Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719 MIKROORGANISME SELULOLITIK DARI BERBAGAI SUBSTRAT PERANANNYA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIJAUAN MAKANAN TERNAK Umul Aiman, Program Studi Agroteknologi , Fakultas Agro Industri Universitas Mercu Buana Yogyakarta Niken Astuti, Program Studi Peternakan, Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT The forage quality can increase by probiotic inoculation for example cellulolitic microbia. Cellulolitic microbia can be isolate by cellulose composition substrat or another fiber composition. From leaves seweage, animal ferlilizer, straw, and rumen liquid obtainable celulolitic isolat. Cellulolitic microbial colony isolated by specific CMC media. Colony total enumerated with dilution series use pour plate on NA and PDA media. Cellulolitic activity analized by growth on liquid CMC medium and reduction sugar analized. The yield of the highest reduction glucose microbe chosen for used probiotic on forage. The forage consist straw, king gress and glirisidae. The livestock each cutting and homogen mixed and inuculated spesific isolat as 10%. The susbatrat three days incubated furthermore proximat analized. The result that leaves sewage, animal fertilizer, straw and rumen can be used cellulolitic microbe consist 14 total colony with 11 bacteria coloni and 3 fungi coloni. Can be giving 7 celulolitic colony and 3 colony fungi consist S/PK_3 , S/J/PK/R_4 bacteria and J/PK_1 fungi with higher cellulolitik. the The highest cellulolitic is S.J/PK/R bacteria . The inoculated S/J/PK/R_4 bacteria on straw, glirisidae and king gress substrat can quality increased for protein and fiber decrese. Key word : Cellulolitic microorganism, forage quality, CMC media 42,3% LATAR BELAKANG Peningkatan khususnya ternak dipengaruhi oleh sebagai sumber bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) ( Rieda, 2007 ). Lebih lanjut Rieda produksi ternak (2007) ruminansia sangat untuk HMT jenis lain bervariasi, misalnya ketersediaan hijauan pakan. Ketersedian hijauan makanan ternak (HMT) ini mengatakan bahwa untuk rumput jenis setaria kandungan (dasar bahan kering) terdiri atas; abu 11,5%, ekstrak eter harus (EE) 2,8%, serat kasar (SK) 32,5%, bahan dapat dipenuhi secara berkelanjutan baik ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 44,8%, kualitas maupun kuantitasnya. protein kasar (PK) 8,3% dan total digestible Hijauan makanan ternak sebagian nutrients (TDN) 52,88%, komposisi zat gizi besar berupa serat kasar, misalnya rumput daun turi terdiri atas; protein kasar 27,3%, gajah mengandung serat 19,9% bahan energi kasar 4.825 kkal/kg, SDN 24,4%, kering (BK), 10,2% protein kasar (PK), 1,6% lignin 2,7%, abu 7,5%, Ca 1,5% dan P lemak, 34,2% serat kasar, 11,7% abu, dan 0,4%, daun kaliandra mengandung protein 71 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719 kasar 22,4%, lemak 4,1%, energi kasar Cellulomonas sp mampu menghasilkan 46,30 kkal/kg, SDN 24,0%, lignin 1995,0%, protein dengan menggunakan bahan dasar Ca 1,6% dan P 0,2%. selulosa. Serat seringkali yang tidak terdapat dapat di pakan dicerna secara Penambahan mikroorganisme ke dalam pakan selain menghasikan enzim keseluruhan, sehingga dikeluarkan dalam yang bentuk feces. Serat yang ada dalam hijauan meningkatkan kualitas HMT, juga berfungsi dapat ditingkatkan kecernaannya dengan sebagai protein sel tunggal ( PST). Ternak memberikan ruminansia kebutuhan proteinnya sebagian mikrobia yang menguraikan selulosa yang mampu merupakan substrat penyusun terbesar hijauan. besar sangat bermanfaat untuk 70 – 100 % ) dipenuhi oleh ( mikrobia rumen ( Ginting, 2005 ). Mikrobia selulolitik adalah mikrobia Sebagian besar limbah ternak tidak yang mampu menghasilkan enzim selulase. dapat dicerna dan diserap oleh ternak Ensim dalam karena adanya serat yang terlalu tinggi mendegradasi selulosa menjadi glukosa. serta proteinnya biasanya tidak tercerna Enzim ini bekerja dengan cara memecah karena berada di dalam sel yang dilindungi rantai selulosa yang semula merupakan