PEKA_ Zine vol. 3 - Komunikasi UM

advertisement
INTRO
Pertama, saya ingin berterima kasih kepada semua pembaca atas
apresiasinya selama ini hingga berhasil hadir sampai 3 edisi- yang mana di luar
ekspektasi beberapa orang. Pada edisi ketiga ini, kami dari Peka_ berkolaborasi
dengan Wildan Hafidz “Komik Siwil” (@komiksiwil) untuk menggarap sampul
depan zine ini, terima kasih kepada Wildan atas nama saya dan Peka_.
Pada satu sore, saya dengan teman saya Firman dari FIS duduk
bersama di Kafe Pustaka UM. Ia curhat kepada saya intinya ia merasa iri kepada
band-band UM yang sudah sering membawakan lagu-lagu karya mereka
sendiri, dengan spesifiknya, tidak melulu meng-cover karya musisi lain dan pede dengan karya
sendiri. Ia membawa masalah itu untuk berkaca kepada keadaan sebagian band di UM yang
masih “belum berani” membawakan karya sendiri dan meng-cover dan/ atau malah
membawakan ulang lagu orang lain.
Karya. Dalam KBBI berarti “hasil perbuatan”, “ciptaan”. Pada umumnya adalah sebuah
hasil pengolahan cipta, rasa dan karsa mengacu pada pendapat mas Djoni “Tani Maju” dalam
satu obrolan dengan beliau di Pujas. Bila dilihat dalam konteks anak band-band’an gampangnya
adalah “punya lagu sendiri”. Tidak sekedar “punya”, juga berani dan percaya diri
membawakannya ke khalayak umum-apapun itu bentuknya.
Permasalahan yang sering muncul adalah banyak teman-teman yang belum berani
mempunyai lagu sendiri, dan pada akhirnya memilih untuk “membawakan ulang” lagu musisi
lain. Iya, saya cenderung menggunakan kata “Membawakan Ulang” BUKAN meng-cover
meskipun keduanya sering disamakan definisinya. Menurut saya, “membawakan ulang” adalah
“membawakan lagu musisi lain dengan BERUSAHA PERSIS dengan aslinya”, sedangkan mengcover adalah saat kita membawakan DAN menata ulang lagu tersebut dengan gaya dan
keinginan kita sendiri-sendiri-dalam hal ini, mas Djoni menyebutnya sebagai “Karya Aransemen”.
Apakah salah? Tidak. Ketika memang tujuan bermusik teman-teman menjadi band top
40, sangat mengagumi satu band panutan, ataupun baru meniti karir, membawakan ulang dan
meng-cover merupakan hal yang sangat lumrah, Saya di band saya sendiri, dan bahkan Sumber
Kencono dulupun juga pada awal karirnya sering meng-cover lagu musisi lain. Tetapi pada
akhirnya saya sadar bahwa mungkin “lebih nikmat” dikenal dengan karya sendiri daripada ikut
“nimbrung terkenal” dengan karya musisi lain. Sekali lagi, itu semua merupakan pilihan masingmasing musisi.
Saya juga ingin menambahkan karya musik sebagai salah satu bukti “eksistensi”.
Freddie Mercury, vokalis Queen yang telah lama tiada masih saja dikenang sebagai vokalis dan
penulis karya hebat seperti “Bohemian Rhapsody”, “Love of My Life”, dan banyak lagi. Kurt
Cobain dengan “Smells Like Teen Spirit”-nya dan banyak lagi yang lainnya. Bagaimana lagu-lagu
kita akan dikenang meski tubuh kita sudah tak ada di dunia. Secara kasarnya, karya musik
merupakan “investasi jangka panjang” kita di dunia kalau kata mas Ryan Maxrust.
Pada akhirnya, semua adalah tentang ekspresi diri. Seperti Iwan Fals, Efek Rumah
Kaca, Superman Is Dead dan Iksan Skuter yang sering menggunakan musik sebagai media kritik
sosial. Tidak lain halnya dengan band-band lain yang berkarya untuk “curhat” masalah kisah
cintanya. Saya menganggap semua aspek dalam maupun luar diri manusia bisa diekspresikan
dalam musik. Seperti kata Mas Dicky “Big Dick” dari My Beautiful Life tentang alasannya
berkarya musik: “Aku berkarya sebagai pelampiasan cara berpikirku yang tidak bisa aku
tuangkan ke dunia nyata.”
-KMPL- (atas nama redaksi)
What’s Up?
