BAB III KEUTAMAAN KRISTUS TERHADAP MASA DEPAN CIPTAAN (STUDI HERMENEUTIK KOLOSE 1:15-23) 3.1 Pendahuluan Penulis akan melakukan studi hermeneutik terhadap Kolose 1:15-23 dengan memanfaatkan pendekatan kritis terhadap bentuk dan varian teks. Kritik bentuk bertugas untuk mengidentifikasi atau menggolongkan teks ke dalam salah satu jenis sastra serta menentukan kedudukan dalam kehidupan. Kritik aparatus bertujuan untuk menentukan proses penerusan teks dan timbulnya bentuk-bentuk varian teks yang beragam, menentukan susunan kata yang asli jika dinilai mungkin atau terjangkau serta untuk menentukan bentuk dan susunan kata yang terbaik dari teks. Hasil studi hermeneutik ini akan menghasilkan suatu pemahaman akan makna keutamaan Kristus dan hubungan-Nya terhadap masa depan ciptaan yang pada akhirnya, diakhiri dengan kesimpulan. Penafsiran ini merupakan hasil analisis terhadap teks dan data-data yang telah dikemukakan dalam bab dua. 3.2 Persoalan Teks Teks-teks Alkitab merupakan hasil dari suatu proses transmisi sehingga ada begitu banyak varian dalam teks dan ragam sastra yang berbeda. Persoalan inilah yang mengakibatkan penafsir perlu mengkaji setiap teks yang akan ditafsir. Kajian yang akan dilakukan oleh penulis untuk membantu penafsiran Kolose 1:15-23 adalah kritik aparatus teks dan kritik bentuk. 27 Pendekatan kritis dengan kritik aparatus terhadap teks Kolose 1:15-23 menghasilkan temuan dua persoalan tekstual dalam teks tersebut. Persoalan teks pertama terdapat dalam Kolose 1:20, kai. diV auvtou/ avpokatalla,xai ta. pa,nta eivj auvto,n( eivrhnopoih,saj dia. tou/ ai[matoj tou/ staurou/ auvtou/( ÎdiV auvtou/Ð ei;te ta. evpi. th/j gh/j ei;te ta. evn toi/j ouvranoi/jÅ Pada ayat ini terdapat persoalan tekstual pada kata diV auvtou/ yang diapit oleh tanda kurung […].1 Persoalan ini dinilai C dan terdapat dalam manuskrip P46, a, A, C, D1 dan Ψ.2 Ada versi lain yang menyatakan bahwa kata tersebut tidak terdapat dalam teks sebagaimana dalam manuskrip B, D*, F G, I dan L. 3 Kata ini memang menunjukkan adanya sedikit keragu-raguan tetapi diV auvtou/ yang berarti melalui dia, terdapat pada salah satu naskah Yunani yang tertua yaitu papyrus 46 atau Chester Beatty. Persoalan teks kedua terdapat dalam Kolose 1:22, nuni. de. avpokath,llaxen evn tw/| sw,mati th/j sarko.j auvtou/ dia. tou/ qana,tou parasth/sai u`ma/j a`gi,ouj kai. avmw,mouj kai. avnegklh,touj katenw,pion auvtou/( yakni pada kata avpokath,llaxen. Teks ini diberikan nilai C. Ada banyak versi mengenai teks ini, versi yang pertama yaitu a,pokath,llazen/a,pekath,llazen yang terdapat dalam manuskrip a, A, C, D2 dan Ψ. 1 Tanda kurung […] mengapit kata-kata atau sejumlah kata-kata yang kehadiran atau kedudukannya dalam teks masih diperdebatkan. 2 Setiap huruf yang ada pada permulaan tiap perangkat varian-varian teks berusaha untuk menunjukkan seberapa jauh kira-kira tingkat keaslian suatu teks. Kesimpulan diambil atas dasar pertimbanganpertimbangan internal maupun atas bukti-bukti eksternal sehingga bacaan tersebut diterima sebagai teks. Huruf C berarti bahwa tingkat keragu-raguan cukup besar apakah teks maupun aparatus berisi bacaan yang tinggi nilainya. P46 berasal kira-kira pada tahun 200 yang merujuk pada surat-surat Rasul Paulus. Adapun a ditanggalkan pada abad IV. D1 ditanggalkan pada pada abad VI dan angka superscript pada huruf menunjukan korektor dari naskah tersebut. Angka 1 menunjukkan korektor pertama. Ψ ditanggalkan pada pada abad VIII/IX. 3 B ditanggalkan pada abad IV, tanda bintang (asterisk) merupakan bunyi teks seperti yang dimaksudkan oleh penulis asli dari naskah tersebut, F ditanggalkan pada abad IX, G ditanggalkan pada pada abad IX, I ditanggalkan pada abad ke V dan L ditanggal kan pada abad ke IX. 28 Versi selanjutnya yaitu a,ph,llazen (l 921 kath,llazen) yang bernomor 104 dan 459.4 Versi yang ketiga adalah a,pokath,llaktai bernomor 33 yang ditanggalkan pada pada abad ke-X. Versi keempat yang terdapat dalam P46 adalah a,pokathlla,ghte dan versi yang terakhir adalah a,pokatallag,entej yang terdapat dalam D*, F, G, itb, d, g , vgms, Irenaeuslat, Ambrosiaster dan Speculum.5 Ragam asli terdapat dalam manuskrip P46 yakni a,pokathlla,ghte yang merupakan bentuk kata kerja orang kedua jamak aorist kuat pasif, berarti kamu diperdamaikan. Kolose 1:15-20 merupakan sebuah himne yang kemungkinan besar mempergunakan sebuah himne yang sudah ada sebelumnya. Himne tersebut kemungkinan dibuat dan dipakai oleh jemaat Kolose sendiri, namun tidak mustahil juga himne ini atau sebagian daripadanya, berasal dari kalangan kafir. Ini tidak dapat ditentukan dengan pasti. Gordley menduga bahwa himne ini serupa dengan Orphic Hymns yang kemungkinan disusun pada abad 3 atau 4 ZB.6 Hal yang mengesankan dalam perikop ini yakni terdapat keserupaan antara awal dan akhir dalam Kolose 1:15- 4 Nomor 104 berisi kisah para rasul, surat-surat rasul Paulus dan wahyu yang ditanggalkan pada tahun 1087. Nomor 459 ditanggalkan pada tahun 1092. Tanda kurung dalam aparatus menunjukkan bahwa suatu saksi atau terbitan, mendukung bacaan terkait untuk mana hal itu dikutip, namun perbedaannya hanya kecil. l merupakan sebuah daftar bacaan Kitab Suci ditandai dengan angka cetak agak naik dibelakangnya. 5 It dan berbagai huruf-huruf superscript menandakan naskah-naskah Itala atau Latin Tua. Vg merupakan versi vulgata dan ms yang mengikutinya merupakan naskah dari versi tua atau dari tulisan seorang Bapa Gereja, bila berbeda dari teks yang diterbitkan. Irenaeus, Ambrosiaster dan Speculum merupakan tulisan dari bapa gereja. Superscript lat merupakan penjelasan bahwa teks tersebut merupakan versi latin dari bapa gereja Yunani. 