SUCCESS STORY Papuan health-care workers sharpen skills, leadership Photo credit: Kinerja A new training program, supported by USAID Kinerja, helps health-care workers to improve management, leadership skills with online and traditional curriculum. Puskesmas staff in Papua participate in an online training session with counterparts in Yogyakarta as part of an innovative new curriculum to improve performance management and leadership. “Leadership and management trainings assist district health office to work with puskesmas and other stakeholders to develop synergized health plans” – Reynold Ubra HIV/AIDS Program Advisor, Mimika Health Office Kinerja BRI II Building, 28th Floor, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46 Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832 www.kinerja.or.id As Indonesian government officials strive toward delivering adequate healthcare services in Papua, one of the country’s most under-developed provinces, the limited leadership and management capacity of key front-line personnel remains a challenge. However, with support from USAID’s Kinerja program – which aims to improve the governance of public service delivery in Indonesia – an innovative new training course has begun to address these skills gaps. In coordination with the Center for Health Policy and Management (Pusat Kebijakan dan Management Kesehatan – PKMK) at Universitas Gadjah Mada in Yogyakarta, Kinerja developed a training program that features a unique combination of online and traditional face-to-face sessions combined with intensive mentoring aimed at strengthening the skills of government staff assigned to District Health Offices (DHOs) and puskesmas (community health clinics) in four districts in Papua. From mid May to the end of June, more than 140 health-care workers from 12 puskesmas and four DHOs, including 100 women, participated in the course. Together, they covered topics such as performance-based leadership and evaluation, patient handling and quality of care, epidemiology, data management, and policies related to HIV/AIDS, TB, and maternal and child health. The six-week introductory course incorporated theoretical material regarding the socio-anthropology of health-care delivery, and the implications of Indonesia’s decentralized government structure, and featured a practical focus through its use of in-depth case studies. Participants also received mentoring support in the months that followed to help implement the action plans they drafted during the course in order to improve management at their respective clinics. Alce Makanuay, who works at Puskesmas Tanjung Ria in Kota Jayapura, explained that her health center developed six standard operating procedures related to patient handling and treatment services after the training. Similarly, Dr. Dian Gritnowati, a doctor at Puskesmas Sentani in Jayapura, mentioned that her puskesmas was better prepared to identify problems and to develop a responsive work plan. Following the course, staff from Puskesmas Mustafak in Jayawijaya developed a plan to build a simple fence around the facility. Budget constraints and the lack of an official land certificate presented initial challenges, but with mentoring support from PKMK, the clinic held meetings with the community and the land owner and an agreement was eventually reached among all parties that the fence would be a welcome addition to the facility. Funded by community donations, the fence was erected on Oct. 4-5. In addition to supporting improvements at puskesmas, the training series helped district health office officials to better perform their oversight roles. Reynold Ubra, the HIV/AIDS program advisor at the Mimika Health Office, explained that he and his colleagues were no longer hesitant to remind puskesmas to submit their reports. Mr. Ubra also said he expected the training to offer long-term benefits for overall health service quality. “Leadership and management trainings assist the district health office to work with puskesmas and other stakeholders to develop synergized health plans,” he said. “I think that through this training, we can improve our health services by referring to minimum service standards in health,” he added. KISAH SUKSES Petugas kesehatan di Papua tingkatkan kapasitas, kepemimpinan Kapasitas kepemimpinan dan manajemen