oleh dinding sel ( Yatim, 2001 ). Pasokan rangkaian protein selulase berperan monomer berupa glukosa- ke dalam usus halus dapat glukosa yang sulit untuk dicerna menjadi ditingkatkan melalui sintesis mikroba rumen senyawa dan pasokan protein tahan degradasi rumen disakharida ataupun monosakharida berupa glukosa yang dapat ( Puastuti dan Mathius , 2008 ) dicerna dengan mudah ( Yatim, 2001). Mikrobia selulolitik dapat diisolasi Selulosa ini merupakan polimer alami yang dari panjang dan linier terdiri atas residu β-D mengandung selulosa. Mikrobia selulolitik glukosa yang dihubungkan oleh ikatan yang glikosida pada posisi C1 dan C4 (Martina, kandungan dkk., 2002 ) menghasilkan Selain meningkatkan daya cerna mikrobia selulotik organik diisolasi dari tinggi yang substrat selulosanya mikrobia selulolitik banyak dengan akan yang berkekuatan tinggi. mampu Mikrobia selulolitik banyak dijumpai HMT. di rumen ruminansia, limbah-limbah organik Mikroorganisme selulolitik akan memecah yang banyak mengandung selulosa serta dinding sel hijauan, sehingga proteinnya pada tumpukan limbah kandang (Hartanto yang bisa dan Sumardi, 2004). Mikrobia terisolasi dimanfaatkan (Yatim, 2001). Lebih jauh dapat dimanfaatkan untuk mencernakan disampaikan oleh Schlegel dan Schimdt bahan-bahan yang mengandung selulosa . (1994) bahwa pemberian mikrobia seluolitik Selulosa akan dicerna dan dihasilkan gula dapat (Schuler, 1980, Martina dkk., 2002) . meningkatkan terdapat juga limbah protein di meningkatkan dalam protein, sel bahkan 72 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719 METODOLOGI Sampel berupa kotoran sapi, jerami Penelitian dilaksanakan di padi dan isi rumen serta sampah dedaunan laboratorium Mikrobiologi dan laboratorium , Peternakan Buana disuspensikan ke dalam 90 ml medium Yogyakarta. Bahan yang digunakan adalah mineral (KH2PO4 1 g/l, NaCl 1 g/l, MgSO4 isi rumen, 7H2O 2,4 g/l, CaCl2 0,1 g/l), yang ditambah Universitas Mercu pupuk kandang, tumpukan diambil masing-masing sebanyak 10 g jerami, sampah dedaunan media nutrien dengan agar (NA), diperlakukan berupa hijauan ( media potato dekstrosa agar 10% substrat yang akan jerami, (PDA) dan media karboksi metil selulosa glirisidae dan (CMC). adalah tersebut digoyang dengan diinkubasikan isolasi pada suhu ruang selama 3 hari. Alat seperangkat mikrobia, yang digunakan peralatan untuk rumput gajah ). Suspensi autoklaf untuk sterilisasi, dan Isolasi mikrobia selulolitik dilakukan entkas/ LAF untuk melakukan sub kultur dengan melakukan penaburan pada NA, serta ruangan untuk inkubasi, dan nampan PDA, maupun CMC ( Susilowati dkk, 2003). plastik tempat untuk fermentasi hijauan. Penelitian ini Seleksi mikroorganisme selulolitik merupakan unggul dilakukan dengan mendasarkan percobaan yang dilakukan di Laboratorium. pada biakan yang tumbuh pada media Metode penelitian yang digunakan adalah CMC. metode rancangan faktor tunggal. Semua karakteristik tersebut dipilih dan selanjutnya data dianalisis dengan sidik sagam pada digunakan taraf 5%. Untuk perlakuan yang berbeda perlakuan, nyata dilakukan uji lanjut dengan DMRT dengan metoda Bergeys Manual ( 2000). taraf 5% (Hanifah, 1993) Mikrobia yang sebagai Macam perlakuan yang diteliti adalah macam substrat terdiri 3 macam, yaitu: terseleksi tercerna jerami biostarter selanjutnya Pengujian mempunyai diidentifikasi aktivitas terhadap untuk mikrobia peningkatan dilakukan dengan serat menimbang J = sebanyak 0,1 kg hijauan makanan ternak ( G = glirisidae masing-masing perlakuan) dipotong-potong R = rumput gajah ± 3 cm, ditambahkan 1 ml larutan starter. Masing-masing perlakuan dilakukan Hijauan selanjutnya dicampur secara pengulangan 3 kali dengan satu kontrol ( merata, dimasukkan ke dalam nampan tanpa pemberian inokulum) kemudian ditutup dengan plastik (aerofilik). Pelaksanaan penyiapan sumber penleitian meliputi inokulum, isolasi mikrobia selulolitik, karakterisasi dan seleksi mikrobia pengujian selulolitik aktivitas yang unggul mikrobia Setelah 3 hari, hijauan diambil dan dilakukan analisis proksimat. Pengamatan yang dilakukan dan meliputi kadar protein kasar (Tillman dkk., terseleksi 1991 ), kadar serat total (Tillman dkk., 1991 terhadap peningkatan serat tercerna. . ), kadar air dan aktivitas mikroorganisme. 