6 Matthew E. Gordley, “The Colossian Hymn in Context: An Exegesis in Light of Jewish and Greco-Roman Hymnic and Epistolary Conventions,” Review of biblical literature, http://www.ebscohost.com (diunduh 01 September 2012), 439. Orphic Hymns merupakan 87 kumpulan himne kepada Tuhan yang digunakan dalam ritual Hellenismos, yaitu agama Yunani kuno atau tradisi politeisme Yunani. Himne ini dihubungkan dengan budaya kepahlawanan Orpheus. 29 207 yang jika dilihat dalam bahasa Yunani yakni terdapat kata o[j yang berarti yaitu, prwto,tokoj berarti yang sulung dan o[ti evn auvtw/| yang berarti sebab di dalam Dia-lah. 15 yaitu gambar Allah yang tidak kelihatan yang sulung dari segala yang diciptakan 16a sebab di dalam Dia-lah diciptakan segala sesuatu 18b yaitu permulaan yang sulung dari orang mati 19 sebab di dalam Dia-lah berkenan seluruh kepenuhan Ayat 16b-18a merupakan uraian tentang ayat 16a. Uraian ini menerangkan frase diciptakan segala sesuatu. Pada awal ayat 17 dan 18 terdapat kata kai. yang merupakan kata penghubung dan. 16b di dalam surga dan di atas bumi yang kelihatan dan yang tidak kelihatan baik singgasana, maupun kerajaan baik pemerintah, maupun penguasa segala-galanya karena Dia dan kepada Dia diciptakan 17 dan Ia ada sebelum segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia 18a Himne dan Dia adalah kepala tubuh. ini memperlihatkan bagaimana kedudukan kosmis Kristus mempunyai arti soteriologis. Himne ini memberikan perhatian utama pada bagian 7 Tom Jacobs, Siapa Yesus Kristus menurut Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 73. Pandangan bahwa Kolose 1:15-20 merupakan sebuah himne juga disampaikan oleh A.A. Sitompul, Ulrich Beyer, Vincent A. Pizzuto, Suzanne Watts Henderson dan Matthew E. Gordley. 30 kristologis yang terdapat dalam ayat 15-16a, 18b-19. Ayat 20 bukanlah perluasan dari ayat 19, melainkan membuka suatu tema baru yakni tema perdamaian.8 Ayat 21-22 sepertinya merupakan tambahan atau perluasan dari ayat 20 yang masih bertemakan perdamaian, namun dikhususkan pada tokoh kamu yang menggambarkan umat manusia yaitu jemaat Kolose. Ayat 23 merupakan tambahan yang bersifat penegasan kepada jemaat Kolose untuk hidup sesuai firman yang disampaikan oleh Paulus. Penekanan nama Paulus di sini memberikan suatu gambaran bahwa surat Kolose berhubungan dengan Paulus serta menyatakan bahwa Paulus benar-benar pelayan Kristus. 3.3 Keutamaan Kristus terhadap Masa Depan Ciptaan dalam Kolose 1:15-23 3.3.1 Ide Keutamaan Kristus Ada begitu banyaknya gelar atau nama yang dikenakan jemaat kepada Yesus untuk menjelaskan siapa dan apa makna Yesus bagi mereka. Pada teks Kolose 1:1523, Yesus yang diimani sebagai Kristus merupakan pokok pemikiran dari penulis surat. Ia disebut gambar Allah, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, kepala tubuh, dan lain sebagainya. Sebutan-sebutan ini merupakan sarana untuk menjelaskan Kristus. Andrew Shepherd dalam penafsirannya terhadap teks Kolose 1:15-23 seakan-akan menyatakan bahwa teks hanya mengenai kedudukan Kristus secara kosmos,9 padahal teks berbicara lebih daripada itu. Teks berbicara mengenai 8 Jacobs, Siapa, 74. Andrew Shepherd, “Creation and Christology: the ecological crisis and eschatological ethics,” Stimulus 18, no. 4 (2010), http://www.ebscohost.com (diunduh 01 September 2012), 52-56. 9 31 keutamaan Kristus. Istilah keutamaan dipilih sebagai judul perikop10 karena teks berbicara tentang Kristus secara istimewa. Keutamaan berarti keunggulan, keistimewaan ataukah hal yang terpenting. Ada empat hal yang membuktikan keutamaan Kristus yakni, pra-eksistensi dan kemanusiaan Kristus, kesetaraan Kristus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, kedudukan Kristus dalam karya penciptaan, penebusan dan pendamaian-Nya yang bersifat kosmik. Kolose 1:15-23 merupakan himne yang berusaha menjunjung tinggi keagungan dan kebesaran Kristus. 3.3.1.1 Kesetaraan Kristus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus Gnostik meyakini bahwa Yesus hanyalah salah satu dari malaikat, para pengantara.11 Ajaran yang membuat perbedaan antara Yesus dengan Allah Bapa atau Allah yang tertinggi, sebutan kaum Gnostik. Pandangan ini ditentang oleh penulis surat Kolose dengan menekankan kesetaraan antara Kristus, Allah Bapa dan Roh Kudus. Pertama, kesetaraan Kristus dengan Allah Bapa secara implisit nampak dalam frase gambar Allah, ayat 15a. Pada ayat 15a, Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, penulis menggunakan kata eivkw.n yaitu gambar atau citra. Barclay mengemukakan bahwa suatu gambar dapat berupa representasi, tetapi suatu representasi, apabila benar-benar sempurna dapat menjadi manifestasi.12 Jacobs mengatakan bahwa Kristus disebut gambar Allah yang tidak kelihatan, bukan berarti Kristus adalah gambar yang kelihatan dari Allah yang tidak kelihatan. 10 Larry L. Helyer dan Andrew Shepherd menggunakan istilah Kristus kosmik. Giedrius Saulytis memilih untuk memberikan judul keilahian Kristus dan William Barclay mencantumkan judul adekuasi total Yesus Kristus dalam penafsirannya.Adekuasi merupakan kata bentukan yang berasal dari kata adekuat. Adekuat diartikan sebagai memadai, ketercukupan dalam kamus besar bahasa Indonesia. 11 Lih. Bab 2, Pembahasan tentang Gnostisisme, 9-10. 12 Barclay, Pemahaman, 177-178. 32 Gambar Allah serupa dengan Kebijaksanaan Ilahi. Tradisi Yahudi menerangkan bahwa gambar Allah bukanlah manusia yang fana, melainkan Kebijaksaan atau Sang Sabda. 