1. Jika ada yang ngefans sama Ekik Silampukau, bisa ditemukan duplikatnya di
Sekret Teater Hampa Indonesia, cari saja ketumnya.
2. Lenttera akhir bulan Oktober iki lagi nggeber record 2 lagunya bertajuk
"Bualan" dan "Jodoh Kecil".
3. Rotan Dan Kayu juga telah menyelesaikan proses rekaman untuk nomor
"Melelahkan" yang sekaligus menjadi penanda bahwa perjalanan untuk
album mereka tinggal setengah jalan lagi.
4. Meskipun sudah tenar di mana-mana dan menjadi “Artis Top Daerah”sesuai salah satu lagunya, sampai menjadi salah satu ikon musik
Malang, nyatanya Tani Maju BELUM PERNAH masuk majalah
Komunikasi UM (dan zine ini).
5. Meskipun namanya Amik Brothers, tidak ada personelnya yang
mempunyai hubungan darah.
6. (Curhatan pribadi) Meskipun secara fisik, psikis, dan mental masih jauh
lebih “rupawan” saya, nyatanya masih ada saja yang tidak bisa
membedakan saya dan Rizal “Kucing” (Alter Ego).- KMPL
7. “Mempunyai studio rekaman” mungkin merupakan resep awet muda
yang selama ini dicari-cari. (Contoh nyata: Mas Gege “Good Boy
Jimmy”)
8. BEM-U pun tak mau kalah dalam kancah hiburan di seputar UM,
buktinya tgl 19 November ini mereka meluncurkan Fesbhita di Aula A2
dengan mengundang band dari seluruh penjuru kampus.
9. Intenna berencana mengenalkan vokalis baru mereka dalam waktu
dekat, bagi para shoegazers, sabar, karena orang sabar disayang Ersa;
eh, Tuhan.
10. Kabar buruk bagi para fans Sumber Kencono, gitaris mereka Sokran Chandra
ternyata sudah mempunyai seorang istri.
KERONCONG “PLUS-PLUS” OLEH
KOS ATOS
“Whereas many kerontjong musicians are currently facing
the regeneration issue and losing the ways to attract newer,
younger audiences, Kos Atos presents itself as a music unit in its diminishing scene. Not to change the
Kerontjong; but rather, as what the great late Paco de Lucia did to Flamenco, EXPAND it.”
Sejak kemunculannya yang pertama di tahun 2014, waktu itu sebagai guest star
acara BEMFA Sastra, “Artsastival” (di mana juga panggung pertama band saya sendiri),
penulis telah menaruh perhatian pada band ini. Apa yang mereka pikirkan dengan
membuat sebuah band “Keroncong”, sebuah ungkapan semi peyoratif tentang jenis
musik “kuno”, “ngantuk’i”, dan “khusus orang tua” dan membawanya ke dalam ranah
band independen, berkarya sendiri?
Tidak, saya tahu bahwa band ini bukan sebuah band yang sembarangan.
Sebelum terciptanya, saya telah “sedikit tahu” beberapa dari mereka, khususnya Vigil, di
mana saya sempat memergoki dia main sape’ di Graha Cakrawala. Jadi, saya sudah tahu,
band ini bukanlah sebuah “band sembarangan”- at least, pada nantinya. Ada sesuatu
yang “segar” yang akan ditawarkan band ini. Dan itu benar.
Kos Atos, Kumpulan Orang Seni depan mATOS menyinonimkan diri mereka
dengan kata “keroncong”. Memang, saya melihat “bungkus” musik mereka adalah
keroncong-terutama dari segi instrumentasi. Kombinasi cak, cuk, dan cello akan
membawa kita ke musik-musik keroncong Gesang, Waljinah dan bintang-bintang
keroncong Indonesia dengan nuansa rileks dan teduhnya- dan juga old-school, bila
mengutip kata mas Iksan Skuter pada waktu launching album “Luta” kemarin.
Tetapi satu hal, Kos Atos merupakan sebuah band Keroncong “DAN PLUSPLUS”. Iya, di saat paradigma musik keroncong yang “ngantuki”, “membosankan” sudah
kadung tertanam sebagai mindset, Kos Atos dares to take its music to the edge, far
away. Siapa yang berani menaruh sentuhan waltz ¾ di dalam sebuah komposisi musik
keroncong? Atau sentuhan nuansa klasik violin di intro sebuah lagu seperti di lagu
“Ingatku”, atau bahkan ber-ska dan berdangdut ria? Terutama di atas semuanya itu,
adalah KARYA-KARYA MEREKA SENDIRI? Kos Atos. Mungkin hanya dan masih mereka.
