan skor ASI dari menjawab jawaban : b. eksklusif pertanyaan a. Tipe soal dengan benar positif : c. tentang Benar : 1 pengertian, Salah : 0 komposisi, ASIb. Tipe soal berdasarkan negatif stadium laktasi, Benar : 0 manfaat, faktor Salah : 1 yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, keruagian dan langkah-langkah keberhasilan pemberian ASI eksklusif Variabel Sikap pemberia n ASI eksklusif Definisi Operasional Respons tertutup seseorang terhadap stimulus yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang- tidak senang, setujutidak setuju, baik-tidak baik, dsb) terhadap pengertian ASI, komposisi, ASI brdsarkan stadium laktasi, manfaat, faktor yang mempengaruhi, Kuesioner dengan 28 pertanyaan yang dinilai berdasarkan Skala likert, dengan 5 kategori skor. Untuk pernyataan positif : STS nilai 1,TS nilai 2,RAGU nilai 3 , S nilai 4,dan SS nilai 5. Untuk pernyataan negative: STS nilai 5, Hasil Ukur Skala Kategori Ordinal tingkat pengetahua n yang digunakan: Skor Baik : 23- 30 Skor Cukup : 17 - 22 Skor Kurang : 0 – 16 Jumlah skor Ordinal jawaban menunjukk an sikap dengan maksimal dan nilai140 minimal 28 Dikategorik an: Positif :85140 Negatif :2884 Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI eksklusif Dengan Sikap Pemberian ASI eksklusif Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Umur 0-6 Ban di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang . 3 kerugian dan langkah-langkah keberhasilan pemberian ASI Eksklusif TS nilai 4, RAGU nilai 3, S nilai 2 dan SS nilai 1. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi tentang hubungan antara pengetahuan ibu dengan sikap pemberian ASI eksklusif dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu pendekatan penelitian pada variabel-variabel yang diobservasi sekaligus dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010; h. 26). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di Desa Bancak Kecamatan Bancak pada bulan Juli 2013 sejumlah 32 ibu yang memiliki bayi umur 0-6 bulan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi di Desa Bancak Kecamatan Bancak sejumlah 32 ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan. Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu sampel diambil dari keseluruhan populasi yang ada yaitu sejumlah 32 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan yaitu 30 pertanyaan pengetahuan dan 28 tentang sikap. Peneliti menguji kuesioner dengan uji validitas dan reabilitas dengan hasil uji validitas di Desa Boto, Pada 20 responden yaitu pada tanggal 25 Juli 2013 menunjukkan hasil dari 35 pertanyaan kuesioner pengetahuan, 5 diantaranya dinyatakan tidak valid dan 31 pertanyaan kuesioner sikap 3 diantaranya tidak valid. 8 pertanyaan yang tidak valid kemudian dihilangkan dan tidak digunakan dalam kuesioner penelitian. Keputusan uji dikatakan valid apabila hasil uji r hitung (r pearson) lebih dari atau sama dengan r tabel. Jumlah responden 20, dengan taraf signifikannya 0,444 maka nilai r hitung harus lebih besar atau sama besar dari 0.444 maka item tersebut dinyatakan valid dan hasil uji reliabilitas diperoleh nilai Alpha Cronbach Apabila hasilnya (nilai korelasinya) sama atau lebih dari angka kritis pada derajat kemaknaan: P = 0,6, maka alat ukur atau kuesioner tersebut reliable Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat, data-data akan di sajikan dengan tabel distribusi frekuensi, sehingga akan tergambar fenomena yang berhubungan dengan variabel yang di teliti. 2. Analisis Bivariat Analisis data bersifat bivariat untuk mengetahui hubungan antara dua variabel. Karena data penelitian ini adalah kategorik yaitu ordinal, maka Analisa statistik yang digunakan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 17 menggunakan uji statistik korelasi dengan meggunakan Uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Etika Penelitian Etika penelitian ini meliputi : 1. Informed Consent Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai dengan judul penelitian. Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, calon responden diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan. 2. Anonimity Untuk menjaga kerahasiaan responden pada lembar pengumpulan data cukup memberi urutan masing-masing lembar tersebut. 