13 Saya setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Barclay dan Jacobs. Teks ini ingin menyampaikan bahwa Kristus adalah manifestasi yang sempurna dari Allah, Sang Bapa. Kristus adalah kebijaksanaan ilahi yang telah menciptakan segala sesuatu, datang ke dunia dalam wujud manusia yang fana, menderita, mati dan bangkit dari kematiaan. Semuanya ini terjadi karena Allah Bapa ada di dalam Kristus. Kedua, frase yang sulung pada ayat 15b menjelaskan kesetaraan antara Kristus, Allah Bapa dan Roh Kudus. Barclay menjelaskan bahwa kata yang sulung atau prwto,tokoj menunjuk pada dua pemahaman. Pertama, kata ini merupakan sebutan umum untuk penghormatan, misalnya bangsa Israel adalah anak sulung Allah. Kedua, yang sulung merupakan gelar bagi Mesias.14 Berdasarkan teks maka arti yang kedua lebih tepat dikenakan pada Kristus, karena mengungkapkan hubungan antara Kristus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus pada karya penebusan, peran pengutusan Kristus ke dalam dunia sekaligus menentang pemahaman umat Yahudi yang tidak mempercayai bahwa Kristus ialah Mesias. Karya penebusan menghadirkan Kristus selaku Sang Anak sebagai utusan Allah Bapa. Dalam pemahaman orang Yahudi, seseorang yang diutus (saliah), menjadi wakil dari sang pengutus secara penuh. Ia sepenuhnya menghadirkan sang pengutus di tempat di 13 14 Jacobs, Siapa, 75. Barclay, Pemahaman, 182. 33 mana ia berada.15 Jadi, Kristus tidak lebih rendah dari Allah Bapa dan Ia rela menjadi rendah untuk melaksanakan rencana penyelamatan. Keduanya adalah Allah yang sama. Roh kudus berkerja di dalam Yesus Kristus dan setelah kebangkitanNya Roh Kudus dicurahkan di tengah-tengah para murid. Roh Kudus adalah wujud baru dari Yesus Kristus yang hadir di tengah-tengah para murid. Roh Kudus berasal dari Allah dan Roh Kudus ialah Allah. Hubungan antara Yesus Kristus, Allah Bapa dan Roh Kudus adalah setara. Pada ayat 15c terdapat frase yang lain yakni lebih utama dari segala yang diciptakan. Jika frase ini dibaca dengan seksama maka dapat diartikan bahwa Kristus memiliki kedudukan yang lebih rendah dari Allah dan Ia diciptakan, namun Ia lebih utama. Pernyataan ini mengingatkan pada ajaran Arius mengenai Yesus Kristus. Arius meyakini bahwa Yesus Kristus adalah ciptaan, tetapi berbeda dengan ciptaan yang lain, karena Ia diciptakan sebelum ada segala sesuatu dan Ia tidak kekal. Ajaran ini salah dan penafsiran terhadap ayat 15c tanpa memahami ayat 1516,19 adalah suatu kekeliruan. Jika dibaca secara keseluruhan ayat 15-16, maka penulis surat ingin menyampaikan bahwa Kristus merupakan gambar Allah, Mesias sekaligus pencipta segala sesuatu. Kedudukan, karya penyelamatan dan penciptaan terjadi karena Ia bersatu dengan Allah, segala kepenuhan Allah berdiam di dalamNya, ayat 19. Jadi, tidak ada kedudukan tinggi-rendah antara Kristus dengan Allah. Kata kepenuhan menjelaskan juga tentang kesetaraan. Ayat 19 dalam Alkitab bahasa Yunani, tidak mencantumkan kata Allah untuk menjelaskan kata kepenuhan, akan tetapi kemungkinan besar kepenuhan yang dimaksudkan adalah 15 Ebenhaizer I. Nuban Timo, Aku Memahami yang Aku Imani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 13. 34 kepenuhan Allah. Kata plh,rwma merupakan bentuk dari kata benda netral tunggal. Morfologi kata tersebut hanya digunakan untuk menjelaskan pneu,ma yang berarti Roh. Ini berarti Roh menjelaskan kepenuhan, plh,rwma pada ayat 19. Roh yang dimaksud di sini ialah Roh Allah. Penulis surat Kolose ingin menjelaskan bahwa Roh Allah ada di dalam Kristus. Roh inilah yang memampukan Kristus berkarya baik dalam penciptaan, penebusan maupun pendamaian. Saya setuju dengan Nuban Timo yang menyatakan bahwa Alkitab melihat Roh sebagai Ia yang memenuhi tubuh Kristus. Ini adalah plh,rwma, yaitu kehadiran yang penuh dan sempurna dari Kristus. Ia adalah kepenuhan tubuh karena Kristus adalah Roh dan di mana Kristus ada, di sana juga Roh bekerja.16 Penulis surat Kolose bukan saja menekankan kesetaraan antara Kristus dengan Allah atau Sang Bapa tetapi juga dengan Roh Allah. Persekutuan di antara ketiganya adalah setara. Allah sebagai Sang Bapa yang berdiam di tempat yang tak terhampiri (Deus absconditus) mengulang diri-Nya untuk ada sebagai Allah kali kedua, dalam diri Sang Anak yang merupakan Allah yang memperkenalkan diri (Deus revelatus). Dua cara berada Allah ini terus bergerak dan melahirkan cara berada yang ketiga dari Allah yaitu Roh Kudus. Roh kudus merupakan kasih yang mempersatukan sang Bapa dan Sang Anak, ataupun sebaliknya. Allah yang satu tidak ingin kesepian sehingga dalam kebebasan-Nya, Ia berinisiatif menjadi Allah untuk kali kedua dan kali ketiga. Ia tetap sebagai Allah dalam pengulangan ini, namun dengan cara berada yang lain dari sebelumnya. Allah yang satu itu berada dalam tiga cara dan dalam ketiga cara itu, Ia tetap satu. Pengakuan iman GMIT 16 Nuban Timo, Aku, 46. 35 mengartikulasikan hal ini dengan tiga ungkapan yaitu Allah di atas kita, Allah di antara kita dan Ia Allah di dalam kita.17 Penjelasan tentang ketritunggalan Allah ini menentang pengajaran dari Arius maupun Gnostik. Kristus yakni Sang Anak sehakekat dengan Sang Bapa maupun Roh Kudus dan kedudukan ini bukan prakeutamaan tetapi salah satu bukti keutamaan Kristus. Kesetaraan itu mengatasi segala makhluk. 3.3.1.2 Kemanusiaan dan Pra-eksistensi Kristus Kaum Gnostik sungguh-sungguh menyangkal kemanusiaan Yesus yang nyata. Mereka pun menulis kisah-kisah mengenai Yesus yang berjalan dan tidak ada jejak-Nya di tanah.18 Pemahaman sesat inilah yang menyebabkan penulis berbicara mengenai kemanusiaan dan pra-eksistensi Kristus. Topik kemanusiaan Kristus tidak dapat dipisahkan dari pra-eksistensi-Nya dalam kerangka memahami karya ganda Kristus sebagai Allah yang sejati dan manusia yang sejati. Ada tiga fase dari sejarah Yesus Kristus yang perlu diketahui yakni Kristus pra-eksistensi, Kristus yang berinkarnasi dan Kristus yang dimuliakan. K. Barth menjelaskan tiga fase ini dengan menggunakan perumpamaan sang anak dalam rumah Bapa. Fase pertama merupakan keberadaan dalam kekekalan atau immanent trinity yakni Yesus Kristus berada dalam kemuliaan bersama-sama dengan Sang Bapa. Fase kedua menggambarkan sang anak yang pergi ke negeri yang jauh. Suatu peristiwa inkarnasi yakni Yesus Kristus meninggalkan kemuliaan dan menjadi 17 18 Nuban Timo, Aku, 15-17. Ide pengulangan diri Allah ini saya adaptasi dari tulisan Bpk. E. I. Nuban Timo. Lih. Bab 2, Pembahasan tentang Gnostisisme, 9-10. 