73 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719 Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis A. Isolasi mikrobia dengan sidik ragam 5 % dan apabila subatrat terdapat perbedaan yang nyata dari berbagai asal antar Mikrobia yang dapat diisolasi dari perlakuan maupun kontrol, dilakukan uji beragam asal substrat disajikan pada Tabel lanjut dengan DMRT (Hanifah, K. A., 1993) 1. Mikrobia yang terisolasi merupakan bakteri HASIL DAN PEMBAHASAN maupun jamur serta beberapa khamir. Pemakaian medium nutrien agar (NA), mikrobia yang terisolasi lebih banyak dibandingkan medium lainnya (Tabel 1). Tabel 1. Rerata jumlah mikrobia dari berbagai asal substrat/ 0,5 ml (x10-4) Macam media Asal Substrat Jerami Sampah Rumen dedaunan Pupuk kandang NA 27.700 376.000 291,67 508,33 CMC Agar 30 410 13,5 220 PDA 49 300 6 73 Hal ini sesuai dengan Schlegel dan jumlahnya jauh lebih banyak daripada Schmidt (1994) medium NA adalah jamur dan mempunyai kemampauan medium umum yang digunakan untuk tumbuh lebih baik daripada jamur serta menanam bakteri, sedangkan PDA untuk mampu menggunakan nutrisi yang ada jamur. CMC adalah medium selektif pada PDA. untuk mikrobia yang bersifat selulolitik. B. Isolasi mikrobia selulolitik Mikrobia yang tumbuh pada PDA Isolasi mikrobia selulolitik tidak semua berupa jamur tetapi juga digunakan media spesifik yang hanya bakteri. mengandung Dari jumlah koloni, jumlah jamurnya lebih sedikit daripada bakteri, sumber karbon dari selulosa. namun pertumbuhan koloni jamurnya sangat cepat. Tumbuhnya bakteri pada PDA diakibatkan karena bakteri Tabel 2 . Rerata jumlah mikrobia selulolitik dari berbagai asal substrat/ 0,5 ml (x10-4) Macam media Asal Substrat Jerami Sampah Rumen dedaunan CMC Agar 30 410 Pupuk kandang 13,5 220 74 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 Tabel mikrobia 2 ISSN : 2086-7719 menunjukkan selulolitik ( bahwa mikrobia tumbuh pada CMC) yang Menurut Joetono (1995) beberapa jenis bakteri bersifat lignolitik yang mampu dapat diperoleh menguraikan lignin maupun selulosa untuk pada semua macam substrat. Jumlah digunakan sebagai sumber karbon dalam mikrobia selulolitik lebih banyak pada mendukung sampah pupuk mikrobia yang bersifat lignolitik sangat kecil, kandang , jerami, dan yang paling sedikit misalnya Trichoderma viride , T. reesei, T. adalah harzianum, dedaunan, dari mikrobia diikuti rumen. selulolitik Gambar jamur T koningii, Jumlah Cellulomonas, maupun Pseudomonas, Aspergillus niger, A. terreus, bakteri) dari keseluruhan asal substrat Penicellium dan Streptomyces ( Saraswati, disajikan pada Gambar 1 sampai 4. dkk., 2007). Sampah ( koloni pertumbuhannya. dedaunan serta pupuk Jumlah atau kemelimpahan kandang merupakan bahan organik yang macam koloni pada masing-masing substrat banyak disajikan pada tabel 3. Macam koloni yang mengandung lignoselulosa ( Murni, dkk., 2008 ), terlebih lagi bahan ini diperoleh telah mengalami degradasi, sehingga banyak ligninnya atau Macam koloni yang berhasil diisolasi dari Seperti semua substrat yang digunakan 14 koloni. disampaikan oleh Murni dkk. (2008) Keempat belas koloni tersebut terdiri 11 bahwa limbah organik utamanya dari bakteri dan 3 jamur. telah berkurang kemungkinan sudah hilang. tumbuhan banyak pada pupuk dibandingkan mengandung kandang substrat lebih lainnya. Banyaknya macam koloni pada lignoselulosa. Mikrobia hanya sedikit pupuk sekali yang mampu mendegradasi lignin dibandingkan substrat lainnya kemungkinan dan biasanya sangat lambat. Jasad yang diakibatkan karena komposisi / substrat mampu memecah penyusun pupuk kandang lebih beragam, adalah jamur Basidiomycetes. lignin tingkat utamanya tinggi Jamur ini yaitu dikenal kandang yang lebih banyak sehingga mengakibatkan mikrobia yang tumbuhpun juga lebih banyak. Sesuai sebagai white_rot fungi dan brown_rot dengan yang dinyatakan oleh Joetono, fungi. 