3. Confidentiality Kerahasiaan informasi responden, akan di jamin oleh peneliti. Data hanya di gunakan untuk kepentingan penelitian. Setelah selesai di gunakan, data akan di musnahkan dengan cara di bakar HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Karakteristik Responden Sejumlah 32 orang ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan sebagai subyek penelitian ini (Responden). Adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan Umur Responden Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden di Desa Bancak, Kecamatan Bancak Umur Ibu <20 tahun ≥20-35 tahun >35 tahun Total Frekuensi 1 29 2 32 Persentase (%) 3,1 90,6 6,3 100,0 Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI eksklusif Dengan Sikap Pemberian ASI eksklusif Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Umur 0-6 Ban di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang . 4 Tabel 2, Dapat diketahui bahwa dari 32 responden ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di Desa Bancak, Kec. Bancak, Kab. Semarang, Sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 29 orang (90,6%). 2. Berdasarkan Pendidikan Responden Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden di Desa Bancak, Kecamatan Bancak. Pendidikan SD SMP SMA Total Frekuensi 4 16 12 32 Persentase (%) 12,5 50,0 37,5 100,0 Tabel 3, Dapat diketahui bahwa dari 32 responden ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di Desa Bancak, Kec. Bancak, Kab. Semarang, Sebagian besar berpendidikan SMP, yaitu sejumlah 16 orang (50,0%). 3. Berdasarkan Pekerjaan Responden Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden di Desa Bancak, Kecamatan Bancak. Pekerjaan Ibu IRT Karyawan/Swasta Petani Wiraswasta Total Frekuensi 17 7 7 1 32 Persentase (%) 53,1 21,9 21,9 3,1 100,0 Tabel 4, Dapat diketahui bahwa dari 32 responden ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di Desa Bancak, Kec. Bancak, Kab. Semarang, Sebagian besar tidak bekerja, sebagai ibu rumah tangga, yaitu sejumlah17 orang (53,1%). Analisis Univariat a. Pengetahuan Tentang ASI eksklusif Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif di Desa Bancak, Kecamatan Bancak. Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total Frekuensi 15 9 8 32 Persentase (%) 46,9 28,1 25,0 100,0 Tabel 5, Dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di Desa Bancak, Kec. Bancak, Kab. Semarang dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 15 orang (46,9%). b. Sikap pemberian ASI eksklusif Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Pemberian ASI Eksklusif di Desa Bancak, Kecamatan Bancak. Sikap Negatif Positif Frekuensi 19 13 Total 32 Persentase (%) 59,4 40,6 100,0 Tabel 6, Dapat diketahui bahwa sebagian besar sikap ibu memiliki sikap negatif terhadap pemberian ASI eksklusif di Desa Bancak, Kec. Bancak, Kab. Semarang sejumlah 19 orang (59,4%). Analisis Bivariat Tabel 7 Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Sikap Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Mempunyai Bayi Umur 0 sampai 6 Bulan di Desa Bancak, Kecamatan Bancak. Pengetahuan Kurang Cukup Baik Jumlah Sikap Pemberian ASI Eksklusif Total Negatif Positif f % F % f % 12 80,0 3 20,0 15 100 5 55,6 4 44,4 9 100 2 25,0 6 75,0 8 100 19 59,4 13 40,6 32 100 X2 0,032 Tabel 7, dapat diketahui bahwa ibu dengan pengetahuan kurang sebagian besar memiliki sikap negatif terhadap pemberian ASI eksklusif sejumlah 12 orang (80,0%), dan sebagian kecil ibu dengan pengetahuan baik sebagian memiliki sikap negatif terhadap pemberian ASI eksklusif sejumlah 2 orang (25,0%). Pembahasan Bagian ini, disajikan mengenai pembahasan hasil penelitian yang meliputi pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, sikap pemberian ASI ekskluisf dan hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan sikap pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI eksklusif Dengan Sikap Pemberian ASI eksklusif Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Umur 0-6 Ban di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang . 5 Analisa Univariat Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif adalah responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang sejumlah 15 orang (46,9%), responden dengan tingkat pengetahuan cukup sejumlah 9 orang (28,1%), responden dengan tingkat pengetahuan yang tinggi sejumlah 8 orang (25,0%). ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air the, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih (Kristiyanasari, 2009:23). Sebagian besar pengetahuan responden dalam kategori kurang. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden tentang pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Hasil kuesioner tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden salah menjawab soal nomor 29 sebanyak 18 ibu (56,25%) yaitu tentang langkah-langkah keberhasilan pemberian ASI eksklusif yang terdiri dari 7 langkah antara lain sebagai berikut: mempersiapkan payudara, mempelajari tatalaksana menyusui, menciptakan dukungan keluarga,memilih tenaga kesehatan yang mendukung ASI, mencari ahli tehnik laktasi, menciptakan suatu sikap yang positif dan soal nomor 10 dan 24 sebanyak 17 ibu (53,12%) tentang ASI berdasarkan stadium laktasi yang menurut Prasetyono (2009), menyatakan bahwa stadium laktasi di bagi menjadi 3: kolostrum, ASI transisi/peralihan, ASI matur/matang. Menurut Kristiyanasari (2009; h. 9) mengatakan bahwa, ASI eksklusif adalah pemberian ASI dengan ditambah makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayi umur 0 – 6 bulan, ASI yang keluar pada hari ke 14 sampai seterusnya mengumpal jika dipanaskan, ASI tidak dapat melindungi bayi dari penyakit, dan sebagian responden mengatakan bahwa ASI tidak bermanfaat dalam peningkatan kualitas generasi penerus. Beberapa pernyataan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang sikap pemberian ASI eksklusif bagi bayinya. Kurangnya pengetahuan tentang ASI eksklusif didominasi faktor minimnya informasi mengenai ASI eksklusif baik melalui penyuluhan tenaga kesehatan, media cetak maupun media elektronik. Pada saat penelitian, didapatkan pula informasi dari salah satu responden yang mengatakan bahwa dia merasa jarang mendapatkan penyuluhan mengenai ASI eksklusif baik dari bidan maupun dari puskesmas. Seharusnya informasi mengenai ASI Ekslusif, dapat diakses oleh berbagai kalangan termasuk ibu rumah tangga sekalipun. Kemauan serta minat yang cukup tinggi akan membuat seseorang untuk mampu berusaha mencari informasi baik dari media cetak, maupun elektronik khususnya informasi mengenai ASI Ekslusif. Peran tenaga kesehatan khususnya Bidan juga berperan penting dalam upaya peningkatan pengetahuan ibu, khususnya dalam hal ASI Ekslusif. Hal ini dapat didukung pendapat dari Notoatmodjo (2003), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah informasi. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Pemberian informasi baik berupa penyuluhan, pendidikan formal maupun non formal berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu. Menurut Wawan (2011), menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan dan budaya. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Berdasarkan hasil tabulasi di dapatkan bahwa sebagian besar responden yang berpendidikan SMP memiliki tingkat pengetahuan yang kurang karena dengan tingkat pendidikan rendah yang dimiliki seorang ibu tidak mudah menerima informasi serta tidak membuat ibu terdorong untuk mencari pengalaman baru yang ada di luar lingkungan. Dengan adanya pengalaman dan informasi yang didapatkan maka akan menjadi pengetahuan. Menurut Wawan (2011), bahwa, pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI eksklusif Dengan Sikap Pemberian ASI eksklusif Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Umur 0-6 Ban di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang . 6 pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilainilai yang baru diperkenalkan. Usia 20 – 35 tahun merupakan rentang usia yang aman untuk bereproduksi. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (wawan, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan pada 32 ibu didapatkan bahwa, sebagian besar ibu berumur 20 – 35 tahun (90,6%) memiliki pengetahuan yang baik. Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Kusmiyati (2005), bahwa semakin meningkat umur maka persentase berpengetahuan semakin baik karena disebabkan oleh akses informasi, wawasan, dan mobilitas yang masih rendah. Menurut pendapat Hurlock (2002), bahwa semakin meningkatnya umur dan tingkat kematangan maka kekuatan seseorang dalam berfikir dan bekerja juga akan lebih matang. Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar ibu rumah tangga 17 orang sebesar (53,1%). Ibu rumah tangga cenderung tidak mudah mendapatkan informasi dari luar lingkungan, karena ibu rumah tangga lebih sibuk di dalam rumah mengurusi kebutuhan keluarga karena kesibukan itulah menjadikan kurangnya informasi ibu sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Faizatun Nikma (2012), bahwa ada hubungan yang bermakna antara status pekerjaan terhadap pemberian ASI eksklusif. Sikap pemberian ASI eksklusif Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa sebagian besar sikap ibu memiliki sikap negatif terhadap pemberian ASI eksklusif di Desa Bancak, Kec. Bancak, Kab. Semarang, yaitu sejumlah 19 orang (59,4%). Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden tentang sikap pemberian ASI eksklusif. Hasil kuesioner tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang memiliki sikap negatif terhadap pemberian ASI eksklusif menyatakan sangat setuju pada soal nomor 6 sebanyak 4 responden (21,05%), soal nomor 6 merupakan soal negatif tentang komposisi ASI. Kandungan zat gizi dalam kolostrum dan ASI mempunyai komposisi yang berbeda. Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI. Hal ini menguntungkan bayi baru lahir karena dengan mendapatkan sedikit kolostrum bayi sudah cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama. Beberapa kandungan yang terdapat dalam ASI adalah lemak, protein, mineral, karbohidrat dan vitamin (Prasetyono, 2009:98-102). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa cukup banyak responden yang berpendapat bahwa mereka tidak bisa memberikan ASI pada bayinya karena adanya masalah pada ASI salah satunya karena ASI yang tidak keluar. Kepribadian setiap orang yang berbeda, Adanya kebudayaan yang salah misalkan apabila bayi itu rewel dan menangis beranggapan bahwa ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi sehingga diberikan makanan tambahan selain ASI dengan diberikan pisang, ataupun bubur. Tempat kerja yang tidak mendukung dalam pemberian ASI misalnya tidak adanya pojok laktasi ataupun tempat penyimpanan ASI yang sudah di perah dan waktu istirahat yang relatif pendek untuk memompa ASI. Selain itu, pengetahuan ibu yang kurang tentang sikap pemberian ASI eksklusif membuat ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya, sehingga selama ibu sibuk dengan pekerjaan rumah bayi diberikan susu formula. Kenyataannya, pemberian ASI eksklusif tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi diantaranya karena faktor pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja merupakan salah satu alasan banyaknya ibu yang menghentikan pemberian ASI secara eksklusif pada bayinya. Pada saat ini banyak ibu-ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya dengan alasan karena bekerja dan menitih karir. Walaupun banyak ibu bekerja mengalami dilema antara ingin memberikan ASI eksklusif dengan memberikan susu formula.dengan alasan yang tidak klasik ibuibu bekerja memilih untuk memberikan susu formula kepada bayinya (Arini, 2012). Sebagian besar sikap responden dalam kategori negatif. Menurut Wawan (2011), sikap dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu: pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayan, media massa, lembaga pendidikan dan agama dan faktor emosional. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI eksklusif Dengan Sikap Pemberian ASI eksklusif Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Umur 0-6 Ban di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang . 7 Analisa bivariat Hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan sikap pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di Desa Bancak K abupaten Semarang. Hasil uji statistik menggunakan Uji ChiSquare dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,032. Jika p value = 0,032 dan α = 0,05 maka p value lebih kecil dari α (p < 0,05), jadi H0 ditolak sehingga ada hubungan antara pengetahuan Ibu tentang ASI ekslusif dengan sikap pemberian ASI eklusif pada Ibu yang mempunyai bayi umur 0 – 6 bulan di Desa Bancak Kabupaten Semarang. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang memiliki sikap negatif terhadap pemberian ASI eksklusif, dengan tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 12 orang (80,0%), seseorang dengan tingkat pengetahuan yang kurang tetapi memikili sikap negatif terhadap pemberian ASI eksklusif dapat dikarenakan pengaruh tingkat pengetahuan. Sesuai teori Notoatmojdo 2005, faktor yang mempengaruhi sikap diantaranya adalah pengalaman pribadi dan media massa yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Sebagian ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang ASI eksklusif memiliki sikap negatif terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu sebanyak 2 Ibu (25,0%). 