36 manusia, seorang hamba. Fase ketiga merupakan kembalinya sang anak ke rumah Bapa yakni peristiwa kebangkitan.19 Pra-eksistensi Kristus terletak pada fase pertama dan bukan fase ketiga karena fase ketiga merupakan eksistensi Kristus setelah kebangkitan. Pada teks Kolose 1:15-23, fase pertama terletak di ayat 16-17. Ayat 16, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Kristus dihadirkan oleh penulis surat sebagai pencipta segala sesuatu. Kristus telah ada pada Allah, Sang Bapa dan Roh Kudus sebelum Ia lahir ke dalam dunia. Pada ayat 17, pra-eksistensi dari Kristus semakin dipertegas. Segala sesuatu ada di dalam Kristus dan berawal dari-Nya. Pandangan ini sekaligus menjadi bukti bahwa penulis dipengaruhi oleh ajaran dari filsafat Neoplatonisme mengenai Yang Esa20 dan pemikiran dari Paulus. Pra-eksistensi dari Kristus secara implisit nampak dalam surat-surat Paulus yakni Galatia 4:4-5, Roma 8:3-4 yang membahas tentang pengutusan Kristus, Putera Allah ke dalam dunia. Saya memahami bahwa pengutusan ini memberikan pengertian bahwa Kristus sudah ada sebelumnya, walaupun Paulus sebenarnya hanya mau menekankan Yesus benar-benar merupakan utusan Allah bukan mengenai pra-eksistensi-Nya. Pra-eksistensi tentu hal yang penting ketika Paulus mengajar Yesus Kristus kepada orang-orang Yunani yakni mereka yang selalu 19 20 Nuban Timo, Aku, 18. Lih. Bab 2, Neoplatonisme, 14. 37 melihat ke belakang, bertanya sebab dari segala sesuatu, namun pra-eksistensi tidak pernah menjadi titik pangkal kristologi Paulus. Titik pangkal kristologinya adalah kedudukan Kristus sebagai Tuhan yang mulia berdasarkan karya penebusan dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Jelas teks Kolose 1:15-23 bukanlah ditulis oleh Paulus karena karya penciptaan atau pra-eksistensi menjadi pangkal kristologi dari penulis teks namun penulis sebagai pengagum dari Paulus tentu dipengaruhi oleh pandangan Paulus, selain filsafat-filsafat asing yang berkembang pada masa itu. Jika fase pertama menjelaskan tentang pra-eksistensi Kristus, fase kedua justru menjelaskan kemanusiaan Kristus. Kristus yang datang ke dunia dalam rupa seorang manusia yang rendah. Barth menyatakan bahwa Yesus Kristus sudah ada sebagai manusia dalam bentuk kodrat manusia yang azali yaitu manusia tanpa hipostasi manusia, sebelum peristiwa inkarnasi. Ini berarti Yesus Kristus sejak semula adalah Allah manusia. Pada peristiwa inkarnasi manusia Yesus Kristus menjadi manusia yang fana. Ia memiliki tubuh, darah dan mengalami kematian. Barth menjelaskan bahwa sebelum Allah beraktifitas dalam sejarah atau economic trinity, Allah sudah mempunyai rencana dalam kekekalan. Allah ingin menghadirkan rekan yakni manusia yang segambar dengan-Nya.21 Dalam mewujudkan rencana ini, Allah berasumsi dalam kekekalan-Nya bahwa manusia memiliki kebebasan karena segambar dengan rupa Allah. Kebebasan ini dapat membawa manusia dengan mudah jatuh di dalam dosa dan gambar Allah menjadi rusak. Allah memerlukan manusia sejati yang segambar dengan-Nya secara utuh, 21 Karl Barth, Church Dogmatics III/1 (Edinburgh: T&T Clark, 1965), 95-97. 38 manusia yang tidak mengenal dosa untuk menyelamatkan manusia yang berdosa, akan tetapi tidak ada manusia yang seperti itu, yang ada hanya Sang Anak atau Allah manusia dalam kekekalan. Allah manusia ini pada akhirnya turun ke dalam dunia sebagai manusia yang rendah dan berdosa.22 Luther mengatakan ketika Ia datang, aku menjadi kebenaran dan Ia menjadi dosa. Jika berpijak pada pandangan Barth maka kelahiran di Betlehem bukan tanda awal kemanusiaan-Nya, tetapi menjadi tanda kedua kemanusiaan Kristus. Kemanusiaan Kristus mengambil alih dosa. Ia menjadi manusia sejati dengan tubuh, darah, menanggung dosa, mati di kayu salib dan dikuburkan. Ia sungguh manusia yang fana. Kristus mendamaikan manusia dengan Allah di dalam tubuh jasmaniNya. Tubuh, darah, kematian untuk menanggung dosa adalah istilah-istilah yang menentang sekaligus menyatakan kemanusiaan Kristus yang sejati, dijelaskan pada ayat 20, 22 dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus. sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. Yesus Kristus adalah Allah yang sejati dan manusia yang sejati ketika Ia datang ke dunia. Pra-eksistensi dan kemanusiaan Kristus saya jelaskan dalam bingkai pemikiran Barth23, namun saya tidak sepakat bahwa hanya manusia-lah yang 22 Barth, Church, 230-232. Barth sebenarnya mengusulkan bahwa karya Allah tidak hanya dibatasi pada umat manusia tetapi kepada seluruh ciptaan, namun pendapat yang disampaikan Barth justru hanya berpusat pada manusia walaupun menggunakan kata makhluk dalam penjelasannya tetapi kata tersebut hanya mengarah kepada manusia. 23 39 diinginkan Allah pada perjanjian dalam kekekalan, bahwa hanya manusia-lah yang menjadi keprihatinan Allah sejak semula dan hanya karena manusia-lah Allah datang ke dunia dalam rupa manusia yang sejati. Bukan manusia satu-satunya yang diinginkan, diciptakan, diperhatikan dan ditebus oleh Allah tetapi seluruh ciptaanNya tanpa terkecuali. Ini dijelaskan dalam frase segala sesuatu yang disebutkan enam kali pada teks Kolose 1:15-23. 