Penulis secara pribadipun sangat menyukai band dengan musik adventurous
seperti Kos Atos. Paling tidak, dalam album mereka kita sebagai apresiator tidak
disuguhi nuansa yang sama terus menerus dan mendapat sesuatu untuk “belajar”.
Eksplorasi lebih dengan menggunakan musik Keroncong sebagai “bungkusnya”
membuat Kos Atos mempunyai daya tarik tersendiri bagi kalangan musik dan apresiator.
Dalam hemat penulis, musik Kos Atos saya deskripsikan sebagai Progressive Keroncong
dengan tendensi experimental dan crossover.
Kos Atos baru saja merilis album pertama mereka pada tanggal 13 September
2016 kemarin. Pembuktian eksistensi mereka di dalam skena musik Indonesia
dibuktikan saat mereka perform 8 komposisi dalam album Luta tersebut. Dibuka oleh
Iksan Skuter dan dibantu oleh Malang Youth Orchestra serta Malang Ska Club, Kos Atos
akhirnya menjajarkan namanya ke dalam musisi berkarya di Malang.
Kos Atos yang sekarang beranggotakan Vigil (cajon), Mukti (vocal), Fajar Sandy
(gitar), Eka (Cak), Risandy (Bass), Krisna (Cuk), Rizky “Helos” (Violin, pianika). Sedangkan
posisi cello masih dimainkan oleh additional player (Dulunya diisi Safiq). Seperti
beberapa band lain, Kos Atos sudah khatam dalam dunia “bongkar pasang” personel.
Menurut album sleeve mereka, ada Rive, Devi Ninda, Ardiansyah, Dika Alus, Dwi Rizky,
Selly Amanda dan terakhir Safiq sebagai orang-orang yang pernah mewarnai perjalanan
dan “Luta” (perjuangan) mereka, seperti nama album yang menjadi buah kerja keras
mereka selama ini.
Sebagai penutup dari penulis, Kos Atos mungkin merupakan salah satu band
paling “patriotik” di Malang sendiri. Lupakan mereka yang mencaci penggunaan lirik
bahasa asing tetapi tetap main blues-blues’an, yang menuding musisi-musisi Indonesia
tidak nasionalis tetapi mendewakan britpop, ataupun bigot-bigot pengutuk boyband
Indonesia yang meniru Korea di TV tetapi koleksinya SuJu dan 2Ne1. Persetan dengan
mereka semua. Kos Atos, tanpa melabeli diri mereka sebagai “band pelestari budaya
Indonesia”, seakan langsung membungkam dan menunjukkan dengan jelas, “INILAH
WARISAN ASLI INDONESIA, KERONCONG”.
-KMPLCP
IG
: 089605718857/ 085252673586
: @kos_atos
YouTube
: Kos Atos (keyword)
Kos Atos (from L to R:,Risandy, Helos, Eka, Vigil, Fajar Sandy,
Mukti, Krisna
Rumah Serem: Tak se-Serem
Kedengarannya
Entah apa kata yang tepat untuk
menggambarkan keunikan musik yang diusung
oleh unit monochromatic ini –atau paling tidak,
mereka yang menyebutnya sendiri seperti itu.
Berasal dari Fakultas Sastra dan beranggotakan cukup banyak
orang, Rumah Serem menjadi sebuah “mesin penghancur panggung”
yang sekaligus mem- booster mood dari para penonton. Perpaduan
timpang dari vokal Mas yang (katanya) baru menikah-Tobenk yang
rendah cenderung kelam dan suara khas Amin yang melengking tanpa
diada-ada layaknya seorang anak kecil yang selalu riang gembira,
menjadi kombinasi yang cukup menggelitik jika diamati baik-baik.
Tidak kalah dengan para pemegang microphone, deretan
pemegang senar berdawai pun tidak mau kalah menunjukkan
keanehannya. Momu sebagai pengisi part rhythm selalu membawa Les
Paul dan Stomp-box berjenis metal zone kemanapun dia berada,
sementara Supri memutuskan untuk menaruh hatinya pada produk Paul
Right Smith berwarna kuning untuk mengisi hari-harinya bersama Rumah
Serem melewati panggung ke panggung.