2 Ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang ASI eksklusif memiliki sikap negatif dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, mengganggap apabila bayi rewel dan menangis terus dengan diberikan ASI saja belum cukup maka beranggapan perlu untuk diberikan makanan pendamping ASI misalkan pisang, bubur dan sebagainya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting apabila dengan diberikan makanan tambahan selain ASI dapat menjadikan bayi lebih sehat dan bertambah berat badannya, kurangnya kemauan ibu untuk memberikan ASI karena tidak adanya dukungan dari keluarga terdekat dan tenaga kesehatan. tivasi ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Pemberian ASI eksklusif menurut responden harus diberikan walaupun dalam keadaan bekerja, karena bekerja bukan suatu penghambat untuk tetap memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang diketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagi pengetahuan lainnya. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif akan menghasilkan sikap yang positif terhadap pemberian ASI eksklusif. Kesimpulan dari uji tersebut adalah ada hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan sikap pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di desa bancak kabupaten Semarang. PENUTUP Kesimpulan 1. Karakteristik responden berdasarkan ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di desa Bancak kabupaten Semarang, sebagian besar berumur 20-35 tahun, yaitu 90,6%, Karakteristik berdasarkan pendidikan sebagian besar berpendidikan SMP 50,0% sedangkan karakteristik berdasarkan pekerjaan sebagian besar adalah ibu rumah tangga 53,1%. 2. Tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di desa bancak kabupaten semarang adalah responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang 46,9%, 3. Sikap pemberian ASI eksklusif oleh ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan sebagian besar memiliki memiliki sikap negatif terhadap pemberian ASI eksklusif 59,4%. 4. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan sikap pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di desa bancak kabupaten semarang, dengan hasil p value sebesar 0,032. P value kurang dari α=0,05 sehingga H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara pengetahuan tentang ASI eksklusif dengan sikap pemberian ASI eksklusif. Saran 1. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan selalu memberikan penyuluhan kepada ibu tentang ASI eksklusif dan mengawasi pemberian ASI eksklusif secara Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI eksklusif Dengan Sikap Pemberian ASI eksklusif Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Umur 0-6 Ban di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang . 8 berkesinambungan agar ibu memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang ASI eksklusif. 2. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat dapat menambah wawasan khususnya tentang ASI eksklusif sehingga masyarakat mengerti dan mampu mengubah sikap menjadi lebih baik dalam pemberian ASI eksklusif kepada bayi. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor yang lain yang mempengaruhi sikap pemberian ASI eksklusif. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arini. (2012). Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui. Yogyakarta: Flash Books Ellsa. (2011). Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif. [Akses tanggal 8 November 2012, pukul 18. 25 WIB]. Di dapat dari:http://www.univsum.org/wpcontent/2011/02/pdf. Harjanti, Nur. (2010). Gambaran tentang Perilaku Perawat Dalam Menejemen Laktasi. [Akses tanggal 6 November 2012, pukul 18. 25 WIB]. Di dapat dari:http//www.google.com. Kristiyanasari, W. (2009). ASI, Menyusui Dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.Jakarta:Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehaatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prasetyono, D. S. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press. Rahmawati, E. (2010). Kapita Selekta ASI Dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika. Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Setiyowati dan Rania Khilmiana. (2009). Hubungan Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja Dengan pemberian ASI Eksklusif. [Akses tanggal 8 November 2012]. Di dapat dari:http://repository. ipb.ac.id/bitsteam/ Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA. Suryoprajogo, N. (2009). Keajaiban Menyusui. Yogyakarta: Diva Press. Wawan, A. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI eksklusif Dengan Sikap Pemberian ASI eksklusif Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Umur 0-6 Ban di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang . 9