3.3.1.3 Kristus dalam Karya Penciptaan Kosmologi adalah salah satu ajaran dari filsafat-filsafat yang berkembang di Kolose pada masa itu. Ajaran ini terbukti meresahkan penulis Kolose karena merupakan penyangkalan terhadap doktrin penciptaan. Gnostik adalah bidat sesat yang paling mempengaruhi jemaat Kolose. Gnostik dengan ajarannya bahwa dunia diciptakan dari emanasi Allah yaitu demiurgos,24 dianggap oleh penulis surat dapat menggoyahkan iman jemaat. Anggapan ini didasarkan karena jemaat Kolose sebagian besar terdiri dari non-Yahudi, bangsa yang tidak mengenal Allah dan Yahudi, bangsa yang meyakini bahwa penciptaan terjadi untuk kepentingan mereka karena merekalah umat pilihan Allah dan tidak mengakui bahwa Yesus adalah Kristus, Sang Mesias. Umat Yahudi meyakini bahwa Allah menciptakan dunia melalui Taurat.25 Latar belakang inilah yang memberikan suatu dorongan bagi penulis surat untuk menjelaskan serta menekankan mengenai doktrin penciptaan dan kedudukan Kristus di dalamnya. 24 25 Lih. Bab 2, Gnostik, 11. Lih. Bab 2, Kosmologi Yudaisme, 6. 40 Hal yang berbeda telah disampaikan oleh penulis surat Kolose. Kristus yang dikenal dalam karya penebusan karena melalui Dia, Allah menyelamatkan dunia dihadirkan oleh penulis dalam karya penciptaan. Penekanan ini dikemukakan oleh penulis dari ayat 16a-18a. Kristus sebagai pencipta alam semesta telah menciptakan segala sesuatu, yang di sorga dan di bumi, yang kelihatan dan tidak kelihatan, sekaligus menjadi pusat atau bagian yang integral dari seluruh ciptaan-Nya. Ayat tersebut menepis ajaran dualisme para ahli-ahli filsafat tentang roh yang baik dan materi yang jahat. Kata segala sesuatu dalam Bahasa Yunani secara harafiah berarti berdiri bersama dan dalam Alkitab terjemahan lama dituliskan segala sesuatu wujudnya ada di dalam Dia. Kristus sebagai pencipta merupakan pandangan yang membingungkan karena dalam pengakuan iman rasuli dan pengakuan iman Nicea, Allah Bapa diyakini sebagai pencipta alam semesta. Perbedaan Allah Bapa, Sang Anak dan Roh kudus diyakini terletak dalam peran-Nya. Barth dalam bukunya church dogmatics III/1 menjelaskan bahwa dalam proses penciptaan, Sang Bapa, Sang Anak dan Roh kudus hadir, akan tetapi Sang Bapa berperan sebagai subyek yang bertindak, bekerja dalam karya penciptaan, sedangkan Sang Anak dan Roh Kudus berperan sebagai subyek yang mendukung karya penciptaan tersebut.26 Pandangan ini menjelaskan bahwa peran dari Sang Bapa, Sang Anak dan Roh Kudus memang berbeda, akan tetapi kehadiran ketiga-Nya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Pada karya penciptaan Kristus hadir sebagai pencipta segala sesuatu dalam peran yang berbeda dengan Sang Bapa. 26 Barth, Church, 49-59. 41 Kedudukan Kristus secara kosmik dalam karya penciptaan menjadi pernyataan yang menyerang ajaran Gnostik dan pengajaran mengenai penyembahan malaikat. Pada ayat 18, penulis surat menggunakan istilah atau konsep kepala tubuh untuk menjelaskan kedudukan kosmik Kristus. Konsep ini nampaknya diadaptasi dari filsafat Stoa, Philo dan Neoplatonisme. Stoa memahami bahwa dunia adalah tubuh Allah. Philo menjelaskan tentang alam semesta yang merupakan komponenkomponen terpisah, namun disatukan oleh Allah sedangkan Neoplatonisme menekankan bahwa Yang Esa adalah sebab pertama dan dasar segala makhluk. Stoa dan Philo juga meyakini bahwa dunia tersusun dari empat elemen yakni api, air, udara dan bumi.27 Teori-teori kosmologi ini mempengaruhi penulis menggunakan istilah kepala tubuh dalam ayat 18a. Ciptaan yang sifatnya beranekaragam dilukiskan seperti tubuh yang memiliki banyak anggota dengan peran atau fungsi yang berbeda dan Kristus seperti kepala yakni bagian dari tubuh yang mengendalikan gerak atau proses kerja tubuh. Konsep kepala tubuh menjelaskan bahwa seluruh ciptaan itu baik dan berpusat pada Kristus yang bertindak sebagai pemimpin, mengendalikan seluruh ciptaan. Konsep ini hampir sama seperti pemikiran Philo bahwa seluruh ciptaan merupakan komponen yang terpisah-pisah dipersatukan dalam kesatuan tunggal oleh Kristus kosmik, karena bukan kesatuan yang terpisah-pisah melainkan seluruh ciptaan merupakan suatu keutuhan dengan peran yang berbeda-beda dan dikepalai oleh 27 Lih. Bab 2, Kosmologi Helenisme, 10-14. 42 Kristus. Ciptaan berpusat pada Kristus tetapi ciptaan bukanlah Kristus. Kedudukan kosmik Kristus bukanlah panteisme28. Kosmologi Yudaisme meyakini bahwa awalan B pada kata tyviÞarEB. menunjukkan bahwa dunia diciptakan bagi orang Yahudi. Jika dilihat sintaksnya maka B merupakan partikel preposisi dari Tyviare yang merupakan kata benda feminim tunggal. Tyviare memiliki dua arti yakni permulaan dan kepala (chief). Ini berarti kata pembuka dari kitab pertama Perjanjian Lama telah menegaskan mengenai hal kepala. Kata kepala merujuk pada kepala semua ciptaan, kepala kebijaksanaan. Tom Jacobs menjelaskan bahwa Sang Kebijaksanaan tersebut menurut tradisi Yahudi bukanlah manusia yang fana. Ia adalah Sang Sabda.29 Pernyataan tersebut bersesuaian dengan penjelasan sebelumnya bahwa Kristus adalah kebijaksaan Ilahi atau Sang Sabda. Ini berarti konsep Kristus, Sang Sabda sebagai kepala atas seluruh ciptaan dalam Perjanjian Baru memiliki keterkaitan erat dengan Perjanjian Lama. Sejak semula Kristus bertindak sebagai kepala atas seluruh ciptaan. Kristus adalah kepala karena daripada-Nya mengalir atau bersumber kuasa yang menghidupkan tubuh.30 Pada hemat saya, konsep kepala tubuh bukan saja menjelaskan bahwa Kristus pencipta segala sesuatu tetapi juga menjelaskan alasan penebusan dan pendamaian Kristus yang tidak dapat dilepaskan dari kaitan pra-eksistensi-Nya, kesetaraan-Nya dengan Allah Bapa dan Roh Kudus serta kemanusiaan-Nya, karena 28 Panteisme adalah suatu pandangan yang meyakini bahwa semua adalah ilahi dan memposisikan Allah sama dengan alam semesta. Semua hal merupakan wujud dari Allah itu sendiri. 29 Jacobs, Siapa, 75. 30 Nuban Timo, Aku, 46. 43 Ia adalah pusat segala ciptaan bukan hanya manusia. Penulis surat juga mengkritik elemen-elemen penyusun dunia yang diajarkan oleh filsafat-filsafat asing. Kritikan ini disampaikan melalui ayat 16-17. Penciptaan berlangsung di dalam Kristus, diciptakan oleh Kristus dan untuk Kristus. 