Lain halnya dengan Kempel bertugas untuk menjadi pemanis
dengan suara keyboard meski orangnya juga cukup manis secara
penampilan, hahaha…
Secara musik, jika anda pernah mendengar Serempet Gudal,
menurut saya, mereka sedikit banyak akan menjadi patokan yang
membantu untuk membayangkan warna musik Rumas Serem yang kalau
saya sendiri boleh menyebutnya sebagai Progressive Comedy Rock.
Kabarnya mereka juga akan merilis single pada awal November ini
di Kafe Pustaka UM, yang sekaligus menjadi deklarasi bahwa mereka
siap untuk menerbangkan album dalam waktu dekat, entah dalam bentuk
EP atau Full Album, tentu saya dan kita semua berharap untuk segera
menangkap rilisan fisik dari Rumah Serem tersebut.
-Kipul-
(Rekomendasi lagu Rumah Serem yang harus kalian dengar: Heeei, Kopine Pak Jokowi,
dan Mars Rumah Serem)
IG/Twitter
CP
YouTube
: @rumah_serem
: 085649601504
: Rumah Serem Band (Keyword)
NB:
Rumah Serem me-launching single dan video klip pertamanya di acara Mera(h)wani
tanggal 4 November 2016 jam habis ba’da isya di Kafe Pustaka UM. Turut hadir
juga Disfungsi, band side-project dari Big Dick MBL; Audiosick, band dari PSTM
UM dan Rotan Dan Kayu, band retro pop Psikologi dan “Kipul” punya.
Rumah Serem; Live at November Art 2015; left to right:
Danang, Supri, Tobenk, Momu, Kempel, Amin, Gilang- on
drums)
My Beautiful Life: 90’s
Never Ends
“We sing an ordinary story from our neighborhood, story
about family, story about human interaction with others
or their God, story about human and the place where the
belong, and many story which may find in our daily life.
Yes, the band started from poor family background,
middle class family, but we’re never ashamed to share
our story with others around the world. Life is never flat,
and we never stop believing.”- MBL (Reverbnation)
Saya, KMPL mempunyai 3 penyesalan dalam musik saat ada di usia
kuliah ini. Yang pertama, tidak belajar musik, terutama membaca notasi dari dulu,
kedua tidak masuk Opus 275, dan yang terakhir, telat mengetahui ada band
bernama My Beautiful Life.
Seriously, sejak saya maba memang saya sering nongkrong di Pujas
kenalan dengan orang-orang di sana, particularly orang berbadan tinggi besar
yang dikenal dengan nama Dicky “Big Dick”. Tetapi mengapa, selama 6
semester tersebut saya tidak sadar bahwa orang tersebut merupakan gitaris
band keren ini. (Mungkin juga karena citra beliau terlanjur terkesan “ngok” di
mata saya-If you know what I mean, hehehehehe)
Terbentuk sekitaran tahun 2007, My Beautiful Life menjadi salah satu
penerus band-band kejayaan dari Opus 275, sebuah UKM musik di Universitas
Negeri Malang yang telah mengorbitkan band sekaliber Tani Maju dan
Goodboy Jimmy.
Sebagaimana perjalanan band yang hampir 1 dekade terbentuk, tidak
mengherankan ada beberapa kali pergantian formasi dalam perjalanan
bermusiknya. Menurut sumber yang cukup kredibel dari agen spionase kami,
tercatat, ada beberapa orang yang sempat mengisi hari-hari MBL dari awal
sampai terbentuk formasi yang sekarang ini, seperti Vicky, Tito, Zondag dan
Adit.
Jika anda pernah mendengar alunan pop usungan Pure Saturday, distorsi
tipis ala-ala Oasis, dan band-band manis angkatan 90-an, mungkin akan
segera terpikat oleh musik yang disajikan oleh Norman Sasongko (Vocal), Big
Dick (Gitar), Oneding (Gitar), Kacong (Bass), dan Ayu Paramitha (Drum) ini.
Mengusung lirik tentang kehidupan sehari-hari yang jarang diamati, menjadi
salah satu daya tarik dari MBL sendiri. Heaven misalnya, menceritakan tentang
surga yang terletak pada sosok ibu tercinta. Dengan alunan gitar di kunci E
Major, memberikan efek “adem” saat mendengarkan lagu ini.