1995, semakin banyak macam / penyusun yang Jerami merupakan bahan organik suatu bahan, mikrobia yang akan tumbuh kaya pada akan serat berupa lignin, bahan tersebut selulosa, lilin yang menyusun pada dinding beragam sel Mimin L. (2007). Sampah yang berupa membutuhkan hara yang spesifik. dedaunan maupun pupuk kandang dapat digunakan sebagai biang untuk karena akan setiap semakin mikrobia Selain macam koloni, jumlah atau kemelimpahan koloni juga berbeda. Bakteri mendapatkan isolat mikrobia selulolitik yang PK_1, PK_2 diduga juga mampu mendegradasi lignin. ditemukan ( bakteri yang hanya pada pupuk kandang ) 75 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719 jumlahnya lebih banyak dibandingkan jenis kandang) ( bakteri mempunyai kemelimpahan yang banyak berarti jenis kemelimpahan yang tidak berbeda dengan mikrobia ( bakteri dan jamur ) tersebut bakteri S/PK_3( yang ditemukan pada perannya sampah peruraian bahan organik/ substrat lebih lainnya, namun dedaunan maupun pupuk Tabel 3). dalam kandang), S/ J/PK/R_4 ( ditemukan pada banyak semua substrat) , kemelimpahannya R_6 ( pada rumen ) Dengan jumlah/ melakukan dibandingkan lebih proses yang sedikit. maupun jamur J/PK_1 ( jerami dan pupuk Gambar 1. Koloni mikrobia selulolitik pada rumen Gambar 2. Koloni mikrobia selulolitik pada pupuk kandang Gambar 3. Koloni mikrobia selulolitik Gambar 4. Koloni mikrobia selulolitik pada sampah dedaunan pada jerami 76 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719 Tabel 3. Kemelimpahan macam koloni dari semua sumber substrat pada media NA dan PDA No. Isolat dan asal Jumlah/ substrat koloni kemelimpahan 1. Bakteri PK_1 3 2. Bakteri PK_ 2 3 3. Bakteri S/PK_3 3 4. Bakteri S/ 3 5. Bakteri S/J/PK_5 1 6. Bakteri R_6 3 7. Bakteri PK/R/J_7 1 8. Bakteri PK/J_8 1 9. Bakteri J/PK_9 1 10. Bakteri J/PK_10 1 11. Bakteri J/PK_11 1 12. Jamur _J/PK_1 3 13. Jamur J/PK_2 2 14. Jamur J/PK_3 2 J/PK/R_4 Keterangan: Bahan 1 = Jumlah sedikit 2 = Jumlah sedang 3 = Jumlah banyak PK = Pupuk kandang J = Jerami R = Rumen S = Sampah dedauanan organik sebagai sustrat untuk isolasi mengandung yang digunakan bahan/ sumber serat yang tinggi pertumbuhannya apabila dalam media atau lingkungannya tersedia diperlukan untuk hara yang mendukung terutama selulosa, selain juga karbohidrat pertumbuhannya. Untuk lain. Mikrobia yang mampu tumbuh dengan pendugaan baik diduga merupakan mikrobia selulolitik. digunakan media CMC yang merupakan Seperti disampaikan oleh Saraswati dkk., media 2007, suatu jenis mikrobia akan optimal mikrobia selulolitik. tersebut spesifik untuk memastikan isolasi mikrobia menumbuhkan 77 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719 Tabel 4 : Pertumbuhan isolat pada media CMC agar setelah diinkubasikan selama 7 hari No. Isolat Keterangan: Pertumbuhan/ ketebalan koloni 1. Bakteri PK_1 3 2. Bakteri PK_ 2 3 3. Bakteri S/PK_3 4 4. Bakteri S/J/PK/R_4 5 5. Bakteri J/PK_5 3 6. Bakteri R_6 2 7. Bakteri PK/R/J_7 0 8. Bakteri PK/J_8 0 9. Bakteri J/PK_9 1 10. Bakteri J/PK_10 0 11. Bakteri J/PK_11 0 12. Jamur J/PK_1 5 13. Jamur J/PK_2 3 14. Jamur J/PK_3 2 0 1 2 3 4 5 = Tidak tumbuh = Tumbuh sangat sedikit/ sangat tipis = Tumbuh sedikit/ tipis = Tumbuh cukup tebal = Tumbuh cepat/ tebal = Tumbuh sangat cepat/ Sangat tebal Masing-masing isolat yang telah diperoleh diuji tumbuhnya kedua isolat ini kemampuan diakibatkan karena isolat bakteri tersebut tumbuhnya pada media CMC agar miring. tidak mampu menggunakan karbon dari Pertumbuhan isolat yang telah diperoleh CMC, sementara pada media tersebut dari bakteri PK_1 sampai jamur J/PK_3 ( karbonnya hanya dari CMC (Susilowati dkk, Tabel 3) pada media CMC agar miring 2003 ; Knapp, 1985). menunjukkan pertumbuhan yang berbeda. Semua Bakteri selanjutnya mampuan S/J/PK/R_4 dan jamur S/PK_3 maupun mikrobia, jamur untuk baik bakteri mendukung menunjukkan pertumbuhan yang paling pertumbuhannya selalu membutuhkan baik dibandingkan isolat lainnya ( Tabel 4) karbon. karbon pada dan tidak semua dapat tumbuh. Isolat biasanya diberikan dalam bentuk glukosa, bakteri PK/R/J_7, PK/J_8 , J/PK_10 dan fruktosa, sukrosa mapun bentuk lain yang bakteri J/PK_11 tidak mampu tumbuh pada spesifik misalnya CMC (Carboxy Methil medium CMC agar ( Tabel 4). Ketidak Sellulosa) Sumber (Anonimus b, media 2008). 