3.3.1.4 Penebusan dan Pendamaian Kristus Bersifat Kosmik Penulis surat dipengaruhi oleh pemikiran Paulus mengenai Kristus. Paulus memahami bahwa wafat dan kebangkitan Kristus adalah dua fase dari proses penyelamatan. Soteriologi Paulus ini diadaptasi oleh penulis surat untuk menghadirkan kedudukan kosmik Kristus yang menyelamatkan. Kehadiran kosmik Kristus adalah keberadaan Kristus, karya dan peran-Nya dalam alam semesta yang ditujukan bagi segala sesuatu tanpa terkecuali yang tergambar dalam konsep kepala tubuh. Segala sesuatu berpusat pada Kristus sehingga karya penebusan yang dilakukan oleh Kristus bersifat kosmik, yakni melibatkan seluruh alam semesta. Kristus berkarya bagi seluruh alam semesta dan tujuan kedatangan-Nya adalah pendamaian atau rekonsiliasi. Kristus mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya. Segala sesuatu yakni ta panta dalam bahasa Yunani adalah kata yang bersifat netral, bukan maskulin atau feminim yang berarti bahwa pendamaian Allah bukan saja ditawarkan kepada semua manusia, melainkan juga kepada seluruh ciptaan, yang bernyawa maupun tidak bernyawa. Wafat Kristus menyelamatkan seluruh ciptaan. Wafat Kristus adalah bukti cinta bagi ciptaan-Nya. Sarana pendamaian adalah salib Kristus. 44 Superioritas Kristus ditekankan oleh Barth. Barth menyampaikan bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang tidak gagal dalam memenuhi tugas-Nya. Hal yang “dari atas” muncul sebagai faktor dominan dan bersifat monopoli hal-hal yang “dari bawah”. Keilahian Kristus menjadi hal yang terpenting sehingga aspek kemanusiaan Yesus seolah-olah terabaikan. Berbeda dengan Barth, Kosuke Koyama dalam buku Tidak Ada Gagang Pada Salib menawarkan suatu perspektif keutamaan Yesus Kristus dilihat dari Yesus yang diludahi. Koyama menekankan pengosongan diri Yesus, Yesus yang benar-benar mengambil rupa seorang hamba, menjadi manusia yang rendah, Yesus yang diludahi untuk menyelamatkan dunia ini. Aspek pengosongan diri atau sisi kemanusiaan Yesus inilah yang menjadi bukti keutamaan-Nya. Saya sependapat dengan Koyama, karena bagi saya Kristus yang berinkarnasi adalah Kristus yang hadir bukan sebagai tokoh yang berkuasa, unggul tetapi sebaliknya Ia datang sebagai seseorang yang rendah, dianiaya, disiksa, diludahi, dicerca bahkan karena penderitaan ini, di taman Getsemani Ia berdoa agar penderitaan tersebut boleh berlalu daripada-Nya. Yesus menyelamatkan dunia ini dari dosa bukan dalam superioritas-Nya tetapi dalam pengosongan diri-Nya. 3.3.2 Ide Hubungan Keutamaan Kristus terhadap Masa Depan Ciptaan Teks Kolose 1:15-23 memiliki pesan ekologi bagi masa depan ciptaan. Keutamaan Kristus memiliki arti kosmik. Andrew Shepherd menyatakan bahwa ada empat pernyataan yang dapat disimpulkan dari teks Kolose 1:15-23, yakni Kristus sebagai pencipta, Kristus adalah penopang dunia, Kristus adalah tujuan atau 45 penyempurnaan dari ciptaan dan Kristus adalah pendamai.31 Empat pernyataan ini hanyalah landasan saya untuk menafsir teks Kolose 1:15-23 dalam kerangka berpikir keutamaan Kristus terhadap masa depan ciptaan. Penafsiran teks terhadap keutamaan Kristus menghasilkan empat sub-judul yakni, pra-eksistensi dan kemanusiaan Kristus, kesetaraan Kristus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, kedudukan Kristus dalam karya penciptaan, penebusan dan pendamaian-Nya yang bersifat kosmik. Keutamaan Kristus yang dihadirkan oleh penulis dalam teks ini berkaitan dengan ciptaan. Pra-eksistensi Kristus berhubungan dengan kedudukan Kristus dalam penciptaan yakni Kristus sebagai pencipta segala sesuatu. Kemanusiaan Kristus berkaitan erat dengan peran-Nya dalam karya penebusan dan pendamaian yang berlaku untuk semua ciptaan tanpa terkecuali. Kesetaraan Kristus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus menekankan tentang peran dan cara Allah berkarya untuk dan dalam ciptaan. Keutamaan Kristus menjadi pokok pemikiran dari penulis surat Kolose karena situasi yang terjadi pada saat itu dianggap dapat membahayakan kehidupan iman jemaat. Situasi yang dimaksudkan ialah kehadiran ajaran-ajaran sesat atau filsafat-filsafat kosong yang mempengaruhi cara pandang sehingga mampu menghasilkan perubahan perilaku yang jahat, seperti digambarkan pada ayat 21, Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat. Tokoh kamu pada ayat ini menunjuk kepada orang-orang yang kehidupannya tidak sesuai dengan injil yang 31 Andrew Shepherd, “Creation and Christology: the ecological crisis and eschatological ethics,” Stimulus 18, no. 4 (2010): 51-55, diunduh melalui http://www.ebscohost.com, pada tanggal 17 juli 2012. 46 diberitakan oleh Paulus tetapi mengikuti ajaran-ajaran sesat. Nama Paulus sangat penting untuk menunjukkan wibawa surat. Pokok pemikiran penulis teks Kolose berimplikasi pada masa depan ciptaan. Masa depan ciptaan menyangkut relasi antara sesama manusia, manusia dengan alam serta manusia dengan Tuhan. Penulis teks berusaha untuk memulihkan hubungan yang rusak dengan menghadirkan keutamaan Kristus. 