Mungkin itulah mengapa nomor seperti Heaven, Sepasang, dan Pulang,
menjadi langganan untuk dinyanyikan secara sing along oleh para Beautiful
People (sebutan untuk fanbase mereka) di gigs-gigs yang selalu terkesan hangat
dan intim merujuk pada keramahan tiap-tiap personil MBL sendiri. FYI, bila ingin
minta tandatangan salah satu personelnya, bisa setiap hari ke Pujas UM dari
jam 10 siang sampai sore (syarat dan ketentuan berlaku).
MBL sendiri merupakan satu dari beberapa band Malang yang berhasil
menembus event bergengsi bernama LA Lights IndieFest, tepatnya pada tahun
2009. Bahkan, mereka juga berhasil tapping salah satu single mereka yaitu
“Heaven”. Jika anda mau melihat wajah mereka 7 tahun lalu, monggo search
saja di Youtube mereka.
Ke depannya, menurut kabar yang beredar, MBL tengah menyiapkan
album chapter ketiga mereka. Rencananya, album ini akan diluncurkan pada
ultah mereka yang kesepuluh. Iya, Sepuluh tahun, satu dekade mereka. Tentunya
ini merupakan sebuah penantian yang patut dilakukan oleh para Beautiful
People seperti saya dan Kipul, hehehe...(Indent 2 dong mas...hihihi)
All in all, MBL merupakan embodiment band Pop yang sangat ingin saya
bentuk dari dulu, lirik yang tak klise, permainan open chord, hingga musik yang
relatif easy-listening dengan tetap catchy. Ah, seandainya saja saya sudah tahu
mereka sejak dulu...
-KIPUL + KMPL-
IG
CP
YouTube
: @mbl_pop
: 082245882862
: My Beautiful Life Band (Keyword)
(My Beautiful Life: from L to R: Dicky, Ilham “Kacong”, Ayu, Oneding, Noorman.
Photo by: Hendisgorge)
-LIRIK LAGU- (Karena di SIAR belum dimuat)
Besar Hati
Tani Maju
(lyrics: Djoni)
Sore datang, hingga malam menjelang
Di rerumputan nawak-nawak liar
berdendang
Saling berbagi selagi peduli
Begitu mudah kar’na kita di sini
Bercengkrama dengan indahnya suasana
Kita nikmati adanya hari ini,
Besarkan hati kawan selagi peduli,
Begitu mudah kar’na kita di sini
Di sini hari ini, kita coba berbesar hati
Bahagia atau merana, dan tetaplah berada
di sini
Di sini hari ini, kita coba berbesar hati
Bahagia atau merana, dan tetaplah berada
di sini
Tapi di sana halalkan semua cara, salah
benar tak satupun berjiwa besar,
Malas di sana lebih baik kita di sini,
Biar menangis asal tetap bersikap manis
Bulan di Siang Hari
Audiosick
(lyrics:Hanung “Paraduta”)
Lampaui gerak matahari
Tekadku takkan pernah mati
Khayalkan bulan di siang hari
Semuanya tak ada yangtak mungkin
Cintaku tak ada yang peduli
Mencintai seorang yang tak mungkin
Tak adil, namun ‘kan terjadi
Menghindari yang tak bisa dihindari
Namun hatiku hanya untukmu sayang,
Namun sayang hatimu tak’kan jadi milikku
Ku hanya bisa menatap bayang
Bayangmu menjauh dari
Diriku, Jangan, jangaann, jangan tinggalkan
aku. my heartbeat still singing everything
about you
O...just about you
Heaven
My Beautiful Life
(lyrics: Noorman H.S.)
Time to share, anything
Just don’t wait, and don’t be shame
Someday I will tell you anything I say
Even I knew the things you do
Break this heart in two
For tomorrow, for tomorrow, for tomorrow
Try to find the other one
Great reason for my own
And I don’t want to say
I never do it again
Dear all my friend
It’s not the end, I never feel like this before
my time 2x
Hari Ini
Kos Atos
(lyrics: Vigil Kristologus)
Bangun pagi ini, siap ‘tuk berlari
Dengan wajah pasti, walau mata masih sepi
Kakiku melangkah, jantungku berdebar,
Seperti jatuh cinta, eh ternyata, aku lapar
Aku bebas dan lepas,
ingin ku arungi luas samudra
Hari ini aku yang menang, aku yang
berkuasa
Sampai nanti, tlah habis daya pasti ‘ku kan
kembali
Ku pikir daripada aku lari sendiri
Ku ajak beberapa temanku menemani
Sambil berbincang pada suatu hari nanti
Apakah kita masih bisa berlari?