petugas kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masih menjadi tantangan dalam upaya pemerintah Indonesia untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memadai di Papua, salah satu provinsi tertinggal di Indonesia. Petugas kesehatan di Papua tingkatkan kepasitas di bidang kepemimpinan dan manajemen melalui program pelatihan baru menggunakan metode online dan tatap muka yang didukung oleh Kinerja USAID. Tapi tantangan ini dapat diatasi melalui pelatihan inovatif yang dibantu oleh program Kinerja USAID yang bertujuan untuk meningkatkan tata kelola pelayanan publik di Indonesia. Bekerjasama dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Universitas Gadjah Mada, Kinerja membuat program pelatihan yang menggabungkan sesi tatap muka dan online dengan mentoring intensif yang bertujuan untuk menguatkan kapasitas petugas dinas kesehatan kabupaten/ kota dan puskesmas di empat puskesmas di Papua. Photo credit: Kinerja Sejak pertengahan Mei hingga akhir Juni, lebih dari 140 petugas kesehatan dari 12 puskesmas dan empat dinas kesehatan kabupaten/kota, 100 diantaranya perempuan, mengikuti pelatihan ini. Mereka bersama-sama belajar tentang kepemimpinan dan evaluasi berbasis kinerja, penganganan pasien dan kualitas perawatan, epidemiologi, manajemen data, dan kebijakan yang berkaitan dengan HIV/AIDS, TB dan kesehatan ibu dan anak.. Petugas puskesmas di Papua mengkuti pelatihan online dengan mitranya di Yogyakarta sebagai bagian dari kurikulum baru yang inovatif untuk meningkatkan manajemen kinerja dan kepemimpinan. “Pelatihan kepemimpinan dan manajemen membantu dinas kesehatan kabupaten untuk bekerjasama dengan puskesmas dan pemangku kepentingan lainnya untuk membuat rencana kesehatan yang sinergis.” – Reynold Ubra Program Advisor HIV/AIDS Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika Kinerja BRI II Building, 28th Floor, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46 Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832 www.kinerja.or.id Pelatihan pendahuluan selama enam minggu ini tidak hanya mengulas teori sosial antropologi penyediaan pelayanan kesehatan dan dampak desentralisasi terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia, tapi juga berisi praktik melalui studi kasus mendalam. Selama beberapa bulan berikutnya, peserta juga mendapat mentoring untuk membantu mereka melaksanakan rencana kerja yang telah mereka buat selama pelatihan untuk meningkatkan manajemen di puskesmas tempat mereka bekerja.. Alce Makanuay, petugas kesehatan di Puskesmas Tanjung Ria, Kota Jayapura menjelaskan bahwa puskesmasnya telah membuat enam prosedur operasional standar yang berkaitan dengan penanganan pasien dan pelayanan perawatan setelah mengikuti pelatihan. Hal serupa juga disampaikan dr. Dian Gritnowati, salah satu dokter di Puskesmas Sentani, Jayapura yang mengatakan bahwa sekarang puskesmasnya lebih siap dalam mengidentifikasi masalah dan membuat rencana kerja responsif. Setelah mengikuti pelatihan ini, staff Puskesmas Mustafak di Kabupaten Jayawijaya membuat rencana untuk membangun pagar di sekitar puskesmas. Hambatan biaya dan kurangnya tanah yang bersertifikat menjadi tantangan awal upaya ini, tapi dengan dukungan mentoring dari PKMK, Puskesmas Mustafak menyelenggarakan pertemuan dengan masyarakat dan pemilik lahan. Hasilnya, puskesmas, pemilik lahan, dan masyarakat sepakat untuk membangun pagar. Dengan dana dari masyarakat, pagar tersebut telah didirikan tanggal 4–5 Oktober. Selain menguatkan pelayanan puskesmas, pelatihan ini juga membantu dinas kesehatan kabupaten untuk melakukan pengawasan yang lebih baik. Reynold Ubra, program advisor HIV/AIDS di Dinas Kesehatan Mimika mengatakan bahwa dinas sekarang tidak ragu-ragu lagi mengingatkan puskesmas untuk mengumpulkan laporan mereka. Reynold juga berharap bahwa pelatihan ini membawa manfaat jangka panjang untuk kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan. “Pelatihan kepemimpinan dan manajemen ini membantu dinas kesehatan kabupaten untuk bekerjasama dengan puskesmas dan pemangku kepentingan lainnya untuk membuat rencana kesehatan yang sinergis,” ujarnya. “Menurut saya, melalui pelatihan seperti ini, kita dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dengan mengacu pada indikator standar pelayanan minimum kesehatan yang berlaku secara nasional,” tambahnya.