78 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719 Penggunaan sumber karbon dalam bentuk mikrobia lainnya pada media CMC cair ( spesifik untuk Tabel 5). Dengan kemampuannya tinggi media selektif, misalnya pada media CMC. dalam menghasilkan gula reduksi berarti Pada media CMC, mikrobia yang mampu mampu menghasilkan enzim selulolitik saja yang menghasilkan gula (= energi ) lebih baik mampu dan atau mempunyai kekuatan menguraikan Schmidt, K., 1994). Dari tabel 4, terdapat 7 serat lebih baik. Seperti disampaikan oleh jenis bakteri selulolitik dan 3 jenis jamur Murni dkk., (2008), selulosa maupun lignin selulolitik dan akan diuraikan dengan menghasilkan gula. biasanya tumbuh dipergunakan (Schlegel, H.G. 4 jenis bakteri yang tidak menguraikan serat untuk bersifat selulolitik. Tabel 5. Gula reduksi dari bermacam isolat C. Pemilihan mikrobia selulolitik untuk yang diperoleh pada media biostarter CMC cair (%) Bakteri S/J/PK/R_4 menunjukkan No. Isolat Gula reduksi (%) pertumbuhan nyata sangat berbeda dengan 1. Bakteri PK_1 0,0106 bakteri baik 2. Bakteri PK_ 2 0,0125 pertumbuhannya pada medium CMC agar ( 3. Bakteri S/PK_3 0,0244 Tabel 4). Dengan tumbuhnya yang sangat 4. Bakteri 0,0374 lain dan paling cepat serta kemampuannya menghasilkan S/J/PK/R_4 gula reduksi tinggi maka diduga bakteri 5. Bakteri J/PK_5 0,0082 jenis S/J/PK/R_4 mempunyai sifat mampu 6. Bakteri R_6 0,0049 mendegradasi 7. Bakteri J/PK_9 0,0195 8. Jamur _J/PK_1 0,0213 9. Jamur J/PK_2 0,0142 10. Jamur J/PK_3 0,0138 serat lebih tinggi dibandingkan bakteri lain ( Tabel 5). Dengan tumbuh baik sifatnya pada yang media mampu CMC dan kemampuannya dalam menghasilkan gula reduksi yang paling tinggi selanjutnya Berdasarkan hasil analisis 7 bakteri S/J/PK/R_4 dipilih untuk digunakan isolat S/J/PK/R_4 mempunyai kemampuan sebagai biostarter. menghasilkan gula reduksi paling tinggi dibandingkan isolat S/PK_3 dan J/PK_1. D. Karakteristik mikrobia selulolitik terpilih Isolat terpilih baik bakteri S/PK_3 , Dari kemampuannya inilah selanjutnya dipilih untuk diaplikasikan pada substrat / S/J/PK/R_4 mapun jamur J/PK_1 selain pakan yang terdiri jerami, glirisidae mempunyai kemampuan tumbuh paling baik rumput gajah. Semua karakteristik ketiga pada media CMC agar ( Tabel 3 dan 4), mikrobia ( bakteri S/J/PK/R_4 , bakteri juga mempunyai kemampuan menghasilkan S/PK_3 disajikan gula pada tabel 6 . reduksi lebih tinggi dibandingkan dan Jamur J/PK_1 dan 79 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 Isolat mempunyai 1996, jamur yang mempunyai ciri tersebut warna koloni keabuan, hifa tidak bercabang, diduga adalah Streptomyces. Streptomyces tidak bersekat. Beberapa ujung hifanya yang mampu tumbuh pada media CMC membentuk konidiophore yang tersusun adalah seperti rantai. Tidak dijumpai adanya rizoid Schilegel dan Schmidt, 1994). maupun jamur J/PK_1 ISSN : 2086-7719 sporangium. Menurut adalah Streptomyces cellulosae ( Larone, Gambar 5. Bakteri S/J/PK/R_4 Gambar 6. Bakteri S/PK_3 Gambar 7. Jamur J/PK_1 Gambar 8. Koloni jamur J/PK_1 pada media CMC pada media CMC 80 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719 Tabel 6. Karakteristik mikrobia selulolitik terisolasi dari berbagai substrat yang mempunyai kekuatan selulolitik tinggi No. Isolat Karakteristik 1. Bakteri PK_3 Gram negatif, bentuk sel batang pendek, koloni bulat warna putih agar krem pada media CMC 2. Bakteri J/PK/R_4 Gram positif, bentuk sel batang, bersifat aerobik, bentuk koloni bulat, warna koloni putih pada media CMC, diduga adalah Cellulomonas 2. Jamur _J/PK_1 Warna koloni keabuan, hifa tidak bercabang, tidak bersekat. membentuk Beberapa konidiophore ujung yang hifanya tersusuan seperti rantai. Tidak dijumpai adanya rizoid maupun sporangium. Diduga jamur Streptomyces Isolat bakteri PK_3, merupakan bakteri dengan gram