-Serba-Serbi-
RIDER(s)
Mungkin
teman-teman
yang
berorganisasi, baik HMJ, BEM maupun EO di
luar pernah mendengar kata “rider”.
Terutama dalam dunia band-band’an. Ya,
tapi kebanyakan juga masih bingung apa sih
sebenarnya rider itu?
“a rider is a set of requests or
demands that a performer sets as criteria
for performance” - Wikipedia
Cuplikan Rider Padi
(http://www.sobatpadi.net/files/riders/Riders-Padi-ID.pdf)
Secara singkat, rider adalah “daftar permintaan khusus seorang artist atau
performer demi kelancaran show mereka.” Rider ini biasanya ada di luar fee dan
dimasukkan ke dalam MoU panitia dan artist tersebut. Rider sendiri merupakan hak
personal dari artist itu sendiri dan biasanya bisa dinegosiasikan dan/atau, bila beberapa
di antaranya tidak bisa dipenuhi, panitia wajib menggantinya dengan nominal yang
sama dengan barang yang dinegosiasikan.
Rider sendiripun bermacam-macam, tetapi pada umumnya rider terbagi
menjadi 2: Technical dan Hospitality rider.
1.
Technical Rider
Technical rider adalah petunjuk-petunjuk serta permintaan khusus artist yang
berhubungan dengan teknis panggung dan acara. Biasanya, ini berhubungan dengan
equipment, Lighting, crew dan sound system.
Semisal, band A menulis dalam rider mereka tentang jenis ampli yang
disediakan, berapa Watt sound minimal yang dibutuhkan, jenis lighting dan sebagainya
itu. Contohnya seperti ini:



PERSONEL
Tumin (Drum)
Drum set+Mics; with minimum 2 overheads (hi-hat, ride, crash, 2 toms, bass, snare)
Kipul (Gitar)
1 Marshall Amplifier with DI Box + Stand + Mic for backing vocals
KMPL (Bass)
1 Mesa Boogie Amp/ or DI Box for Bass + Mic for backing

Lempek (Vokal)
1 Shure SM58 Mic + Stand
Di atas merupakan contoh simple dari rider equipment dari sebuah band.
Kebanyakan band sangat detail dalam menulis permintaan khusus masalah tekhnis ini.,
karena berhubungan dengan performa dan show panggung.
2. Hospitality Rider
Nah, ini yang biasanya dikeluhkan teman-teman dalam mengundang artist. Ya,
hospitality rider merupakan daftar permintaan khusus kepada panitia
demi“kesejahteraan” artist dan kru mereka. Singkatnya, bila technical rider berbicara
tentang spesifikasi panggung, hospitality berbicara masalah “luar panggung”.
Ini bisa berupa permintaan tentang makanan/minuman yang spesifik, rokok,
masalah transportasi dan hotel, jumlah tiket dan undangan personal dari band sendiri
dan hal-hal lain seperti manajemen acara, jumlah penonton dan sebagainya. Juga,
barang-barang yang terkadang terkesan “aneh”.
Sebagai contoh:
Makanan:
-
15 Makanan berat (Nasi) + Minum untuk personel dan kru
Pocari Sweat 4 botol disediakan di samping panggung saat perform
Snack saat turun panggung
Mogu-Mogu 4 botol untuk dibagikan kepada penonton
Beberapa artist terkenal dengan rider-nya yang agak “aneh”semisal:
a.
b.
c.
Van Halen terkenal menulis permintaan dalam ridernya berupa “Semangkuk M&M’s
tanpa permen yang berwarna coklat”.
Johnny Cash meminta 1 bendera Amerika untuk perform on stage.
Ozzy Osbourne dikabarkan menuliskan permintaan dokter THT pada rider-nya.
Itulah beberapa hal tentang rider/permintaan khusus artist. Meskipun bagi
kita kebanyakan sangat merepotkan, tetapi perlu dicatat juga, bahwasannya
permintaan-permintaan tersebut tidak lain untuk kelancaran show artist itu sendiri,
dan imbasnya, acara kita juga.
-KMPL-
Preview Event
UM FEST
Jika dalam dunia olahraga, kita mengenal
ANFAK (Antar Fakultas) seperti Anfak basket, Sepak bola,
Volley, dan sebagainya (semoga nanti ada olahraga
“bawah perut” juga), Opus 275 mengadakan satu “Anfak”
lagi bernama UM Fest. Iya, bisa dibilang ini adalah
Anfaknya “olahrasa”- dalam musik tentunya.