3.3.2.1 Relasi Antar Ciptaan Latar belakang penulisan Kolose 1:15-23 sangat diwarnai oleh kebudayaan Yudaisme dan Helenisme. Helenisme merupakan kebudayaan yang sangat memegahkan kekuatan manusia dan bersifat patriakhi walaupun perempuan masih diberikan kesempatan untuk memimpin. Helenisme juga menghadirkan filsafatfilsafat asing yang ajarannya bersifat dualistik, membandingkan antara roh dan materi/dunia. Sama halnya dengan Helenisme, Yudaisme juga merupakan kebudayaan yang bersifat patriakhi dengan ajaran agamanya mengenai manusia sebagai ciptaan yang paling istimewa dan alam diciptakan untuk manusia. Helenisme-Yudaisme bukan saja melahirkan arogansi manusia terhadap alam tetapi lebih tepatnya, arogansi terhadap ciptaan, karena permasalahan yang terjadi bias patriakhi, bukan hanya antara manusia dengan alam tetapi juga antar sesama manusia, laki-laki dan perempuan. Laki-laki adalah pihak yang berkuasa atas seluruh ciptaan. Laki-laki dipandang lebih tinggi dari perempuan. Laki-laki diciptakan baik adanya, tetapi tidak demikian dengan perempuan yang merupakan sumber dosa. Matilda Joslyn 47 Gage berpendapat bahwa perempuan diciptakan tidak sama dengan laki-laki. Hanya karena satu perempuan berbuat dosa, semua perempuan digiring dalam penghukuman Allah. Perempuan lambang dosa dan mengakibatkan laki-laki berada dalam dosa. Ketidakteraturan dalam dunia disebabkan oleh perempuan. Perempuan yang merusak semuanya.32 Allah yang menciptakan langit dan bumi dipahami dalam konteks Allah menciptakan laki-laki dan perempuan. Laki-laki seperti langit yang memberi dan perempuan seperti bumi yang merespon. Ada inferioritas dan superioritas. Kaum ekofeminisme berpendapat bahwa oleh karena nafsu untuk mendominasi, patriakhi melupakan bahwa manusia, termasuk orang-orang yang berkuasa, memiliki pertautan biologis alami dengan semua bentuk kehidupan yang ada di atas muka bumi ini.33 Semua ini berdampak pada kehidupan yang tamak, semena-mena antara laki-laki dan perempuan, antara manusia dengan alam atau bahkan sebaliknya merasa jijik, menghindar, menolak setiap kebutuhan dan keinginan. HelenismeYudaisme secara implisit mendukung penindasan dan penganiayaan terhadap perempuan dan ciptaan lain. Pemahaman inilah yang berakar dalam kekristenan dan mendorong penulis teks untuk menekankan tentang kesetaraan semua ciptaan dalam karya penciptaan, karya penebusan dan pendamaian serta kedudukan Kristus sebagai kepala dari seluruh alam semesta tanpa terkecuali. 32 Victoria S. Harrison, “Modern Woman, Traditional Abrahamic Religions and Interpreting Sacred Texts,”2007, http://www.ebscohost.com (diunduh 12 Oktober 2012), 3. 33 Anne M. Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis (Maumere: Ledalero, 2002), 363-364. 48 3.3.2.2 Hubungan Keutamaan Kristus terhadap Masa Depan Ciptaan Terminologi untuk lingkungan hidup atau alam dalam teologi Kristen ialah ciptaan. Istilah ini digunakan dengan berpijak pada pemahaman bahwa lingkungan hidup atau alam diciptakan oleh Allah dan tidak terjadi dengan sendirinya. Istilah ini berkaitan dengan segala sesuatu dan menunjuk pada hubungan segala sesuatu itu dengan Allah. Masa depan ciptaan berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, antar manusia dan manusia dengan alam semesta. Masa depan ciptaan berarti suatu kehidupan yang saling menghargai, menjaga, penuh cinta kasih antar sesama ciptaan yang berpusat pada Kristus. Jürgen Moltmann menjelaskan bahwa masa depan ciptaan merupakan langit dan bumi yang baru. Keadaan yang setara tanpa inferioritas dan superioritas. Tidak ada lagi gambaran mengenai langit sebagai lakilaki yang memberi, tempat Allah berdiam dan bumi sebagai perempuan yang merespon. Langit dan bumi yang baru adalah tempat Allah berdiam.34 Masa depan ciptaan juga digambarkan dalam kitab Wahyu pasal 21-22 sebagai langit yang baru dan bumi yang baru, kota Yerusalem yang baru. Ada suatu kesamaan antara taman Eden dalam Kejadian 2-3 dan kota Yerusalem baru dalam Wahyu pasal 22. Pada taman Eden terdapat satu pohon kehidupan yang tumbuh di tengah-tengah taman. Ada empat sungai yang mengalir dari Eden untuk membasahi taman. Adam diberikan wewenang untuk berada di taman hanya tidak boleh berada di tengah taman untuk memakan buah pohon 34 Jürgen Moltmann, God on Creation: A New Theology of Creation and The Spirit of God (Minneapolis: Fortress Press, 1993), 158-184. 49 pengetahuan yang baik dan yang jahat. Adam justru bertindak sebaliknya, dosa membuat ia berada di tengah dan memakan buah dari pohon yang dilarang Allah. Ketika jatuh dalam dosa, daun pohon ara digunakan untuk menutupi ketelajangan. Taman yang dikisahkan pada Kejadian berubah menjadi kota dalam kitab Wahyu. Ada sungai air kehidupan yang mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba. Pada tengah-tengah jalan kota terdapat pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, sekali setiap bulan dan daun pada pohon itu digunakan untuk menyembuhkan. Taman Eden yang mencerminkan dosa diubahkan menjadi kota Yerusalem yang baru. Kota yang tidak terdapat ratap tangis, dukacita ataupun maut. Perubahan ini memerlukan campur-tangan dari adam kedua. Ia yang berada ditengah-tengah taman Eden dan kota Yerusalem baru. Kehadiran yang dimaksudkan ialah kehadiran-Nya di taman Getsemani. Pada taman ini, Yesus Kristus hanya berjalan dipinggir tidak ditengah. Penebusan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus terhadap dosa membuahkan hasil sebuah kota baru yang di dalamNya tidak terdapat ketidakadilan, penindasan, penganiayaan, perlakuan semenamena dan lain sebagainya. Keberadaan Yesus Kristus mendamaikan dan memulihkan hubungan yang rusak antara alam, manusia dan Allah. Kedatangan-Nya di dunia dalam peristiwa inkarnasi berimplikasi ekologi. Menurut Thomas Derr, peristiwa inkarnasi adalah jalan dramatis yang ditempuh Allah dalam menyatakan solidaritas-Nya dengan dunia ciptaan-Nya, yakni dengan mengambil kondisi eksistensi material.35 Peristiwa ini membawa visi pendamaian dan pemulihan yang terdapat dalam Kolose 1:20. 35 Pendapat ini dikutip dalam Robert P. Borrong, Etika Bumi Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 200), 210. 