negatif, aerobik, bentuk sel batang menghasilkan perubahan kadar air, kadar pendek, koloni bulat warna putih agak krem protein serta kadar serat. Kadar air sesudah pada media CMC. Pertumbuhannya pada difermentasi mengalami penurunan dengan media CMC baik. sebelumnya, Kemampuan menghasilkan diinkubasikan kadar selama protein 3 hari mengalami gula peningkatan pada Glirisidaae dan yang reduksi dari ketiga isolat isolat selulolitik lainnya mengalami penurunan, sedangkan terpilih tidak sama. Bakteri S/J/PK/R_4 seratnya menghasilkan gula reduksi paling tinggi, Keseluruhan sedangkan menunjukkan S/PK_3 maupun menghasilkan gula reduksi yang J/PK_ tidak berbeda ( Tabel 7). Dengan sifat yang mengalami parameter adanya penurunan. tersebut perbedaan yang nyata antara sebelum diinkubasi dengan stelah diinkubasi (Tabel 8). dihasilkan inilah maka bakteri S/J/PK/R_4 Penurunan kadar air pada hijauan dipilih sebagai biostarter karena mempunyai setelah difermentasi diakibatkan karena air sifat selulolitik tertinggi. yang ada pada bahan dimanfaatkan oleh mikrobia dalam pertumbuhannya. Seperti D. Kualitas hijauan pakan Hijauan/ bahan pakan yang berupa jerami, glirisidae maupun rumput gajah dikatakan oleh Zaifbio, 2009; Saraswati dkk, 2007 semua mahluk hidup termasuk juga mikrobia untuk dapat melakukan 81 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719 pertumbuhan sangat memerlukan air untuk kasarnya sehingga mikrobia yang aktif melaksanakan adalah yang bersifat lignoselulolitik baru metabolisme. Selain digunakan mikrobia, sebagian air juga akan kemudian jasad lainnya karena mengalami penguapan. tersedia bahan untuk pertumbuhannya. telah Mikrobia yang banyak ditemukan Tabel 7. Produksi gula reduksi dari tiga pada hijauan yang mengalami fermentasi isolat terpilih (%) secara spontan umumnya adalah mikrobia yang mampu mendegradasi serat. Mikrobia Macam isolat Ulangan S/PK_3 S/J/PK/R_4 J/PK_1 dalam 1 0.02405 0.03755 0.01815 mengeluarkan enzim, misalnya selulase, 2 0.02480 0.03725 0.02435 hemiselulase, ligninase, serta masih banyak Rerata 0.02443 0.03740 b 0.02125 enzim lainnya. Adanya aktivitas mikrobia ini a akan mengakibatkan terurainya serat yang superkrip yang ada yang selanjutnya kandungan serat menunjukkan perbedaan yang menjadi menurun ( Tabel 8) a Nialai rerata berbeda dengan melakukan aktivitasnya akan Hasil analisis proksimat substrat nyata (P<0.05). yang telah diinokulasi isolat S/J/PK/R_4 Protein merupakan senyawa organik yang diperlukan untuk pertumbuhan sel mapun tanpa inokulasi disajikan pada tabel 8 dan 9 . Jerami dengan penambahan bakteri suatu jasad. Protein pada hijauan setelah adanya S/J/PK/R_4 menghasilkan kadar air dan penurunan yang diduga diakibatkan telah kadar serat yang tidak berbeda dengan digunakannya yang tanpa diinokulasi bakteri. Sedangkan dilakukan fermentasi mendukung oleh terlihat mikrobia pertumbuhannya. untuk Mikrobia kadar proteinnya mengalami kenaikan memerlukan protein untuk membangun sel, setelah diinokulasi ( Tabel 8 ). Terjadinya melakukan mempertahankan peningkatan protein pada jerami setelah diri terhadap lingkungan serta aktivitas diinokulasi dengan bakteri kemungkinan lainnya, utamanya bakteri (Zaifbio, 2009). reproduksi, untuk Protein pertumbuhan pada jerami yang ditambahkan menggunakan sumber karbon mampu yang mengalami kenaikan dan berbeda nyata diambilnya dari serta untuk menghasilkan dengan sebelumnya ( Tabel 8). Adanya protein. Pernyataan ini selaras dengan kenaikan protein maupun kadar serat pada pernyataan jerami beberapa yang berbeda dengan hijauan Saraswati, jenis bakteri lainnya kemungkinan diakibatkan karena menghasilkan jerami misalnya Cellulomonas. relatif banyak kadungan serat 2007, protein ada yang dari mampu selulosa , 82 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719 Tabel 8. Nilai rerata hasil analisis proksimat berbagai macam substrat sebelum dan setelah 3 hari fermentasi tanpa inokulasi isolat Kadar air (%) Macam Kadar protein (%) bahan Sebelum sesudah Jerami 6.6216 a 4.8666 b 12.2626 a Sebelum Kadar serat (%) sesudah sebelum sesudah 13.0419 b 22.1550 a 23.6450 b Glirisidae 7.8664 a 4.8632 b 43.8125 a 26.8698 b 20.9700 a 7.6800 b Rumput 6.1280 a 5.4250 b 20.1419 a 16.3587 b 23.8775 a 19.9550 gajah b Nilai rerata dengan superkrip yang berbeda pada kolom yang sama untuk masing-masing bahan pakan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05). Glirisidae merupakan salah satu kualitas pakan juga menurun, karena genus dari famili Leguminosae. Tanaman memperpendek masa cerna dalam yang ruminansia. termasuk Legum mempunyai kandungan protein tinggi ( Tjitrosopomo, G., 1988). Lebih lanjut Anonimus c, 2009, dinyatakan oleh kandungan serat dari Hasil protein dari peningkatan, usus analisis proksimat kadar semua perlakuan terjadi sedangkan kandungan Glirisidae relatif lebih sedikit dibandingkan seratnya terjadi penurunan walaupun sedikit jerami Selain ( Tabel 8). Dari pendugaan awal bahwa seratnya yang lebih sedikit, Glirsidae tidak isolat yang dipilih adalah Cellulomonas mengandung silika, sel gabus maupun mampu trikoma sehingga mengakibatkan daunnya memanfaatkan sumber selulosa. Dari tabel cepat rusak. 7 tampak sekali terjadi peningkatan protein maupun rumput gajah. Penambahan bakteri menghasilkan protein dengan S/J/PK/R_4 yang signifikan pada semua substrat pakan mengakibatkan fermentasi daun Glirisidae yang digunakan. Hal ini sesuai dengan menjadi menyebabkan pendapat Puger, 2008, Saraswati, dkk., rusaknya kandungan gizi pada daun (= 2007 ; Schlegel, H.G. dan Schmidt, K., 1994 busuk). bahwa baik dan Glirisidae tidak tanpa penambahan mikrobia Cellulomonas protein mampu bakteri mengakibatkan turunnya kandungan menghasilkan dengan protein kasar maupun kadar sarat sangat memanfaatkan substrat berupa serat. banyak dan berbeda dengan bahan lain ( Tabel 8 dan 9 ). Penurunan serat kasar yang terlalu tinggi akan menyebabkan 83 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719 Tabel 9. Hasil analisis proksimat berbagai macam substrat setelah diinokulasi dengan isolat S/J/PK/R_4 No. Macam pakan Kadar air (%) Kadar protein (%) Kadar serat (%) 1 Jerami (awal) 6,62155 b 12.26255 a 24.1550 a 2 Jerami 4.86665 a 13.04195 a 23.6450 a ( setelah 3 hari fermentasi) 3 Jerami + S/J/PK/R_4 5.24137 a 15.09672 b 23.6083 a 4 Glirisidae (awal) 7.8664 b 43.81245 b 20.9700 b 5 Glirisidae 4.8632 a 26.86975 a 7.6800 a (setelah 3 hari fermentasi) 6 Glirisidae + S/J/PK/R_4 5.5702 a 45.45588 b 18.3533 c 7 Rumput gajah (awal) 6.1280 b 20.14185 b 23.8775 b 8 Rumput gajah( setelah 3 hari 5.4250 a 16.35865 a 19.9550 a 5.4029 a 20.90923 b 20.9467 a fermentasi) 9 Rumput gajah + S/J/PK/R_4 Nilai rerata dengan superkrip yang berbeda pada kolom yang sama untuk masing-masing bahan pakan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05). Tabel 10. Hasil analisis proksimat berbagai macam substrat setelah diinokulasi dengan isolat S/J/PK/R_4 No. Macam pakan Kadar air (%) Kadar protein (%) Kadar serat (%) 1 Jerami + S/J/PK/R_4 5.24137 a 15.09672 a 23.6083 c 2 Glirisidae + S/J/PK/R_4 5.5702 a 45.45588 c 18.3533 a 3 Rumput gajah + S/J/PK/R_4 5.4029 a 20.90923 b 20.9467 b Nilai rerata dengan superkrip yang berbeda pada kolom yang sama untuk masing-masing bahan pakan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05). 84 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 Kadar air ISSN : 2086-7719 dari semua macam pakan B. Saran menunjukkan nilai yang tidak berbeda. 1. Kadar protein kasar paling tinggi pada pakan glirisidae diikuti rumut gajah dan paling imbangan rendah adalah jerami. Namun sebaliknya, pada jerami mempunyai kadar serat paling Untuk mendapatkan yang lebih kualitas baik dengan serat dan protein ideal perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. tinggi dan terendah adalah pada glirisidae ( 2.Perlu konsorsium 3 isolat yang Tabel 10). Perbedaan gizi dan kandungan diduga mempunyai sifat selulolitik air yang terdapat pada bahan pakan ataupu lignoselulolitik tinggi untuk diakibatkan karena yang bersama memfermentasi substrat berbeda. Seprrti oleh pakan sehingga akan dihasilkan Tjitrosoepomo, G.,1988, bahwa setiap jenis pakan dengan kualitas yang lebih tumbuhan mempunyai karakteristik yang baik. berbeda termasuk kandungan kimiawi yang pemanfaatan limbah daun untuk dimilikinya. Dengan adanya kandungan gizi digunakan sebagai bahan pakan jenis pakan dinyatakan Sangat dimungkinkan yang berlainan merupakan informasi yang baik bagi perternak untuk DAFTAR PUSTAKA mengkombinasikan beragam jenis pakan dengan disesuaiakan dengan kebutuhan Anonimus a. , 2008. Selulosa ternak. http://ms.wikipedia.org/wiki/Selulosa, . 