UM Fest- yang tahun ini bertajuk “Soundlithium”
sendiri merupakan sebuah festival musik antar fakultas se-UM, sebuah kompetisi band
untuk khalayak musisi UM mewakili fakultasnya masing-masing. Sudah pasti, acara ini
(InsyaAllah) bergengsi, masak cuman IPK tinggi aja yang bisa kamu banggain? (kecuali
kalo targetmu emang pengen lulus-kerja-kawin-dipanggil Allah; gak ikut gini-ginian)
Menurut agen spionase kami (menurut ketupelnya), Festival musik antar fakultas
ini secara musikal tidak dibatasi genre apapun dan secara pertunjukan tidak dibatasi
kerumitannya. Acara ini dilaksanakan tanggal 21 November mendatang di gedung
Sasana Budaya UM. Jika ingin fakultasmu menang, banyak banyak lah voting
berjamaah untuk fakultasmu (ditambah sholat jamaah juga gakpapa). Juga, akan
dimeriahkan oleh sejumlah komunitas lintas seni.
Nantikan UM Fest pada bulan November ini. Informasi dan pemberitahuan
lebih lanjut bisa mengikuti @opus275 di Instagram atau datang saja langsung ke sekret
Opus 275 di kompleks Kampung Artis UKM.
Redaksi
UPCOMING MUSIC and ART EVENTS in UM
Berikut event-event kece yang akan happening di UM...
FORMAT
Nama Event-(tanggal jika ada)-Penyelenggara-Akun IG/Twitter
1.
2.
3.
4.
5.
Karnaval Sastra
Mera(h)wani
(4 Nov)
Geosentris 4
(6 Nov)
GKM 2016
(10 Nov)
Romantic Jazz in Autumn
(13 Nov)
6.
Fisteria
(17 Nov)
7.
UM FEST
(21 Nov)
BEMFA Sastra
Rumah Serem
HMJ Geografi
BEMFA Ekonomi
@sastrambois
@rumah_serem
@hmg_volcano
@gkm_2016
BEMFA MIPA
BEMFIS
Opus 275
@mipaanniv2016
@bemfis_um
@opus275
-Uneg-Uneg
BERKARYA oleh Ryan
Maxrust (Opus 275, SK, MBL)
Pada edisi ini, Peka_
berbincang dengan soundman dan manajer “sejuta umat” (SK, MBL, TM, O’s
Tribe, dll.), pernah “khilaf” jadi ketua Opus 275, serta additional Tani Maju,
mas Ryan Maxrust. Enjoy!
1.
Apa itu karya musik? Batasan seperti apa yang disebut karya musik?
R:
Karya seni olah bunyi, yaitu pengolahan kumpulan bunyi yang disajikan secara
terkonsep dengan tujuan tertentu.
Batasannya adalah sebatas karya itu ada unsur bunyi/ frekuensi, dan bisa
diterima oleh telinga.
2.
Mengapa kita harus berkarya (musik)?
R:
Sebenernya kalau keharusan sih gak, cuman kalau bermusik itu kan kebutuhan
individu, dan punya tujuan masing-masing kenapa harus berkarya musik.
Tujuan juga macem-macem, ada tujuan untuk hiburan, edukasi, komunikasi,
religi, dll.
3.
Inspirasi atau awalan untuk membuat karya musik? Dari mana?
R:
Setiap orang yg tau musik baik itu penikmat maupun pelaku, pasti gak lepas
dari apa yg namanya "pernah mendengarkan, melihat maupun merasakan sajian
musik”.
Setiap karya tidak lepas dari yg namanya referensi. Nah, referensi itu adalah
hasil pengamatan, yg akhirnya menjadi awalan dalam produksi karya musik bagi si
musisi.
4.
Bagaimana dengan membawakan kembali dan/atau cover?
R:
Menurutku sih sah-sah saja, soale pasti ada kepentingan & kebutuhan kenapa
membawakan musik karya orang lain.
Membawakan kembali pun pasti tidak akan sama dengan aslinya, soal’e beda
orang, beda tangan, beda alat musik, beda EQ, beda lain-lainnya lah.
Pas aku nge-drum / ketipungan di TM pun, permainanku yo gak akan pernah
sama dg Mp3 / player aslinya, hehehe. Dan itu bisa dibilang membawakan kembali, tapi
dengan versiku.