50 Visi yang dinyatakan melalui misi serta pemberitaan Kristus tentang Kerajaan Allah yakni pemerintahan Allah di dunia, pemerintahan yang mendamaikan dan memulihkan hubungan Allah dengan seluruh ciptaan. Peristiwa inkarnasi juga mencakup karya penebusan melalui kematian di atas kayu salib. Karya yang dilaksanakan sebagai ungkapan kasih dan cinta Allah bagi ciptaan-Nya. Karya yang ditujukan kepada seluruh ciptaan karena kejatuhan manusia dalam dosa menyebabkan seluruh ciptaan turut menderita dan penderitaan alam terutama dikarenakan perlakuan secara buruk oleh manusia untuk memenuhi ambisi dan keserakahannya sebagai dampak pemberontakan kepada Allah. Duchrow dan Liedke menyebut karya penebusan dan penyelamatan ini sebagai soteriologi yang cosmic oriented,36 berorientasi pada kosmik. Keutamaan Kristus memberikan suatu harapan baru yakni adanya masa depan ciptaan yang mengarah pada kesempurnaan dalam Kristus, meskipun proses penyelamatan kosmos belum sempurna karena masih terus berlangsung dan akan disempurnakan dalam langit dan bumi yang baru, di mana tidak ada lagi penderitaan, perlakuan semena-mena, pengeluhan akibat kuasa dosa dan berkat Tuhan akan terus tercurah seperti halnya di Taman Eden sebelum kejatuhan manusia. Sekarang ini, ciptaan masih berada dalam masa transisi menuju masa depan ciptaan. Masa transisi yaitu masa penantian penggenapan penyempurnaan ciptaan baru.37 36 Ulrich Duchrow & Gerhard Liedke, Shalom: Biblical Perspective on Creation, Justice & Peace dalam Borrong, Etika, 209. 37 Borrong, Etika, 214. 51 Ayat 16, 20-22 menjadi pijakan untuk memahami bahwa masa depan yang diimpikan oleh penulis adalah suatu kehidupan yang di dalamnya tidak ada lagi pemahaman mengenai dunia ataupun perempuan sebagai sesuatu yang jahat, kotor dan sumber dosa. Tidak ada lagi kepemimpinan ataupun pemerintahan yang tidak adil, sikap menghakimi orang lain tentang hal yang salah dan yang benar karena kebenaran yang hakiki hanya terdapat di dalam Kristus. Harapan masa depan inilah yang mendorong penulis merasa penting untuk memberikan nasehat kepada jemaat Kolose agar tetap berpegang teguh, jangan mudah goyah mendengar ajaran-ajaran dari guru-guru palsu, ayat 23. Masa depan ciptaan dapat hadir karena dipengaruhi oleh keutamaan Kristus. Kristus berada di pusat segala ciptaan. Ini bukanlah kalimat yang bertentangan dengan aspek pengosongan diri Yesus dalam karya penebusan. Dalam karya penebusan pada proses inkarnasi, Kristus memang menaklukan diri sebagai Anak di bawah Allah. Ia menyelamatkan dunia ini dalam pengosongan diri-Nya. 1 Korintus 15:28 menyatakan bahwa tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua. Ketika Ia dalam pengosongan diriNya datang ke dalam dunia, peran-Nya dalam pra-eksistensi itu diabaikan, Ia benarbenar mengambil rupa seorang hamba. Kristus merendahkan diri agar Allah menjadi semua dan di dalam semua, hanya saja peran dan kedudukan Kristus ketika Ia berhasil mengalahkan dosa tidak begitu saja hilang. Ia berada pada fase ketiga dari penjelasan Barth. Kristus ditinggikan setelah Ia mengalahkan kuasa dosa. Walaupun 52 Ia merendahkan diri-Nya, namun karya dan peran-Nya menempatkan Ia menjadi pusat dari segala ciptaan. Kehadiran-Nya tidak dapat dilepaskan dari Allah Bapa dan Roh Kudus. Ia setara dengan Allah Bapa dan Roh Kudus. Ketiga-Nya adalah satu. Alam semesta bersinar karena terang Kristus. Ini berita mengenai pemulihan ciptaan. Dalam penciptaan, Kristus adalah kepala dari semua ciptaan. Dalam penebusan, Kristus adalah kepala yang menyangkal diri, menempatkan diri di bawah Allah dan setelah karya penebusan, Kristus adalah pusat dari segala ciptaan, Ia adalah kepala dari semua ciptaan. Semua ciptaan adalah bagian yang utuh, tidak tepisah, setara dan saling bergantung. Model kedudukan Kristus secara kosmik mewujudnyatakan masa depan bagi seluruh ciptaan. Model yang menunjukkan suatu kesatuan dan ketergantungan antar anggota tubuh atau antar ciptaan. Ini berarti manusia turut berperan serta sebagai bagian dari tubuh Kristus untuk meneladani Kristus yang mengosongkan diri, berelasi secara baik dengan Allah dan ciptaan lain serta bertanggungjawab terhadap ciptaan lain dalam peran sebagai penatalayanan, pengurus dari alam ini bukan pemilik yang mendominasi, saling dan atau bersikap menghancurkan serta menunjukkan kekuasaan. Masa depan ciptaan dapat terwujud ketika seluruh anggota tubuh Kristus sungguh-sungguh berelasi dengan baik dan mengikuti kendali kepemimpinan Kristus sebagai kepala yang menyangkal diri. 3.4 Kesimpulan Perikop Kolose 1:15-23 amat penting bagi kepercayaan kita terhadap Kristus dan merupakan jawaban terhadap ajaran sesat perpaduan Gnostik dan Yudaisme. 53 Istilah perpaduan ini digunakan karena dalam ajaran sesat yang diajarkan oleh guruguru palsu, terdapat unsur Gnostik maupun Yudaisme, akan tetapi dalam Kolose 1:15-23 unsur Gnostik-lah yang paling mewarnai penulisan teks. Pada penafsiran teks, penulis terlihat secara sengaja mempertemukan ajaran filsafat yakni Stoa, Philo dan Neoplatonisme dengan pemikiran Paulus mengenai Kristus. Pertemuan ini pun menghasilkan suatu kritikan terhadap ajaran-ajaran palsu mengenai doktrin penciptaan terkhususnya elemen penyusun kosmos yang sesungguhnya merupakan doktrin yang ditransmisikan oleh tradisi manusia, kritikan terhadap ajaran yang menyangkal kemanusiaan Kristus, kritikan terhadap kedudukan Kristus serta kritikan terhadap pandangan dualisme antara materi dan roh. Keunikan dari teks Kolose 1:15-23 adalah unsur kosmik pada kedudukan Kristus. Teks ini pun memberikan penjelasan mengenai keutamaan Kristus yang dibuktikan melalui pra-eksistensi dan kemanusiaan Kristus, kesetaraan-Nya dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, kedudukan Kristus dalam karya penciptaan serta penebusan dan pendamaian-Nya yang bersifat kosmik. Keutamaan Kristus ini berimplikasi pada masa depan ciptaan. Masa depan ciptaan yang tanpa inferioritas dan superioritas, saling menghargai, saling menjaga dan penuh cinta kasih. Masa depan ciptaan berpijak pada kedudukan serta peran Kristus secara kosmik seperti gambaran kepala tubuh dengan Kristus sebagai kepala. 54