4 Desember 2008 Anonymous VI. KESIMPULAN DAN SARAN b. 2006. Mempengaruhi Mikrobia selulolitik dapat diperoleh kandang, jerami maupun rumen 2. Terdapat 2 bakteri yaitu S/PK_3 dan S/J/PK/R_4 dan 1 jenis jamur S/J/PK/R_4 mampu meningkatkan kualitas bahan pakan jerami, glirisidae dan rumput gajah (http://rachdie.blogsome.com/2006/ pertumbuhan-mikroba/) Diakses Tanggal 10 Juli 2009. Anonimus c , 2009. Hijauan Makanan J/PK_1 Bakteri (Online). 10/14/faktor-yang-mempengaruhi- dari sampah dedaunan, pupuk 3. yang Pertumbuhan Mikroba. A. Kesimpulan 1. Faktor Ternak : Rumput Gajah , http://nusataniterpadu.wordpress.com/ , 1 Agustus 2009 Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermatphyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 478 p. 85 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 Ginting, 2005., ISSN : 2086-7719 Sinkronisasi Degradasi Gamal ((Gliricidia sepium). Protein dan Energi dalam Rumen http://klinik- untuk Memaksimalkan Produksi agropolitan.com/news.php?id=20 Protein Mikroba, 10 Juli 2009 Buletin Ilmu , Peternakan Indonesia ( WARTAZOA), Volume 15 No .1 Rieda, 2007. Hijauan Makanan Ternak ( HMT Hanifah, K.A., Percobaan Fakultas 1993. Teori Rancangan http://alveoli.wordpress.com/2008/03 Aplikasi, /28/hijauan-makanan-ternak-hmt/, 20 dan Pertanian ) Universitas November 2008. Sriwijaya, Palembang Saraswati, R., Santoso, E., dan Yuniarti, E., Jutono, 1995. Solid Substate fermentation 2007. Organisme Perombak Bahan in Indonesia, Faculty of Agriculture Organik, GMU Yogyakarta. http://balittanah.litbang.deptan.go.id/ dokumentasi/buku/pupuk/pupuk10.p Murni, Akmal, Supardjo dan Ginting, 2008. df, 1 Agustus 2009. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan, Laboratotium Makanan Ternak, Fakultas Schlegel, H.G. dan Cchmidt, K., 1994. Mikrobiologi Umum, Ed.6 ( TerjemahanTejo Baskoro dan Joke Peternakan, Univ Jambi. R Martina, A., Nuryati Yuli, Mumu Sutisna, Wattimena ), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 2002. Optimasi Beberapa Faktor Fisik Terhadap Selulosa Laju Degradasi Kayu Albasia (L.) Karboksimetil 2007. Analisis proksimat, http://sukarno.web.ugm.ac.id/analisis -proksimat/, 18 November 2008 (Paraserianthes falcataria Sukarno, Nielsen Selulosa dan (CMC) Susilowati, D.N., Rosmimik, Rasti Secara Enzimatik oleh Jamur , Saraswati, R .D.M. Simanungkalit, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas dan Riau : 156 – 163 : Prosiding Seminar Hasil Penelitian Lukman Gunarto, 2003. Rintisan dan Bioteknologi Tanaman , Puger, 2008. Pengaruh Cara Pengawetan Terhadap Komposisi Kimia dan Efisiensi Dalam Bentuk Hay dan Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, hal. 84 – 96 Silase Pada Daun 16 Provenan 86 Jurnal AgriSains Vol.3 No.4, Mei 2012 ISSN : 2086-7719 ______________________, 2008. Teknik Analisis Potensi Limbah Tanaman Pangan Sebagai Sumber Pakan Terna Ruminansia, http://jasmal.blogspot.com/2008/02/ Tillman, D. A. Hari Hartadi, Soedomo Reksohadiprodjo. Soeharto Prawirokusumo dan Soekanto Lebdo Soerojo. Ternak University 1991. Dasar. Ilmu Makanan Gadjah Press. Mada Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta Yatim W., 2011. Karbohidrat http://64.203.71.11/Kompascetak/0106/29/iptek/karb35,htm, 4 Des 2008 Zaifbio, 2009. Nutrisi Mikroba, Sebuah Esensi Dasar Untuk Kehidupan Mikrobia, biologi on line blok education Biologi, http://zaifbio.wordpress.com/2009/01 /31/nutrisi-mikroba-sebuah-esensidasar-untuk-kehidupan-mikroba/. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2009 87