Nah kalau cover, itu sudah mengalami perombakan, biasanya hanya
menyisakan lirik atau nada vokalnya. Tapi tetep, membawakan kembali atau cover
menurutku seh bisa dibilang berkarya, soale pasti gak lepas dr pemikiran & keahlian.
AMATI, TIRU, MODIFIKASI.
5.
Setelah berkarya, lalu apa? Implikasi kepada band tersebut serta langkah ke
depannya? Terus Pesan-pesan...hehehe
R:
Setelah berkarya, si musisi harus mempertanggung jawabkan karyanya. entah
itu dr segi tujuan atau kebutuhan. Kenapa?
Sebab ketika orang lain tahu karyanya, pasti bakal ada berbagai tafsir dan
deskripsi dalam menilai karya. penilaian orang lain pun beda-beda, ada yang
mengapresiasi, ada juga yg mencela. dan itu pasti, sudah jd hal biasa di negara ini,
terutama Malang.
Jika orang lain mengapresiasi / suka, dia bakal penasaran & menunggu karya /
produk apalagi setelah ini. tapi bila orang lain gak suka, itu justru adalah trigger utk
harus menggenjot produktivitas karyanya. Orang lain gak suka itu bukan rintangan,
rintangan sebenarnya adalah diri kita sendiri, kemampuan, kemauan & kesadaran.
-
Bikin karya yg kreatif, inovatif, yang fresh, yg blm pernah ada. Jadi gak ada
saingan, enak toh?
Jangan terbatas pemikiran karena genre, alat musik, apalagi harus dalam
format band. berkarya gak harus nge-band.
Musisi itu tugasnya bermusik, bukan ber-genre atau nge-band.
Semoga sukses buat rekan2 musisi yg mau berusaha.
HIDUP KARYAWAN MUSIK!
Interview by: KMPL
PLAYLIST PRIBADI NARASUMBER (10 ARTISTS AND SONGS)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
ABBA
Gigi
Tani Maju
Dixie Chicks
Kla Project
Guruh Gipsy
Gloria Estefan
Toto
James Blake
Porn Ikebana
Mamma Mia
Bumi Meringis
Eka Prasetya Pancakarsa
Long Time Gone
Saujana
Chopin Larung
Conga
Africa
The Wilhelm Scream
A Date With Mr. Big Foot
PIHAK-PIHAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI ZINE INI
Pelindung: Dia Yang disebut the “Higher Being”; Pembina: Akal
Sehat, Logika, Nurani dan Musik; Pendamping: SKS dan Skripsi;
Pimpinan Redaksi: Kipul & KMPL; Kontributor: KMPL & Kipul;
Cover: Wildan Hafidz “Komiksiwil” ; Editor: KMPL
-
-
-
SPECIAL THANKS TO:
Para Musisi dan Band baik di dalam maupun luar UM;
Pujasera UM (Esp. Mbah No Coffee); Kafe Pustaka; Pak
Japan Food & Resto; kantin CSR, Sego Kucing Cak Mul;
Kopi-an Mbah Buyut, Nomaden Coffee, Bohemian
Coffee; LegiPait;
Mas Bayu “Buyut”, Mas Lintang K.;Mas Bie & Mbak
Vania; Wildan “Komik Siwil”
Jajaran organisasi musik di UM; HMJ dan BEM
serta korps OMEK (Organisasi Mahasiswa Ekstra
KIPUL)
@seputar_um, @malangmusicians, Mas Ryan Maxrust,
semua Homo sapiens yang berkontribusi.
Versi .pdf (berwarna)/ edisi sebelumnya dapat dinikmati dengan menghubungi:
@randy_kempel / @kipulheran (IG) atau di:
083 846 106 290 (WA)/ harinopali (Line)
Peka_ Zine membuka selebar-lebarnya kesempatan bagi para musisi,
pengamat, penonton, apresiator atau siapapun yang mempunyai artwork,
uneg-uneg, opini, ngelapak, atau apapun itu yang ingin disampaikan
berhubungan dengan musik dan/atau seni pada umumnya. Tentunya tetap
dengan bertanggungjawab, reliabel, dan juga tidak menyerang SARAS
(Suku, Agama, Ras, Antar golongan dan orientasi Seksual ). Cukup
kontak salah satu redaksi (kontak ada di atas)
“Mohon disimpan, diperbanyak dan/atau diberikan kepada
orang lain meskipun tidak ada ayat suci di dalamnya.”
#PenjarakanEksklusivitas #MariSrawung #AyoBermusik
Download